• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelekatan adalah sebuah teori yang dikembangkan oleh psikiater Inggris John Bowlby (1969) dan psikolog perkembangan Amerika Mary Ainsworth (1979) (Santrock, 2007). Para ahli ini mengatakan bahwa kelekatan di masa bayi penting bagi seluruh kompetensi sosial (Santrock, 2007).

1. Pengertian Kelekatan

Kelekatan adalah suatu ikatan emosional yang terbentuk antara dua orang yang selalu memiliki kedekatan dan menawarkan keamanan fisik serta psikologis (Santrock, 2002). Kelekatan sendiri dibentuk sejak bayi dan menjadi dasar dalam membentuk relasi dengan orang lain (Santrock, 2002). Selain itu, menurut Bowly (1969,1979) kelekatan adalah suatu ikatan emosional yang kuat antara bayi dan pengasuhnya. Kelekatan ini akan membentuk kedekatan anak terhadap orang lain, tidak hanya dalam membedakan orang lain tetapi juga untuk menjadi referensi anak secara individual (Bowlby, 1973).

Kelekatan sendiri lebih umum terjadi pada ibu, karena ibu dianggap sebagai figur yang dapat memberikan kepuasan oral atau kebutuhan akan ASI pada bayi (Freud dalam Santrock, 2002). Bayi akan semakin memiliki kedekatan dengan orang atau benda yang dapat memberikan ia kepuasan (Freud dalam Santrock, 2002). Selain itu, kelekatan juga terbentuk tidak terbatas pada kepuasan itu tadi melainkan berdasarkan kenyamanan kontak (Harlow & Zimmerman, 1959) dan sesuatu yang familiar bagi bayi tersebut (Lorenz, 1965). Di sisi lain, kelekatan

dengan ibu berasosiasi dengan kelekatan yang akan terbentuk dengan ayah. Hal ini berarti apabila kelekatan yang dibentuk anak pada ibu adalah kelekatan yang aman maka pada ayah juga akan terbentuk kelekatan yang aman (Ainsworth, 1967; Goodsell & Meldrum, 2009 dalam Benware, 2013).

Kelekatan yang terbentuk sedari bayi dapat membentuk kelekatan aman dan tidak aman (Santrock, 2007). Kelekatan yang aman terbentuk ketika bayi menggunakan pengasuhnya (biasanya ibu) sebagai dasar akan rasa aman untuk mengeksplorasi lingkungannya (Santrock, 2007). Sedangkan kelekatan yang tidak aman terbentuk ketika bayi mungkin menghindari pengasuh atau memperlihatkan penolakan atau sikap ambivalen terhadap pengasuh (Santrock, 2007).

Kelekatan sendiri bersifat berkelanjutan kerena secara primer terus menerus membentuk model mental diri dan sebagai komponen kepribadian (Bowlby, 1980). Gaya kelekatan akan menjadi kepenuhan diri karena tindakan yang didasari gaya kelekatan tersebut akan juga menghasilkan konsekuensi yang menguatkan tindakan tersebut (Bowlby, 1980). Sebagai contoh, ketika individu baru memiliki kontak sosial yang baru dan ia bertindak defensive maka akan meningkatkan penolakan sosialnya, sehingga ini akan menjadi penguat akan perasaan tidak aman individu tersebut (Douglas & Atwell, 1988).

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa kelekatan terhadap significant others adalah suatu ikatan emosional

yang dibangun sedari kecil. Hal ini dikarenakan ketika bayi, anak merasakan rasa aman dari pengasuh sehingga membantunya membangun konsep aman terhadap lingkungannya juga, dan begitu sebaliknya ketika pengasuh menunjukkan rasa yang tidak aman kepada bayi, maka bayi akan memberikan penolakan atau bersikap ambivalen terhadap lingkungannya.

2. Aspek dari Kelekatan

Aspek kelekatan anak terhadap significant others dalam hal ini ibu terbagi menjadi tiga yaitu kepercayaan, komunikasi, dan keterasingan (Greenberg, 2009).

a) Kepercayaan

Perasaan yang muncul ketika seorang anak merasa aman dan nyaman dengan dirinya (Gutierrez, 2013). Rasa ini muncul akibat kepercayaan yang telah dibentuk ibu terhadap anak, sejak anak masih bayi (Erickson, 1968). Suatu rasa percaya memerlukan kenyamanan fisik dan sejumlah kecil rasa khawatir dan pemahaman akan masa depan (Santrock, 2002). Kepercayaan yang terbentuk pada bayi akan membuatnya melihat dunia sebagai suatu tempat yang aman, baik dan menyenangkan untuk dihumi (Erickson, 1968).

b) Komunikasi

Komunikasi merupakan interaksi antara anak dengan orangtua yang melibatkan sentuhan kasih sayang dan perhatian serta mendengarkan cerita anak secara penuh (Zolten & Long, 2006). c) Keterasingan

Perasaan keterasingan adalah suatu perasaan yang dapat muncul akibat perceraian, pengabaian ataupun penolakan dari orangtua kepada anak yang menyebabkan keterasingan emosi antara anak dengan ibu (Garber, 2004; Lowenstein, 2010).

Berdasarkan penjabaran di atas, aspek dari kelekatan terhadap significant others-nya dalam hal ini ibu adalah kepercayaan, komunikasi dan keterasingan. Kepercayaan adalah perasaan aman anak terhadap dirinya yang terbentuk karena sejak kecil terbangun rasa percaya dari ibu terhadap anaknya. Komunikasi adalah interaksi yang melibatkan rasa kasih sayang dan perhatian. Selain itu, keterasingan adalah suatu perasaan yang muncul karena anak merasa tertolak dan diabaikan sedari kecil.

3. Dampak dari Setiap Aspek Kelekatan Terhadap Ibu

Setiap aspek dari kelekatan terhadap ibu memiliki dampak bagi kehidupan anak, antara lain :

a) Dampak dari rasa percaya yang dibentuk ini akan membuat anak lebih sukses dalam sekolah, lebih berani dalam menghadapi dunia, dan lebih dapat mengendalikan tekanan emosinya secara lebih baik (Gutierrez, 2013).

b) Komunikasi yang baik, jelas, dan efektif dapat membuat anak lebih mudah dalam menentukan perilakunya saat itu dan di masa akan datang (Aspy et., al, 2007).

c) Rasa keterasingan ini menyebabkan harga diri yang rendah, depresi, penyalahgunaan narkoba, kehilangan kepercayaan, tidak mengenali diri, bahkan akan sulit untuk mempertahankan suatu hubungan (Baker, 2005).

Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti menyimpulkan kepercayaan dapat membuat anak lebih berprestasi, berani melihat dunia, dan lebih dapat mengendalikan emosinya. Sedangkan komunikasi dengan orang tua dapat membuat anak lebih mudah menentukan perilakunya. Di sisi lain, rasa keterasingan menyebabkan anak memiliki harga diri yang rendah, depresi, penyalahgunaan narkoba, dan memiliki dampak negatif lainnya. 4. Jenis dari kelekatan

Jenis kelekatan ini berdasarkan aspek-aspek kelekatan terhadap ibu yaitu kepercayaan, komunikasi dan pengasingan (Armsden & Greenberg, 1987). Macam-macam kelekatan tersebut, antara lain:

a) Kelekatan aman yang tinggi

Kelekatan aman yang tinggi terhadap ibu dapat dibentuk bila tingkat keterasingan dari ibu rendah, sedangkan tingkat kepercayaan dan komunikasi terhadap ibu itu tinggi atau sedang (Armsden & Greenberg, 1987).

b) Kelekatan aman yang rendah

Kelekatan aman yang rendah terhadap ibu dapat terbentuk bila tingkat keterasingan dari ibu tinggi, sedangkan tingkat kepercayaan dan komunikasi terhadap ibu itu tinggi atau sedang (Armsden & Greenberg, 1987). Selain itu, kelekatan aman yang rendah terhadap ibu juga dapat terbentuk jika tingkat keterasingan dari ibu tinggi, sedangkan salah satu antara tingkat kepercayaan atau komunikasi berada pada tingkat rendah.

Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa kelekatan yang dibedakan melalui tingkat kepercayaan, komunikasi, dan rasa keterasingan terbagi atas kelekatan yang aman yang tinggi dan kelekatan aman yang rendah. Hal yang membedakan keduanya adalah tingkat keterasingan. Pada kelekatan aman yang tinggi, tingkat keterasingan akan cenderung rendah dibandingkan kedua aspek lainnya. Sebaliknya, kelekatan aman yang rendah, tingkat keterasingan akan cenderung tinggi dibandingkan kedua aspek lainnya.

5. Pengukuran Kelekatan Terhadap Significant-Others

Berikut beberapa alat ukur terhadap kelekatan terhadap significant-others:

a)The Adult Attachment Interview (AAI) yang mengukur representasi mental remaja dan dewasa mengenai kelekatannya terhadap orang tua sejak kecil (Ainsworth, Blehar, Waters, & Wall, 1978). Fokus utama dari skala ini adalah memprediksi pola kelekatan sejak

kecil pada situasi yang ganjil (Ainsworth, Blehar, Waters, & Wall, 1978).

b)The Parental Bonding Instrument (Parker, 1979) yang mengukur ingatan retrospective mengenai orang tua yang terfokus pada pengasuhan dan kontrol.

c)The Attachment Style Questionnaire (ASQ) yang dikembangkan oleh Feeney, Noller, & Hanrahan (1994) yang mengukur mengenai kelekatan ketika dewasa. ASQ memiliki internal konsistensi yang adekuat yaitu berada pada nilai. 76 sampai .84 (Feeney et al., 1994).

d)Inventory of Parent and Peer Attachment (Mother Version) (Greenberg & Armsden, 2009). The IPPA-M ini dikembangkan untuk melihat persepsi positif dan negatif remaja terhadap dimensi afektif dan kognitif terhadap hubungan dengan orang tua terkhususnya ibu (Greenberg & Armsden, 2009). Secara khusus, sejauh mana figur ibu menyediakan sumber rasa aman secara psikologis (Greenberg & Armsden, 2009). The IPPA terdiri dari 3 dimensi yaitu tingkatan mutual dari rasa percaya, kualitas komunikasi, dan tingkat rasa marah (keterasingan) (Greenberg & Armsden, 2009). Skala Inventory of Parent and Peer Attachment (Mother Version) memiliki nilai konsistensi internal yang tinggi (ɑ = .87). Selain itu, memiliki korelasi reliabilitas test-retest yang dilakukan 3 minggu menunjukkan korelasi yang tinggi (r=.93).

Berdasarkan beberapa alat ukur di atas, peneliti memilih Inventory of Parent and Peer Attachment (Mother Version) (Greenberg & Armsden, 2009). Peneliti memilih IPPA-M karena skala ini memiliki internal konsistensi yang tinggi (ɑ = .87). Selain itu, skala ini mengungkapkan persepsi remaja terhadap dimensi afeksi dan kognitif secara spesifik terhadap hubungan dengan ibu (Greenberg & Armsden, 2009). Selain itu, skala ini memiliki subskala yang sangat spesifik seperti tingkat kepercayaan ibu terhadap anak, kualitas komunikasi ibu terhadap anak, dan sejauh mana ibu memperlakukan anak sehingga anak merasa terasing (Greenberg & Armsden, 2009).

Dokumen terkait