• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebagaimana telah dipaparkan dalam bab.III bahwa setiap orang yang memasuki hidup perkawinan tentu mempunyai cita-cita ingin hidup bahagia dengan saling mencintai, dapat akrab, dan mesra dengan pasangannya. Cita-cita demikian memang sangat indah, tetapi tidaklah mudah. Kenyataannya, banyak keluarga mengalami kekecewaan, gagal dalam mewujudkan cita-cita menciptakan kebahagiaan. Salah satu penyebab utama dari kegagalan dalam membangun kebahagiaan dalam keluarga tersebut adalah karena kurangnya terbangun komunikasi yang baik antar anggota keluarga, baik antara suami istri maupun orang tua dengan anak. Oleh karena itu komunikasi memiliki peranan penting dalam membangun kebahagiaan dan keharmonisan keluarga. Pada BAB IV berikut ini akan dipaparkan bagaimana peran komunikasi dalam membangun keharmonisan keluarga katolik

A. Komunikasi Badan Mengkokohkan Fungsi Keluarga

Komunikasi tidak hanya dilakukan secara verbal komunikasi juga dapat dilakukan dengan komunkasi badan untuk dapat menyampaikan pesan yang kita maksud. Komunikasi badan itu sendiri identik dengan sentuhan. Para pengguna bahasa Inggris kerap menggunakan dua kata yang bisa saling menggantikan ketika bicara tentang sentuhan yaitu; tactile (taktil) dan tactual (taktual). Taktil sendiri

kita, merasakan angin bertiup menyentuh kulit kita. Sedangkan taktual merupakan tindakan menyentuh dan menggarap, biasanya dilakukan dengan tangan. (Barbara K Given, 2007:256).

Adanya komunikasi yang baik dalam keluarga dapat mengkokohkan fungsi keluarga. Fungsi-fungsi keluarga itu sendiri mencakup delapan fungsi, mulai dari fungsi keagamaan, sosial budaya, melindungi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, hingga ekonomi dan pembinaan lingkungan, tidak cukup hanya diwacanakan atau menjadi tanggung jawab para pemangku kepentingan saja, tetapi juga harus dengan upaya sistematis yang melibatkan pihak‐pihak terkait termasuk keluarga sebagai sasaran. Orang tua sebagai tokoh sentral dalam keluarga seyogyanya memiliki kesadaran dan kepedulian untuk menjalankan fungsi‐fungsinya dengan baik terutama halnya dalam proses komunikasi. Tidak cukup hanya dengan anjuran atau perintah, dibutuhkan contoh dan keteladanan yang baik dan konsisten bagi anak‐anak untuk menumbuhkan kondisi yang kondusif bagi tumbuhnya pribadi yang tangguh sebagai embrio terwujudnya ketahanan keluarga. Bimbingan, pembinaan, pendampingan dan pengawasan dari orang tua yang dilakukan dengan ikhlas dan penuh kasih sayang pada anak dalam menanamkan nilai‐nilai.

Komunikasi badan ini sendiri diartikan sebagai komunikasi tanpa kata-kata (non verbal), merupakan ungkapan cinta, perhatian dan kasih sayang satu sama lain, misalnya, dengan pandangan mata, senyuman, belaian, gandengan tangan, rangkulan, dekapan, ciuman, dsb (Gilarso,1996:50). Komunikasi badan

untuk rangasangan seksual sehingga dapat dilakukan orang tua di depan mata anak-anaknya. Belaian dan sentuhan lembut dirasakan sebagai sesuatu yang berarti untuk mengungkapkan rasa cinta dan mendekatkan hati (Tim Pusat Pendampingan Keluarga “Brayat Minulyo”, 2006:34)

Dengan komunikasi seperti ini maka sebuah keluarga akan mampu mengokohkan dan mempertahankan keluarganya, sehingga terwujudlah keluaga yang harmonis penuh cinta dan saling menyayangi satu sama lain.

B. Komunikasi dari Kepala ke Kepala Menyelesaikan Konflik dalam Keluarga Banyak hal yang dapat memicu adanya konflik di dalam keluarga seperti perbedaa pandangan dan usia, anak-anak, kesulitan ekonomi, campur tangan orang ketiga, stres, masa lalu, perkataan yang menyakitkan, kesalahan yang tidak dibereskan, kebencian atu krisis cinta, serta sikap tidak terbuka, egois, dan sombong merupakan hal mendasar yang kerap menyebabkan timbulnya konflik. Dalam mengatasi konflik yang ada, diperlukan komunikasi yang baik seperti komunikasi dari hati ke hati; Komunikasi ini berupa pembicaraan yang berawal dari basa-basi, tukar informasi, sampai dengan tukar pikiran, tukar pendapat dan pandangan. Komunikasi semacam ini disebut “diskusi”. Di dalam komunikasi ini mencakup beberapa unsur seperti keterbukaan, kedewasaan, sikap tenang, sabar, tidak menghakimi, dan mencari jalan keluar yang terbaik bagi semua pihak. Konflik yang diselesaikan akan membuat sebuah keluarga lebih sehat dan harmonis, karena masing-masing pihak memahami, menerima, dan terbuka satu

membuat keluarga hancur berantakan

C. Komunikasi dalam Bentuk Dialog Membangun Keterbukaan dan Rasa Saling Percaya

Adanya komunikasi yang efektif serta juga dapat meningkatkan keterbukaan dan rasa saling percaya dalam keluarga. Keterbukaan dan rasa saling percaya merupakan faktor yang paling penting dalam sebuah hubungan rumah tangga. Salah satu kunci keberhasilan dalam menjaga keutuhan rumah tangga ialah dengan selalu memberikan kepercayaan dan tetap menjaga kehormatan suami juga istri, komunikasi seperti ini terdapat dalam bentuk dialog. Dengan adanya komunikasi, kepercayaan, keterbukaan, serta tetap memegang teguh komitmen tentu semua masalah yang timbul dalam sebuah keluarga dapat teratasi.

D. Komunikasi dalam Keluarga Menjadi Sarana Kasih Karunia Tuhan

Dalam Efesus 4:25-29, mengatakan "Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota. Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis. Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. Janganlah ada perkataan

membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia". Jadi dengan kata lain, ada dua prinsip yang penting di sini yaitu yang pertama, kita harus mengatakan yang benar dalam keluarga. Jangan sampai kita mengatakan yang bohong dan kita harus mengatakannya dengan benar. Maka firman Tuhan berkata jangan sampai kita itu menimbun kemarahan, jangan sampai mengatakan kata-kata yang kotor. Jadi prinsip yang penting dalam firman Tuhan adalah katakan yang benar dan katakanlah dengan benar. Dengan cara itulah kita menjadi sarana kasih karunia Tuhan artinya lewat perkataan kita, kita membangun, mendorong dan menyampaikan kasih serta kepedulian kita kepada anggota keluarga kita sendiri.

Hal ini bisa dilakukan bila seseorang terampil dalam komunikasi yakni berusaha memahami dan terampil dalam mengkomunikasikan pikiran seperti yang telah diungkapkan pada bab II. Dengan dua keterampilan itu maka perkataan atau pun tindakan kita akan memancarkan kasih Tuhan.

E. Media Komunikasi Membantu Sebuah Keluarga Melakukan Komunikasi Jarak Jauh

Sudah dipaparkan pada bagian pendahuluan bahwa tidak selalu media komunikasi efektif dalam mempermudah komunikasi seperti handphone, facebook, email, dsb. Namun bila digunakan secara tepat maka akan sangat membantu proses penyampaian pesan, misalnya sebuah keluarga terpisah oleh jarak yang sangat jauh maka media seperti email atau handphone akan membantu

personal harus diutamakan.

F. Komunikasi Mendengarkan dengan Empatik Membantu Sebuah Keluarga Meneguhkan Hubungan

Bila seseorang dalam keluarga bisa mendengarkan dengan empatik maka akan meneguhkan sebuah hubungan, karena mendengarkan dengan empatik berarti medengar melalui mata, hati, dan telinga, serta beruasaha menyelami perasaan lawan bicara sehingga dengan cara seperti ini lawan bicara akan merasa nyaman untuk mengungkapkan perasaannya dan merasa diteguhkan. Untuk meneguhkan sebuah hubungan dengan berkomunikasi seseorang perlu terlebih dahulu mengerti perasaaan orang lain kemudian barulah dimengerti.

G. Komunikasi Mendengarkan dengan Tulus Membantu Sebuah Keluarga Membangun Hubungan yang Intim

Intimnya sebuah hubungan dalam sebuah keluarga ditentukan oleh pola komunikasi, dengan berusaha mendengarkan dengan tulus seseorang dalam sebuah keluarga akan menciptakan hubungan yang intim. Mendengarkan dengan tulus berarti seseorang mau meluangkan waktu untuk berusaha memahami dan mendengarkan orang lain, sehingga orang lain merasa dihargai begitu pun sebaliknya.

Mengacu dari kata komunikasi itu sendiri bahwa UNI adalah satu, jadi tujuan dari komunikasi tidak lain adalah untuk menyatukan. Dari komunikasi yang baik yang terjadi di dalam keluarga maka akan mampu menyatukan tiap pribadi yang berbeda watak dan keinginannya berdasarkan latarbelakang maupun usia. Ketika komunikasi berlangsung dengan baik maka bukan tidak mungkin keluarga akan dapat membangun keluarga yang harmonis berdasarkan komunikasi yang baik.

BAB V

Kesimpulan dan Saran

Setelah memaparkan beberapa pengertian mengenai komunikasi dan keharmonisan keluarga, penulis melihat bahwa komunikasi memiliki peranan penting dalam membangun keluarga yang harmonis. Pada bagian ini penulis akan memaparkan beberapa hal yang perlu ditegaskan kembali sebagai kesimpulan dari seluruh rangkaian penulisan skripsi ini. Di akhir bagian ini penulis juga memberikan beberapa saran yang mungkin dapat membantu dalam membangun keluarga Katolik harmonis melalui komunikasi yang baik.

A. Kesimpulan

Komunikasi adalah proses pertukaran informasi atau penyampaian pesan antar dua orang atau lebih. Untuk mencapai suatu komunikasi yang baik seseorang terutama dalam hal membangun sebuah keluarga baik suami dan istri juga antara orang tua dan anak harus memahami tahapan di dalam komunikasi yakni berusaha terlebih dahulu memahami kemudian baru mencoba untuk dimengerti atau dipahami. Pada sebuah keluarga dapat membangun komunikasi yang baik bila setiap anggota dalam keluarga mau belajar untuk saling mendengarkan, karna biasanya seseorang sulit membangun komunikasi yang baik karena kurangnya kesediaan untuk mendengarkan. Kesediaan untuk mendengarkan adalah kunci membangun suatu komunikasi yang baik.

yang dimaksud adalah mendengarkan dengan empatik yaitu mendengarkan dengan sungguh apa yang disampaikan oleh orang lain. Dalam hal ini seseorang harus menekankan segi ethos, pathos, dan logos. Kiranya beberapa pola ini bisa dilakukan secara berkelanjutan. Dengan pola komunikasi seperti ini tentunya akan sangat membantu sebuah keluarga mewujudkan keluarga yang harmonis. Komunikasi yang baik dalam keluarga katolik disebut dengan dialog yaitu komunikasi dari hati ke hati. Melalui dialog keluarga katolik diajak untuk saling mendengarkan, saling menghormati, dan saling bekerjasama mewujudkan cinta kasih antar anggota keluarga maupun anggota keluarga dengan masyarakat di lingkungan sekitar.

Keharmonisan sendiri artinya ialah ketersalingan atau keserasian di dalam sebuah keluarga. Ada berbagai faktor yang menyebabkan tidak terwujudnya keluarga yang harmonis, di antaranya ialah: faktor ekonomi, seksualitas, hubungan dengan masyarakat, kehidupan iman, dan yang paling utama adalah komunikasi. Bila saja setiap keluarga terutama keluarga Katolik paham akan peranan dan fungsi komunikasi maka tidak akan sulit mencapai suatu keluarga Katolik yang harmonis. Komunikasi seharusnya dilakukan secara efektif dan berkelanjutan, karena keluarga sendiri merupakan suatu proses terus menerus dengan tujuan demi berlangsungnya kehidupan yang bahagia.

Di dalam skripsi ini telah dijabarkan dan diperoleh gagasan bagaimana membangun sebuah keluarga Katolik yang harmonis dengan komunikasi. Dari uraian tersebut ditemukan peran penting komunikasi dalam hubungannya

agar keharmonisan dapat dibangun. Komunikasi dikatakan menjadi aspek paling penting karena komunikasi membangun keintiman antar anggota keluarga di mana komunikasi menjembatani segala perbedaan antara beberapa individu (suami dengan istri, orang tua dengan anak, anggota keluarga dengan lingkungan masyarakat). Dengan begitu komuikasi menjadi sangat penting demi kelangsungan sebuah keluarga terutama keluarga Katolik sehingga dapat menjadi teladan bagi keluarga-keluarga yang lain.

Tujuan membangun keluarga pertama-tama adalah Tugas mulia dari Allah sendiri. Dengan tanggung jawab seperti itu maka seharusnya setiap keluarga mampu membangun sebuah keluarga yang baik sesuai dengan hakikatnya, di mana setiap orang dalam keluarga hidup saling mengasihi satu sama lain yang dengan demikian dapat memancarkan kasih Allah dalam keluarga maupun di tengah masyarakat.

Keluarga yang baik seharusnya penuh dengan suasana harmonis di mana antara anggota dalam keluarga hidup saling mengasihi, saling memahami, dan mampu bekerjasama yang dibangun berdasarkan komunikasi yang baik. Banyak aspek yang harus diperhatikan agar menjadi suatu keluarga harmonis. Aspek-aspek tersebut antara lain kehidupan iman antar pasangan suami istri, latar belakang suami istri, kesamaan visi dan misi dalam membangun keluarga, ekonomi keluarga, pendidikan anak, hidup bermasyarakat, dan yang paling penting adalah komunikasi dalam keluarga.

B. Saran

Bertitik tolak dari seluruh pembahasan dalam skripsi ini, penulis ingin memberikan beberapa saran yang semoga membantu bagi siapa saja terutama bagi yang sedang dan akan membangun keluarga Katolik. Pertama, membangun keluarga Katolik yang harmonis dapat dimulai dengan mencipstakan komunikasi yang baik, dan komunikasi yang baik dapat diawali dengan mulai mendengarkan orang lain dengan empatik. Oleh karena itu mulailah belajar untuk mendengarkan dengan empatik untuk berusaha memahami orang lain terlebih dahulu. Kedua, membangun keharmonisan merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus dan dialog adalah cara untuk menjaga, membina, dan mewujudkan keharmonisan keluarga. Oleh karena itu, utamakanlah dialog dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul dalam keluarga.

Budyapranata. (1986 ). Membangun Keluarga Kristiani. Yogyakarta: Kanisius. Covey R. Stephen. (2010). The 7 Habits Of Highly Effectivie People, 7 Kebiasaan

Manusia yang Paling Efektif. Tanggerang: Binarupa Aksara Publisher. Covey Sean. (2012). The 7 Habits Of Highly Effective Teens, 7 Kebiasaan Remaja

yang Sangat Efektif. Tangerang; Binarupa Aksara Publisher.

Deddy Mulyana. (2001). Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

de Mello, Anthony, SJ. (1990). Doa Sang Katak 1, Meditasi Dengan Cerita. Yogyakarta: Kanisius.

(1990). Doa Sang Katak 2, Meditasi Dengan Cerita. Yogyakarta: Kanisius.

Departeman Dokumentasi dan Penerangan. KWI. (1992) Gaudium Et Spes. Jakarta:

Eilers Josef Franz. (1994). Berkomunikasi dalam Masyarakat. Semarang: Bina Putra.

Gilarso. T. (1996). Membangun Keluarga Kristiani. Yogyakarta: Kanisius. Given, Barbara K. (2007). Brain-Based Teaching. Bandung: Kifa Mizan Pustaka. Harian kompas. http: //female.kompas.com /read/2008/07/28/12263234/

seks.bukan.penyebab.utama.perceraian: accessed on may 12, 2013 Jalaluddin. Rakhmat (1991). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja

Rosdakarya Offset.

Keluarga sakina. http://keluargasakina.com/964/arti-keluarga-harmonis: accessed on July 6, 2013

Kompas.http://regional.kompas.com/read/2012/11/29/17400531/Keluarga.Fani.H anya.Ingin.Bupati.Garut.Minta.Maaf?utm_source=WP&utm_medium =Ktpidx&utm_campaign=Skandal%20Pernikahan%20Bupati%20Gar ut: accessed on june 19, 2013

.http://megapolitan.kompas.com/read/2011/07/09/06070366/MA.Prita.Ber salah?utm_source=WP&utm_medium=Ktpidx&utm_campaign=Kasus %20Prita%20Mulyasari: accessed on may 23, 2013

.http://female.kompas.com/read/2008/07/ 28/12263234/: accessed on june 20, 2013

Keluarga sakina http://keluargasakina.com/964/arti-keluarga-harmonis: accessed on may 17, 2013

Iswarahadi. (2003). Beriman Dengan Bermedia, Antologi Komunikasi. Yogyakarta: Kanisius

Komisi Pendampingan Keluarga Keuskupan Semarang. (1994) Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern. Yogyakarta: Kanisius.

Knys Pratiwi. (1985) Berkeluarga Secara Arif. Yogyakarta: Kanisius

Lembaga Katolik Untuk Kesejahteraan Keluarga di Indonesia.(1981). Spektrum, Lokakarya Nasional 1 Untuk Kesejahteraan Keluarga di Indonesia. Meadow, Jo Mary. (1989). Memahami Orang Lain, Meningkatkan Komunikasi

Pikiran rakyat. http://www.pikiran-rakyat.com/ node/176349: accessed on may 30, 2013

Supratiknya. (1995). Komunikasi Antarpribadi, Tinjauan Psikologis. Yogyakarta: Kanisius.

Tim Temu Kanonis Regio Jawa. KWI. (2006). Kitab Hukum Kanonik edisi Resmi Bahasa Indonesia. Bogor: Grafika Mardi Yuana.

Tim KWI dan BKKBN. (1994). Kasih Setia dalam Suka-Duka, Pedoman Persiapan Perkawinan di Lingkungan Katolik. Jakarta: Afandhani Pramandiri.

Tim Publikasi Pastoral Redemptorist. (2001). Menjadi Keluarga Katolik Sejati. Yogyakarta: Kanisius

Tim Pusat Pendampingan Keluarga “Brayat Minulyo” KAS. (2007) Kursus Persiapan Hidup Bekeluarga. Yogyakarta: Kanisius.

viii

Skripsi ini berjudul “Peranan Komunikasi dalam Membangun

Keharmonisan Hidup Keluarga Katolik”. Penulis memilih judul tersebut berdasarkan kenyataan yang penulis jumpai dalam kehidupan sehari-hari; komunikasi dalam keluarga sering berakhir dengan pertengkaran. Pesatnya media komunikasi membuat sebuah keluarga menyelesaikan persoalan yang ada dengan pesan singkat. Ini merupakan gambaran nyata yang mengungkapkan bahwa komunikasi keluarga bermasalah, padahal keluarga yang baik adalah keluarga yang mampu menjalankan komunikasi dengan baik. Jadi persoalan skripsi ini adalah bagaimana membangun keharmonisan keluarga Katolik dengan komunikasi.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif analitis yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada didasarkan pada sumber kepustakaan. Deskriptif analitis maksudnya ialah menguraikan hasil analisis masalah yang bersumberkan kepustakaan. Berdasarkan sumber kepustakaan tersebut penulis menguraikan dan mendeskripsikan mengenai komunikasi dan keluarga Katolik yang harmonis. Komunikasi ialah sebagai suatu proses antara dua orang atau lebih, yang seorang memberi informasi atau memberi isyarat sedangkan yang lain menerima informasi tersebut. Diharapkan dengan komunikasi tersebut mampu menyatukan setiap individu dalam keluarga sehingga sebuah keluarga mampu mewujudkan keluarga yang harmonis khususnya keluarga Katolik. Untuk mencapai suatu komunikasi yang efektif maka perlu memahami tahapan dalam komunikasi itu sendiri, pertama-tama dalam komunikasi seseorang perlu terlebih dahulu memahami baru kemudian dipahami, itulah kunci berhasilnya suatu komunikasi.

Pengertian harmonis itu sendiri ialah keserasian, atau ketersalingan antar individu di dalam keluarga. Banyak hambatan atau masalah yang mempengaruhi keharmonisan keluarga Katolik, di antaranya ialah faktor ekonomi, kehidupan seksualitas, kehadiran anak, hubungan dengan masyarakat, kehidupan iman, dan yang diangkat dalam skripsi ini ialah komunikasi yakni bagaimana dengan komunikasi sebuah keluarga mampu bersatu dan diteguhkan dalam ikatan yang kuat. Peranan komunikasi ialah menjadi sarana kasih Tuhan, menyelesaikan konflik dalam keluarga, membangun keterbukaan dan rasa saling percaya, kemudian yang utama dari peranan komunikasi adalah menyatukan sebuah keluarga.

Melihat hal tersebut tampaklah bahwa komunikasi sangat berperan besar dalam proses berlangsungnya sebuah keluarga, oleh karena itu sebuah keluarga perlu memahami peranan komunikasi dan aktif berkomunikasi di dalam keluarga sehingga terwujudlah suatu keluarga yang harmonis khususnya keluarga Katolik.

ix

This thesis entitles "The Role of Communication in Building a Harmonious Catholic Family Life". The writer chose the title based on the fact that the writer encountered in daily life; that communication within family often ends up in fighting. Family often resolve their existing problems with a short message service. This is a real picture which reveals that communication within family is at problems, since a good family is a family that is able to run good communication. So the question of this thesis is how to build a harmony in Catholic families by communication.

To solve the existing problems, the writer uses analytical descriptive approach based on literature sources. It is to outline the results of the analysis problem based on literature. The writer outlines and describes the communication and the harmonious Catholic family based on the literature sources. Communication is a process between two or more persons, who gave information or a cue while others receive the information. Such communication is expected to be able to bring together individuals in family so that they are able to realize harmonious families especially Catholic family. To achieve an effective communication it is necessary to understand the stages of the communication itself, the person needs to understand firstly and then to be understood. That's the key to the success of a communication.

Harmony mean a accord, or bilateral between individuals in the family. Many obstacles or problems that affect harmony families, among whom are economic factors, sexual life, the presence of children, relationship with the community, the life of faith and raised in this thesis is that communication. A family with the communication can be united and strengthened in strong bond. The role of communication is to be means of God's love, resolving conflicts within a family, building a sense of openness and mutual trust, and then the principal of the role of communication is to unite a family. It appears that communication plays a huge role in the ongoing process of a family. It is therefore a need to understand the role of communication in family so that a harmonious family especially Catholic family can be realized.

Based on those facts, it seem that communication plays a huge role in the ongoing process of a family. It is therefore a need to understand the role of family communication and active communication within the family so that it is realized of a harmonious family especially Catholic families.

Dokumen terkait