Bab.2 METODE PEKERJAAN
2.3 Metode Pengumpulan Data Dalam melakukan pengumpulan data, hal yang selalu diperhatikan dan
dipertimbangkan adalah mengenai tingkat kesahihan/kebenaran data, tingkat kecukupannya serta ketepatannya. Kemudian, metode yang digunakan dalam melakukan pengumpulan data adalah sebagai berikut:
(1) Desk study (Studi literatur)
yakni, dengan melakukan penelusuran berbagai referensi atau literatur dalam upaya memperoleh data dan/atau informasi yang berkaitan dengan kondisi budidaya perikanan tambak di pantai timur NAD guna lebih melengkapi materi dan memperkaya bobot hasil pekerjaan ini. (2) Survai lapangan
yakni, dengan melakukan kunjungan lapangan dengan menitikberatkan pada pengambilan sampel dan pengamatan langsung dilapangan guna memperoleh data terkini yang dapat menggambarkan keragaan kondisi nyata di lapangan, sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat untuk langkah pengembangannya ke depan. (3) Wawancara dan Diskusi (Dialog)
Pendekatan ini dimaksudkan untuk mengetahui saran dan pendapat dari para stakeholders, utamanya masyarakat pelaku. Pengumpulan data dan informasi primer dilakukan dengan mengisi kuesioner dari hasil wawancara langsung dengan responden atau pihak-pihak terkait. Kuesioner dirancang sesederhana dan seringkas mungkin agar pengumpulan data lebih efektif dan efisien. Selain itu, pengumpulan data dan informasi primer juga dilakukan melalui suatu diskusi kelompok terfokus atau Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan seluruh stakeholders kunci.
Secara garis besar ada 2 jenis data yang akan dikumpulkan, yakni data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengukuran sampel dan observasi lapangan serta dari hasil wawancara dan diskusi dengan para responden dan pihak terkait. Sementara, data sekunder diperoleh dari
2.3.1 Pengumpulan Data Keragaan Tambak
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer akan dikumpulkan melalui wawancara dengan para petani tambak dan pengukuran dan pengamatan langsung dilapangan untuk beberapa parameter terkait dengan kondisi fisik tambak dan saluran-salurannya. Sementara itu, untuk data sekundernya dikumpulkan melalui instansi terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah, BRR NAD-Nias, Bappeda, Bakosurtanal, Google Earth, dan instansi terkait lainnya.
Beberapa parameter yang datanya akan diambil adalah: luasan tambak, status kepemilikan, tipe tambak, jenis komoditas yang dibudidayakan, luasan tambak yang masih beroperasi, produktivitas tambak, saluran tambak, kualitas air tambak, debit air sungai, tingkat kebutuhan dan sediaan sarana produksi tambak (benih, pakan, obat), dan tingkat kebutuhan dan ketersedíaan prasarana produksi tambak (listrik, akses jalan dll).
2.3.2 Pengumpulan Data Lingkungan Perairan
Untuk penetapan tingkat degradasi aspek perairan diperlukan berbagai data, yang meliputi biologi, kualitas air, kualitas substrat dan pencemaran. Data plankton dan khlorofil dapat menggambarkan daya dukung biologis tambak, sedangkan kualitas air dan substrat menggambarkan daya dukung lingkungan tambak serta dapat juga mendeskripsikan kualitas lingkungan, serta ancaman pencemaran yang akan menurunkan daya dukung budidaya tambak. Parameter lingkungan perairan yang diamati beserta alat/metode pengukurannya disajikan pada Tabel 2. 1. Data tersebut diperoleh dengan melakukan pengambilan sampel dan pengukuran langsung pada 40 titik pengamatan di sepanjang pantai timur Provinsi NAD. Selain itu, juga dilakukan sampling pengukuran parameter sedimentasi dan debit air pada sungai dan saluran tambak utama.
Tabel 2. 1 Parameter Lingkungan Perairan yang Diamati dan Alat/Metode Pengukurannya
Parameter Alat/Metode Keterangan
Biologi
1. Plankton Plankton net Analisis Laboratorium
2. Khlorofil Micro filter Analisis Laboratorium 3. Mangrove Transek Data primer dan sekunder
Kualitas Air (di kolam tambak, saluran tambak, sumber air/sungai, dan laut)
1. Oksigen terlarut DO meter/ Winkler Insitu/Laboratorium 2. Salinitas Salinometer Insitu
3. pH pH meter Insitu
4. TSS Spektrofotometer Analisis laboratorium
5. Amonia Spektrofotometer Analisis laboratorium 6. Nitrat Spektrofotometer Analisis laboratorium
7. Fosfat Spektrofotometer Analisis laboratorium 8. Suhu Termometer Insitu
Kualitas Substrat
1. pH pH meter Insitu
2. Tekstur substrat Analisis fraksi Analisis laboratorium Pencemaran
1. Logam berat (Pb dan Hg)
Contoh air Analisis laboratorium 2. Pestisida Contoh air Analisis laboratorium
2.3.3 Pengumpulan Data Keragaan Tanah
Penetapan tingkat degradasi tanah ditentukan oleh 3 (tiga) parameter utama yakni kualitas tanah, erosi tanah, dan penutupan lahan. Untuk menentukan kualitas tanah dikaitkan dengan kemampuan tanah dalam mendukung pengembangan usaha budidaya tambak. Berbagai faktor kualitas tanah, seperti: tingkat kesuburan tanah, kemiringan lahan, keadaan banjir dan lain-lain akan menentukan kualitas tanah. Kriteria penilaian kondisi aspek tanah disajikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2. 2 Parameter Kualitas Tanah Tambak yang Diukur
Parameter Unit
Kemiringan tanah %
Tekstur tanah Komposisi partikel
Tingkat kesesuaian lahan untuk tambak diukur dengan mengkombinasikan parameter-parameter tersebut di atas sehingga dihasilkan luasan tambak yang sesuai untuk pengembangan budidaya tambak.
Tambak merupakan suatu wadah budidaya udang atau ikan yang terdiri dari tanah dan media air, sehingga penggunaan kedua kompartemen lingkungan ini akan memiliki dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Sebagai contoh, air buangan dari tambak selain membawa partikel-partikel tersuspensi yang sebagian besar tersusun dari partikel liat dan partikel organik sisa pakan atau kotoran udang, juga alirannya akan cenderung menggerus dinding saluran atau pematang pembuangan. Semua bahan tersuspensi ini biasanya akan dibawa ke muara saluran pembuang dan akan didepositkan sepanjang muara dan pesisir sekitar muara. Untuk itu di dalam kegiatan survei ini dilakukan pengambilan contoh tanah yang diambil dari dalam tambak dan di sekitar muara saluran pembuang.
Substrat tanah yang diambil merupakan contoh tanah terganggu dengan berat sekitar 1 kg dan diambil pada dasar tambak dan saluran pembuang sampai kedalaman sekitar 10 cm dari permukaan tanah. Sifat tanah yang dianalisis di laboratorium adalah : 1). sifat fisika tanah yang diduga terkait erat dengan kejadian degradasi lingkungan di wilayah studi, yaitu tekstur dan konsistensi tanah, 2). sifat kimia tanah yang meliputi parameter kandungan N-total, P, besi (Fe) dan sulfur (S). Pengukuran tekstur tanah menggunakan metode pipet, sedang konsistensi tanah diukur dengan metode lapangan. Pengukuran sifat kimia dan biologi tanah dilakukan dengan metode analisis yang rutin dilakukan di laboratorium tanah. Lokasi pengambilan sampel tanah di tambak dan saluran pembuangan dilakukan di setiap lokasi kajian. Pengukuran kualitas substrat tanah ini dimaksudkan untuk mendapatkan data tentang kualitas fisika, kimia dan biologi tanah. Jenis parameter keragaan tanah yang diamati pada Tabel 2. 3. Data yang didapat akan dipakai sebagai bahan analisis dalam melihat daya dukung kondisi kualitas lahan dalam menunjang aktivitas budidaya tambak di lokasi kajian maupun untuk melihat potensi yang ada dari kualitas substrat tersebut terhadap degradasi lingkungan yang terjadi di lokasi kajian.
Tabel 2. 3 Jenis Parameter Keragaan Tanah yang Diamati No Parameter 1 Sondir 2 Weight unit 3 Specific gravity 4 Atterberg unit 5 Sieve analysis
6 Permeability falling head 7 Permeability constant head 8 NPK (kesuburan tanah)
9 Unsur mikro/logam berat & organic 10 pH tanah
Kesesuaian tanah untuk areal budidaya perikanan tambak dinilai berdasarkan parameter-parameter yang berpengaruh, baik untuk wadah budidaya (konstruksi) maupun terhadap ikan atau udang yang dipelihara. Untuk menentukan tingkat kesesuaian, parameter kualitas tanah yang dihasilkan dibandingkan dengan kriteria kualitas tanah bagi budidaya perikanan tambak, yang antara lain bertekstur lempung berliat (clay loam), liat berpasir (sandy clay), lempung berdebu (silty loam), atau liat (clay) dan N total kurang dari 1,0 mg/100 gr ( Miller, 1992).
2.3.4 Pengumpulan Data Oseanografi
Data dan informasi tentang kondisi oseanografi perairan pantai timur NAD pada 6 kabupaten yang menjadi lokasi kajian akan diperoleh dengan dua cara, yakni 1). melakukan pengukuran secara langsung (in situ) di lapangan terhadap beberapa parameter fisika oseanografi (kedalaman air, suhu, salinitas, arus, angin, gelombang, pasut, debit sungai dan sedimen) yang dikenal dengan data primer dan 2). mengumpulkan data dan informasi dari berbagai referensi atau pustaka ilmiah yang berkaitan dengan kondisi oseanografis perairan pantai di lokasi kajian tersebut dikenal dengan data sekunder. Kemudian, juga tidak menutup kemungkinan untuk melakukan
wawancara langsung dengan penduduk setempat untuk mengetahui hal-hal yang tidak atau belum dipublikasikan di dalam jurnal atau buku.
Berikut ini adalah penjelasan tentang metode dan alat yang digunakan di lapangan untuk mendapatkan data yang diinginkan:
(1) Batimetri
Informasi mengenai kedalaman perairan di sepanjang pantai dari 6 kabupaten tersebut akan diperoleh dari Peta Kedalaman yang dikeluarkan oleh Dinas Hidro-Oseanografi TNI-AL. Pada waktu melakukan survei di lapangan kedalaman perairan juga diukur dengan Echosounder (GPS Echosounder) atau dengan tali berskala yang diturunkan di setiap stasiun bersamaan dengan pengambilan contoh bentos.
(2) Suhu dan Salinitas
Parameter suhu dan salinitas diukur dengan menggunakan alat CTD (Conductivity Temperature Depth) meter. Pengukuran dilakukan di setiap stasiun pengamatan. Alat CTD diturunkan secara perlahan sampai mendekati dasar, alat akan mencatat secara otomatis data suhu dan konduktifitas berdasarkan kedalaman.
(3) Arus
Gerak air laut atau arus diukur dengan Metode Lagrangian, yakni memakai benda apung (floating drough). Panjang lintasan yang ditempuh dalam satuan waktu tertentu merupakan kecepatan aliran air dalam unit (cm/detik). Arah gerakan air ditentukan dengan magnetik kompas, dimana arah utara sama dengan 0o atau 360o. Cara lain yang akan digunakan adalah metode Euler yakni mengukur kecepatan aliran massa air pada satu titik tetap dalam jangka waktu tertentu. Alat ukur yang akan digunakan adalah current meter.
(4) Pasang Surut (Pasut)
Pasang surut diukur dengan menggunakan papan berskala yang dilengkapi dengan pipa transparan (slang) untuk mengukur fluktuasi muka laut setiap 30 menit selama 6 jam pengamatan. Alat ini ditaruh pada tempat yang aman, dimana pada saat surut terendah masih
terendam air sebaliknya pada saat air pasang tertinggi masih bisa terbaca, mudah dilihat, dan tidak berhadapan langsung terhadap arah hempasan gelombang laut. Pengukuran lapangan tinggi muka air ini perlu dilakukan untuk mengoreksi data ramalan pasut yang rutin dikeluarkan oleh DISHIDROS TNI-AL.
(5) Gelombang
Kondisi gelombang di lokasi penelitian diturunkan dari data angin yang dapat diperoleh dari stasiun meteorologi dan geofisika terdekat. Selama melakukan survei di lapangan parameter gelombang juga diamati dengan metode visual dengan melihat tinggi gelombang dengan kasat mata.
2.3.5 Pengumpulan Data Sosial Ekonomi
Data sosial dan ekonomi pembudidaya tambak serta data lembaga dan pemasaran hasil tambak yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan responden. Responden untuk pengumpulan data sosial ekonomi terdiri dari pembudidaya tambak, pedagang pengumpul, serta pengurus dan anggota kelompok pembudidaya tambak.
Tabel 2. 4 Tujuan, Metode, Jenis dan Analisis Data Sosial Ekonomi
Tujuan Metode Jenis Data Analisis Data
Identifikasi kondisi sosial pembudidaya tambak
Survai lapang Data primer (wawancara)
Deskriptif Identifikasi kondisi
ekonomi
pembudidaya tambak
Survai lapang Data primer (wawancara)
Analisis pendapatan Identifikasi lembaga
pembudidaya tambak
Survai lapang Data primer (wawancara)
Deskriptif Identifikasi saluran
pemasaran hasil tambak
Survai lapang Data primer (wawancara) dan data sekunder Deskriptif Identifikasi sarana pemasaran hasil tambak
Survai lapang Data primer (wawancara)