• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAITAN ANTARA HUBUNGAN KONSULER DENGAN KONSUL

D. Pengangkatan Konsul Kehormatan

Suatu negara dapat mengangkat seorang warga negara asing untuk mengepalai suatu kantor konsulatnya. Warga negara asing yang diangkat biasanya adalah seorang usahawan setempat, di mana kantor konsulat dibuka, yang memiliki hubungan baik dan pengalaman yang erat dengan negara yang mengangkatnya. Warga negara asing setempat yang mengepalai kantor konsulat

suatu negara itulah yang disebut Konsul Kehormatan (honorary consul).

Dalam Konvensi Wina 1963 tidak terdapat perbedaan dalam pengaturan mengenai pengangkatan kepala-kepala kantor konsuler,baik bagi yang dikepalai oleh Konsul Karir maupun yang dikepalai oleh Konsul Kehormatan. Pasal 10 konvensi menyatakan sebagai berikut :

1) Heads of consular posts are appointed by the sending State and are admitted to the exercise of their functions by the receiving State.

2) Subject to the provisions of the present Convention, the formalities for the appointment and for the admission of the head of a consular post are determined by the laws, regulations and usages of the sending State and of the receiving State respectively.

45 Pasal 58 ayat (4) Konvensi Wina 1963

46 Syahmin,A.K,Hukum Diplomatik Dalam Kerangk a Studi Analisis,PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008,hal. 178-179

Kepala-kepala kantor konsuler diangkat oleh negara pengirim dan diakui oleh negara penerima untuk melaksanakan fungsi-fungsi konsulernya (Pasal 10 ayat (1)). Dengan tetap tunduk kepada ketentuan-ketentuan konvensi ini, formalitas dalam pengangkatan dan pengakuan kepala kantor konsuler ditentukan oleh hukum, peraturan-peraturan dan kebiasaan-kebiasaan masing-masing di negara pengirim dan negara penerima ( Pasal 10 ayat (2)).

Hal-hal formalitas dalam pengangkatan dan pengakuan kepala kantor konsuler ini berkaitan dengan antara lain; siapa pejabat di negara pengirim yang berwenang mengangkat kepala kantor konsuler dan siapa pejabat di negara penerima yang berwenang memberikan pengakuan kepada kepala kantor konsuler untuk melaksanakan fungsinya. Selain itu prosedur pengangkatan dan pengakuan kepala kantor konsuler juga termasuk dalam formalitas yang ditentukan oleh negara pengirim dan penerima. Meskipun begitu, ketentuan yang berkaitan dengan pengangkatan dan pengakuan kepala kantor konsuler ini harus diterapkan secara seragam tanpa diskriminasi antara negara satu dengan yang lain. Misalnya pada negara A pejabat yang berwenang memberi eksekuatur kepala perwakilan konsuler setingkat konsulat Jenderal dari negara B adalah presiden dengan prosedur baku sebagaimana ditentukan negara A, maka ketentuan tersebut harus diterapkan konsisten pada pemberian eksekuatur kepala perwakilan konsuler yang tingkatannya sama dengan negara B yang berasal dari negara C,negara D,atau

negara E.47

47 Widodo,op.cit,hal.199.

Kepala kantor konsuler yang diangkat oleh negara pengirim harus disertai

dengan suatu dokumen dalam bentuk komisi (comission). Sebutan lainnya untuk

dokumen ini, selain komisi konsuler, dalam bahasa Perancis disebut sebagai lettre

de provision, lettre patente,commission consulaire, atau Surat Tauliah48. Mengenai dokumen yang menyertai pengangkatan kepala kantor konsuler ini terdapat dalam Pasal 11 Konvensi Wina 1963 sebagai berikut.

1) The head of a consular post shall be provided by the sending State with a document, in the form of a commission or similar instrument, made out for each appointment, certifying his capacity and showing, as a general rule, his full name, his category and class, the consular district and the seat of the consular post.

2) The sending State shall transmit the commission or similar instrument through the diplomatic or other appropriate channel to the Government of the State in whose territory the head of a consular post is to exercise his functions.

3) If the receiving State agrees, the sending State may, instead of a commission or similar instrument, send to the receiving State a notification containing the particulars required by paragraph 1 of this article.

Pada Pasal 11 ayat (1) di atas dapat diketahui selain dalam bentuk surat komisi konsuler,dokumen yang menyertai pengangkatan kepala kantor konsuler juga dapat berupa instrumen lain yang dapat dipersamakan dengan surat komisi tersebut. Surat tersebut dibuat oleh negara pengirim pada setiap kali terjadi pengangkatan kepala kantor konsuler. Surat komisi konsuler berisi tentang nama lengkap kepala kantor konsuler,wilayah kerja dari kantor konsuler yang dikepalainya,klasifikasi konsulernya serta tempat kedudukan dari kantor konsuler yang dikepalainya.

48 Istilah Surat Tauliah terdapat dalam Undang -Undang No.37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri

Pengiriman dokumen pengangkatan kepala kantor konsuler oleh negara pengirim ke negara penerima,dilakukan melalui saluran diplomatik (apabila antara negara pengirim dan penerima perwakilan konsuler telah menjalin hubungan diplomatik. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan atau antara kedua negara belum menjalin hubungan diplomatik, maka pengiriman dokumen-dokumen tersebut dapat dilakukan melalui saluran lain yang pantas dan disepakati oleh kedua negara (Pasal 11 ayat (2)) .

Selain surat komisi atau instrumen lain yang dapat dipersamakan, apabila negara penerima setuju, negara pengirim boleh mengirimkan suatu pemberitahuan atau notifikasi kepada negara penerima berisi hal-hal tertentu yang diperlukan seperti yang disebutkan ayat (1) pasal ini,yaitu nama lengkap,klasifikasi konsuler,serta wilayah dan kedudukan konsuler (Pasal 11 ayat (3)).

Apabila dalam pengangkatan kepala kantor konsuler harus dilengkapi dengan suatu dokumen ataupun pemberitahuan oleh negara pengirim, maka dalam hal pemberian pengakuan kepada kepala kantor konsuler tersebut oleh negara

penerima dikeluarkanlah suatu eksekuatur (exequatur). Eksekuatur ini merupakan

persetujuan atau kesepakatan yang diberikan oleh negara penerima perwakilan konsuler atas seorang calon kepala perwakilan konsuler dari negara pengirim, untuk menerima pengangkatannya sehingga kepala kantor konsuler tersebut dapat mulai melaksanakan tugas-tugasnya setelah ia memperoleh eksekuatur tersebut. Berikut terdapat dalam Pasal 12 Konvensi Wina 1963.

1) The head of a consular post is admitted to the exercise of his functions by an authorization from the receiving State termed an exequatur, whatever the form of this authorization.

2) A State which refused to grant an exequatur is not obliged to give to the sending State reasons for such refusal.

3) Subject to the provisions of articles 13 and 15, the head of a consular post shall not enter upon his duties until he has received an exequatur.

Suatu negara yang menolak untuk mengeluarkan eksekuatur tidak memiliki kewajiban untuk memberitahukan alasan penolakan pemberian eksekuatur tersebut kepada negara pengirim (Pasal 12 ayat (2)).Apabila seorang kepala kantor konsuler belum menerima eksekuatur,ia tidak diperkenankan untuk melaksanakan tugas-tugas kekonsulerannya,hal ini ditegaskan dalam Pasal 12 ayat (3). Namun di dalam Konvensi Wina 1963 juga dikenal istilah pengakuan sementara atau ‘provisional admission’ ataupun eksekuatur sementara. Apabila terjadi penundaan dalam pengeluaran eksekuatur, kepala kantor konsuler

diberikan pengakuan sementara agar tetap dapat melaksanakan fungsi

konsulernya. Meskipun sifatnya sementara, namun apabila pengakuan atau eksekuatur tersebut telah diberikan oleh negara penerima, seluruh ketentuan Konvensi Wina 1963 atau ketentuan-ketentuan lain yang terkait dengan hubungan konsuler sudah dianggap berlaku sebagaimana mestinya. Pengakuan sementara ini

diatur dalam Pasal 13 konvensi;“Pending delivery of the exequatur, the head of a

consular post may be admitted on a provisional basis to the exercise of his functions. In that case, the provisions of the present Convention shall apply.”

Selanjutnya Pasal 14 Konvensi Wina 1963 menyatakan sebagai berikut; “As soon as the head of a consular post is admitted even provisionally to the exercise of his functions, the receiving State shall immediately notify the competent authorities of the consular district. It shall also ensure that the necessary measures are taken to enable the head of a consular post to carry out

the duties of his office and to have the benefit of the provisions of the present Convention.”

Bahwa segera setelah kepala kantor konsuler memperoleh pengakuan untuk melaksanakan fungsi-fungsinya bahkan pengakuan yang bersifat sementara sekalipun, negara penerima harus secepatnya memberitahukan tentang hal tersebut kepada pihak berkuasa yang berwenang (maksudnya pemerintah daerah) di daerah konsuler terkait. Harus dipastikan bahwa tindakan-tindakan yang penting harus dilakukan agar memudahkan kepala kantor konsuler menjalankan tugas-tugas kekonsulerannya.

E. Ruang Lingkup Hubungan Konsuler oleh Konsul Kehormatan Jerman di