• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH

4.4. Deskripsi Variabel

4.4.2 Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara

Kedelai yang kaya akan protein berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat, karenaselain aman bagi kesehatan juga sebagai sumber protein yang paling murah di dunia dibandingkan dengan sumber protein lainnya. Keadaan konsumsi kedelai di

Sumatera Utara dalam kurun waktu 15 tahun yakni pada tahun 1999-2013 terlihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2015

Tahun Konsumsi Kedelai

(Ton)

Sumber: Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Sumatera Utara, 2016

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa konsumsi kedelai Provinsi Sumatera Utara tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu 61.316 ton dan terendah terjadi pada tahun 2003 yaitu 31.199 ton. Rata-rata konsumsi kedelai pada tahun 1999-2013 adalah sebesar 49.734,33 ton.

Dari tahun 1999-2002 konsumsi kedelai mengalami peningkatan setiap tahunnya, yakni dari 32.179 ton pada tahun 1999 menjadi 44.061 ton pada tahun 2002. Pada tahun 2003 mengalami penurunan sebesar 12.862 ton atau 29,19% dari tahun sebelumnya menjadi 31.199 ton. Kemudian

mengalami peningkatan kembali setiap tahunnya sampai tahun 2009 dari 31.199 ton menjadi 58.111 ton yang kemudian turun pada

tahun 2010 menjadi 56.613 ton dan kemudian mengalami peningkatan lagi sampai dengan tahun 2013 menjadi 61.316 ton.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 1999-2013

Keadaan produksi dan konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara tahun 1999-2013 mengalami fluktuasi. Konsumsi yang sangat tinggi mengakibatkan produksi tidak mampu memenuhi konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 5.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 1999-2013

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa Provinsi Sumatera Utara pada tahun 1999 memiliki produksi kedelai sebesar 28.817 ton dan konsumsi kedelai sebesar 32.179 ton yang menyebabkan defisit sebesar 3.362 ton. Pada tahun 2000 produksi kedelai mengalami penurunan sebesar 15.936 ton atau 55,3 % dari tahun sebelumnya menjadi 12.881 ton dan konsumsi kedelai naik sebesar 2.678 ton atau 8,32% dari tahun sebelumnya yang menyebabkan defisit sebesar 21.976 ton.

Pada tahun 2001 produksi kedelai mengalami penurunan sebesar 2.162 ton atau 16,78% dari tahun sebelumnya menjadi 10.719 ton dan konsumsi kedelai mengalami peningkatan sebesar 5.231 ton atau 15% dari tahun sebelumnya menjadi 40.088 ton yang menyebabkan defisit sebesar 29.369 ton. Pada tahun 2002 produksi kedelai mengalami penurunan sebesar 522 ton atau 4,86%

dari tahun sebelumnya menjadi 10.197 ton dan jumlah konsumsi kedelai mengalami peningkatan sebesar 3.973 ton atau 9,91% dari tahun sebelumnya menjadi 44.061 ton yang menimbulkan defisit sebesar 33.864 ton. Pada tahun 2003 produksi kedelai mengalami peningkatan sebesar 269 ton atau 2,63%

dari tahun sebelumnya menjadi 10.466 ton dan konsumsi kedelai mengalami

penurunan sebesar 12.862 ton atau 29,19% dari tahun sebelumnya menjadi 31.199 ton. Meskipun pada tahun 2003 jumlah produksi kedelai meningkat dan jumlah konsumsi kedelai menurun, tetap terjadi defisit sebesar 20.733 ton dikarenakan produksi yang meningkat belum bisa mengimbangi total konsumsi kedelai. Pada tahun 2004 produksi kedelai mengalami peningkatan sebesar 1.867 ton atau 17,83% dari tahun sebelumnya menjadi 12.333 ton dan konsumsi kedelai juga mengalami peningkatan sebesar 10.213 ton atau 32,73% dari tahun sebelumnya menjadi 41.412 ton dan

mengalami defisit sebesar 29.079 ton. Pada tahun 2005 produksi kedelai mengalami peningkatan sebesar 3.460 ton atau 28,05% dari tahun sebelumnya menjadi 15.793 ton dan konsumsi kedelai mengalami peningkatan sebesar 13.788 ton atau 33,29% dari tahun sebelumnya menjadi 55.200 ton dan mengalami defisit sebesar 39.407 ton. Pada tahun 2006 produksi kedelai mengalami penurunan sebesar 8.750 ton atau 55,40% dari tahun sebelumnya menjadi 7.043 ton dan konsumsi kedelai mengalami peningkatan sebesar 1.380 ton atau 2,5% dari tahun sebelumnya menjadi 56.580 ton dan mengalami defisit sebesar 49.537 ton. Pada tahun 2007 produksi kedelai mengalami penurunan sebesar 2.698 ton atau 38,30%

dari tahun sebelumnya menjadi 4.345 ton dan konsumsi kedelai tetap stabil atau tidak mengalami peningkatan maupun penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 56.580 ton dan mengalami defisit sebesar 52.235 ton. Pada tahun 2008 produksi kedelai mengalami peningkatan sebesar 7.302 ton atau 168,05% dari tahun sebelumnya menjadi 11.647 ton dan konsumsi kedelai mengalami peningkatan sebesar 734 ton atau 1,29% dari tahun sebelumnya menjadi 57.314 ton dan mengalami defisit sebesar 45.667 ton. Pada tahun 2009 produksi kedelai mengalami peningkatan sebesar 2.559 ton atau 21,97% dari tahun sebelumnya menjadi 14.206 ton dan konsumsi kedelai mengalami peningkatan sebesar 797 ton atau 1,39% dari tahun sebelumnya menjadi 58.111 ton dan mengalami defisit sebesar 43.905 ton. Pada tahun 2010 produksi kedelai mengalami penurunan sebesar 4.768 ton atau 33,56% dari tahun sebelumnya menjadi 9.438 ton dan konsumsi kedelai juga mengalami penurunan sebesar 1.498 ton atau 2,57% dari tahun sebelumnya menjadi 56.613 ton dan mengalami defisit sebesar 47.175 ton.

Pada tahun 2011 produksi kedelai mengalami peningkatan sebesar 1.988 ton

atau 21,06% dari tahun sebelumnya menjadi 11.426 ton dan konsumsi kedelai mengalami peningkatan sebesar 3.380 ton atau 5,97% dari tahun sebelumnya menjadi 59.993 ton dan mengalami defisit sebesar 48.567 ton. Pada tahun 2012 produksi kedelai mengalami penurunan sebesar 6.007 ton atau 52,57% dari tahun sebelumnya menjadi 5.419 ton dan konsumsi kedelai mengalami peningkatan sebesar 519 ton atau 0,86% dari tahun sebelumnya menjadi 60.512 ton dan mengalami defisit sebesar 55.093 ton. Pada tahun 2013 produksi kedelai mengalami penurunan kembali sebesar 2.190 ton atau 40,41% dari tahun sebelumnya menjadi 3.229 ton dan konsumsi kedelai mengalami peningkatan sebesar 804 ton atau 1,32% dari tahun sebelumnya menjadi 61.316 ton dan mengalami defisit sebesar 58.087 ton.

Dalam kurun waktu 15 tahun dari tahun 1999-2013, peningkatan produksi kedelai terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 168,05% dari tahun sebelumnya. Penurunan produksi kedelai terbesar terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 55,40% dari tahun sebelumnya. Peningkatan konsumsi kedelai terbesar terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 33,29% dari tahun sebelumnya. Penurunan konsumsi kedelai terbesar terjadi pada tahun 2003 yaitu 29,19% dari tahun sebelumnya. Total produksi kedelai sebesar 167.959 ton dengan rata-rata produksi sebesar 11.197,26 ton dan produksi tertinggi terjadi pada tahun 1999 yaitu sebesar 28.817 ton sedangkan produksi terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 3.229 ton. Total konsumsi kedelai sebesar 746.015 ton dengan rata-rata konsumsi sebesar 49.734,33 ton dan konsumsi tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 61.316 ton sedangkan konsumsi terendah terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 31.199 ton. Produksi dan konsumsi kedelai dari tahun 1999-2013

memiliki surplus yang negatif yang artinya defisit. Total surplus antara produksi dan konsumsi kedelai Provinsi Sumatera Utara dari tahun 1999-2013 adalah sebesar -578.056 ton. Nilai negatif ini menunjukkan bahwa produksi kedelai tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara. Kondisi produksi dan konsumsi kedelai Provinsi Sumatera Utara tahun 2001-2015 untuk lebih jelasnya terlihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Grafik TrendProduksi dan Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 1999-2013

5.1. (a) Produksi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 1999-2013

Berdasarkan Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa produksi kedelai di Provinsi Sumatera Utara Pada tahun 1999 mencapai puncaknya dan pada tahun 2013 produksi kedelai berada pada posisi terendah. Produksi kedelai tahun 1999-2013 mengalami keadaan yang fluktuasi yang cenderung menurun dengan trend negatif artinya hipotesis 1 (a) diterima.

5.1. (b) Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 1999-2013

Berdasarkan Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara Pada tahun 2013 mencapai puncaknya sedangkan pada tahun 2003 konsumsi kedelai berada pada posisi terendah. Konsumsi kedelai tahun 1999-2013 mengalami keadaan yang fluktuasi yang cenderung meningkat dengan trend positif artinya hipotesis 1 (b) diterima.

Dari Tabel 5.1 selama kurun waktu 15 tahun dari tahun 1999-2013, produksi kedelai mengalami penurunan rata-rata sebesar 2,5% yang menunjukkan bahwa trend produksi kedelai di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 1999-2013 adalah menurun. Sedangkan konsumsi kedelai mengalami peningkatan rata-rata sebesar 5,38% yang menunjukkan bahwa trend konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 1999-2013 adalah meningkat.

5.2. Rasio Produksi dan Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 1999-2013

Rasio produksikedelai dengan konsumsi kedelai merupakan hal yang penting diketahui untuk menyusun kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam mencukupi permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara. Dari angka rasio produksi dan konsumsi kedelai dapat diketahui bagaimana tingkat ketahanan pangan untuk kedelai di Provinsi Sumatera Utara.

Menurut Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara, tingkat ketahanan pangan terdiri dari tahan pangan, tahan pangan namun rentan, dan rawan pangan.Tingkat ketahanan pangan yang pertama yaitu tahan pangan. Tahan pangan merupakan kondisi dimana rasio produksi kedelai dan konsumsi kedelai lebih dari 1,2. Tingkat kedua, tahan pangan namun rentan yaitu dimana rasio produksi kedelai dan konsumsi kedelai antara 0,8 sampai 1,2. Tingkat ketahanan

pangan yang ketiga yaitu rawan pangan yaitu dimana rasio produksi kedelai dan konsumsi kedelai lebih kecil dari 0,8. Rasio produksidan konsumsi kedelai dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Rasio Produksi dan Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 1999-2013

Tahun Rasio

(Produksi:Konsumsi)

Tingkat Ketahanan Pangan

1999 0,89 (1:1,11) II (Tahan Pangan Namun Rentan)

2000 0,36 (1:2,70) III (Rawan Pangan) 1999-2013 0,22 (1:4,44) III (Rawan Pangan) Sumber: Lampiran 7

Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui bahwapada tahun 1999-2013 rasio produksi dan konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara berada pada tingkat ketahanan rawan pangan dengan nilai rasio 0,22 atau 1:4,44. Namun pada tahun 1999 ketahanan pangan untuk kedelai berada pada tingkat ketahanan tahan pangan namun rentan dengan rasio 0,89 atau 1:1,11 yang disebabkan karena jumlah produksi kedelai meningkat dari tahun sebelumnya sedangkan konsumsi

kedelai menurun drastis. Nilai rasio terkecilterjadi pada tahun 2013 dengan rasio sebesar 0,05 atau 1:18,98.

Untuk menjawab hipotesis ketiga, berdasarkan Tabel 5.1 dan Tabel 5.2 diketahui bahwa pada tahun 1999 terdapat defisit produksi kedelai sebesar 3.362 ton dengan rasio antara produksi kedelai dengan konsumsi kedelai adalah sebesar 0,89 atau 1:1,11 yang menunjukkan bahwa ketahanan pangan terhadap kedelai pada tahun 1999 berada pada konsis tahan pangan namun rentan. Keadaan produksi kedelai tahun 1999 lebih kecil dari konsumsi kedelai yang berarti hipotesis ketiga diterima.

Pada 2000 terdapat defisit produksi kedelai sebesar 21.976 ton dengan

rasio antara produksi kedelai dengan konsumsi kedelai adalah sebesar 0,36 atau 1:2,70 ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan terhadap kedelai pada

tahun 2000 berada pada kondisi yang rawan pangan. Keadaan produksi kedelai tahun 2000 lebih kecil dari konsumsi kedelai yang berarti hipotesis ketiga diterima.

Pada 2001 terdapat defisit produksi kedelai sebesar 29.369 ton dengan rasio antara produksi kedelai dengan konsumsi kedelai adalah sebesar 0,26 atau 1:3,37 yang menunjukkan bahwa ketahanan pangan terhadap kedelai pada tahun 2001 berada pada kondisi yang rawan pangan. Keadaan produksi kedelai tahun 2001 lebih kecil dari konsumsi kedelai yang berarti hipotesis ketiga diterima.

Pada tahun 2002 terdapat defisit produksi kedelai sebesar 33.864 ton dengan rasio antara produksi kedelai dengan konsumsi kedelai adalah sebesar 0,23 atau 1:4,32 ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan terhadap

kedelai pada tahun 2002 berada pada kondisi yang rawan pangan. Keadaan produksi kedelai tahun 2002 lebih kecil dari konsumsi kedelai yang berarti hipotesis ketiga diterima.

Pada tahun 2003 terdapat defisit produksi kedelai sebesar 20.733 ton dengan rasio antara produksi kedelai dengan konsumsi kedelai adalah sebesar 0,33 atau 1:2,98 ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan terhadap kedelai pada tahun 2003 berada pada kondisi yang rawan pangan. Keadaan produksi kedelai tahun 2003 lebih kecil dari konsumsi kedelai yang berarti hipotesis ketiga diterima.

Pada tahun 2004 terdapat defisit produksi kedelai sebesar 29.079 ton dengan rasio antara produksi kedelai dengan konsumsi kedelai adalah sebesar 0,29 atau 1:3,35 ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan terhadap kedelai pada tahun 2003 berada pada kondisi yang rawan pangan. Keadaan produksi kedelai tahun 2003 lebih kecil dari konsumsi kedelai yang berarti hipotesis ketiga diterima.

Pada tahun 2005 terdapat defisit produksi kedelai sebesar 39.407 ton dengan rasio antara produksi kedelai dengan konsumsi kedelai adalah sebesar 0,28 atau 1:3,49 ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan terhadap kedelai pada tahun 2005 berada pada kondisi yang rawan pangan. Keadaan produksi kedelai tahun 2005 lebih kecil dari konsumsi kedelai yang berarti hipotesis ketiga diterima.

Pada tahun 2006 terdapat defisit produksi kedelai sebesar 49.537 ton dengan rasio antara produksi kedelai dengan konsumsi kedelai adalah sebesar 0,12 atau 1:8,03 ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan terhadap

kedelai pada tahun 2006 berada pada kondisi yang rawan pangan. Keadaan produksi kedelai tahun 2006 lebih kecil dari konsumsi kedelai yang berarti hipotesis ketiga diterima.

Pada tahun 2007 terdapat defisit produksi kedelai sebesar 52.235 ton dengan rasio antara produksi kedelai dengan konsumsi kedelai adalah sebesar 0,07 atau 1:13,02 ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan terhadap kedelai pada tahun 2007 berada pada kondisi yang rawan pangan. Keadaan produksi kedelai tahun 2007 lebih kecil dari konsumsi kedelai yang berarti hipotesis ketiga diterima.

Pada tahun 2008 terdapat defisit produksi kedelai sebesar 45.667 ton dengan rasio antara produksi kedelai dengan konsumsi kedelai adalah sebesar 0,20 atau 1:4,92 ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan terhadap kedelai pada tahun 2008 berada pada kondisi yang rawan pangan. Keadaan produksi kedelai tahun 2008 lebih kecil dari konsumsi kedelai yang berarti hipotesis ketiga diterima.

Pada tahun 2009 terdapat defisit produksi kedelai sebesar 43.905 ton dengan rasio antara produksi kedelai dengan konsumsi kedelai adalah sebesar 0,24 atau 1:4,09 ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan terhadap kedelai pada tahun 2009 berada pada kondisi yang rawan pangan. Keadaan produksi kedelai tahun 2009 lebih kecil dari konsumsi kedelai yang berarti hipotesis ketiga diterima.

Pada tahun 2010 terdapat defisit produksi kedelai sebesar 47.175 ton dengan rasio antara produksi kedelai dengan konsumsi kedelai adalah sebesar 0,16 atau 1:5,99 ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan terhadap

kedelai pada tahun 2010 berada pada kondisi yang rawan pangan. Keadaan produksi kedelai tahun 2010 lebih kecil dari konsumsi kedelai yang berarti hipotesis ketiga diterima.

Pada tahun 2011 terdapat defisit produksi kedelai sebesar 48.567 ton dengan rasio antara produksi kedelai dengan konsumsi kedelai adalah sebesar 0,19 atau 5,25 ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan terhadap kedelai pada tahun 2011 berada pada kondisi yang rawan pangan. Keadaan produksi kedelai tahun 2011 lebih kecil dari konsumsi kedelai yang berarti hipotesis ketiga diterima.

Pada tahun 2012 terdapat defisit produksi kedelai sebesar 55.093 ton dengan rasio antara produksi kedelai dengan konsumsi kedelai adalah sebesar 0,08 atau 1:11,16 ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan terhadap kedelai pada tahun 2012 berada pada kondisi yang rawan pangan. Keadaan produksi kedelai tahun 2012 lebih kecil dari konsumsi kedelai yang berarti hipotesis ketiga diterima.

Pada tahun 2013 terdapat defisit produksi kedelai sebesar 58.087 ton dengan rasio antara produksi kedelai dengan konsumsi kedelai adalah sebesar 0,05 atau 1:18,98 ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan terhadap kedelai pada tahun 2013 berada pada kondisi yang rawan pangan. Keadaan produksi kedelai tahun 2013 lebih kecil dari konsumsi kedelai yang berarti hipotesis ketiga diterima.

Pada tahun 1999-2013 total defisit produksi kedelai sebesar 578.056 ton dengan rasio antara produksi kedelai dengan konsumsi kedelai adalah sebesar 0,22 atau 1:4,44 ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan terhadap

kedelai pada tahun 1999-2013 berada pada kondisi yang rawan pangan.

Keadaan produksi kedelai tahun 1999-2013 lebih kecil dari konsumsi kedelai yang berarti hipotesis ketiga diterima.

5.3. Proyeksi Produksi dan Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2026

5.3. (a) Proyeksi Produksi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2026

Proyeksi produksi kedelai Provinsi Sumatera Utara tahun 2017-2026 diperoleh dengan melakukan analisis Forecasting melalui Trend (Gerak Jangka Panjang) dengan menggunakan Least SquaresMethod (metode kuadrat terkecil) melalui program SPSS yang menggunakan Regresi Linier Sederhana, dengan menggunakan data produksi kedelai Provinsi Sumatera Utara tahun 1999-2013, diperoleh persamaan trend(lampiran 9):

Qi

Tahun

= 11.197,26 - 803,53 x

Dari persamaan yang diperoleh maka dapat diketahui produksi kedelai untuk tahun 2018-2027 dengan menggantikan nilai x di persamaan dengan nilai x yang telah di tentukan untuk tahun tersebut. Persamaan yang diperoleh menunjukkan adanya trend menurun, setiap tahun terjadi penurunan produksi kedelai sebesar 803,53 ton.

Tabel 5.3.Hasil Analisis Forecasting Produksi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2026

Lanjutan Tabel 5.3

2025 -4.069,81

2026 -4.873,34

Sumber: Lampiran 10

Berdasarkan Tabel 5.2 dari hasil proyeksi produksi kedelai pada tahun 2017-2026 setiap tahunnya mengalami penurunan sebesar 803,53 ton.

Dimana pada tahun 2017 proyeksi produksi kedelai diperkirakan yaitu sebesar 2.538,43 ton dan diperkirakan pada tahun 2026 yaitu sebesar -4.873,34 ton. Diperkirakan besarnya penurunan produksi dari tahun 2017-2026 adalah sebesar 7.411,77 ton.

Kondisi proyeksi produksi kedelai Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2. Grafik Proyeksi Produksi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2026

Berdasarkan Gambar 5.2 dapat diketahui bahwa proyeksi produksi kedelai untuk tahun 2017-2026 di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan grafik yang menurun. Garis trend untuk proyeksi produksi memiliki nilai negatif yang artinya Provinsi Sumatera Utara tidak lagi memiliki produksi kedelai. Hasil analisis forecasting produksi kedelai di Provinsi Sumatera Utara untuk tahun 2017-2026

-6000

mengalami penurunan atau memiliki trend negatif yang berarti hipotesis 3 (a) diterima.

5.3.2 Proyeksi Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2026 Proyeksi konsumsi kedelai Provinsi Sumatera Utara tahun 2017-2026 diperoleh dengan menggunakan analisis Forecasting melalui Trend (Gerak Jangka Panjang) dengan menggunakan Least SquaresMethod (metode kuadrat terkecil) melalui program SPSS yang menggunakan Regresi Linier Sederhana, dengan menggunakan data konsumsi kedelai Provinsi Sumatera Utara tahun 1999-2013, diperoleh persamaan trend(lampiran 12):

Qj

Tahun

= 49.734,33 + 2.219,79 x

Dari persamaan yang diperoleh maka dapat diketahui konsumsi kedelai untuk tahun 2017-2026 dengan menggantikan nilai x di persamaan dengan nilai x yang telah di tentukan untuk tahun tersebut. Persamaan yang diperoleh menunjukkan adanya trend menaik, setiap tahun terjadi peningkatan konsumsi kedelai sebesar 2.219,79 ton.

Tabel 5.4. Hasil Analisis ForecastingKonsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2026

Berdasarkan Tabel 5.3 dari hasil proyeksi konsumsi kedelai pada tahun 2017-2026 setiap tahunnya mengalami peningkatan sebesar 2.219,79 ton.

Dimana pada tahun 2017 proyeksi konsumsi kedelai yaitu sebesar 74.152,02 ton dan pada tahun 2026 yaitu sebesar 94.130,13 ton. Besarnya peningkatan konsumsi dari tahun 2017-2026 adalah sebesar 19.978,11 ton.

Kondisi proyeksi konsumsi kedelai Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Gambar 5.3.

Gambar 5.3. Grafik Proyeksi Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2026

Berdasarkan Gambar 5.3 dapat diketahui bahwa proyeksi konsumsi kedelai untuk tahun 2017-2026 di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan grafik yang menaik. Hasil analisis forecasting konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara untuk tahun 2017-2026 mengalami peningkatan atau memiliki trend positif yang berarti hipotesis 3 (b) diterima.

Untuk melihat kondisi proyeksi produksi dan konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2017-2026 dapat dilihat pada Gambar 5.4 dengan

0

menggabungkan grafik proyeksi produksi kedelai dengan grafik proyeksi konsumsi kedelai yang telah di dapat sebelumnya.

Gambar 5.4. Grafik Proyeksi Produksi dan Konsumsi Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2026

Berdasarkan Gambar 5.4 dapat diketahui bahwa pada tahun 2017-2026 proyeksi produksi kedelai Provinsi Sumatera Utara menunjukkan grafik yang menurun hingga negatif yang artinya tidak lagi memproduksi kedelai sedangkan proyeksi konsumsi kedelai mengalami grafik yang menaik. Akibat dari terjadinya penurunan produksi kedelai dan terjadinya peningkatan kedelai, kesenjangan antara produksi dan konsumsi sangat besar. Dengan demikian, kondisi ini harus diperhatikan guna memenuhi konsumsi kedelai yang sangat tinggi dibandingkan produksi kedelai yang sangat rendah bahkan pada proyeksi ini kedelai tidak lagi di produksi di Provinsi Sumatera Utara.

-20000 0 20000 40000 60000 80000 100000

Proyeksi Produksi Proyeksi Konsumsi

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. (a) Pada tahun 1999-2013 di Provinsi Sumatera Utara, produksi kedelai mengalami trend negatif.

(b) Pada tahun 1999-2013 di Provinsi Sumatera Utara, konsumsi kedelai mengalami trend positif.

2. Pada tahun 1999-2013 di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan konsumsi kedelai lebih besar dari produksi kedelai dengan perbandingan 1:4,44. Kedelai berada pada tingkat ketahanan pangan III yaitu rawan pangan.

3. (a) Untuk tahun 2017-2026 di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa proyeksi produksi kedelai mengalami trend negatif.

(b) Untuk tahun 2017-2026 di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa proyeksi konsumsi kedelai mengalami trend positif.

6.2. Saran

Saran yang dapat disampaikan setelah dilakukkannya penelitian ini adalah:

1. Kepada pemerintah dan lembaga-lembaga yang terkait diharapkan agar membuat suatu kebijakan yang dapat meningkatkan produksi kedelai melalui peningkatan luas lahan penanaman kedelai dengan meningkatkan produktivitas dari setiap daerah yang memiliki potensi besar untuk produksi kedelai.

2. Diharapkan kepada petani kedelai agar bekerja sama dengan penyuluh pertanian dalam mengadopsi teknologi usahatani berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman kedelai.

3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti bagaimana produksi dan konsumsi terhadap pangan lainnya seperti jagung pipilan, sagu, kentang, daging unggas, minyak kelapa, kemiri, kacang hijau, gula aren, sayur-sayuran, buah-buahan, minuman, bumbu, dan lain sebagainya agar dapat diketahui bagaimana ketersediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan Provinsi Sumatera Utara lebih lengkapnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahman, E. 2004. Ekonomi. Grafindo Media Pratama, Bandung.

Asrofi, I. 2014. Teori Bilangan: Persen, Rasio dan Proporsi. Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. STAIN. Ponorogo.

Atman. 2014. Produksi Kedelai: Strategi Meningkatkan Produksi Kedelai Melalui PTT. Graha Ilmu. Yogyakarta

Badan Ketahanan Pangan. 2016. Laporan Akhir Survey Pola Pangan Harapan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016. Medan.

Badan Ketahanan Pangan. 2016. Laporan Pemantauan Ketersediaan, Kebutuhan dan Cadangan Pangan Provinsi Sumatera Utara 2015. Medan

Baliwati, Y. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penerbit Penebar Swadaya.

Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2006. Sumatera Utara dalam Angka 2005. Medan.

Badan Pusat Statistik. 2010. Sumatera Utara dalam Angka 2009. Medan.

Badan Pusat Statistik. 2015. Profil Kependudukan Sumatera Utara Hasil SUPAS 2015. Medan.

Badan Pusat Statistik. 2015. Sumatera Utara dalam Angka 2014. Medan.

Badan Pusat Statistik. 2016. Sumatera Utara dalam Angka 2015. Medan.

Badan Pusat Statistik. 2016. Indonesia dalam Angka 2015. Jakarta.

Darwanto, D.H. 2005. Ketahanan Pangan Berbasis Produksi dan Kesejahteraan Petani. Dalam Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 12. No. 2.

Direktorat Pangan dan Pertanian. 2015. Rencana Strategis Kementrian Pertanian 2015-2019. Kementrian Pertanian Republik Indonesia.

Djauhari, M.A. 1986. Buku Materi Pokok Metode Peramalan. Universitas Terbuka. Depdikbud.

Gardjito, M., dkk. 2013. Pangan Nusantara: Karakteristik dan Prospek Untuk Percepatan Diversifikasi Pangan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Ginting, E., dkk. 2009. Variates Unggul Kedelai Untuk Bahan Baku Industri Pangan. Jurnal Litbang Pertanian.

Ginting, R. 2000. Metode Peramalan. Fakultas Teknik. Universitas Sumatera Utara.

Hasan, M.I. 2001. Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferentif). Edisi Kedua. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Hatimatunnisani, H. 2012.Semester Pendek Statistik Bisnis: Materi Ketujuh. https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=

Hatimatunnisani, H. 2012.Semester Pendek Statistik Bisnis: Materi Ketujuh. https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=

Dokumen terkait