• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : PEMBAHASAN

5.6 Kekesalan/Kejengkelan

5.6.1. –Tteba

Makna emotif kejengkelan pada partikel –tteba dapat dilihat pada data 9. Partikel –tteba termasuk dalam setsuzokujoshi. Partikel yang disoroti adalah

tteba pada kalimat da – ka – ra – Atashi wa keikan ni naru tsumori nante naitteba!! „„i-tu-lah, (sudah kubilang) aku sama sekali tidak punya rencana menjadi polisi!!‟.

Berdasarkan konteks situasi percakapan pada data 9, Ran dipaksa oleh kedua orang tuanya untuk meneruskan tradisi keluarga menjadi seorang polisi. Walau Ran sudah berulang kali menolak hal itu, kedua orang tua Ran tetap memintanya menjadi polisi sehingga akhirnya Ran merasa kesal. Emosi kekesalan ini didukung dengan adanya kata nante„apalah‟ pada kalimat keikan ni naru tsumori nante nai „sama sekali tidak ada rencana menjadi polisi‟ yang menunjukkan

ketidakpedulian Ran apakah itu tentang menjadi polisi atau bukan dalam rangka mengekspresikan kekesalan atas orang tuanya yang terus menerus memintanya menjadi polisi walau Ran juga telah berulang kali menolaknya. Selain itu, adanya penggunaan da-ka-ra di awal kalimat yang menunjukkan kejengkelan Ran terhadap apa yang baru saja didengarnya.

Untuk membuktikan bahwa pada data 9, emosi kejengkelan ditunjukkan melalui adanya penggunaan partikel adalah dengan melakukan teknik substitusi dan delesi. Apabila –tteba disubstitusikan dengan no seperti pada kalimat da – ka

– ra – Atashi wa keikan ni naru tsumori nante nai no!!, maka kalimat tersebut menjadi kalimat pernyataan dan emosi kejengkelan menjadi hilang. Kemudian, apabila partikel -tteba dilesapkan seperti pada kalimat da – ka – ra – Atashi wa

keikan ni naru tsumori nante nai!!, maka kalimat tersebut juga menjadi kalimat pernyataan. Dengan demikian, -tteba dalam kalimat di atas menunjukkan emosi kejengkelan.

Pendapat ini sesuai dengan pendapat Chino (2008 : 130) yang menyebutkan bahwa -tteba digunakan untuk menunjukkan kejengkelan terhadap seseorang.

5.6.2. Kara

Makna emotif kekesalan pada partikel kara dapat dilihat pada data 14. Partikel kara termasuk dalam setsuzokujoshi yang berfungsi sebagai penyambung kalimat dan menunjukkan sebab akibat. Partikel yang disoroti adalah kara pada

kalimat “mou~~~ acchi kocchi tsure mawasun da kara” „ugh~~ dari tadi diajak kesana kemari‟.

Aya yang pada saat itu menemani Rei dan Yuuya melakukan interview

majalah di sebuah cafe kemudian diajak Ran untuk pergi. Aya merasa lelah setelah terus menerus diajak kesana-kemari sehingga Aya merasa kesal. Hal ii didukung dengan adanya ungkapan mo~~~ di awal kalimat yang merupakan ungkapan kekesalan penutur atas sesuatu yang dirasakan dan dihadapi.

Untuk membuktikan bahwa pada data 14, emosi kekesalan ditunjukkan melalui adanya penggunaan partikel adalah dengan melakukan teknik substitusi dan delesi. Apabila partikel kara disubstitusikan dengan shi seperti dalam kalimat

acchi kocchi tsure mawasun da shi, maka emosi yang muncul menjadi kekecewaan. Kemudian, apabila kara dilesapkan seperti dalam kalimat acchi kocchi tsure mawasun da, maka kalimat tersebut menjadi kalimat pernyataan dan tidak mengandung makna emotif.

Chino (2008 : 55) berpendapat, kara yang terdapat di akhir kalimat berfungsi untuk menunjukkan kritik atau peringatan terhadap lawan bicara. Melalui kara

di akhir kalimat pada kalimat di atas, emosi yang muncul adalah kekesalan. Hal ini diperkuat dengan adanya penggunaan mo~~~ di awal kalimat. Dengan demikian, partikel kara pada percakapan data 14 menunjukkan makna emotif kekesalan.

5.6.3. –Tte

Makna emotif kekesalan pada partikel –tte dapat dilihat pada data 8. Morita (1989 : 153) menyebutkan bahwa walaupun dengan bentuk yang sama, terjadi perubahan kakujoshi16 to menjadi -tte yang digunakan sebagai shuujoshi. Isao (2001 : 334) menyebutkan bahwa (to wa) wa hanashikotoba de wa [tte] ni narimasu „(to wa) dalam bahasa percakapan berubah menjadi (tte)‟. Hal senada juga dinyatakan oleh Tomomatsu (2008 : 249), bahwa dalam percakapan informal,

to wa berubah menjadi –tte. Kemudian Kawashima (1999 : 232) menambahkan bahwa –tte digunakan dalam percakapan kasual yang sama dengan to dan merupakan variasi informal dari to iu. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa –tte merupakan shuujoshi yang merupakan bentuk lain dari to, to iu, dan to wa.

Fungsi partikel –tte menurut Sunagawa (1998 : 232) ialah untuk mengangkat topik percakapan, menyatakan defenisi/arti, dan untuk memberikan penaksiran. Digunakan dalam percakapan santai. Dalam menyatakan defenisi/arti di dalam bahasa tulisan formal, digunakan bentu [N to wa]. Pendapat yang sama dinyatakan

oleh Tomomatsu dkk (2008 : 215) yang menyebutkan bahwa dalam percakapan,

to iu berubah menjadi tte iu atau tte.

Partikel yang disoroti adalah partikel -tte pada kalimat nande mo naitte!! ‟tidak ada apa-apa!!‟.

Berdasarkan konteks situasi percakapan pada data 8, dapat diketahui bahwa orang tua Ran yang merupakan anggota kepolisian secara tiba-tiba menerobos masuk ke kamar Ran karena mengira telah terjadi pencurian. Namun, Ran yang pada saat itu sedang berpikir serius mengenai tindakannya merebut tas sekolah siswa SMA Meishou Dai‟ichi terkejut dan kesal dan tindakan orang tuanya tersebut yang diekspresikan dengan adanya penggunaan partikel –tte. Hal ini didukung dengan adanya ungkapan nande mo nai „tidak ada apa-apa‟ yang

merupakan ungkapan kekesalan Ran karena orang tuanya menerobos masuk ke kamarnya secara tiba-tiba.

Untuk membuktikan bahwa pada data 8, emosi kekesalan ditunjukkan melalui adanya penggunaan partikel adalah dengan melakukan teknik substitusi dan delesi. Apabila –tte disubstitusikan dengan no menjadi nande mo nai no!!, emosi kekesalan di dalamnya menjadi hilang dan kalimat tersebut menjadi kalimat pernyataan. Kemudian, apabila –tte dilesapkan seperti kalimat nan de mo nai!!, maka kalimat tersebut juga menjadi kalimat pernyataan. Dengan demikian, -tte

dalam kalimat di atas menunjukkan emosi kekesalan.

Kawashima (1999 : 226) menyebutkan bahwa to wa (yang dalam bentuk percakapan menjadi tte) diletakkan di akhir kalimat sebagai partikel seruan yang mengekspresikan keterkejutan, kemarahan, atau emosi lainnya. Dalam hal ini,

partikel –tte menunjukkan makna emosi kekesalan yang didalamnya juga terkandung keterkejutan.

Dokumen terkait