• Tidak ada hasil yang ditemukan

kehidupan masyarakat yang diperjuangkan oleh negara

1. Mengamati gambar dan menelusuri UUD 1945

a. Guru mengajak peserta didik untuk mengamati gambar yang ada pada buku siswa,

b. Guru mengajak peserta didik untuk menelusuri UUD 1945, khususnya pada pasal-pasal yang mengatur soal bagaimana perekonomian Indonesia diatur untuk memenuhi rasa kemanusiaan yang adil dan beradab.

2. Pendalaman/Diskusi

a. Guru memancing peserta didik untuk mengajukan pertanyaan setelah mengamati gambar burung Garuda yang merupakan lambang negara

Republik Indonesia.

b. Guru mengajak peserta didik untuk berdiskusi dalam kelompok membahas beberapa pertanyaan yang telah diajukan peserta didik sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan diskusi misalnya:

1) Apa makna dari gambar itu?

2) Apa makna Pancasila bagi bangsa Indonesia? 3) Nilai-nilai apa yang terkandung dalam setiap sila? 4) Sebutkan dan jelaskan makna Pembukaan UUD 1945!

5) Sebutkan pasal-pasal yang mengatur perekonomian yang memenuhi rasa kemanusiaan yang adil dan beradab!

6) Apa pandangan atau sikap Gereja Katolik Indonesia terhadap Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan negara yang memperjuangkan nilai-nilai kehidupan penting dalam masyarakaat?

3. Melaporkan hasil diskusi

Guru mengajak peserta didik untuk melaporkan hasil diskusinya. Setiap kelompok diminta untuk menanggapi laporan kelompok lain.

4. Peneguhan

Guru memberikan masukan setelah mendengarkan laporan hasil diskusi kelompok. Penjelasan ini untuk mempertajam wawasan peserta didik.

a. Pancasila merupakan kesepakatan dasar bangsa Indonesia untuk hidup

dalam satu negara kesatuan Republik Indonesia. Pancasila mempunyai

tempat dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Karena merumuskan

nilai-nilai dasar manusiawi, Pancasila dapat disebut visi atau pandangan hidup yang mendasari dan menjadi tujuan segala hukum dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

b. Dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 ditulis:“ … untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia

yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang

barkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,”

c. Mewujudkan keadilan sosial merupakan salah satu tugas utama negara Indonesia. Dengan demikian, segala bentuk ketidakadilan tidak boleh dibiarkan di bumi Indonesia. Negara dan segala alat negara berkewajiban untuk menciptakan jalur-jalur dan prasarana-prasarana ekonomis, politis, sosial, dan budaya yang menjamin keadilan dan kesejahteraan bagi segenap warga Indonesia.

d. Tuntutan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tersebut dijabarkan dalam pasal 33 dan 34 yang menentukan bagaimana perekonomian nasional harus disusun. Ayat pertama pasal 33 mengungkapkan semangat yang harus menjiwai penyelenggaraan perekonomian nasional, yaitu semangat kekeluargaan. Kekeluargaan berarti bahwa dalam menjalankan produksi, kita tidak bekerja hanya untuk diri kita semata-mata melainkan kita bekerja untuk kita semua. Oleh sebab itu, negara dalam pasal 34 UUD 1945 diwajibkan untuk memperhatikan orang-orang dan kelompok yang tidak berdaya, seperti fakir miskin dan anak terlantar secara khusus. Pemerintah harus mewujudkan demokrasi ekonomi di mana koperasi adalah bentuk usaha ekonomis yang sesuai. Istilah demokrasi ekonomi mengatakan bahwa seluruh rakyat ikut menentukan kebijaksanaan di bidang ekonomi. Jadi, rakyat tidak boleh sekadar dijadikan objek perencanaan dan pelaksanaan ekonomi, tetapi subjek dalam pengembangan ekonomi.

e. Jelaslah bahwa kelima sila mencantumkan nilai-nilai perikemanusiaan dan persatuan serta keadilan yang diyakini secara universal oleh seluruh dunia. Namun sekaligus asas permusyawaratan dan ketuhanan menampilkan corak pandangan hidup yang khas kebudayaan Indonesia, yakni corak religius-sosial.

f. Pancasila akan bermakna bagi kehidupan bangsa kalau dihayati sebagai nilai-nilai yang diamalkan dan diperjuangkan. Sebaliknya, Pancasila akan menjadi rumusan kosong atau sarana kepentingan kelompok tertentu kalau dipakai untuk memperjuangkan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai yang menjadi kandungannya.

g. Dalam Statuta Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), yang disahkan pada bulan November 1987, pasal 3, dikatakan:“Dalam terang iman Katolik Konferensi Waligereja Indonesia berasaskan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.”

h. Pasal itu diberi penjelasan sebagai berikut: “Nilai-nilai kemanusiaan yang luhur seperti yang ada dalam Pancasila itu terdapat juga dalam ajaran Gereja, Andaikata tidak ada Pancasila, nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial itu juga sudah harus dijunjung tinggi dan diperjuangkan oleh Gereja Katolik. Dalam terang iman Katolik Gereja menerima Pancasila. Dengan menerima Pancasila itu umat Katolik tidak merasa menerima tambahan beban, melainkan mendapat tambahan

dukungan dan bantuan dari negara RI. Maka, Gereja Katolik sangat

menghargai Pancasila bukan karena pertimbangan taktis, melainkan karena keyakinan akan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, yang perlu dihayati dan diamalkan secara terbuka, dinamis, dan kreatif, dalam wawasan persatuan, kebersamaan dan kemanusiaan yang luhur bangsa kita.”

i. Dalam dokumen KWI tentang “Umat Katolik Indonesia dalam Masyarakat Pancasila” (7 Maret 1985), yang merangkum gagasan dan pedoman sejak terbitnya “Pedoman Kerja Umat Katolik Indonesia” pada tahun 1970,

dikatakan antara lain:“Agama Katolik tidak dapat mengidentiikasikan

diri dengan salah satu ideologi atau pola pemerintahan tertentu. Namun demikian, umat Katolik Indonesia bersyukur kepada Tuhan Yang Maha

Esa, bahwa Negara kita memilih Pancasila sebagai ilsafat dan dasarnya.

Pancasila mengandung nilai-nilai manusiawi yang terungkap dalam kehidupan dan sejarah bangsa, dan dapat diterima serta didukung semua golongan dan semua pihak di dalam masyarakat kita yang majemuk itu. Gereja yakin bahwa Pancasila, yang telah teruji dan terbukti keampuhannya

dalam sejarah Republik kita ini, merupakan wadah kesatuan dan persatuan

nasional, asalkan tidak digunakan sebagai topeng untuk melindungi kepentingan-kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan tertentu … , Umat Katolik menerima landasan yang sungguh-sungguh dapat menjadi wadah pemersatu pelbagai golongan di dalam masyarakat, yakni Pancasila. Maka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, umat Katolik menerima Pancasila sebagaimana tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945. Umat Katolik mendukung Pancasila bukan hanya sebagai sarana pemersatu, melainkan juga sebagai ungkapan nilai-nilai dasar hidup bernegara, yang berakar di dalam budaya dan sejarah suku-suku bangsa kita. Pancasila, baik sebagai keseluruhan maupun ditinjau sila demi sila, mencanangkan nilai-nilai dasar hidup manusiawi, sejalan dengan nilai-nilai yang dikemukakan oleh ajaran dan pandangan Gereja Katolik.”

Langkah Kedua: Menggali ajaran Kitab Suci dan ajaran