• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELUARGA BERENCANA (KB) A.Pengertian KB (Keluarga Berencana)

Dalam dokumen Bahan ajar akbid LENGKAP (Halaman 91-95)

PERSETUBUHAN, KEBERSIHAN MANDI, IBADAH, MAKANAN DAN MINUMAN TERMASUK AS

C. PANDANGAN AGAMA TERHADAP TINDAKAN MEDIS KEBIDANAN

7. KELUARGA BERENCANA (KB) A.Pengertian KB (Keluarga Berencana)

KB artinya mengatur jumlah anak sesuai kehendak dan menentukansendiri kapan ingin hamil. (Kamus Besar Bahasa Indonesia(1997) ) Upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera (Undang-undang No. 10/1992). Keluarga Berencana (Family Planning, Planned Parenthood) : suatu usaha untuk

menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.WHO (Expert Committe, 1970),

Tindakan yg membantu individu/ pasutri untuk: Mendapatkan objektif-obketif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan

(mashlahat) keluarga, masyarakat maupun negara.Dengan demikian, KB di sini mempunyai arti yang sama dengan tanzim al-nasl (pengaturan keturunan).

Penggunaan istilah ”Keluarga Berencana” juga sama artinya dengan istilah yang umum dipakai di dunia internasional yakni family planning atau planned parenthood, seperti yang digunakan oleh international Planned Parenthood Federation (IPPF), nama sebuah organisasi KB internasional yang berkedudukan di London.

 KB adalah gerakan untuk membentuk keluargayang sehat dan sejahtera denganmembatasi kelahiran.Dengan kata lain KB adalah perencanaan jumlah keluarga. Pembatasanbisa dilakukan dengan penggunaanalat-alatkontrasepsiatau penanggulangan kelahiran sepertikondom, spiral, IUD dan sebagainya. Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua.

1.Pandangan Agama Islam Mengenai KB

Jika program Keluarga Berencana (KB) dimaksudkan untuk membatasi kelahiran, maka hukumnya tidak boleh. Karena Islam tidak mengenal pembatasan kelahiran (tahdid an-nasl). Terdapat banyak hadits yang mendorong umat Islam untuk memperbanyak anak. Misalnya:

“Perintah menikahi perempuanYang subur dan banyak anak, penjelasan yang menyebutkan bahwa Rasulullah berbangga di Hari Kiamat dengan banyaknya pengikut beliau”.

(HR. Nasa’i, Abu Dawud, dan Ahmad), dsb.

Yang dikenal dalam Islam adalah pengaturan kelahiran (tanzhim an-nasl).Hal ini didasarkan pada para sahabat yang melakukan azal di masa Nabi, dan beliau tidak melarang hal tersebut. (HR. Bukhari dan Muslim).

Beberapa alasan yang membenarkan pengaturan kelahiran antara lain:

1. kekhawatiran akan kehidupan dan kesehatan ibu jika ia hamil atau melahirkan, berdasarkan pengalaman atau keterangan dari dokter yang terpercaya.Firman Allah:

“Dan janganlah kalian campakkan diri kalian dalam kebinasaan.” (QS. al-Baqarah: 195).

2. khawatir akan kesulitan materi yang terkadang menyebabkan munculnya kesulitan dalam beragama, lalu menerima saja sesuatu yang haram danmelakukan hal-hal yang dilarang demi anak-anaknya. Allah berfirman:

(QS. al-Baqarah: 185).

3. Alasan kekhawatiran akan nasib anak-anaknya; kesehatannya buruk atau pendidikannya tidak teratasi (Lihat:Halal dan Haram dalam Islam,Dr. Yusuf al-Qaradhawi, Era Intermedia, hlm. 285-288).

4. Alasan lainnya adalah agar bayi memperoleh susuan dengan baik dan cukup, dan dikhawatirkan kehadiran anak selanjutnya dalam waktu cepat membuat hak susuannya tidak terpenuhi.

Membatasi anak dengan alasan takut miskin atau tidak mampumemberikan nafkah bukanlah alasan yang dibenarkan. Sebab, itu mencerminkan kedangkalan akidah, minimnya tawakal dan keyakinan bahwa Allah Maha Memberi rezeki. Allah Swt. berfirman:

“Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepada kalian.” (QS. al-Isra: 31).

a. Pandangan Al-Qur’an Tentang Keluarga Berencana

Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu kita laksanakan dalam kaitannya dengan KB diantaranya ialah :

Surat An-Nisa’ ayat 9:

اديدس اولوقيلاو هللااوقتيلف مهيلع اوفاخ افاعض ةيرذ مهفلخ نم اوكرت ول نيذلا شخيلو “Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah. Mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.

• Kristen Protestan

Agama kristen protestan memandang kesejahteraan keluarga diletakkan dan diwujudkan dalam pemahaman yang bersifat real sesuai dengan kehendak Allah dan tidak melarang umatnya berKB.

• Kristen Katolik

Menurut kristen katolik untuk mengatur kelahiran anak suami istri harus tetap menghormati dan menaati moral katolik dan umat katolik dibolehkan berKB dengan metode alami yang memanfaatkan masa tidak subur.

Masalah kependudukan dan Keluarga Berencana belum timbul ketika Buddha Gotama masih hidup. Tetapi kita bisa menelaah ajaran-Nya yang relevan dengan makna Keluarga

Berencana. Kebahagiaan dalam keluarga adalah adanya hidup harmonis antara suami dan isteri, dan antara orang tua dengan anaknya.

Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah berusaha menimbulkan

danmemperkembangkan kesejahteraan untuk anak-anaknya. Jadinya, bila kitaperhatikan KB menurut agama budha harus dilaksanakan, karena KB menimbul kankesejahteraan keluarga. KB dibenarkan dalam agama Buddha. Dan umat Buddha hanya memilih cara KB yang cocok untuk mereka masing-masing.

4. Pandangan Agama Hindu tentang Keluarga Berencana

KB menurut agama hindu di perbolehkan karena KB dapat membatasi jumlah anak dengan tujuan agar sejahtera.

8. EUTHANASIA

Pandangan Agama Kristen pada Euthanasia Aktif

1.Tak ada orang yang mempunyai hak moral untuk membunuh manusia tak bersalah. Kata Alkitab, “Jangan membunuh” (Kel. 20:30). “..dan seorang pun tidak ada yang dapat melepaskan dari tangan-Ku” (Ul. 32:29). Ayub mengatakan, ”Tuhan memberi, Tuhan yang mengambil” (Ayb. 1:21) dan Dia saja yang berhak mengambilnya (Ibr 9:27). Kesalahan euthanasia aktif adalah memainkan peranan sebagai Allah dan bukan manusia. Bahkan Alkitab mengatakan bahwa kita bukanlah pencipta hidup kita. Jadi hidup kita bukanlah milik kita (Kis. 14:17; 17:24-25)

2.Bukan belas kasihan jika membunuh penderita. Membunuh bayi belum lahir sama saja dengan Child Abuse. Membunuh bayi cacat atau kaum dewasa yang menderita bukan menghindarkan dari kesengsaraan manusia, melainkan menyebabkan penderitaan kematian. Bahkan Alkitab mengatakan, membunuh orang yang tak bersalah bukan perbuatan baik; melainkan kejahatan (Kel 20:13).

3.Jika euthanasia adalah memperbolehkan membunuh dengan tujuan yang baik, maka dengan membunuh pendukung euthanasia dan aborsi, jutaan nyawa bisa terselmatakan. Tetapi tidak akan ada pendukung euthanasia yang memperbolehkannya.

4.Dari penderitaan banyak dapat dipelajari. “ kita tahu bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji mienimbulakan pengharapan” (Rm. 5:3-4). Yakobus berkata, “..anggaplah sebagai suatu kebahagiaan , apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan”. Penderitaan membentuk karakter, “tiap-tiap pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya” (Ibr. 12:11).

5.Tidak ada label haraga pada hidup manusia. Yesus berkata, “ Apa gunanya seorang

memperolah seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya?” (Mrk. 8:36). Suatu nyawa manusia lebih berharga daripada apapun di dunia ini (Mat. 6:26). Pandangan membunuh untuk menghemat uang adalah materialistis.

6.Tujuan tidak membenarkan cara.

7.Manusia bukanlah hewan. “..sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri” (Kej. 9:6)

Dalam dokumen Bahan ajar akbid LENGKAP (Halaman 91-95)