• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ASPEK KEISTIMEWAAN DAN KEKEBALAN

B. Keistimewaan dan Kekebalan Anggota Perwakilan Konsuler

Tidak hanya perwakilan konsuler saja yang diberikan kekebalan dan keistimewaan. Anggota perwakilan konsuler di negara penerima juga diberikan kekebalan dan keistimewaan. Anggota perwakilan konsuler terdiri dari pejabat- pejabat konsuler, pegawai-pegawai konsuler, dan anggota-anggota staf pelayan. Bagi anggota keluarga anggota perwakilan konsuler juga mendapatkan kekebalan dan keistimewaan dalam hal-hal tertentu.

Pemberian kekebalan dan keistimewaan bagi anggota perwakilan konsuler ini berdasarkan kebiasaan internasional dan pandangan umum yang menganggap bahwa pejabat-pejabat konsuler mewakili negaranya di daerah konsuler negara penerima, oleh karena posisinya tersebut ia berhak mendapatkan fasilitas-fasilitas lebih dari orang asing biasa yang menetap di negara penerima.

Negara penerima harus memperlakukan pejabat konsuler dengan penuh penghormatan, bahkan negara penerima melalui alat-alat negaranya pula wajib mengambila semua tindakan demi keselamatan, kebebasan aktifitas, dan martabat

pejabat konsuler tersebut. Pasal 40 Konvensi Wina 1963 menegaskan,“The

receiving State shall treat consular officers with due respect and shall take all appropriate steps to prevent any attack on their person, freedom or dignity.”

Pengaturan mengenai inviolabilitas dan kekebalan pejabat konsuler terhadap hukum negara penerima diatur mulai dari Pasal 41 hingga Pasal 45 Konvensi Wina 1963.

Tidak dapat diganggu gugatnya seorang pejabat konsul berkenaan dengan aturan bahwa seorang pejabat konsuler tidak boleh ditahan, ditangkap sementara, atau ditahan untuk menunggu pemeriksaan di pengadilan kecuali dalam kejahatan yang dianggap berat berdasarkan keputusan penguasa yudisial (pengadilan) yang berwenang. Pejabat konsul juga tidak boleh dipenjarakan atau dibatasi kebebasan pribadinya kecuali dalam hal atau kasus yang telah memiliki putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

Apabila pejabat konsuler harus diajukan ke pengadilan pidana, maka pejabat tersebut harus menghadapinya. Namun pejabat ini harus tetap dihormati oleh pengadilan karena alasan kedudukan resmi pejabat konsuler tersebut, kecuali kejahatan yang disangkakan padanya betul-betul dianggap sebagai kejahatan berat. Pengajuan pejabat konsuler di sidang pengadilan negara penerima harus tidak banyak mengganggu pelaksanaan fungsi-fungsi dinas konsuler. Penahanan dan proses persidangan pejabat konsuler harus dilaksanakan dengan sedikit

penundaan untuk memperpendek jangka waktu proses hukumnya. Seperti yang ditegaskan Pasal 41 Konvensi wina 1963;

1) Consular officers shall not be liable to arrest or detention pending trial, except in the case of a grave crime and pursuant to a decision by the competent judicial authority.

2) Except in the case specified in paragraph 1 of this article, consular officers shall not be committed to prison or be liable to any other form of restriction on their personal freedom save in execution of a judicial decision of final effect.

3) If criminal proceedings are instituted against a consular officer, he must appear before the competent authorities. Nevertheless, the proceedings shall be conducted with the respect due to him by reason of his official position and, except in the case specified in paragraph 1 of this article, in a manner which will hamper the exercise of consular functions as little as possible. When, in the circumstances mentioned in paragraph 1 of this article, it has become necessary to detain a consular officer, the proceedings against him shall be instituted with the minimum of delay. Negara penerima harus secepatnya memberitahukan kepala kantor konsuler apabila terjadi penangkapan, atau penahanan sementara untuk menunggu proses persidangan di pengadilan atas anggota staf konsuler. Jika hal tersebut terjadi kepada kepala kantor konsuler, maka negara penerima wajib memberitahukan negara pengirim melalui saluran diplomatik (Pasal 42 Konvensi Wina 1963).

Dalam pelaksanaan fungsi-fungsi resmi kekonsuleran pejabat-pejabat dan pegawai-pegawai konsuler tidak bertanggung jawab terhadap yurisdiksi penguasa yudisial atau administratif negara penerima. Ketentuan ini tidak berlaku dalam hal terjadinya gugatan sipil, baik yang timbul akibat perjanjian yang dibuat oleh seorang pejabat konsuler atau pegawai konsuler dimana dia tidak secara tegas menyatakan bahwa perjanjian tersebut dibuat atas nama negara, maupun adanya pihak ke tiga menuntut ganti rugi yang timbul dari kecelakaan yang terjadi di

negara penerima yang disebabkan oleh kenderaan, kapal laut, ataupun pesawat udara (Pasal 43 Konvensi Wina 1963).

Anggota-anggota kantor konsuler dapat dipanggil oleh negara penerima sebagai saksi dalam proses persidangan ataupun administrasi. Pejabat atau pegawai konsuler tidak boleh menolak memberi bukti (kesaksian) di pengadilan, kecuali bukti-bukti tersebut berkaitan dengan fungsi kekonsulerannya. Meskipun apabila pejabat atau pegawai tersebut menolak memberi bukti/kesaksian, tidak boleh dikenakan pemaksaan atau hukuman padanya.

Pihak berwenang yang membutuhkan kesaksian dari pejabat konsuler harus sebisa mungkin menghindarkan diri dari campur tangan atas pelaksanaan fungsi- fungsi konsuler. Jika memungkinkan, pengambilan kesaksian tersebut dilakukakn di kediaman atau kantor konsuler, ataupun hanya menerima pernyataan tertulis dari anggota konsuler tersebut.

Anggota-anggota konsuler tidak wajib memberi bukti mengenai masalah-

masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi resminya atau

mengeluarkan surat dan dokumen resmi berkaitan dengan hal tersebut. Mereka juga berhak menolak untuk memberikan kesaksian sebagai saksi ahli dalam hal- hal yang berkenaan dengan hukum negara pengirim. Pasal 44 menyatakan;

1) Members of a consular post may be called upon to attend as witnesses in the course of judicial or administrative proceedings. A consular employee or a member of the service staff shall not, except in the cases mentioned in paragraph 3 of this article, decline to give evidence. If a consular officer should decline to do so, no coercive measure or penalty may be applied to him.

2) The authority requiring the evidence of a consular officer shall avoid interference with the performance of his functions. It may, when possible, take such evidence at his residence or at the consular post or accept a statement from him in writing.

3) Members of a consular post are under no obligation to give evidence concerning matters connected with the exercise of their functions or to produce official correspondence and documents relating thereto. They are also entitled to decline to give evidence as expert witnesses with regard to the law of the sending State.

Inviolabilitas dan hak-hak istimewa yang dinikmati para anggota perwakilan konsuler ini dapat ditanggalkan oleh negara pengirimnya. Penanggalan yang dilakukan ialah terhadap hak tidak dapat diganggu gugatnya pejabat konsuler yang diatur dalam Pasal 41,kekebalan dari yurisdiksi negara penerima yang diatur dalam Pasal 43, dan pertanggungjawaban untuk memberi kesaksian dalam Pasal 44 Konvensi Wina 1963. Penanggalan terhadap kekebalan dan hak istimewa pejabat konsul ini harus diberitahukan secara tertulis kepada negara penerima. Bila pejabat atau pegawai konsuler yang menikmati kekebalan terhadap yurisdiksi negara penerima, mengambil tindakan pertama dalam tuntutan pengadilan, ia kehilangan kekebalan terkait dengan tuntutan balasan yang berhubungan langsung dengan pokok perkara. Penanggalan kekebalan dari pengadilan terkait tindakan administratif atau perdata tidak dianggap sebagai penanggalan kekebalan terhadap eksekusi putusan pengadilan, karena untuk hal tersebut diperlukan penanggalan tersendiri (Pasal 45).

Konvensi Wina 1963 memberikan beberapa pembebasan bagi anggota- anggota konsuler. Dapat dianggap pembebasan-pembebasan ini adalah bentuk

keistimewaan dari negara penerima terhadap anggota-anggota perwakilan

konsuler. Pembebasan-pembebasan yang diberikan oleh negara penerima antara lain pembebasan dari pendaftaran sebagai orang asing dan izin tinggal, pembebasan dari izin kerja, pembebasan dari penjagaan keamanan sosial,

pembebasan pajak dan iuran, pembebasan dari bea dan pemeriksaan, pembebasan dari pelayanan pribadi dan sumbangan sosial,serta pembebasan dan kemudahan lainnya.

Pasal 46 Konvensi Wina 1963 mengatur mengenai pejabat-pejabat konsuler dan pegawai-pegawai konsuler beserta anggota keluarganya yang menjadi bagian rumah tangganya harus dibebaskan dari segala kewajiban menurut hukum dan peraturan negara penerima yang berkaitan dengan pendaftaran orang asing dan pendaftaran izin tinggal. Namun pembebasan ini tidak berlaku apabila pegawai konsuler bukan merupakan pegawai tetap yang diangkat dari warga negara pengirim, atau pegawai tersebut hanya menduduki jabatan dan hanya melakukan aktivitas di negara penerima demi keuntungan pribadinya. Anggota keluarga pegawai tersebut juga tidak mendapatkan pembebasan atas pendaftaran sebagai orang asing dan izin tinggal.

Dalam praktek di banyak negara, menteri luar negeri memberikan semacam kartu identitas spesial kepada anggota perwakilan konsuler dan anggota keluarga mereka sebagai dokumen yang menunjukkan status mereka sebagai anggota perwakilan konsuler atau sebagai anggota keluarga dari anggota

perwakilan konsuler.71

Mengenai pembebasan dari izin kerja, Pasal 47 Konvensi Wina menyatakan bahwa anggota-anggota kantor konsuler dibebaskan dari setiap kewajiban memperoleh izin kerja yang biasanya dibebankan oleh hukum dan peraturan negara penerima dalam hal terjadinya pemakaian tenaga kerja asing.

Sedangkan terhadap anggota pelayan pribadi dari para pejabat dan pegawai konsuler mendapatkan pembebasan dari kewajiban memperoleh izin kerja apabila mereka tidak memiliki pekerjaan lain yang dapat mendatangkan penghasilan pada pelayan pribadi tersebut.

Pasal 48 Konvensi Wina 1963 mengatur mengenai pembebasan dari penjagaan keamanan sosial di negara penerima bagi anggota perwakilan konsuler dan juga keluarga yang menjadi bagian dari rumah tangganya. Penjagaan keamanan sosial ini dapat berupa wajib militer atau pengamanan swakarsa. Pembebasan juga berlaku bagi staf pelayan pribadi dengan syarat bahwa staf pelayan pribadi tersebut tidak berasal dari negara penerima dan bukan pula warga negara lain yang menetap di negara penerima. Staf pelayan pribadi yang telah dikenai kewajiban penjagaan keamanan sosial di negara pengirim dan negara ketiga juga mendapatkan pembebasan dari penjagaan keamanan sosial di negara penerima

Pejabat konsuler beserta keluarga dan staf-stafnya tidak dilarang turut serta dalam menjaga keamanan sosial di negara penerima. Anggota perwakilan konsuler boleh menjadi anggota penjaga keamanan sosial sepanjang mendapat persetujuan dari negara pengirimnya.

Pasal 49 Konvensi Wina 1963 mengatur mengenai pembebasan terhadap pajak dan iuran sebagai berikut;

1) Consular officers and consular employees and members of their families forming part of their households shall be exempt from all dues and taxes, personal or real, national, regional or municipal,except:

a) indirect taxes of a kind which are normally incorporated in the price of goods or services;

b) dues or taxes on private immovable property situated in the territory of the receiving State,subject to the provisions of article 32;

c) estate, succession or inheritance duties, and duties on transfers, levied by the receiving State, subject to the provisions of paragraph (b) of article 51;

d) dues and taxes on private income, including capital gains, having its source in the receiving State and capital taxes relating to investments made in commercial or financial undertakings in the receiving State; e) charges levied for specific services rendered;

f) registration, court or record fees, mortgage dues and stamp duties, subject to the provisions of article 32.

2) Members of the service staff shall be exempt from dues and taxes on the wages which they receive for their services.

3) Members of the consular post who employ persons whose wages or salaries are not exempt from income tax in the receiving State shall observe the obligations which the laws and regulations of that State impose upon employers concerning the levying of income tax.

Pejabat-pejabat dan pegawai-pegawai kantor konsuler beserta anggota keluarga yang membentuk bagian dari rumah tangganya bebas dari segala iuran dan pajak, kecuali:

1) Pajak langsung yang biasanya termasuk dalam harga barang atau

pelayanan-pelayanan tertentu misalnya retribusi air, listrik, retribusi masuk jalan tol atau retribusi pada tempat-tempat rekreasi.

2) Iuran-iuran atau pajak atas barang milik pribadi yang terletak di wilayah

negara penerima dan tunduk pada Pasal 32 konvensi ini misalnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) atas rumah yang dibeli secara pribadi oleh pejabat perwakilan konsuler.

3) Bea-bea kekayaan,pengoperan atau pewarisan dan biaya-biaya peralihan

atas suatu barang tunduk pada Pasal 51 huruf b.

4) Iuran-iuran dan pajak-pajak pribadi atas pendapatan pribadi termasuk

penerima, dan pajak-pajak modal yang berhubungan dengan penanaman modal (investasi) dalam dunia perdagangan atau keuangan di negara penerima.

5) Biaya-biaya tertentu yang dipungut karena adanya pelayanan khusus.

6) Biaya-biaya pendaftaran, pengadilan dan pencatatan, bea prangko dan

biaya hipotik dengan selalu tunduk pada ketentuan Pasal 32 konvensi ini. Para staf pelayan yang bekerja pada staf konsuler juga bebas dari pajak dan iuran atas upah yang mereka terima sebagai kontra prestasi atas jerih payahnya. Apabila karena adanya pertimbangan-pertimbangan khusus dan ketentuan- ketentuan tertentu yang mengatur bahwa para pelayan tersebut harus membayar iuran dan pajak pada negara penerima atas upah yang diperolehnya, maka besarnya uang yang harus dibayarkan oleh staf pelayan pribadi tersebut harus ditanggung oleh pejabat konsuler yang menjadi majikannya. Pembayaran pajak dan iuran kepada negara penerima dilakukan dan atas nama pelayan pribadi tersebut, tetapi uang pembayarannya ditanggung majikannya.

Terhadap barang-barang yang diimpor dan akan digunakan untuk keperluan kantor konsuler dan barang-barang yang digunakan untuk keperluan pribadi anggota perwakilan konsuler dan keluarga yang membentuk rumah tangganya, wajib diberikan izin masuk dan dibebaskan dari semua bea atau pajak dan biaya- biaya lainnya oleh negara penerima. Namun untuk biaya-biaya dan ongkos penyimpanan, pengangkutan, atau pelayanan khusus sejenis, negara penerima dapat memungut bayaran. Pembebasan dari bea masuk dan berbagai pajak

tersebut hanya berlaku satu kali, yaitu pada saat mereka datang pertama di negara penerima dalam rangka melaksanakan tugas resmi.

Bagasi pribadi yang dibawa oleh pejabat konsuler dan anggota-anggota

keluarga mereka yang membentuk rumah tangganya bebas dari setiap

pemeriksaan. Bagasi tersebut hanya boleh dibuka apabila terdapat alasan-alasan yang kuat dan dari bukti-bukti awal sehingga patut diduga bahwa isi dari bagasi pribadi tersebut adalah barang-barang yang menurut hukum dan peraturan negara penerima dilarang masuk atau keluar dari wilayahnya, atau dilarang oleh aturan karantina negara penerima. Pemeriksaan terhadap bagasi tersebut harus dilakukan dengan disaksikan oleh pejabat konsuler atau anggota keluarga konsuler yang membawanya. Seperti yang ditegaskan Pasal 50 Konvensi Wina 1963 berikut;

1) The receiving State shall, in accordance with such laws and regulations as it may adopt, permit entry of and grant exemption from all customs duties, taxes, and related charges other than charges for storage, cartage and similar services, on:

a) articles for the official use of the consular post;

b) articles for the personal use of a consular officer or members of his family forming part of his household, including articles intended for his establishment. The articles intended for consumption shall not exceed the quantities necessary for direct utilization by the persons concerned.

2) Consular employees shall enjoy the privileges and exemptions specified in paragraph 1 of this article in respect of articles imported at the time of first installation.

3) Personal baggage accompanying consular officers and members of their families forming part of their households shall be exempt from inspection. It may be inspected only if there is serious reason to believe that it contains articles other than those referred to in subparagraph (b) of paragraph 1 of this article, or articles the import or export of which is prohibited by the laws and regulations of the receiving State or which are subject to its quarantine laws and regulations. Such inspection shall be carried out in the presence of the consular officer or member of his family concerned.

Negara penerima harus memberikan pembebasan dari semua pelayanan pribadi dan semua pelayanan umum dalam bentuk apa pun kepada anggota perwakilan konsuler dan anggota keluarganya yang membentuk rumah tangganya. Mereka juga bebas dari kewajiban di bidang ketentaraan yaitu yang berkaitan dengan pengambilalihan, sumbangan-sumbangan dan penyediaan penginapan untuk dinas militer negara penerima (Pasal 52);

The receiving State shall exempt members of the consular post and members of their families forming part of their households from all personal services, from all public service of any kind whatsoever, and from military obligations such as those connected with requisitioning, military contributions and billeting.”

Dalam hal terjadinya kematian seorang pegawai atau personil kantor perwakilan konsuler atau anggota keluarganya yang membentuk rumah tangganya di negara penerima,maka Pasal 51 konvensi memberi kewajiban kepada negara penerima untuk:

1) Memberi izin pengeluaran atas barang-barang bergerak milik almarhum,

kecuali barang-barang bergerak tersebut diperoleh di negara penerima dan peraturan di negara penerima menentukan bahwa barang-barang tersebut tidak boleh dikeluarkan dari negara penerima.

2) Tidak memungut bea-bea dari pewarisan, suksesi (pengoperan), atau bea

kekayaan baik yang bersifat nasional maupun daerah; juga tidak boleh memungut bea-bea peralihan atas barang bergerak yang munculnya/ adanya barang tersebut semata-mata karena almarhum tinggal di negara

penerima dalam rangka menunaikan tugas-tugas resmi perwakilan

semata-mata karena menjadi anggota keluarga yang membentuk rumah tangga pejabat konsuler.

C. Mulai dan Berakhirnya Keistimewaan dan Kekebalan Pejabat Konsuler