• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KONSEP, KERANGKA TEORI, DAN

2.5 Emosi

Emosi adalah kata serapan dari bahasa Inggris, yakni emotion. Emosi digunakan untuk menggambarkan perasaan yang kuat akan sesuatu dan perasaan yang sangat menyenangkan atau sangat mengganggu. Menurut Safaria dan Saputra dalam Hikmah (2011 : 25), emosi dalam makna paling harfiah didefinisikan sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu dari setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap.

Menurut Daniel Goleman (2002 : 411), emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk

bertindak. Sebagai contoh, emosi gembira mendorong seseorang berperilaku tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis, dan sebagainya. Lebih lanjut lagi, Wierzbicka dalam Hikmah (2011 : 26), emosi diekspresikan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Misalnya menulis dalam kata-kata, dan perubahan ekspresi wajah. Ekspresi dari kedua bentuk tersebut dapat berupa sedih, marah, takut, senang, bahagia, ceria, atau cinta. Pengkategorian emosi yang cukup bermanfaat adalah dengan membedakan emosi berdasarkan skenario kognitif yang dimiliki seseorang terhadap emosi yang dialami, berdasarkan nilai positif dan negatif, dan kedekatan makna antara kata-kata emosi, dan lainnya.

Dalam memahami emosi, Rintell dalam Hong (2007 : 114) menyebutkan bahwa ekspresi emosi tidak hanya menarik dari sisi studi mengenai tindakan manusia, tetapi juga sebagai praktik pragmatik.

Emosi dasar menurut Fehr dan Russell dalam Hong (2007 : 116) terbagi atas tujuh, yakni kebahagiaan, kemarahan, kesedihan, cinta, ketakutan, kebencian, dan keterkejutan. Berbeda dengan pendapat di atas, Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan emosi dasar menjadi delapan, yaitu : amarah (seperti beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati), kesedihan (seperti sedih, muram, melankolis, putus asa), takut (seperti cemas, gugup, khawatir), kenikmatan (seperti bahagia, riang, senang), cinta (seperti penerimaan, persahabatan, kepercayaan, hormat), terkejut (seperti terkesiap, terkejut), jengkel (seperti hina, jijik, muak, tidak suka), malu (seperti malu hati, kesal).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa emosi merupakan suatu ungkapan perasaan manusia yang dapat diungkapkan melalui bentuk verbal

dan nonverbal dan terdiri dari beberapa emosi dasar seperti kesenangan/kebahagiaan, kemarahan, kesedihan, keterkejutan, dan sebagainya.

2.5.1 Bahasa dan Emosi

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia mengungkapkan emosi, baik dalam bentuk kata, kelompok kata, maupun kalimat. Ungkapan emosi ini diucapkan di mana saja. Semua ungkapan tersebut merupakan pesan dalam bentuk bahasa. Semua bahasa memiliki ekspresi-ekspresi afektif yang membantu memperkaya komunikasi dengan menyatakan secara tidak langsung perbedaan-perbedaan yang halus, seperti memvariasikan tingkat kejengkelan atau kepasrahan, keraguan, atau humor. Seperti yang dikemukakan oleh Suleski dan Masada (2012 : 1) bahwa penutur bahasa asli atau native speaker dari suatu bahasa menggunakan ekspresi-ekspresi ini di setiap waktu untuk memberikan bumbu pada percakapan mereka. Hal senada juga dinyatakan oleh Fujimura (2008 : 545) yang menyatakan bahwa dalam interaksi sehari-hari, orang-orang mengekspresikan tindakan, mood, dan perasaan mereka dan bahasa memiliki lingkup yang luas dalam pemarkah wacana dan ekspresi yang mengartikulasikan sikap afektif pembicara.

Pemahaman emosi sangat terkait dengan struktur bahasa melalui unsur-unsur makna yang tercermin dalam kata yang menggambarkan pengalaman emosi. Oleh karena itu, pemahaman mengenai emosi dapat dilakukan dengan menganalisis kata emosi yang didapatkan dari masyarakat pengguna bahasa tersebut. Emosi mewadahi individu untuk berhubungan dengan dunia, tetapi hubungan ini tidak lengkap sampai emosi dikaitkan dengan status kognitif individu yang memberikan sebuah label berupa kata-kata pada emosinya. Kata emosi tidak lahir dengan

sendirinya tanpa didahului adanya sebuah realitas berupa status emosi yang dilambangkan dengan kata tersebut. Kata emosi menurut Wijokongko dalam Widhiarso (2004 : 21) secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu emosi yang berhubungan dengan peristiwa yang baik (emosi positif) dan emosi yang berhubungan dengan peristiwa yang buruk (emosi negatif). Emosi dalam kelompok pertama meliputi kata-kata seperti gembira, senang, riang, dan bangga. Emosi dalam kelompok kedua yang disebut juga sebagai emosi negatif mencakup kata-kata seperti sedih, marah, malu, takut, dan kecewa. Lebih lanjut lagi, Morgan dalam Widhiarso dan Hadiyono (2010 : 153) mengemukakan, kosa kata emosi adalah label verbal yang digunakan untuk menggambarkan dan mengekspresikan status emosi yang dialami individu. Label ini dapat berupa: 1) kosa kata yang menggambarkan emosi murni (marah, sedih); 2) kosa kata yang menggambarkan perilaku ketika emosi muncul (menangis, tertawa); 3) kosa kata sebagai metafora suasana hati (tercabik,berbunga).

Berdasarkan pendapat di atas, bahasa sebagai media yang berperan dalam pengungkapan emosi manusia yang didalamnya terdapat kata-kata yang merujuk pada emosi yang berbeda-beda di setiap bahasa. Dengan memahami kata bermuatan emosi dalam bahasa Jepang yang dalam hal ini merupakan partikel pemarkah emotif, maka komunikasi yang terjadi menjadi lebih lancar tanpa adanya kesalahpahaman dalam memaknai emosi dalam percakapan tersebut.

2.5.2 Makna Emotif

Makna emotif (emotive meaning) menurut Suwandi (2008 : 94) adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau rangsangan pembicara mengenai

penilaian terhadap apa yang dipikirkan atau dirasakan. Hal senada dikemukakan oleh Sudaryat (2004 :26) yang menyebutkan bahwa makna emotif merupakan makna yang timbul sebagai akibat reaksi penutur terhadap penggunaan bahasa dalam dimensi rasa yang berhubungan dengan perasaan yang timbul setelah pesapa mendengar atau membaca sesuatu kata sehingga menunjukkan adanya nilai emosional. Karena itu, makna afektif atau makna emotif berhubungan dengan perasaan pribadi penutur, baik terhadap penutur maupun objek pembicaraan. Makna ini lebih terasa dalam bahasa lisan daripada bahasa tulisan.

Secara semantis, orang yang mengalami emosi dikatakan pengalam (experiencer). Ada dua cara yang digunakan pengalam untuk mengungkap emosi: secara verbal dan nonverbal. Ungkapan emosi verbal melalui kata-kata atau ujaran emosi, sedangkan ungkapan emosi nonverbal melalui ekspresi wajah (mimik), gerakan tangan, gerakan kata, mengangkat bahu, dan sebagainya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa makna emotif merupakan makna yang timbul akibat adanya reaksi dari penutur mengenai apa yang dipikirkan atau dirasakan yang dalam penelitian ini digambarkan melalui adanya penggunaan partikel pemarkah emotif. Partikel sebagai pemarkah emotif memegang peranan untuk menyampaikan makna emotif penutur kepada lawan tutur dalam suatu percakapan bahasa Jepang.

Dokumen terkait