• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelembagaan Perikanan Budidaya Tambak Lembaga Penentu Kebijakan

PANTAI TIMUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

4.1 Kabupaten Pidie Kabupaten Pidie terletak di daerah pesisir yang dipengaruhi oleh ekosistem

4.1.5. Kelembagaan Perikanan Budidaya Tambak Lembaga Penentu Kebijakan

Pemerintah daerah Kabupaten Pidie, menyerahkan urusan kelautan dan perikanan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan. Dinas ini diberikan wewenang untuk menentukan kebijakan kelautan dan perikanan termasuk tambak di Kabupaten Pidie. Kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Pidie yang memisahkan urusan perikanan dan kelautan ini sangat tepat mengingat begitu besar potensi dan permasalahan tambak yang dihadapi oleh Kabupaten Pidie.

Jumlah staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pidie sebanyak 36 orang, terdiri dari 25 orang berstatus PNS dan 11 orang berstatus honorer. Jumlah ini sebenarnya cukup memadai, jika ditunjang oleh adanya kesesuaian pendidikan dan pengalaman dalam bidang perikanan.

Kelompok Petani Tambak

Kelompok petani tambak berdomisili pada level desa. Beberapa petani tambak membentuk kelompok untuk mewadahi kepentingan-kepentingan mereka dalam berhubungan dengan pihak lain. Kelompok-kelompok tersebut kemudian pada level kecamatan membentuk organisasi yang dinamakan Badan Musyawarah Petani Tambak (BMPT) yang berkedudukan di setiap kecamatan yang mempunyai lahan tambak.

Lembaga Penyuluh Lapangan

Fungsi penyuluhan dan diseminasi teknologi perikanan tambak di Kabupaten Pidie dilakukan oleh lembaga penyuluh lapangan. Namun jumlah penyuluh lapang perikanan di kabupaten ini masih sangat kurang. Dari data yang diperoleh informasi bahwa hanya terdapat 10 orang tenaga penyuluh di kabupaten ini (Tabel 4. 12), padahal jumlah pembudidaya tambak cukup banyak dan luas areal tambak sangat luas sehingga pembinaan terhadap pembudidaya oleh para penyuluh menjadi kurang optimal.

Jumlah kecamatan yang memiliki areal tambak di daerah ini sebanyak 11 buah sehingga ada kecamatan yang tidak memiliki tenaga penyuluh. Dari

Tabel 4. 12 terlihat bahwa kecamatan yang memiliki penyuluh hanya 6

kecamatan yaitu Kecamatan Bandar Dua, Meurah Dua, Meureudu, Glumpang Tiga, Kembang Tanjong dan Pidie.

Tabel 4. 12 Daftar Nama Penyuluh menurut Wilayah Kerja di Kabupaten

Pidie Tahun 2007

No Nama Wilayah Kerja

1 M. Hasan, S.P Koordinator BPP Kecamatan Bandar Dua 2 Arifin, S.P Koordinator BPP Kecamatan Meurah Dua 3 Mansur, S.Pi PPL Kecamatan Meurah Dua

4 Zulkifli, S.Pi PPL Kecamatan Meurah Dua 5 Fauzi PPL Kecamatan Meurah Dua

6 Fauzi Koordinator BPP Kecamatan Meureudu 7 Burhanddin, S.P Koordinator BPP Kecamatan Glumpang Tiga 8 Abu Bakar PPL Kecamatan Kembang Tanjong

9 Tarmizi, S.P Koordinator BPP Kecamatan Pidie 10 Ellyzar, S.Pi Staf BPP Kecamatan Pidie

Lembaga Permodalan

Lembaga permodalan di Kabupaten Pidie kurang berkembang dengan baik. Padahal, petani tambak di Pidie sangat membutuhkan bantuan modal dari pihak lain. Sebagai akibatnya, untuk memulai usaha pertambakan mereka membutuhkan bantuan permodalan dari pihak donatur pemerintah maupun donatur lainnya.

Lembaga Pengolah dan Lembaga Pemasaran

Hasil utama tambak di Kabupaten Pidie adalah udang dan bandeng. Secara umum, belum ada introduksi peningkatan nilai tambah terhadap produk pertambakan di Kabupaten Pidie. Produk tambak masih diperdagangkan dalam bentuk segar. Lembaga pengolah hasil tambak di Kabupaten Pidie belum berkembang dengan baik. Produk bandeng, dijual ke luar daerah melalui saluran pedagang pengumpul yang kemudian dijual ke Medan dan pedagang pengecer yang dijual langsung ke konsumen.

Pasar ikan yang permanen yang dibentuk secara fisik dan sistem oleh pemerintah yang mampu mendorong terciptanya iklim pemasaran hasil tambak di Kabupaten Pidie relatif berkembang dengan baik. Pada beberapa kecamatan telah tersedia pasar ikan yang berfungsi sebagai tempat transaksi produk perikanan termasuk hasil tambak. Jumlah pasar ikan yang terdapat di kabupaten ini sebanyak 12 buah yang terdapat pada 11 kecamatan.

Lembaga pemasaran yang ada terdiri dari pedagang pengumpul lokal, pedagang pengumpul dan pedagang besar. Pedagang pengumpul lokal yang berkedudukan di level desa, mempunyai peranan yang sentral dalam perdagangan hasil tambak. Pemasaran produk tambak, baik itu udang atau bandeng, dilakukan oleh pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul biasanya akan datang ke lokasi tambak untuk melakukan pembelian bandeng atau udang. Namun tidak jarang, karena jumlah yang relatif sangat kecil, petani tambak datang ke pedagang pengumpul untuk menjual hasil panennya.

Hasil tambak udang dan bandeng sebagian dijual ke pasar lokal dan sebagian lagi dijual ke pasar regional. Daerah tujuan pemasaran udang bahkan sampai dengan ke Medan, khususnya untuk udang windu yang berkualitas ekspor, karena banyak perusahaan pengolahan di kota ini. Penjualan udang ke Medan biasanya dilakukan oleh pedagang besar. Jika produk udang windu relatif sedikit biasanya dijual di pasar lokal atau ke Pasar Ikan Penayong di Banda Aceh.

Lembaga Penyedia Sarana Produksi

Bahan-bahan sarana produksi seperti pakan, pupuk dan obat cukup tersedia dengan baik di Kabupaten Pidie. Secara umum, petani ikan tidak menemui hambatan berarti dalam penyediaan sarana produksi. Lembaga penyedia sarana produksi tambak di Kabupaten Pidie relatif baik.

4.2. Kabupaten Bireuen

4.2.1. Lingkungan Pesisir

Potensi lahan tambak di Kabupaten Bireuen cukup tinggi dengan luas tambak eksisting 4271,64 hektar. Namun demikian kondisi tambak saat ini banyak yang tidak beroperasional dan tidak terawat (Gambar 4. 11). Lingkungan habitat mangrove juga masih perlu untuk mendapat perhatian dalam mendukung daya dukung tambak. Pada umumnya tambak sudah terletak di pinggir laut, sedangkan mangrove yang seharusnya sebagai green belt sudah tidak ada. Vegetasi kelapa umumnya ditemukan tipis dipinggir tambak (Gambar 4. 12).

Gambar 4. 11 Kondisi Tambak dan Pintu Air yang Tidak Terawat di Kabupaten Bireuen

Gambar 4. 12 Vegetasi Kelapa di Pinggiran Tambak di Kabupaten Bireuen

Dua belas stasiun pengukuran parameter fisik lingkungan dipilih untuk diukur nilai-nilai parameternya (seperti suhu air, salinitas air, kecepatan aliran, dan debit saluran). Lokasi kedua belas stasiun pengukuran tersebut telah diplotkan ke dalam peta google (Gambar 4. 13).

Gambar 4. 13 Lokasi Sampling Parameter Fisik Lingkungan di Kabupaten Bireuen

Nilai parameter yang diukur di dua belas lokasi tersebut ditabulasikan pada

Tabel 4. 13 dan Tabel 4. 14. Kisaran suhu air yang terukur pada saat

pengukuran di lapangan adalah 29-32oC, kisaran salinitas air berkisar antara 0-26‰. Dari data salinitas tersebut dapat dipahami bahwa air laut terintrusi masuk ke arah daratan cukup besar. Sedangkan debit masing-masing saluran tambak sangat bervariasi tergantung kecepatan aliran dan luas penampang saluran dan dapat dilihat pada Tabel 4. 13.

Tabel 4. 13 Hasil Pengukuran Parameter Fisik Lingkungan di Dua Belas

Lokasi Berbeda

No Stasiun Suhu (oC) Salinitas (‰) Debit (m3/det) Keterangan

1 BR-1 30 0 ~ Kuala Jeumpa

2 BR-2 30 20 0.27 – 0.81

3 BR-3 32 22 ~ Sungai Cot Bada

4 BR-4 30 25 ~ 5 BR-5 32 26 0.1 6 BR-6 31 1 0.94 7 BR-7 30 0 8.16 Kreung Arongan 8 BR-8 30 0 1.58 S. Air Hitam 9 BR-9 30 0 0.69 S. Pandera 10 BR-10 30 3 4.38 S. Nalan 11 BR-11 30 0 8.7 S. Peudada 12 BR-12 29 0 0.6 Kuala

Kondisi lingkungan perairan pesisir untuk mendukung kegiatan budidaya tambak di Kabupaten Bireuen relatif masih baik. Parameter utama perairan

untuk kegiatan budidaya tambak udang, yaitu oksigen terlarut (dissolve oxygen/DO), pH, salinitas dan suhu di lingkungan kawasan pertambakan udang (meliputi perairan tambak dan saluran tambak serta sungai pensuplai air untuk pertambakan) di Kabupaten Bireuen berada pada kisaran yang masih baik atau layak untuk kegiatan budidaya tambak udang (berdasarkan Kepmen LH No. 51/2004 untuk Biota Laut). Nilai parameter DO berkisar 4,7 – 6,6 ppm, pH antara 6,51 – 8,46; salinitas antara 3 - 26 promil di daerah muara dan tambak, dan suhu 26,5 – 33,2 0C (Tabel 4. 14).

Tabel 4. 14 Parameter Lingkungan di Perairan Muara, Dalam Tambak dan

Saluran Tambak di Kabupaten Bireuen

Parameter Satuan St-1 St-2 St-3 St-4 St-5 St-6 St-7 mutu *) Baku FISIKA TSS mg/l 116 48 63 1 92 12 7 400 pH 6,63 8 7,50 6,60 8,46 7,06 6,51 DO mg/l 5,7 10,89 6,6 5,0 Ttd 5,3 4,7 Suhu 0C 26,5 31,9 33,2 30,4 33,1 31,3 26,5 Salinitas 0/00 0 10 22 0 26 3 0 KIMIA Ammonia total (NH3-N) mg/l 0,080 1,162 0,105 <0,005 <0,005 0,042 <0,005 - Fosfat (PO4-P) mg/l 0,010 0,006 <0,005 <0,005 <0,005 0,083 <0,005 1 Nitrat (NO3-N) mg/l 0,642 0,155 0,649 0,777 0,140 0,526 0,008 20 LOGAM Besi (Fe) mg/l 0,687 0,079 0,598 1,741 0,257 0,068 0,158 - Tembaga (Cu) mg/l 0,01 0,003 <0,01 <0,01 <0,01 0,01 <0,01 0,02 Timah hitam (Pb) mg/l 0,32 0,005 0,82 0,20 0,82 <0,01 <0,01 0,03 Kadmium (cd) mg/l <0,01 <0,001 0,07 0,11 <0,01 <0,01 <0,01 0,01 Raksa (Hg) mg/l 0,0004 0,0054 <0,0002 0,0056 <0,0002 0,002 BIOLOGI Chlorophyll-a µg/l 6,215 133,904 11,467 6,806 25,495 15,202 4,420 -

St-1=Gampong Baro, St-2=Meunasah Tambo, St-3=Teupin Keupula, St-4=Meunasah Leung, St-5=Matang Pasi, St-6=Cot Geurundong, St-7=Pulo Iboh

Gambaran umum morfologi pantai utara Kabupaten Bireuen dapat terlihat pada Gambar 4. 14. Di muara sungai terlihat terjadi pendangkalan dan muncul delta serta sering dijumpai adanya perubahan posisi mulut sungai. Pendangkalan mulut sungai dan pembelokan sungai dapat menghalangi aliran air baik pada saat pasang maupun surut.

Gambar 4. 14 Tampak Atas Salah Satu Areal Tambak di Kabupaten Bireuen

Gambar 4. 15 Transek untuk Melihat Profil Kelerengan Lahan dan

Kedalaman Laut di Kabupaten Bireuen

Pesisir utara Kabupaten Bireuen memiliki kemiringan lahan yang landai, artinya lahan rata yang landai sangat luas. Pada Gambar 4. 15 ada 4 garis transek (A, B, C dan D) yang ditarik atau dipasang untuk melihat secara menyeluruh profil lahan di Kabupaten Pidie. Lokasi transek yang dipilih secara jelas ditarik garis merah dari batas terdalam kawasan, kemudian ke arah laut dengan kemiringan yang landai (Gambar 4. 16 dan Gambar 4. 17).

Dari empat transek yang dipilih, transek B yang memiliki kemiringan lahan yang lebih tinggi, sedangkan tiga transek lainnya terlihat lebih landai.

Gambar 4. 16 Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman Pada Transek A dan

Gambar 4. 17 Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada Transek C dan D di Kabupaten Bireuen

Untuk melihat gambaran tentang kondisi kedalaman atau batimetri di pantai utara Kabupaten Bireuen dilakukan pengumpulan data dan peta batimetri.

Gambar 4. 18 dan Gambar 4. 19 merupakan peta kedalaman laut yang diperoleh dari CMap, 2007. Rata-rata jarak garis kontur kedalaman (isodepth) 200 m di pantai utara Bireuen adalah hampir sama. Kondisi tersebut mempunyai arti fisik bahwa tidak ada variasi kedalaman yang signifikan di pantai utara Kabupaten Bireuen.

Jarak kontur kedalaman 10 m (isodepth 10 m) hampir merata di sepanjang pantai utara Kabupaten Bireuen. Demikian juga kerapatan garis kontur 100 m dan 200 m cukup bervariasi, artinya ada yang dekat dan ada juga yang lebih jauh. Hal tersebut berarti kemiringan atau slope dasar laut antara kedalaman 100 m dan 200 m tidak sama di sepanjang pantai, tetapi bervariasi. Kondisi ini berdampak kepada penerimaan energi gelombang yang diterima.

Saluran Tambak

Kawasan tambak dapat dilihat secara menyeluruh dan dihitung dengan menggunakan foto udara, untuk Kabupaten Bireuen pengukuran saluran tambak dilakukan dengan menggunakan foto udara (BRR 2006). Gambar 4.

20 merupakan salah satu contoh hasil foto udara di salah satu area di