• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Banda Aceh, Desember Tim Penyusun. Daftar Isi - i

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Banda Aceh, Desember Tim Penyusun. Daftar Isi - i"

Copied!
405
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin dan karunia-Nya Laporan Akhir Pekerjaan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan Budidaya Tambak di Pantai Timur NAD ini dapat diselesaikan.

Laporan Akhir ini dibuat untuk memenuhi ketentuan dalam kontrak kerja yang telah disepakati. Laporan ini berisikan latar belakang studi, tujuan dan sasaran pekerjaan, ruang lingkup pekerjaan, metode pekerjaan, gambaran umum wilayah kajian, keragaan tambak di pantai timur NAD, kelayakan dan daya dukung lingkungan kawasan budidaya tambak di pantai timur NAD, proyeksi produksi tambak dan kebutuhan sarana pendukung berbasis kesesuaian lahan, konsep dan strategi pengembangan kawasan budidaya tambak terpadu, indikasi program pengembangan kawasan budidaya terpadu hasil analisis dan rekomendasi dari hasil kajian di enam kabupaten.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Tim Teknis Satuan Kerja BRR NAD-Nias dan semua pihak yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penyempurnaan Laporan Akhir ini.

Akhir kata, kami sebagai tim pelaksana PT. Lavita Inti Konsultan yang bekerjasama dengan PT. Demensi Ronakon berharap Laporan pekerjaan ini dapat bermanfaatan bagi pembangunan perikanan, khususnya perikanan budidaya di Provinsi NAD.

Banda Aceh, Desember 2007

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xvi

Bab.1 PENDAHULUAN 1 - 1

1.1 Latar Belakang 1 - 1

1.2 Permasalahan 1 - 3

1.3 Tujuan dan Sasaran 1 - 4

1.4 Ruang Lingkup Kegiatan 1 - 5

1.5 Hasil yang Diharapkan 1 - 8

Bab.2 METODE PEKERJAAN 2 - 1

2.1 Pendekatan Studi 2 - 1

2.2.1 Input 2 - 2

2.2.2 Proses 2 - 4

2.2.3 Output 2 - 6

2.3 Metode Pengumpulan Data 2 - 9 2.3.1 Pengumpulan Data Keragaan Tambak 2 - 10 2.3.2 Pengumpulan Data Lingkungan Perairan 2 - 10 2.3.3 Pengumpulan Data Keragaan Tanah 2 - 11 2.3.4 Pengumpulan Data Oseanografi 2 - 13 2.3.5 Pengumpulan Data Sosial Ekonomi 2 - 15

2.4 Analisis Data 2 - 16

2.4.1 Analisis Kesesuaian Lahan Tambak 2 - 16 2.4.2 Analisis Oseanografi 2 - 17 2.4.3 Analisis Sosial Ekonomi 2 - 19 2.4.4 Analisis Spasial Sistem Informasi Geografis

(SIG) 2 - 20

2.4.4 Analisis Strategik 2 - 22

Bab.3 GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN 3 - 1

3.1 Umum 3 - 1

3.2 Kondisi Fisik Wilayah Kajian 3 - 3 3.2.2 Kabupaten Bireuen 3 - 14 3.2.3 Kabupaten Aceh Utara 3 - 15 3.2.4 Kabupaten Aceh Timur 3 - 16

3.2.5 Kota Langsa 3 - 17

3.2.6 Kabupaten Aceh Tamiang 3 - 17 3.3 Kondisi Demografi Wilayah Kajian 3 - 18

(3)

3.4 Kondisi Perikanan Budidaya di Wilayah Kajian 3 - 19 3.4.1 Kondisi Umum Perikanan Budidaya di Provinsi

NAD 3 - 19

3.4.2 Kondisi Umum Perikanan Budidaya Tambak di

Kabupaten Pidie 3 - 22

3.4.3 Kondisi Umum Perikanan Budidaya Tambak di

Kabupaten Bireuen 3 - 25

3.4.4 Kondisi Umum Perikanan Budidaya Tambak di

Kabupaten Aceh Utara 3 - 28 3.4.5 Kondisi Umum Perikanan Budidaya Tambak di

Kabupaten Aceh Timur 3 - 32 3.4.6 Kondisi Umum Perikanan Budidaya Tambak di

Kota Langsa 3 - 35

3.4.7 Kondisi Umum Perikanan Budidaya Tambak di

Kabupaten Aceh Tamiang 3 - 37 Bab 4 KERAGAAN TAMBAK DI PANTAI TIMUR

NANGGROE ACEH DARUSSALAM 4 - 1

4.1 Kabupaten Pidie 4 - 2

4.1.1. Lingkungan Pesisir 4 - 2 4.1.2. Keragaan Teknis Tambak 4 - 10 4.1.3. Sosial Ekonomi Petambak 4 - 22 4.1.4. Proses Pasca Panen Hasil Budidaya 4 - 34 4.1.5. Kelembagaan Perikanan Budidaya Tambak 4 - 35

4.2. Kabupaten Bireuen 4 - 38

4.2.1. Lingkungan Pesisir 4 - 38 4.2.2. Keragaan Teknis Tambak 4 - 47 4.2.3. Sosial Ekonomi Petambak 4 - 62 4.2.4. Proses Pasca Panen Hasil Budidaya 4 - 76 4.2.5. Kelembagaan Perikanan Budidaya Tambak 4 - 76

4.3. Kabupaten Aceh Utara 4 - 80

4.3.1. Lingkungan Pesisir 4 - 80 4.3.2. Keragaan Teknis Tambak 4 - 87 4.3.3. Sosial Ekonomi Petambak 4 - 98 4.3.4. Proses Pasca Panen Hasil Budidaya 4 - 109 4.3.5. Kelembagaan Perikanan Budidaya Tambak 4 - 110 4.4. Kabupaten Aceh Timur 4 - 113 4.4.1. Lingkungan Pesisir 4 - 113 4.4.2. Keragaan Teknis Tambak 4 - 123 4.4.3. Sosial Ekonomi Petambak 4 - 136 4.4.4. Proses Pasca Panen Hasil Budidaya 4 - 150 4.4.5. Kelembagaan Perikanan Budidaya Tambak 4 - 151

4.5. Kota Langsa 4 - 154

4.5.1. Lingkungan Pesisir 4 - 154 4.5.2. Keragaan Teknis Tambak 4 - 163

(4)

4.5.4. Proses Pasca Panen Hasil Budidaya 4 - 173 4.5.5. Kelembagaan Perikanan Budidaya Tambak 4 - 175 4.6. Kabupaten Aceh Tamiang 4 - 179 4.6.1. Lingkungan Pesisir 4 - 179 4.6.2. Keragaan Teknis Tambak 4 - 188 4.6.3. Sosial Ekonomi Petambak 4 - 196 4.6.4. Proses Pasca Panen Hasil Budidaya 4 - 203 4.6.5. Kelembagaan Perikanan Budidaya Tambak 4 - 204 Bab.5 KELAYAKAN DAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN

KAWASAN BUDIDAYA TAMBAK DI PANTAI TIMUR

NANGGROE ACEH DARUSSALAM 5 - 1

5.1. Kabupaten Pidie 5 - 2

5.2. Kabupaten Bireuen 5 - 5

5.3. Kabupaten Aceh Utara 5 - 7

5.4. Kabupaten Aceh Timur 5 - 10

5.5. Kota Langsa 5 - 12

5.6. Kabupaten Aceh Tamiang 5 - 13 Bab.6 PROYEKSI PRODUKSI TAMBAK DAN KEBUTUHAN

SARANA PENDUKUNG BERBASIS KESESUAIAN

LAHAN 6 - 1

6.1. Proyeksi Produksi Tambak 6 - 2 6.2. Estimasi Sarana Produksi dan Penunjangnya 6 - 3 Bab.7 KONSEP DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

KAWASAN BUDIDAYA TAMBAK TERPADU 7 - 1

7.1. Konsep Pengembangan Budidaya Tambak Terpadu 7 - 1 7.2. Analisis Permasalahan dan Lingkungan Strategis 7 - 5

7.2.1 Permasalahan Umum 7 - 5

7.2.2 Analisis Faktor Lingkungan Strategis 7 - 10 7.3. Strategi Pengembangan Budidaya Tambak Terpadu 7 - 14 7.4. Arahan dan Prioritas Pengembangan 7 - 15 7.4.1 Arahan Pengembangan 7 - 15 7.4.2 Prioritas Pengembangan 7 - 17 Bab.8 INDIKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN

BUDIDAYA TERPADU 8 - 1

8.1. Dasar Penyusunan Indikasi Program 8 - 1 8.2. Perumusan Indikasi Program 8 - 3

Bab.9 PENUTUP 9 - 1

9.1. Kesimpulan 9 - 1

(5)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

Tabel 2. 1 Parameter Lingkungan Perairan yang Diamati dan

Alat/Metode Pengukurannya ... 2 -11 Tabel 2. 2 Parameter Kualitas Tanah Tambak yang Diukur ... 2 -11 Tabel 2. 3 Jenis Parameter Keragaan Tanah yang Diamati ... 2 -13 Tabel 2. 4 Tujuan, Metode, Jenis dan Analisis Data Sosial

Ekonomi ... 2 -15 Tabel 2. 5 Kesesuaian Lahan untuk Tambak ... 2 -16 Tabel 2. 6 Matrik SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportinities,

Threats). ... 2 -23

Tabel 2. 7 Jenis-jenis Pendekatan dan Analisis Data yang

Digunakan ... 2 -23 Tabel 3. 1 Kabupaten/kota berdasarkan Wilayah Perairan ... 3 - 1 Tabel 3. 2 Data Komponen Pasang Surut Stasiun Sabang ... 3 - 9 Tabel 3. 3 Data Komponen Pasang Surut Stasiun Blanglancang ... 3 - 10 Tabel 3. 4 Data Komponen Pasang Surut Stasiun Teluk Aru ... 3 - 11 Tabel 3. 5 Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatannya di Pantai

Timur NAD yang menjadi Wilayah Kajian Pada Tahun

2006 ... 3 - 18 Tabel 3. 6 Kondisi Jenis Usaha Perikanan Budidaya Perikanan di

Provinsi NAD periode tahun 2005 - 2006 ... 3 - 20 Tabel 3. 7 Perkembangan Produksi Menurut Jenis Usaha

Perikanan Budidaya di Provinsi NAD Periode Tahun

2005 - 2006 ... 3 - 20 Tabel 3. 8 Perkembangan Nilai Produksi Menurut Jenis Usaha

Perikanan Budidaya di Provinsi NAD Periode Tahun

2005 - 2006 ... 3 - 21 Tabel 3. 9 Jumlah Rumah Tangga Pembudidaya Ikan Menurut

Usahanya di Provinsi NAD Periode Tahun 2005 – 2006 ... 3 - 21 Tabel 3. 10 Produktivitas Usaha Perikanan Budidaya Perikanan di

Provinsi NAD periode tahun 2001 - 2006 ... 3 - 22 Tabel 3. 11 Perkembangan Luas Areal, Jumlah RTP dan Ratio

Luasan Usaha di Kabupaten Pidie Periode Tahun 2002

- 2006 ... 3 - 23 Tabel 3. 12 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan

Budidaya Tambak di Kabupaten Pidie Periode Tahun

2002 - 2006 ... 3 - 23 Tabel 3. 13 Daftar Tambak yang Direhabilitasi di Kabupaten Pidie

Tahun 2006 dan 2007 ... 3 - 24 Tabel 3. 14 Perkembangan Luas Areal, Jumlah RTP dan Petani

Tambak di Kabupaten Bireuen Periode Tahun 2003 -

(6)

Tabel 3. 15 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Tambak di Kabupaten Bireuen Periode

Tahun 2002 - 2006 ... 3 - 26 Tabel 3. 16 Daftar Tambak yang Direhabilitasi di Kabupaten

Bireuen Tahun 2006 dan 2007 ... 3 - 27 Tabel 3. 17 Perkembangan Luas Areal, Jumlah RTP dan Petani

Tambak di Kabupaten Aceh Utara Periode Tahun 2002

- 2006 ... 3 - 29 Tabel 3. 18 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan

Budidaya Tambak di Kabupaten Aceh Utara Periode

Tahun 2001 - 2006 ... 3 - 29 Tabel 3. 19 Daftar Tambak yang Direhabilitasi di Kabupaten Aceh

Utara Tahun 2006 dan 2007 ... 3 - 30 Tabel 3. 20 Perkembangan Luas Areal, Jumlah RTP dan Petani

Tambak di Kabupaten Aceh Timur Periode Tahun 2002

- 2006 ... 3 - 32 Tabel 3. 21 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan

Budidaya Tambak di Kabupaten Aceh Timur Periode

Tahun 2002 - 2006 ... 3 - 33 Tabel 3. 22 Daftar Tambak yang Direhabilitasi di Kabupaten Aceh

Timur Tahun 2006 ... 3 - 33 Tabel 3. 23 Perkembangan Luas Areal, Jumlah RTP dan Petani

Tambak di Kota Langsa Periode Tahun 2003 - 2006 ... 3 - 36 Tabel 3. 24 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan

Budidaya Tambak di Kota Langsa Periode Tahun 2004

- 2006 ... 3 - 36 Tabel 3. 25 Daftar Tambak yang Direhabilitasi di Kota Langsa

Tahun 2006 ... 3 - 36 Tabel 3. 26 Perkembangan Luas Areal, Jumlah RTP dan Petani

Tambak di Kabupaten Aceh Tamiang Periode Tahun

2003 - 2006 ... 3 - 38 Tabel 3. 27 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan

Budidaya Tambak di Kabupaten Aceh Tamiang Periode

2002 -2006 ... 3 - 38 Tabel 3. 28 Daftar Tambak yang Direhabilitasi di Kabupaten Aceh

Tamiang Tahun 2006 ... 3 - 39 Tabel 4. 1 Hasil Pengukuran Parameter Fisik Lingkungan di Tujuh

Lokasi Berbeda ... 4 - 3 Tabel 4. 2 Parameter Lingkungan di Perairan Muara, Dalam

Tambak dan Saluran Tambak di Kabupaten Pidie ... 4 - 4 Tabel 4. 3 Luas Lahan Tambak di Kabupaten Pidie ... 4 - 11 Tabel 4. 4 Luas Tambak, Tahun Terakhir Operasional, Luas

Tambak menurut Komoditas, Luas Tambak Aktif dan Luas Tambak yang Tidak Ada Data Peruntukan di

(7)

Tabel 4. 5 Jenis Budidaya Monokultur, Padat Tebar, Produksi dan Waktu Produksi Tambak di tiap Desa Di Kabupaten

Pidie ... 4 - 16 Tabel 4. 6 Sumber/Produsen Benih untuk Komoditas Budidaya

Tambak pada Semua Kecamatan di Kabupaten Pidie ... 4 - 20 Tabel 4. 7 Pendapatan dan R/C Pembudidaya Responden di

Kabupaten Pidie menurut Kecamatan Tahun 2007 ... 4 - 23 Tabel 4. 8 Jumlah Pemilik, Pemilik-Penggarap dan Penggarap

Tambak menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten

Pidie, 2007 ... 4 - 24 Tabel 4. 9 Total Luas Tambak, Sebaran Luasan dan Rata-rata

Luas per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kab.

Pidie, 2007 ... 4 - 27 Tabel 4. 10 Jumlah Petakan, Kisaran Jumlah Petakan dan

Rata-rata Petakan per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan

di Kab. Pidie, 2007 ... 4 - 29 Tabel 4. 11 Jumlah Pembudidaya berdasar Komoditas dan

Sebaran Tahun Terakhir Produksi menurut Desa dan

Kecamatan di Kab. Pidie Tahun 2007 ... 4 - 32 Tabel 4. 12 Daftar Nama Penyuluh menurut Wilayah Kerja di

Kabupaten Pidie Tahun 2007 ... 4 - 36 Tabel 4. 13 Hasil Pengukuran Parameter Fisik Lingkungan di Dua

Belas Lokasi Berbeda ... 4 - 40 Tabel 4. 14 Parameter Lingkungan di Perairan Muara, Dalam

Tambak dan Saluran Tambak di Kabupaten Bireuen ... 4 - 41 Tabel 4. 15 Luas Lahan Tambak di Kabupaten Bireuen ... 4 - 48 Tabel 4. 16 Luas Tambak, Tahun Terakhir Operasional, Luas

Tambak menurut Komoditas, Luas Tambak Aktif dan Luas Tambak yang Tidak Ada Data Peruntukan di

Kabupaten Bireuen... 4 - 52 Tabel 4. 17 Padat Tebar, Kisaran Produksi dan Tahun Produksi

Budidaya Tambak Menurut Desa Di Kabupaten Bireuen .... 4 - 53 Tabel 4. 18 Sumber/Produsen Benih untuk Komoditas Budidaya

Tambak pada Semua Kecamatan di Kabupaten

Bireuen ... 4 - 59 Tabel 4. 19 Pendapatan dan R/C Pembudidaya Responden di

Kabupaten Bireuen menurut Kecamatan Tahun 2007 ... 4 - 63 Tabel 4. 20 Jumlah Pemilik, Pemilik – Penggarap dan Penggarap

Tambak menurut Desa dan Kecamatan di Kab. Bireuen

Tahun 2007 ... 4 - 64 Tabel 4. 21 Total Luas Tambak, Sebaran Luasan dan Rata-rata

Luas per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kab.

Bireuen Tahun 2007 ... 4 - 67 Tabel 4. 22 Jumlah Petakan, Kisaran Jumlah Petakan dan

Rata-rata Petakan per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan

(8)

Tabel 4. 23 Jumlah Pembudidaya berdasar Komoditas dan Sebaran Tahun Terakhir Produksi menurut Desa dan

Kecamatan di Kab. Bireuen Tahun 2007 ... 4 - 73 Tabel 4. 24 Daftar Nama Penyuluh menurut Wilayah Kerja di

Kabupaten Bireuen Tahun 2007 ... 4 - 78 Tabel 4. 25 Hasil Pengukuran Parameter Fisik Lingkungan di

Empat Lokasi Berbeda ... 4 - 81 Tabel 4. 26 Parameter Lingkungan di Perairan Muara, Dalam

Tambak dan Saluran Tambak di Kabupaten Aceh Utara .... 4 - 82 Tabel 4. 27 Luas Lahan Tambak di Kabupaten Aceh Utara ... 4 - 88 Tabel 4. 28 Luas Tambak, Tahun Terakhir Operasional, Luas

Tambak menurut Komoditas, Luas Tambak Aktif dan Luas Tambak yang Tidak Ada Data Peruntukan di

Kabupaten Aceh Utara ... 4 - 92 Tabel 4. 29 Padat Tebar, Kisaran Produksi dan Tahun Produksi

Budidaya Tambak Menurut Desa Di Kabupaten Aceh

Utara ... 4 - 93 Tabel 4. 30 Sumber/Produsen Benih untuk Komoditas Budidaya

Tambak pada Semua Kecamatan di Kabupaten Aceh

Utara ... 4 - 97 Tabel 4. 31 Pendapatan dan R/C Pembudidaya Responden di

Kabupaten Aceh Utara menurut Kecamatan Tahun

2007 ... 4 - 99 Tabel 4. 32 Jumlah Pemilik, Pemilik-Penggarap dan Penggarap

Tambak menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten

Aceh Utara Tahun 2007 ... 4 - 100 Tabel 4. 33 Total Luas Tambak, Sebaran Luasan dan Rata-rata

Luas per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di

Kabupaten Aceh Utara Tahun 2007 ... 4 - 102 Tabel 4. 34 Jumlah Petakan, Kisaran Jumlah Petakan dan

Rata-rata Petakan per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan

di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2007 ... 4 - 105 Tabel 4. 35 Jumlah Pembudidaya berdasar Komoditas dan

Sebaran Tahun Terakhir Produksi menurut Desa dan

Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2007 ... 4 - 107 Tabel 4. 36 Daftar Nama Penyuluh menurut Wilayah Kerja di

Kabupaten Aceh Utara Tahun 2007 ... 4 - 111 Tabel 4. 37 Hasil Pengukuran Parameter Fisik Lingkungan di

Empat Lokasi Berbeda ... 4 - 114 Tabel 4. 38 Parameter Lingkungan di Perairan Muara, Dalam

Tambak dan Saluran Tambak di Kabupaten Aceh Timur .. 4 - 115 Tabel 4. 39 Luas lahan tambak di Kabupaten Aceh Timur ... 4 - 123 Tabel 4. 40 Luas Tambak, Tahun Terakhir Operasional, Luas

Tambak menurut Komoditas, Luas Tambak Aktif dan Luas Tambak yang Tidak Ada Data Peruntukan di

(9)

Tabel 4. 41 Padat Tebar, Kisaran Produksi dan Tahun Produksi Budidaya Tambak Menurut Desa Di Kabupaten Aceh

Timur ... 4 - 129 Tabel 4. 42 Sumber/Produsen Benih untuk Komoditas Budidaya

Tambak pada Semua Kecamatan di Kabupaten Aceh

Timur ... 4 - 134 Tabel 4. 43 Pendapatan dan R/C Pembudidaya Responden di

Kabupaten Aceh Timur menurut Kecamatan Tahun

2007 ... 4 - 137 Tabel 4. 44 Jumlah Pemilik, Pemilik yang Menggarap dan

Penggarap Tambak menurut Desa dan Kecamatan di

Kabupaten Aceh Timur Tahun 2007... 4 - 138 Tabel 4. 45 Total Luas Tambak, Sebaran Luasan dan Rata-rata

Luas per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di

Kabupaten Aceh Timur Tahun 2007... 4 - 141 Tabel 4. 46 Jumlah Petakan, Kisaran Jumlah Petakan dan

Rata-rata Petakan per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan

di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2007 ... 4 - 144 Tabel 4. 47 Jumlah Pembudidaya berdasar Komoditas dan

Sebaran Tahun Terakhir Produksi menurut Desa dan

Kecamatan di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2007 ... 4 - 147 Tabel 4. 48 Daftar Nama Penyuluh menurut Wilayah Kerja di

Kabupaten Aceh Timur Tahun 2007... 4 - 152 Tabel 4. 49 Parameter Lingkungan di Perairan Muara, Dalam

Tambak dan Saluran Tambak di Kota Langsa ... 4 - 156 Tabel 4. 50 Luas Lahan Tambak di Kabupaten Langsa ... 4 - 163 Tabel 4. 51 Luas Tambak, Tahun Terakhir Operasional, Luas

Tambak menurut Komoditas, Luas Tambak Aktif dan Luas Tambak yang Tidak Ada Data Peruntukan di Kota

Langsa ... 4 - 166 Tabel 4. 52 Padat Tebar, Kisaran Produksi dan Tahun Produksi

Budidaya Tambak Menurut Desa di Kota Langsa ... 4 - 167 Tabel 4. 53 Sumber/Produsen Benih untuk Komoditas Budidaya

Tambak di Kabupaten Langsa ... 4 - 168 Tabel 4. 54 Pendapatan dan R/C Pembudidaya Responden di Kota

Langsa menurut Kecamatan Tahun 2007 ... 4 - 169 Tabel 4. 55 Jumlah Pemilik, Pemilik yang Menggarap dan

Penggarap Tambak menurut Desa dan Kecamatan di

Kota Langsa Tahun 2007 ... 4 - 170 Tabel 4. 56 Total Luas Tambak, Sebaran Luasan dan Rata-rata

Luas per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kota

Langsa Tahun 2007. ... 4 - 171 Tabel 4. 57 Jumlah Petakan, Kisaran Jumlah Petakan dan

Rata-rata Petakan per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan

di Kota Langsa Tahun 2007 ... 4 - 172 Tabel 4. 58 Jumlah Pembudidaya berdasar Komoditas dan

(10)

Tabel 4. 59 Nama-nama Kelompok Pembudidaya Tambak di

Kecamatan Langsa Barat dan Langsa Timur ... 4 - 176 Tabel 4. 60 Daftar Nama Penyuluh menurut Wilayah Kerja di Kota

Langsa Tahun 2007 ... 4 - 176 Tabel 4. 61 Nama-nama Perusahaan Interinsuler yang Bergerak

dalam Bidang Pemasaran Komoditas Perikanan di Kota

Langsa ... 4 - 178 Tabel 4. 62 Hasil Pengukuran Parameter Fisik Lingkungan di Tiga

Lokasi Berbeda ... 4 - 181 Tabel 4. 63 Parameter Lingkungan di Perairan Muara, Dalam

Tambak dan Saluran Tambak di Kabupaten Aceh

Tamiang ... 4 - 181 Tabel 4. 64 Luas lahan tambak di Kabupaten Aceh Tamiang ... 4 - 189 Tabel 4. 65 Luas Tambak, Tahun Terakhir Operasional, Luas

Tambak menurut Komoditas, Luas Tambak Aktif dan Luas Tambak yang Tidak Ada Data Peruntukan di

Kabupaten Aceh Tamiang ... 4 - 192 Tabel 4. 66 Padat Tebar, Kisaran Produksi dan Tahun Produksi

Budidaya Tambak Menurut Desa di Kabupaten Aceh

Tamiang ... 4 - 193 Tabel 4. 67 Sumber/Produsen Benih untuk Komoditas Budidaya

Tambak pada Semua Kecamatan di Kabupaten Aceh

Tamiang ... 4 - 195 Tabel 4. 68 Pendapatan dan R/C Pembudidaya Responden di

Kabupaten Aceh Tamiang menurut Kecamatan Tahun

2007 ... 4 - 197 Tabel 4. 69 Jumlah Pemilik, Pemilik – Penggarap dan Penggarap

Tambak menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten

Aceh Tamiang Tahun 2007 ... 4 - 197 Tabel 4. 70 Total Luas Tambak, Sebaran Luasan dan Rata-rata

Luas per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di

Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2007 ... 4 - 199 Tabel 4. 71 Jumlah Petakan, Kisaran Jumlah Petakan dan

Rata-rata Petakan per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan

di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2007 ... 4 - 200 Tabel 4. 72 Jumlah Pembudidaya berdasar Komoditas dan

Sebaran Tahun Terakhir Produksi menurut Desa dan

Kecamatan di Kabupaten Aceh Taming Tahun 2007 ... 4 - 202 Tabel 4. 73 Nama-nama Kelompok Pembudidaya Tambak di

Kecamatan Bunda Mulia dan Manyak Payed ... 4 - 205 Tabel 4. 74 Nama-nama Perusahaan Interinsuler yang Bergerak

dalam Bidang Pemasaran Komoditas Perikanan di

Kabupaten Aceh Tamiang ... 4 - 206 Tabel 5. 1 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Tambak ... 5 - 1 Tabel 5. 2 Peruntukan Pengembangan Budidaya Tambak Sesuai

(11)

Tabel 5. 3 Daya Dukung dan Luas Tambak yang

Direkomendasikan di Kabupaten Pidie ... 5 - 3 Tabel 5. 4 Daya Dukung dan Luas Tambak yang

Direkomendasikan di Kabupaten Bireuen ... 5 - 5 Tabel 5. 5 Daya Dukung dan Luas Tambak yang

Direkomendasikan di Kabupaten Aceh Utara ... 5 - 7 Tabel 5. 6 Daya Dukung dan Luas Tambak yang

Direkomendasikan di Kabupaten Aceh Timur ... 5 - 10 Tabel 5. 7 Daya Dukung dan Luas Tambak yang

Direkomendasikan di Kota Langsa ... 5 - 12 Tabel 5. 8 Daya Dukung dan Luas Tambak yang

Direkomendasikan di Kabupaten Aceh Tamiang ... 5 - 14 Tabel 6. 1 Luas Lahan Tambak Eksisting dan Lahan Tambak yang

Sesuai Daya Dukung di Lokasi Kajian... 6 - 1 Tabel 6. 2 Proyeksi Produksi Budidaya Tambak Udang di Lokasi

Kajian Berdasarkan Pendekatan Kesesuaian Lahan ... 6 - 3 Tabel 6. 3 Proyeksi Produksi Budidaya Tambak Bandeng di

Lokasi Kajian Berdasarkan Pendekatan Kesesuaian

Lahan ... 6 - 3 Tabel 6. 4 Estimasi Kebutuhan Ideal Benih dan Hatchery Udang di

Setiap Lokasi Kajian Berdasarkan Pendekatan

Produksi dari Kesesuaian Lahan Tambak ... 6 - 4 Tabel 6. 5 Estimasi Kebutuhan Pakan Udang di Setiap Lokasi

Kajian Berdasarkan Pendekatan Produksi Udang di

Kategori Lahan Sesuai ... 6 - 5 Tabel 6. 6 Estimasi Kebutuhan Es di Setiap Lokasi Kajian

Berdasarkan Pendekatan Kesesuaian Lahan ... 6 - 6 Tabel 6. 7 Estimasi Kebutuhan Pabrik Es dengan Kapasitas 10

Ton/Hari di Setiap Lokasi Kajian Berdasarkan

Pendekatan Kesesuaian Lahan ... 6 - 6 Tabel 7. 1 Unsur-Unsur Faktor Lingkungan Internal ... 7 - 11 Tabel 7. 2 Unsur-unsur Faktor Lingkungan Eksternal ... 7 - 13 Tabel 8. 1 Perbandingan Produksi Budidaya Tambak Sebelum

dan Setelah Tsunami pada 6 Daerah Kajian ... 8 - 2 Tabel 8. 2 Matrik Indikasi Program Pengembangan Budidaya

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Lokasi Kegiatan Pantai Timur NAD meliputi Kabupaten Pidie, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh Utara, Kota Langsa, Kabupaten Aceh Timur dan

Kabupaten Aceh Tamiang ... 1 - 6 Gambar 2. 1 Kerangka Pendekatan Studi “Identifikasi dan

Inventarisasi Kawasan Budidaya Tambak di Pantai

Timur NAD” ... 2 - 8 Gambar 2. 2 Diagram Proses Penyusunan Sistem Informasi

Geografis dan Peta Tematik ... 2 - 22 Gambar 3. 1 Peta Geografi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

(Bakosurtanal, 2006) ... 3 - 4 Gambar 3. 2 Mawar Angin dari Persentase Kejadian Angin Rerata

Periode 1989-2004 ... 3 - 6 Gambar 3. 3 Mawar Angin dari Persentase Kejadian Angin

Maksimum Periode 1989-2004 ... 3 - 6 Gambar 3. 4 Curah Hujan Bulanan di Daerah Studi (Sumber:

Stasiun Klimatologi Bandara Blang Bintang) ... 3 - 7 Gambar 3. 5 Curah Hujan Tahunan di Daerah Studi (Sumber:

Stasiun Klimatologi Bandara Blang Bintang) ... 3 - 7 Gambar 3. 6 Gambaran Umum Kedalaman Air di Perairan Pantai

Utara-Timur NAD ... 3 - 8 Gambar 3. 7 Fluktuasi Muka Laut di Stasiun Sabang pada 1 – 30

September 2007 ... 3 - 9 Gambar 3. 8 Fluktuasi Muka Laut di Stasiun Blanglancang pada 1

– 30 September 2007 ... 3 - 10 Gambar 3. 9 Fluktuasi Muka Laut di Stasiun Teluk Aru pada 1 – 30

September 2007 ... 3 - 11 Gambar 3. 10 Perbandingan Pasang Surut di Stasiun Sabang,

Blanglancang dan Teluk Aru selama 2 hari (1-3

September 2007) ... 3 - 12 Gambar 3. 11 Peta Penggunaan Lahan di Provinsi NAD ... 3 - 13 Gambar 3. 12 Foto Salah Satu Daerah Pertambakan di Kabupaten

Pidie ... 3 - 24 Gambar 3. 13 Foto Salah Satu Daerah Pertambakan di Kabupaten

Bireuen ... 3 - 26 Gambar 3. 14 Foto Salah Satu Daerah Pertambakan di Kabupaten

Aceh Utara ... 3 - 31 Gambar 3. 15 Foto Salah Satu Daerah Pertambakan di Kabupaten

(13)

Gambar 3. 16 Foto Salah Satu Daerah Pertambakan di Kota Langsa .... 3 - 37 Gambar 3. 17 Foto Salah Satu Sungai Sebagai Sumber Air untuk

Daerah Pertambakan di Kabupaten Aceh Tamiang ... 3 - 40 Gambar 4. 1 Lokasi Sampling Parameter Fisik Lingkungan di

Kabupaten Pidie ... 4 - 3 Gambar 4. 2 Tampak Atas Areal Tambak di Kabupaten Pidie ... 4 - 5 Gambar 4. 3 Transek untuk Melihat Profil Kelerengan Lahan dan

Kedalaman di Kabupaten Pidie ... 4 - 5 Gambar 4. 4 Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada

Transek A dan B di Kabupaten Pidie ... 4 - 6 Gambar 4. 5 Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada

Transek C di Kabupaten Pidie ... 4 - 7 Gambar 4. 6 Peta Kedalaman Laut di Pantai Kabupaten Pidie ... 4 - 8 Gambar 4. 7 Peta Kedalaman Laut di Pantai Kabupaten Pidie ... 4 - 8 Gambar 4. 8 Beberapa Pohon Mangrove di Dalam Tambak di

Kabupaten Pidie ... 4 - 9 Gambar 4. 9 Contoh Digitasi Saluran Primer Tambak di Kabupaten

Pidie (Google 2007) ... 4 - 10 Gambar 4. 10 Foto Salah Satu Contoh Saluran Tambak di

Kabupaten Pidie ... 4 - 10 Gambar 4. 11 Kondisi Tambak dan Pintu Air yang Tidak Terawat di

Kabupaten Bireuen ... 4 - 39 Gambar 4. 12 Vegetasi Kelapa di Pinggiran Tambak di Kabupaten

Bireuen ... 4 - 39 Gambar 4. 13 Lokasi Sampling Parameter Fisik Lingkungan di

Kabupaten Bireuen ... 4 - 40 Gambar 4. 14 Tampak Atas Salah Satu Areal Tambak di

Kabupaten Bireuen ... 4 - 42 Gambar 4. 15 Transek untuk Melihat Profil Kelerengan Lahan dan

Kedalaman Laut di Kabupaten Bireuen ... 4 - 42 Gambar 4. 16 Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman Pada

Transek A dan B di Kabupaten Bireuen ... 4 - 43 Gambar 4. 17 Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada

Transek C dan D di Kabupaten Bireuen ... 4 - 44 Gambar 4. 18 Peta Kedalaman Laut di Pantai Utara Kabupaten

Bireuen ... 4 - 45 Gambar 4. 19 Peta Kedalaman Laut di Pantai Utara Kabupaten

Bireuen ... 4 - 45 Gambar 4. 20 Contoh Digitasi Saluran Tambak di Kabupaten

Bireuen (Foto udara, BRR 2006) ... 4 - 46 Gambar 4. 21 Foto Tambak dan Saluran-Salurannya di Kabupaten

Bireuen ... 4 - 47 Gambar 4. 22 Lokasi sampling Lingkungan Fisik di Kabupaten Aceh

Utara ... 4 - 80 Gambar 4. 23 Bentangan Tambak yang Masih Aktif dengan Kondisi

(14)

Gambar 4. 25 Transek untuk Melihat Profil Kelerengan Lahan dan

Kedalaman di Kabupaten Aceh Utara ... 4 - 83 Gambar 4. 26 Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada

Transek A dan B di Kabupaten Aceh Utara ... 4 - 84 Gambar 4. 27 Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada

Transek C di Kabupaten Aceh Utara ... 4 - 85 Gambar 4. 28 Peta Kedalaman Laut di Pantai Utara Kabupaten

Aceh Utara ... 4 - 86 Gambar 4. 29 Contoh Digitasi Saluran Tambak di Kabupaten Aceh

Utara (Google 2007) ... 4 - 87 Gambar 4. 30 Foto Tambak dan Saluran-Salurannya di Salah Satu

Lokasi di Kabupaten Aceh Utara ... 4 - 87 Gambar 4. 31 Kondisi Tambak Yang Tidak Aktif di Kabupaten Aceh

Timur ... 4 - 114 Gambar 4. 32 Vegetasi Mangrove di Sekitar Kawasan Tambak di

Kabupaten Aceh Timur ... 4 - 116 Gambar 4. 33 Lokasi Sampling di Kabupaten Aceh Timur ... 4 - 117

Gambar 4. 34 Transek untuk Melihat Profil Kelerengan Lahan dan

Kedalaman di Kabupaten Aceh Timur ... 4 - 118 Gambar 4. 35 Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada

Transek A dan B di Kabupaten Aceh Timur ... 4 - 119 Gambar 4. 36 Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada

Transek C di Kabupaten Aceh Timur ... 4 - 120 Gambar 4. 37 Peta Kedalaman Laut di Pantai Kabupaten Aceh

Timur ... 4 - 121 Gambar 4. 38 Peta Kedalaman Laut di Pantai Kabupaten Aceh

Timur ... 4 - 121 Gambar 4. 39 Contoh Digitasi Saluran Tambak di Kabupaten Aceh

Timur (Google 2007) ... 4 - 122 Gambar 4. 40 Salah Satu Foto Saluran Tambak di Kabupaten Aceh

Timur ... 4 - 122 Gambar 4. 41 Kondisi Jalan yang Baik di Kawasan Tambak di Kota

Langsa ... 4 - 155 Gambar 4. 42 Lokasi Sampling Tambak di Kota Langsa ... 4 - 155

Gambar 4. 43 Vegetasi Mangrove di Sekitar Kawasan Tambak di

Kota Langsa ... 4 - 157 Gambar 4. 44 Tampak Atas Areal Tambak di Kota Langsa ... 4 - 158 Gambar 4. 45 Transek untuk Melihat Profil Kelerengan Lahan dan

Kedalaman di Kota Langsa... 4 - 158 Gambar 4. 46 Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada

Transek A dan B di Kota Langsa ... 4 - 159 Gambar 4. 47 Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada

Transek C di Kota Langsa ... 4 - 160 Gambar 4. 48 Peta kedalaman laut di Pantai timur Kota Langsa ... 4 - 161 Gambar 4. 49 Contoh Digitasi Saluran Primer Tambak di Kota

Langsa (Google 2007) ... 4 - 162 Gambar 4. 50 Foto Salah Satu Saluran Tambak di Kota Langsa ... 4 - 162

(15)

Gambar 4. 51 Saluran Utama (Primer) Tambak yang Merupakan

Sungai Kecil ... 4 - 180 Gambar 4. 52 Lokasi Sampling di Kabupaten Aceh Tamiang ... 4 - 180

Gambar 4. 53 Tampak Atas Areal Tambak di Kabupaten Aceh

Tamiang... 4 - 182 Gambar 4. 54 Transek untuk Melihat Profil Kelerengan Lahan dan

Kedalaman di pantai timur Aceh Tamiang ... 4 - 183 Gambar 4. 55 Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada

Transek A dan B di Kabupaten Aceh Tamiang ... 4 - 184 Gambar 4. 56 Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada

Transek C di Kabupaten Aceh Tamiang ... 4 - 185 Gambar 4. 57 Peta Kedalaman Laut di Pantai Kabupaten Aceh

Tamiang... 4 - 186 Gambar 4. 58 Contoh Hasil Digitasi Saluran Primer Tambak di

Kabupaten Aceh Tamiang (Google 2007) ... 4 - 187 Gambar 4. 59 Foto Tambak dan Saluran-salurannya Kabupaten

Aceh Tamiang ... 4 - 187 Gambar 4. 60 Tanaman Darat dan Kebun Kelapa Sawit di atas

Lahan Bekas Tambak di Kabupaten Aceh Tamiang ... 4 - 188 Gambar 5. 1 Peta Kesesuaian Lahan Tambak di Kabupaten Pidie ... 5 - 4 Gambar 5. 2 Peta Kesesuaian Lahan Tambak di Kabupaten

Bireuen ... 5 - 6 Gambar 5. 3 Peta Kesesuaian Lahan Tambak di Kabupaten Aceh

Utara ... 5 - 9 Gambar 5. 4 Peta Kesesuaian Lahan Tambak di Kabupaten Aceh

Timur ... 5 - 11 Gambar 5. 5 Peta Kesesuaian Lahan Tambak di Kota Langsa dan

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Galeri Foto Kegiatan Survei Lapangan ... L - 1 Lampiran 2. Daya Dukung Lingkungan Untuk Pengembangan

Budidaya Tambak Di Kabupaten Pidie ... L - 13 Lampiran 3. Daya Dukung Lingkungan Untuk Pengembangan

Budidaya Tambak Di Kabupaten Bireuen ... L - 18 Lampiran 4. Daya Dukung Lingkungan Untuk Pengembangan

Budidaya Tambak Di Kabupaten Aceh Utara ... L - 23 Lampiran 5. Daya Dukung Lingkungan Untuk Pengembangan

Budidaya Tambak Di Kabupaten Aceh Timur ... L - 28 Lampiran 6. Daya Dukung Lingkungan Untuk Pengembangan

Budidaya Tambak Di Kota Langsa ... L - 33 Lampiran 7. Daya Dukung Lingkungan Untuk Pengembangan

Budidaya Tambak Di Kabupaten Aceh Tamiang ... L - 36 Lampiran 8. Luas Kesesuaian Lahan Untuk Budidaya Tambak Di

Lokasi Kajian ... L - 41 Lampiran 9. Hasil Analisis Laboratorium ... L - 43

(17)

Bab.1 PENDAHULUAN

1.1 Latar

Belakang

Pencanangan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 11 Juni 2005 di Jatiluhur Jawa Barat pada dasarnya merupakan momentum akselerasi pembangunan untuk mewujudkan kebijakan Triple-P (Pro-growth, Pro-poor dan Pro-job) dan

dimulainya peningkatan investasi swasta dan pemerintah di bidang Pertanian, Perikanan dan Kehutanan untuk jangka panjang hingga tahun 2025. Substansi pokok RPPK adalah strategi umum untuk: (1) meningkatkan kesejahteraan petani, nelayan dan petani hutan; (2) meningkatkan daya saing produk pertanian, perikanan dan kehutanan; serta (3) menjaga kelestarian sumberdaya pertanian, perikanan dan kehutanan.

Sementara itu, arah kebijakan RPPK adalah mendorong diversifikasi, peningkatan produktivitas dan nilai tambah produk pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan kehutanan. Hal ini mengandung makna perlunya dilakukan reorientasi dalam sistem produksi pertanian dalam arti luas, yakni dari pendekatan komoditas ke pendekatan produk. Dalam implementasinya, upaya-upaya ke arah peningkatan pasca panen (pengolahan dan pemasaran) harus lebih diintensifkan lagi dan mendapat prioritas tinggi dalam pembangunan ke 3 (tiga) sektor tersebut. Apabila usaha pengolahan dan pemasaran berkembang, maka dapat menjadi lokomotif bagi pengembangan usaha di bagian hulunya.

Di bidang perikanan, revitalisasi pengolahan dan pemasaran mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu (1) peningkatan mutu dan keamanan pangan, (2) pengembangan produk (product development), dan (3) penguatan serta

pengembangan pemasaran hasil perikanan. Peningkatan mutu dan keamanan pangan dilakukan dalam rangka meningkatkan sediaan (pasok)

(18)

bahan baku yang memenuhi standar mutu industri pengolahan di dalam negeri dan meningkatkan daya saing produk perikanan Indonesia di pasar global. Sedangkan pengembangan produk dimaksudkan untuk menggeser dominasi produk benilai tambah rendah (low added-value product) dalam

struktur produksi perikanan di Indonesia, diganti oleh produk bernilai tambah tinggi (high added-value products). Sementara itu, penguatan dan

pengembangan pemasaran dimaksudkan untuk mempertahankan pangsa pasar yang telah dikuasai dan meningkatkan akses pasar, baik domestik maupun internasional. Secara nasional revitalisasi perikanan mencakup 3 (tiga) komoditas yang telah ditetapkan untuk dikembangkan, yaitu Tuna, Udang dan Rumput Laut, sebagai harapan dapat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen revitalisasi perikanan secara keseluruhan. Khusus bagi perikanan budidaya sebagai unggulan komoditasnya adalah udang, bandeng dan rumput laut yang dibudidayakan di kawasan pantai seluruh Indonesia dengan teknologi yang berwawasan lingkungan dan sesuai dengan konsep Aquaculture Ecology Zone.

Revitalisasi perikanan budidaya difokuskan terhadap udang hasil budidaya, yaitu jenis Udang Windu dan Vaname serta diarahkan untuk meningkatkan nilai tambah dan ekspor komoditas tersebut. Hal itu akan dilakukan melalui peningkatan mutu dan keamanan produk, pengembangan produk (product development) dari produk-produk bernilai rendah (low value products) ke

produk-produk bernilai tinggi (high value products) serta penguatan dan

pengembangan pemasaran luar negeri.

Sesuai dengan arah pengembangan dan tren permintaan pasar tersebut di atas, apabila mempertimbangkan asumsi produksi udang sebesar 540.000 ton, pemanfaatan produksi untuk ekspor sebesar 72%, komposisi ekspor terdiri dari bentuk block frozen (head-less) 65% dan bentuk value added 65%,

sehingga pada 5 (lima) tahun ke depan (2012) perolehan devisa hanya dari ekspor komoditas udang tambak saja diperkirakan mencapai US $ 2,537 milyar.

(19)

1.2 Permasalahan

Areal lahan bagi kegiatan perikanan budidaya tambak di wilayah pesisir Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada tahun 2004 diperkirakan mencapai luas sekitar 36.916,9 Ha. Dari total luasan tersebut, sekitar 96% atau seluas 35.398,3 Ha tambak berada di kawasan pantai timur NAD dan hanya sekitar 4% atau seluas 1.518,6 Ha yang berada di kawasan pantai barat NAD. Kegiatan budidaya tambak di provinsi ini meliputi kegiatan budidaya tambak yang dikelola secara intensif, semi-intensif dan tradisional. Selanjutnya, jenis komoditas budidaya perikanan tambaknya yang telah dikembangkan sampai saat ini adalah ikan bandeng, udang, dengan produksi total pada tahun 2005 tercatat sebanyak 22.374,6 ton. Berdasarkan pendekatan luasan areal tambak yang ada, maka dapat diestimasi produktivitas tambak rata-rata di provinsi ini, yakni sekitar 0,606 ton/ha. Tingkat produktivitas tersebut, secara teknis budidaya perikanan tambak masih termasuk ke dalam kategori produktivitas rendah.

Kemudian, perbedaan jumlah luasan areal tambak antara kawasan pantai barat dan pantai timur yang sangat besar di provinsi ini, memang karena adanya perbedaan potensi lahan sebagai akibat sifat alamiah dan daya dukung lahan, yang berbeda. Diduga yang paling berpengaruh dalam perkembangan luasan areal pertambakan ini adalah adanya perbedaan tipe tanah dan kondisi topografi yang cukup besar antara kawasan pantai barat dan kawasan pantai timur Provinsi NAD. Kawasan budidaya tambak di pantai timur NAD tersebar di beberapa kabupaten mulai dari Kabupaten Pidie yang berada di sebelah utara Pantai Timur NAD hingga Kabupaten Aceh Tamiang yang berada di sebelah selatan Pantai Timur NAD.

Permasalahan utama yang terjadi untuk pengembangan budidaya perikanan tambak di wilayah pesisir NAD adalah sebagian kawasan tambak yang turut mengalami kerusakan, baik sarana maupun prasarananya, akibat adanya tsunami pada akhir tahun 2004 yang lalu, yakni mulai dari Kabupaten Aceh Barat ke pantai utara dan timur sampai ke Kabupaten Aceh Utara. Sementara

(20)

di kabupaten lain, juga menghadapi permasalahan lain yang cukup serius untuk segera ditangani, yakni terjadinya pendangkalan saluran input, baik pada saluran irigasi tambak maupun muara sungai, pada sebagian kawasan tambaknya dan juga belum adanya penataan irigasi yang optimal untuk pengembangan kawasan pertambakannya. Namun sayangnya hingga kini, ketersediaan data dan informasi yang komprehensif, aktual, dan akurat tentang keragaan budidaya perikanan tambak di provinsi ini masih terbatas, sehingga sering menghambat dalam membuat perencanaan yang tepat dan efektif untuk pengembangan subsektor ini. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan identifikasi dan inventarisasi kawasan budidaya tambak, utamanya di pantai timur NAD yang merupakan sentra usaha tambak, guna membangun suatu sistem monografi pertambakan yang andal dan sistematis.

1.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan

Secara umum identifikasi dan inventarisasi kawasan budidaya tambak di pantai Timur NAD adalah merupakan bagian integral dari revitalisasi perikanan yang ditujukan untuk mempercepat implementasi pembangunan perikanan budidaya tambak dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi daerah melalui pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan secara optimal, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Dengan mempercepat implementasi pembangunan perikanan budidaya tambak yang optimal, diharapkan secara khusus akan dapat:

(1) Meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ikan/petani tambak dan masyarakat pesisir serta pelaku ekonomi perikanan.

(2) Menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha disektor kelautan dan perikanan.

(3) Meningkatkan konsumsi ikan dan penyediaan bahan baku industri. (4) Meningkatkan ekspor hasil perikanan dan penerimaan devisa. (5) Meningkatkan penerimaan daerah melalui hasil perikanan.

(21)

Sasaran

Sasaran yang diharapkan dapat dicapai dari identifikasi dan inventarisasi kawasan budidaya tambak di pantai Timur NAD, adalah:

(1) Teridentifikasi lahan budidaya tambak berdasarkan kepemilikan dan luas areal yang mengacu pada Aquaculture Ecology Zone, kawasan Pantai

Timur NAD, dalam bentuk monografi pertambakan.

(2) Teridentifikasi kesesuaian usaha budidaya tambak untuk mengetahui kualitas lahan dan jenis komoditas budidaya yang sesuai dengan penerapan teknologi budidayanya.

(3) Terinventarisasi sarana dan prasarana perikanan budidaya, mulai dari sarana perbenihan, saluran tambak, sumber air tawar, sarana prosesing (cold storage), kebutuhan pakan, sarana pemasaran serta sarana

penunjang lainnya.

(4) Teridentifikasi kesiapan sumber daya manusia (pembudidaya tambak dan tenaga penyuluh perikanan) dalam rangka pelaksanaan program pengembangan budidaya tambak.

(5) Meningkatnya mutu dan keamanan pangan dalam rangka menyediakan produk perikanan berbasis sumberdaya alam yang aman untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri dan ekspor, dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah dan devisa.

1.4 Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang Lingkup Wilayah Kegiatan

Wilayah yang akan dikaji adalah sepanjang Pantai Timur NAD, meliputi Kabupaten Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Kota Langsa, Aceh Timur dan Aceh Tamiang (Gambar 1.1).

(22)

Gambar 1.1 Lokasi Kegiatan Pantai Timur NAD meliputi Kabupaten Pidie, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh Utara, Kota Langsa, Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Tamiang

Ruang lingkup materi kegiatan

Adapun ruang lingkup dan materi pekerjaan identifikasi dan inventarisasi kawasan Budidaya Tambak di pantai Timur NAD ini adalah sebagai berikut: (1) Melakukan identifikasi dan inventarisasi luas lahan dan kepemilikan

tambak, kondisi sosial ekonomi serta kondisi kegiatan budidaya dan tingkat teknologi yang diterapkan.

(2) Melakukan identifikasi dan inventarisasi sarana dan prasarana budidaya tambak dan sarana pendukung lainnya serta kondisi yang ada saat ini.

(3) Melakukan inventarisasi kemampuan sumberdaya lokal yang ada serta kelembagaannya.

(23)

(4) Mengidentifikasi kesesuaian lahan tambak untuk mengetahui kualitas lahan pada masing-masing zona (kawasan), sehingga dapat diketahui komoditas yang cocok dan sesuai dengan pola musim tanam di Pantai Timur NAD.

(5) Mengumpulkan data primer dan sekunder yang meliputi:

a) Data fisika, kimia dan biologi lahan (tanah dan air) yang sesuai dengan tujuan kegiatan.

b) Data pasang surut, iklim, debit air, kondisi ekosistem mangrove dan vegetasi pantai lainnya.

c) Data sedimentasi sekitar sungai dan saluran tambak.

d) Identifikasi tata guna lahan pantai dan peruntukkannya bagi pemanfaan lahan.

e) Identifikasi kesiapan pembudidaya tambak (masyarakat lokal) dalam rangka pelaksanaan program revitalisasi perikanan budidaya yang berorientasi pada peningkatan ekspor dan devisa.

(6) Pengolahan dan Analisis data

a) Menyusun konsep dan model Aquaculture Ecologi Zone yang

berbasis pada GIS.

b) Analisis daya dukung dan kesesuaian lahan untuk budidaya tambak.

c) Analisis laboratorium fisika, kimia dan biologi tanah dan air. d) Analisis karakter sedimentasi sungai dan muara sungai. e) Analisis debit sungai.

f) Analisis sarana dan prasarana pendukung dan sosial ekonomi perikanan budidaya.

g) Penyajian hasil berupa: peta topografi, peta land use (penggunaan

lahan) peta jenis tanah, peta daya dukung lahan, peta unit lahan, dan kesesuaian lahan.

h) Rekomendasi pemecahan masalah dan pentahapan indikasi program dalam rangka revitalisasi perikanan budidaya tambak di pantai Timur NAD.

(24)

i) Pembuatan laporan dan album peta berbentuk hardcopy dan softcopy.

1.5 Hasil yang Diharapkan

Keluaran atau hasil yang diharapkan dari kegiatan ini meliputi:

1) Monografi pertambakan yang menggambarkan tingkat kepemilikan, luas areal tambak dan kondisi sosial ekonomi petani.

2) Peta kualitas lahan dan jenis komoditas budidaya tambak dan penerapan teknologi budidayanya.

3) Hasil inventarisasi sarana dan prasarana perikanan budidaya tambak, sarana perbenihan, saluran tambak, sumber air tawar, sarana prosesing (cold storage), kebutuhan pakan, sarana pemasaran serta sarana

pendukung lainnya.

4) Hasil identifikasi kesiapan sumber daya manusia (pembudidaya tambak dan tenaga penyuluh perikanan) dalam rangka pelaksanaan program pengembangan budidaya serta kelembagaan ekonomi petani tambak.

5) Rekomendasi strategi dan kebijakan dalam mengelola lingkungan dan potensi perikanan di tiap wilayah secara umum dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

(25)

Bab.2 METODE

PEKERJAAN

2.1 Pendekatan Studi

Untuk mencapai tujuan dan sasaran pekerjaan identifikasi dan inventarisasi kawasan budidaya tambak di pantai timur NAD yang diinginkan, maka digunakan beberapa pendekatan studi yang dianggap tepat dan sesuai dengan kebutuhan studi, yakni:

(1) Pendekatan pembangunan perikanan yang bertanggung jawab

Dengan pendekatan ini, maka diharapkan akan disusun suatu basis data yang andal dan tepat guna untuk mendukung pengembangan perikanan di NAD, dalam hal ini adalah pembangunan perikanan budidaya tambak di pantai timur, yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dan daerah, memperhatikan kelestarian lingkungan, menghormati nilai-nilai sosial yang dimiliki masyarakat, dan sesuai dengan ketentuan internasional.

(2) Pendekatan sistem perikanan budidaya tambak

Hal ini dimaksudkan agar didapatkan suatu data dan informasi yang utuh guna menyusun suatu perencanaan pembangunan perikanan budidaya tambak yang efektif dan tepat di pantai timur NAD, sehingga akan menghasilkan usaha budidaya tambak yang tangguh dan berkelanjutan. Dengan pendekatan sistem ini, berarti akan mengintegrasikan semua komponen dan aktivitas yang saling terkait satu sama lainnya, mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai kepada pemasaran produk-produk yang dihasilkan dalam usaha budidaya perikanan tambak tersebut.

(3) Pendekatan partisipatif dan kelembagaan

Dalam pendekatan partisipatif ini, komponen masyarakat akan dilibatkan secara aktif guna memberikan masukan dan aspirasinya utamanya dalam menginventarisasi semua kekuatan, potensi dan kendala yang ada untuk mengembangkan subsektor perikanan budidaya tambak di

(26)

pantai timur NAD. Dengan pendekatan ini, masyarakat juga akan didorong untuk menyatakan kebutuhannya, bukan kebutuhan yang semata datang dari pihak luar saja. Namun demikian, setiap aspirasi yang muncul dari masyarakat akan disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi umum lingkungan strategisnya. Kemudian, disamping pendekatan partisipatif juga dilakukan pendekatan kelembagaan yang melibatkan banyak pihak, baik institusi pemerintahan, seperti: Dinas Perikanan dan Kelautan, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa, juga akan melibatkan institusi swasta, lembaga swadaya masyarakat maupun lembaga adat yang terkait. Pendekatan kelembagaan dalam pelaksanaan pekerjaan ini akan didasarkan atas peran dan fungsi masing-masing lembaga atau institusi tersebut, baik sebagai lembaga pembina, lembaga fasilitator maupun lembaga penunjang, utamanya yang terkait dengan upaya pembangunan perikanan budidaya tambak di pantai timur NAD.

2.2 Kerangka Pendekatan Studi

Penyusunan kerangka pendekatan studi harus mencerminkan tahapan kerja yang akan dilalui dan dilakukan untuk mencapai tujuan pekerjaan ini. Secara umum langkah pekerjaan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan Budidaya Tambak di Pantai Timur NAD dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) tahap, yaitu: (1) Input , (2) Proses, (3) Output.

2.2.1 Input

Pada tahap ini akan dilakukan identifikasi dan inventarisasi sarana dan prasarana budidaya tambak di pantai timur NAD; identifikasi lahan, kondisi lingkungan dan potensi wilayahnya; identifikasi kondisi sosial ekonomi dan keragaan sumber daya manusianya; dan inventarisasi peta dasar yang terkait dengan kondisi pantai timur NAD.

(1) Identifikasi dan inventarisasi sarana dan prasarana budidaya tambak di pantai timur NAD

(27)

Kondisi sarana dan prasarana budidaya perikanan tambak yang akan diidentifikasi dan diinventarisasi meliputi jenis komoditi yang diusahakan, produksi dan produktivitas tambak, luasan tambak, teknologi yang digunakan, penyediaan saprokan (sumber, jumlah dan harga dari benih, pakan, pupuk, obat dan BBM), kondisi tambak dan saluran-salurannya, dan fasilitas pendukung lainnya, seperti listrik, air bersih, cold storage,

pasar, akses jalan dan komunikasi.

(2) Identifikasi kondisi lahan dan lingkungan budidaya tambak di pantai timur NAD serta potensi wilayahnya

Kondisi lahan dan lingkungan budidaya tambak yang akan diidentifikasi adalah tata guna lahan, jenis dan kondisi lahan, kemiringan lahan, sumber air, kuantitas dan kualitas air, luas potensial dan efektif tambak, potensi patogen/penyakit, potensi pencemaran, kesuburan perairan muara dan pantai, kondisi ekologi pesisir, kondisi pasang surut dan arus air laut, kondisi abrasi dan sedimentasi, kondisi ekosistem mangrove dan vegetasi pantai lainnya, kondisi sungai/saluran primer, dan kualitas lingkungan lainnya yang terkait dengan usaha budidaya tambak dan daya dukung. Kemudian, untuk potensi wilayah yang akan diidentifikasi meliputi kegiatan pengelolaan usaha budidaya perikanan tambak saat ini, kondisi pemanfaatan sumber daya alam yang ada di pesisir, kondisi ekonomi dan keamanan serta potensi infrastruktur pendukung lainnya yang terkait dengan usaha budidaya tambak.

(3) Identifikasi kondisi sosial ekonomi dan sumber daya manusia budidaya tambak di pantai timur NAD

Identifikasi kondisi sosial ekonomi yang akan dilakukan meliputi status kepemilikan lahan, harga lahan, nilai produksi, profitabilitas usaha budidaya tambak, potensi konflik pemanfaatan sumber daya alam, pemasaran (lokal, regional dan internasional), potensi pengembangan usaha, kelembagaan dan sosial-budaya serta keragaan perekonomian wilayah. Sementara itu, untuk kondisi sumber daya manusia yang akan diidentifikasikan adalah kuantitas dan kualitas petani tambak, serta keragaan demografi wilayah.

(28)

(4) Inventarisasi peta dasar pantai timur NAD

Peta dasar yang akan diinventarisasi meliputi peta administratif Provinsi NAD, peta topografi pantai timur NAD, peta tata guna lahan pesisir pantai timur NAD, peta bathymetri perairan pantai timur NAD, dan foto citra satelit untuk wilayah pantai timur NAD.

2.2.2 Proses

Pada tahap proses ini, berbagai analisis data akan dilakukan, seperti: analisis keragaan sarana dan prasarana budidaya tambak, analisis daya dukung lingkungan kawasan tambak, analisis sosial ekonomi, analisis kesenjangan dan analisis lingkungan strategis. Kemudian, dilanjutkan dengan analisis pengembangan dan penyusunan basis datanya. Dan proses terakhir, dilanjutkan dengan mendesain sistem informasi geografis untuk monografi pertambakan di pantai timur NAD.

(1) Analisis data

(a) Analisis keragaan sarana dan prasarana budidaya tambak

Analisis ini dimaksudkan untuk menggambarkan status kini keragaan sarana dan prasarana budidaya tambak di pantai timur NAD yang meliputi: tingkat produksi dan produktivitas per jenis komoditi per wilayah tambak, sebaran luasan tambak dan teknologi yang digunakan, sebaran dan tingkat kecukupan sarana produksi pertambakan, tingkat pemanfaatan tambak dan saluran-salurannya, serta kondisi dan tingkat kecukupan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya. Analisis ini akan dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif (deskriptif), baik dalam bentuk tabulasi, grafik maupun gambar. (b) Analisis daya dukung dan kesesuaian kawasan tambak

Analisis daya dukung dan kesesuaian kawasan tambak dimaksudkan untuk mengetahui kondisi fisik, kimia dan biologi lahan pertambakan, kondisi kualitas dan kuantitas air untuk budidaya tambak, jenis dan sebaran pathogen/penyakit pada komoditi tambak, tingkat pencemaran, tingkat kesuburan perairan, status kondisi ekologi pesisir, tipe pasang surut, arah dan kecepatan arus laut, tingkat

(29)

abrasi dan sedimentasi, status kondisi sungai/saluran primer, status kondisi ekosistem mangrove dan vegetasi pantai lainnya, serta tingkat kualitas lingkungan lainnya yang terkait dengan usaha budidaya tambak dan daya dukungnya. Analisis ini akan dilakukan dengan mengukur beberapa parameter lingkungan yang terkait dengan aktivitas pertambakan secara pengukuran langsung (in situ)

dan analisis laboratorium. (c) Analisis sosial ekonomi

Keragaan sosial ekonomi pembudidaya tambak akan dilakukan dengan analisis deskriptif dan pendapatan usaha untuk mendeskripsikan status kepemilikan lahan, kisaran nilai lahan, tingkat perkembangan nilai produksi, tingkat pendapatan usaha petani tambak, pemetaan potensi konflik, pola dan rantai pemasaran hasil tambak, tingkat peluang pengembangan usaha, peran dan fungsi kelembagaan yang ada dan status kondisi sosial-budaya petani tambak, tingkat perkembangan perekonomian wilayah, dan sebaran kuantitas dan kualitas petani tambak.

(d) Analisis kesenjangan (gap analysis)

Analisis kesenjangan adalah analisis yang dilakukan secara deskriptif untuk membandingkan kondisi yang ideal dalam pengembangan perikanan budidaya tambak dengan kondisi yang ada saat ini berdasarkan aspek potensi wilayah berdasarkan isu sosial-budaya, lingkungan dan sumber daya, kelembagaan, ekonomi, teknologi, infrastruktur dan keamanan.

(e) Analisis kelayakan usaha

Kegiatan usaha selalu diarahkan untuk menghasilkan penciptaan nilai tambah (keuntungan), lapangan kerja, pemanfaatan sumber daya dan pemenuhan pasar. Oleh karena itu, analisis kelayakan senantiasa perlu dilakukan dalam kajian pemasaran dan teknis teknologis (Kadariah 1978). Pada prinsipnya analisis kelayakan dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu: (i) pendekatan finansial yang dilakukan apabila yang berkepentingan langsung dalam proyek

(30)

adalah individu atau kelompok individu dan (ii) pendekatan ekonomi yang dilakukan apabila yang berkepentingan langsung dalam proyek adalah pemerintah atau masyarakat secara keseluruhan.

(2) Analisis strategi dan pengembangan

Analisis strategi dan pengembangan dilakukan untuk memberikan rekomendasi kebijakan yang tepat dan efektif guna mendukung pengembangan perikanan budidaya tambak yang efisien, produktif dan ramah lingkungan secara optimal berdasarkan kapasitas daya dukung lingkungan alami maupun buatan manusia yang tersedia, dan serta peluang. Analisis ini akan dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif (deskriptif), baik dalam bentuk tabulasi, grafik maupun gambar.

(3) Penyusunan basis data

Penyusunan basis data dilakukan untuk mengelola semua data dan informasi terkait agar dapat terintegrasi dan terkoneksi secara cepat, akurat, dan efisien untuk menunjang pengembangan sistem informasi geografi monografi pertambakan dan peta tematiknya.

(4) Sistem informasi geografis

Mendesain rancang bangun sistem informasi geografis (SIG) monografi pertambakan dengan memperhatikan bentuk basis data spasial dan atribut yang tersedia, ketersediaan peta dasar, masukan dari calon pengguna, dan juga mempertimbangkan tingkat kesederhanaan serta efisiensi dalam penggunaannya.

2.2.3 Output

Pada tahap output akan dilakukan penyusunan sistem informasi geografis

monografi pertambakan, pembuatan peta tematik keragaan budidaya tambak dan rekomendasi strategi dan kebijakan pengembangan kawasan budidaya perikanan tambak di pantai timur NAD.

(1) Penyusunan sistem informasi geografis monografi pertambakan

Penyusunan sistem informasi geografis ini, dilakukan dengan beberapa tahapan, yakni: akuisisi data, digitasi peta dan data, pemasukan dan

(31)

penyuntingan data dan melakukan tumpang susun (overlay) terhadap

semua data spatial dan atribut di atas peta digitasinya.

(2) Pembuatan peta tematik budidaya perikanan tambak

Peta tematik yang akan dibuat mengacu kepada peta dasar, hasil survey lapang (ground truthing), analisis penginderaan jauh (remote sensing imaginary) dan foto udara. Selain menggunakan data primer,

pembuatan peta tematik ini menggunakan pula data sekunder, baik dalam bentuk hard copy maupun soft copy, yang diperoleh dari berbagai

lembaga penghasil peta tematik, seperti: Badan Pertanahan Nasional (BPN), Dinas Pekerjaan Umum, Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Pusat Penelitian Tanah, dan instansi lainnya.

(3) Perumusan strategi dan kebijakan pengembangan kawasan budidaya tambak

Berdasarkan pertimbangan kondisi berbagai faktor yang dianalisis, maka dapat dirumuskan rekomendasi strategi dan kebijakan yang sesuai untuk pengembangan kawasan budidaya tambak di pantai timur NAD yang optimal dan berkelanjutan.

Secara ringkas kerangka pendekatan studi yang akan dilakukan dalam penyelesaian pekerjaan “Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan Budidaya Tambak di Pantai Timur NAD” dapat dilihat pada Gambar 2. 1.

(32)

Gambar 2. 1 Kerangka Pendekatan Studi “Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan Budidaya Tambak di Pantai Timur NAD”

INPUT

INPUT PROSESPROSES OUTPUTOUTPUT

IDENTIFIKASI LAHAN DAN LINGKUNGAN BUDIDAYA TAMBAK

DI PANTAI TIMUR NAD SERTA POTENSI WILAYAHNYA

IDENTIFIKASI KONDISI SOSEK DAN SDM BUDIDAYA TAMBAK DI

PANTAI TIMUR NAD

PETA DASAR PANTAI TIMUR NAD (peta rupa bumi dan citra lansat)

PENYUSUNAN BASIS DATA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS MONOGRAFI

PERTAMBAKAN

PETA TEMATIK BUDIDAYA PERIKANAN TAMBAK

REKOMENDASI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENGEMBANGAN KAWASAN BUDIDAYA PERIKANAN TAMBAK

IDENTIFIKASI DAN IVENTARISASI SARANA DAN PRASARANA

BUDIDAYA TAMBAK DI PANTAI TIMUR NAD

ANALISIS DATA:

1) ANALISIS KERAGAAN SARANA DAN PRASARANA BUDIDAYA TAMBAK 2) ANALISIS DAYA DUKUNG DAN

KESUAIAN KAWASAN TAMBAK 3) ANALISIS SOSIAL EKONOMI 4) ANALISIS KESENJANGAN 5) ANALISIS KELAYAKAN USAHA

BUDIDAYA TAMBAK

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN

INPUT

INPUT PROSESPROSES OUTPUTOUTPUT

IDENTIFIKASI LAHAN DAN LINGKUNGAN BUDIDAYA TAMBAK

DI PANTAI TIMUR NAD SERTA POTENSI WILAYAHNYA

IDENTIFIKASI KONDISI SOSEK DAN SDM BUDIDAYA TAMBAK DI

PANTAI TIMUR NAD

PETA DASAR PANTAI TIMUR NAD (peta rupa bumi dan citra lansat)

PENYUSUNAN BASIS DATA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS MONOGRAFI

PERTAMBAKAN

PETA TEMATIK BUDIDAYA PERIKANAN TAMBAK

REKOMENDASI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENGEMBANGAN KAWASAN BUDIDAYA PERIKANAN TAMBAK

IDENTIFIKASI DAN IVENTARISASI SARANA DAN PRASARANA

BUDIDAYA TAMBAK DI PANTAI TIMUR NAD

ANALISIS DATA:

1) ANALISIS KERAGAAN SARANA DAN PRASARANA BUDIDAYA TAMBAK 2) ANALISIS DAYA DUKUNG DAN

KESUAIAN KAWASAN TAMBAK 3) ANALISIS SOSIAL EKONOMI 4) ANALISIS KESENJANGAN 5) ANALISIS KELAYAKAN USAHA

BUDIDAYA TAMBAK

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN

(33)

2.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data, hal yang selalu diperhatikan dan dipertimbangkan adalah mengenai tingkat kesahihan/kebenaran data, tingkat kecukupannya serta ketepatannya. Kemudian, metode yang digunakan dalam melakukan pengumpulan data adalah sebagai berikut:

(1) Desk study (Studi literatur)

yakni, dengan melakukan penelusuran berbagai referensi atau literatur dalam upaya memperoleh data dan/atau informasi yang berkaitan dengan kondisi budidaya perikanan tambak di pantai timur NAD guna lebih melengkapi materi dan memperkaya bobot hasil pekerjaan ini.

(2) Survai lapangan

yakni, dengan melakukan kunjungan lapangan dengan menitikberatkan pada pengambilan sampel dan pengamatan langsung dilapangan guna memperoleh data terkini yang dapat menggambarkan keragaan kondisi nyata di lapangan, sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat untuk langkah pengembangannya ke depan.

(3) Wawancara dan Diskusi (Dialog)

Pendekatan ini dimaksudkan untuk mengetahui saran dan pendapat dari para stakeholders, utamanya masyarakat pelaku. Pengumpulan data

dan informasi primer dilakukan dengan mengisi kuesioner dari hasil wawancara langsung dengan responden atau pihak-pihak terkait. Kuesioner dirancang sesederhana dan seringkas mungkin agar pengumpulan data lebih efektif dan efisien. Selain itu, pengumpulan data dan informasi primer juga dilakukan melalui suatu diskusi kelompok terfokus atau Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan seluruh stakeholders kunci.

Secara garis besar ada 2 jenis data yang akan dikumpulkan, yakni data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengukuran sampel dan observasi lapangan serta dari hasil wawancara dan diskusi dengan para responden dan pihak terkait. Sementara, data sekunder diperoleh dari

(34)

2.3.1 Pengumpulan Data Keragaan Tambak

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer akan dikumpulkan melalui wawancara dengan para petani tambak dan pengukuran dan pengamatan langsung dilapangan untuk beberapa parameter terkait dengan kondisi fisik tambak dan saluran-salurannya. Sementara itu, untuk data sekundernya dikumpulkan melalui instansi terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah, BRR NAD-Nias, Bappeda, Bakosurtanal, Google Earth, dan instansi terkait lainnya.

Beberapa parameter yang datanya akan diambil adalah: luasan tambak, status kepemilikan, tipe tambak, jenis komoditas yang dibudidayakan, luasan tambak yang masih beroperasi, produktivitas tambak, saluran tambak, kualitas air tambak, debit air sungai, tingkat kebutuhan dan sediaan sarana produksi tambak (benih, pakan, obat), dan tingkat kebutuhan dan ketersedíaan prasarana produksi tambak (listrik, akses jalan dll).

2.3.2 Pengumpulan Data Lingkungan Perairan

Untuk penetapan tingkat degradasi aspek perairan diperlukan berbagai data, yang meliputi biologi, kualitas air, kualitas substrat dan pencemaran. Data plankton dan khlorofil dapat menggambarkan daya dukung biologis tambak, sedangkan kualitas air dan substrat menggambarkan daya dukung lingkungan tambak serta dapat juga mendeskripsikan kualitas lingkungan, serta ancaman pencemaran yang akan menurunkan daya dukung budidaya tambak. Parameter lingkungan perairan yang diamati beserta alat/metode pengukurannya disajikan pada Tabel 2. 1. Data tersebut diperoleh dengan melakukan pengambilan sampel dan pengukuran langsung pada 40 titik pengamatan di sepanjang pantai timur Provinsi NAD. Selain itu, juga dilakukan sampling pengukuran parameter sedimentasi dan debit air pada

(35)

Tabel 2. 1 Parameter Lingkungan Perairan yang Diamati dan Alat/Metode Pengukurannya

Parameter Alat/Metode Keterangan

Biologi

1. Plankton Plankton net Analisis Laboratorium

2. Khlorofil Micro filter Analisis Laboratorium 3. Mangrove Transek Data primer dan sekunder

Kualitas Air (di kolam tambak, saluran tambak, sumber air/sungai, dan laut)

1. Oksigen terlarut DO meter/ Winkler Insitu/Laboratorium

2. Salinitas Salinometer Insitu

3. pH pH meter Insitu

4. TSS Spektrofotometer Analisis laboratorium

5. Amonia Spektrofotometer Analisis laboratorium 6. Nitrat Spektrofotometer Analisis laboratorium

7. Fosfat Spektrofotometer Analisis laboratorium 8. Suhu Termometer Insitu

Kualitas Substrat

1. pH pH meter Insitu

2. Tekstur substrat Analisis fraksi Analisis laboratorium Pencemaran

1. Logam berat (Pb dan Hg)

Contoh air Analisis laboratorium 2. Pestisida Contoh air Analisis laboratorium

2.3.3 Pengumpulan Data Keragaan Tanah

Penetapan tingkat degradasi tanah ditentukan oleh 3 (tiga) parameter utama yakni kualitas tanah, erosi tanah, dan penutupan lahan. Untuk menentukan kualitas tanah dikaitkan dengan kemampuan tanah dalam mendukung pengembangan usaha budidaya tambak. Berbagai faktor kualitas tanah, seperti: tingkat kesuburan tanah, kemiringan lahan, keadaan banjir dan lain-lain akan menentukan kualitas tanah. Kriteria penilaian kondisi aspek tanah disajikan pada Tabel 2.2.

Tabel 2. 2 Parameter Kualitas Tanah Tambak yang Diukur

Parameter Unit

Kemiringan tanah %

Tekstur tanah Komposisi partikel

(36)

Tingkat kesesuaian lahan untuk tambak diukur dengan mengkombinasikan parameter-parameter tersebut di atas sehingga dihasilkan luasan tambak yang sesuai untuk pengembangan budidaya tambak.

Tambak merupakan suatu wadah budidaya udang atau ikan yang terdiri dari tanah dan media air, sehingga penggunaan kedua kompartemen lingkungan ini akan memiliki dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Sebagai contoh, air buangan dari tambak selain membawa partikel-partikel tersuspensi yang sebagian besar tersusun dari partikel liat dan partikel organik sisa pakan atau kotoran udang, juga alirannya akan cenderung menggerus dinding saluran atau pematang pembuangan. Semua bahan tersuspensi ini biasanya akan dibawa ke muara saluran pembuang dan akan didepositkan sepanjang muara dan pesisir sekitar muara. Untuk itu di dalam kegiatan survei ini dilakukan pengambilan contoh tanah yang diambil dari dalam tambak dan di sekitar muara saluran pembuang.

Substrat tanah yang diambil merupakan contoh tanah terganggu dengan berat sekitar 1 kg dan diambil pada dasar tambak dan saluran pembuang sampai kedalaman sekitar 10 cm dari permukaan tanah. Sifat tanah yang dianalisis di laboratorium adalah : 1). sifat fisika tanah yang diduga terkait erat dengan kejadian degradasi lingkungan di wilayah studi, yaitu tekstur dan konsistensi tanah, 2). sifat kimia tanah yang meliputi parameter kandungan N-total, P, besi (Fe) dan sulfur (S). Pengukuran tekstur tanah menggunakan metode pipet, sedang konsistensi tanah diukur dengan metode lapangan. Pengukuran sifat kimia dan biologi tanah dilakukan dengan metode analisis yang rutin dilakukan di laboratorium tanah. Lokasi pengambilan sampel tanah di tambak dan saluran pembuangan dilakukan di setiap lokasi kajian. Pengukuran kualitas substrat tanah ini dimaksudkan untuk mendapatkan data tentang kualitas fisika, kimia dan biologi tanah. Jenis parameter keragaan tanah yang diamati pada Tabel 2. 3. Data yang didapat akan dipakai sebagai bahan analisis dalam melihat daya dukung kondisi kualitas lahan dalam menunjang aktivitas budidaya tambak di lokasi kajian maupun untuk melihat potensi yang ada dari kualitas substrat tersebut terhadap degradasi lingkungan yang terjadi di lokasi kajian.

(37)

Tabel 2. 3 Jenis Parameter Keragaan Tanah yang Diamati No Parameter 1 Sondir 2 Weight unit 3 Specific gravity 4 Atterberg unit 5 Sieve analysis

6 Permeability falling head 7 Permeability constant head 8 NPK (kesuburan tanah)

9 Unsur mikro/logam berat & organic 10 pH tanah

Kesesuaian tanah untuk areal budidaya perikanan tambak dinilai berdasarkan parameter-parameter yang berpengaruh, baik untuk wadah budidaya (konstruksi) maupun terhadap ikan atau udang yang dipelihara. Untuk menentukan tingkat kesesuaian, parameter kualitas tanah yang dihasilkan dibandingkan dengan kriteria kualitas tanah bagi budidaya perikanan tambak, yang antara lain bertekstur lempung berliat (clay loam), liat berpasir (sandy clay), lempung berdebu (silty loam), atau liat (clay) dan N total kurang dari 1,0

mg/100 gr ( Miller, 1992).

2.3.4 Pengumpulan Data Oseanografi

Data dan informasi tentang kondisi oseanografi perairan pantai timur NAD pada 6 kabupaten yang menjadi lokasi kajian akan diperoleh dengan dua cara, yakni 1). melakukan pengukuran secara langsung (in situ) di lapangan

terhadap beberapa parameter fisika oseanografi (kedalaman air, suhu, salinitas, arus, angin, gelombang, pasut, debit sungai dan sedimen) yang dikenal dengan data primer dan 2). mengumpulkan data dan informasi dari berbagai referensi atau pustaka ilmiah yang berkaitan dengan kondisi oseanografis perairan pantai di lokasi kajian tersebut dikenal dengan data sekunder. Kemudian, juga tidak menutup kemungkinan untuk melakukan

(38)

wawancara langsung dengan penduduk setempat untuk mengetahui hal-hal yang tidak atau belum dipublikasikan di dalam jurnal atau buku.

Berikut ini adalah penjelasan tentang metode dan alat yang digunakan di lapangan untuk mendapatkan data yang diinginkan:

(1) Batimetri

Informasi mengenai kedalaman perairan di sepanjang pantai dari 6 kabupaten tersebut akan diperoleh dari Peta Kedalaman yang dikeluarkan oleh Dinas Hidro-Oseanografi TNI-AL. Pada waktu melakukan survei di lapangan kedalaman perairan juga diukur dengan

Echosounder (GPS Echosounder) atau dengan tali berskala yang

diturunkan di setiap stasiun bersamaan dengan pengambilan contoh bentos.

(2) Suhu dan Salinitas

Parameter suhu dan salinitas diukur dengan menggunakan alat CTD (Conductivity Temperature Depth) meter. Pengukuran dilakukan di setiap

stasiun pengamatan. Alat CTD diturunkan secara perlahan sampai mendekati dasar, alat akan mencatat secara otomatis data suhu dan konduktifitas berdasarkan kedalaman.

(3) Arus

Gerak air laut atau arus diukur dengan Metode Lagrangian, yakni memakai benda apung (floating drough). Panjang lintasan yang

ditempuh dalam satuan waktu tertentu merupakan kecepatan aliran air dalam unit (cm/detik). Arah gerakan air ditentukan dengan magnetik kompas, dimana arah utara sama dengan 0o atau 360o. Cara lain yang akan digunakan adalah metode Euler yakni mengukur kecepatan aliran massa air pada satu titik tetap dalam jangka waktu tertentu. Alat ukur yang akan digunakan adalah current meter.

(4) Pasang Surut (Pasut)

Pasang surut diukur dengan menggunakan papan berskala yang dilengkapi dengan pipa transparan (slang) untuk mengukur fluktuasi muka laut setiap 30 menit selama 6 jam pengamatan. Alat ini ditaruh pada tempat yang aman, dimana pada saat surut terendah masih

(39)

terendam air sebaliknya pada saat air pasang tertinggi masih bisa terbaca, mudah dilihat, dan tidak berhadapan langsung terhadap arah hempasan gelombang laut. Pengukuran lapangan tinggi muka air ini perlu dilakukan untuk mengoreksi data ramalan pasut yang rutin dikeluarkan oleh DISHIDROS TNI-AL.

(5) Gelombang

Kondisi gelombang di lokasi penelitian diturunkan dari data angin yang dapat diperoleh dari stasiun meteorologi dan geofisika terdekat. Selama melakukan survei di lapangan parameter gelombang juga diamati dengan metode visual dengan melihat tinggi gelombang dengan kasat mata.

2.3.5 Pengumpulan Data Sosial Ekonomi

Data sosial dan ekonomi pembudidaya tambak serta data lembaga dan pemasaran hasil tambak yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan responden. Responden untuk pengumpulan data sosial ekonomi terdiri dari pembudidaya tambak, pedagang pengumpul, serta pengurus dan anggota kelompok pembudidaya tambak.

Tabel 2. 4 Tujuan, Metode, Jenis dan Analisis Data Sosial Ekonomi

Tujuan Metode Jenis Data Analisis Data

Identifikasi kondisi sosial pembudidaya tambak

Survai lapang Data primer (wawancara)

Deskriptif Identifikasi kondisi

ekonomi

pembudidaya tambak

Survai lapang Data primer (wawancara)

Analisis pendapatan Identifikasi lembaga

pembudidaya tambak

Survai lapang Data primer (wawancara)

Deskriptif Identifikasi saluran

pemasaran hasil tambak

Survai lapang Data primer (wawancara) dan data sekunder Deskriptif Identifikasi sarana pemasaran hasil tambak

Survai lapang Data primer (wawancara)

Gambar

Gambar 2. 1   Kerangka Pendekatan Studi “Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan Budidaya Tambak di Pantai Timur NAD”
Tabel 2. 3  Jenis Parameter Keragaan Tanah yang Diamati   No  Parameter  1 Sondir  2 Weight  unit  3 Specific  gravity  4 Atterberg  unit  5 Sieve  analysis
Tabel 2. 6  Matrik SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportinities, Threats).  Faktor  Internal  Faktor  Eksternal STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W) OPPORTUNITIES   (O) Strategi SO  Ciptakan strategi yang  menggunakan kekuatan
Grafik Ramalan Pasang Surut Stasiun Sabang, Blanglancang dan Teluk Aru (Tanggal : 1 - 3  September 2007) -60-40-200204060 1-Sep-07 2-Sep-07 3-Sep-07 TanggalTinggi muka air (Cm)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegunaan praktis dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan sebagai masukan dalam mengembangkan perusahaan terutama yang berhubungan dengan

"Mereka berasal dari mana?" tanya Rangga yang teringat akan Raden Segara, laki-laki berwajah cukup tampan dan bertubuh tinggi besar setengah raksasa itu.. "Tidak ada

Berdasarkan hasil penelitian yang tellah dilakukan mengenai pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja, tunjangan, pengembangan karir terhadap kinerja perawat pada Rumah Sakit

Dari sudut pandang penapisan paket, permasalahan dengan fragmentasi adalah bahwa hanya fragmen pertama yang akan memuat informasi header dari protokol tingkat tinggi seperti

Gambar freehand atau menggambar tangan bebas untuk membuat skesta secara cepat dalam memvisulisasikan suatu obyek ataupun gambar – gambar teknik sering dilakukan oleh orang –

Dengan ini saya menyatakan laporan akhir berjudul Pembenihan dan Pembesaran Ikna Gurame Osphronemus gouramy di Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah Selatan adalah

Hasil skoring dilakukan klasifikasi untuk mendapatkan kesesuaian lahan tambak garam yang sangat sesuai, kurang sesuai dan tidak sesuai.. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk

Hasil analisis kesesuaian lahan (tabel3) didapatkan daerah yang sangat sesuai untuk tambak garam mencapai 4.303,2 ha atau 75,5 % dari luas tambak di Sampang.. Sedangkan daerah