BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Keluarga
2.2.1 Pengertian Keluarga
Burgess dan Locke mendefinisikan keluarga sebagai suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah, atau adopsi; merupakan susunan rumah tangga sendiri; berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami istri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan perempuan; dan merupakan pemelihara kebudayaan bersama (Burgess dan Locke, dalam Khairuddin, 1997: 7). Keluarga adalah sistem konjungal, menekankan pada pentingnya hubungan perkawinan (antara suami dan istri), ikatan dengan suami atau istri cenderung dianggap lebih penting daripada ikatan dengan orangtua (Sunarto, 2004:63).
Dari beberapa definisi keluarga menurut Mac Iver and Page, Elliot and Merrill, dan A.M. Rose dapat dirumuskan inti sari pengertian keluarga sebagai berikut:
1. Keluarga merupakan kelompok sosial yang kecil yang umumnya terdiri dari ayah, ibu dan anak.
2. Hubungan sosial di antara anggota keluarga relatif tetap dan di dasarkan atas ikatan darah, perkawinan dan adopsi.
3. Hubungan antar anggota keluarga dijiwai oleh suasana kasih sayang dan rasa tanggung jawab.
4. Fungsi keluarga ialah merawat, memelihara dan melindungi anak dalam rangka sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.
Hakekat keluarga merupakan hubungan seketurunan maupun tambahan (adopsi) yang diatur melalui kehidupan perkawinan bersama, searah dengan keturunan-keturunan mereka yang merupakan suatu satuan yang khusus (Khairuddin, 1997: 3).
2.2.2 Ciri-Ciri Umum Keluarga
Ciri-ciri umum keluarga antara lain seperti yang dikemukakan oleh Mac Iver and Page: 1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.
3. Suatu sistem tata nama, termasuk bentuk perhitungan garis keturunan.
4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
5. Merupakan tenpat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga (Mac Iver and Page, dalam Khairuddin, 1997: 6).
2.2.3 Bentuk-Bentuk Keluarga
Ada dua macam tipe keluarga yang utama saat ini, yaitu: 1. Nuclear Family (Keluarga Inti)
Dewasa ini dapat ditentukan berbagai macam variasi keluarga, baik variasi dari struktur taraf hidup maupun falsafah hidup keluarga. Menurut Polak yaitu, “keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum dewasa atau belum kawin. Sedangkan dalam keluarga Jawa, keluarga inti disebut dengan Somah yang mempunyai peranan yang sangat penting. Seperti yang
dikemukakan oleh Hildred Geertz yaitu, “Somah seperti yang sudah dikatakan merupakan satu-satunya unit pertalian kekeluargaan yang penting.
2. Extended Family (Keluarga Besar)
Keluarga besar adalah suatu keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan satu lingkungan keluarga yang lebih luas daripada hanya ayah, ibu, dan anaknya. Orang yang berasal dari keluarga besar memiliki lebih banyak pengalaman mengenai hidup dalam suatu kelompok yang lebih bervariasi termasuk hidup bersama dalam satu kelmpok dengan orang-orang yang berbeda umur dimana ada satu hubungan yang bersifat berkesinambungan antar generasi yang terdapat dalam kelompok atau keluarga tersebut. Dan bila ada orang tua yang tidak bisa mengasuh anak mereka, maka akan ada orang dewasa lain yang akan mengasuh mereka (Su’adah, 2005: 90).
2.2.4 Fungsi-Fungsi Pokok Keluarga
Pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-fungsi pokok yakni fungsi yang sulit dirubah dan digantikan oleh orang lain. Adapun yang menjadi fungsi-fungsi pokok tersebut antara lain:
1. Fungsi Biologik
Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologik orang tua ialah melahirkan anak. fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat. Namun fungsi ini pun juga mengalami perubahan, karena keluarga sekarang cenderung kepada jumlah anak yang sedikit. Kecenderungan kepada jumlah anak yang lebih sedikit ini di pengaruhi oleh faktor-faktor:
a. Perubahan tempat tinggal keluarga dari desa ke kota. b. Makin sulitnya fasilitas perumahan.
c. Banyaknya anak dipandang sebagai hambatan untuk mencapai sukses material keluarga.
d. Banyaknya anak dipandang sebagai hambatan untuk tercapainya kemesraan keluarga.
e. Meningkatnya taraf pendidikan wanita berakibat berkurangnya fertilitanya. f. Berubahnya dorongan dari agama keluarga mempunyai banyak anak. g. Makin banyaknya ibu-ibu yang bekerja di luar rumah.
h. Makin meluasnya pengetahuan dan penggunaan alat-alat kontrasepsi. 2. Fungsi Afeksi
Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi. Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan. Dari hubungan cinta kasih ini lahirlah hubungan persaudaraan, persahabatan, kebiasaan, identifikasi, persamaan pandangan mengenai nilai-nilai. Dasar cinta kasih dan hubungan afeksi ini merupakan faktor penting bagi perkembangan pribadi anak.
3. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi ini menunjukkan peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya (Khairuddin, 1997: 48).
Salah satu faktor yang terpenting dalam kehidupan sosial individu adalah interaksi sosial. Pengalaman-pengalaman interaksi sosial dalam keluarga menentukan pula cara-cara tingkah laku individu terhadap orang lain yang berada di lingkungan pergaulan sosial di luar keluarganya, di dalam masyarakat pada umumnya. Apabila interaksi sosialnya di dalam kelompok-kempok karena beberapa sebab tidak lancar
atau tidak wajar, kemungkinan besar bahwa interaksi sosial dengan masyarakat pada umumnya juga berlangsung tidak wajar.
Peran umum kelompok keluarga sebagai kelompok sosial pertama, dimana tempat manusia berkembang sebagai makhluk sosial. Terdapat pula peran-peran tertentu dalam keluarga yang dapat mempengaruhi perkembangan individu sebagai mahluk sosial. Keluarga menjadi kelompok sosial utama tempat anak belajar menjadi manusia sosial. Rumahtangga menjadi tempat pertama dalam perkembangan segi-segi sosial anak. Dalam interaksi sosial dengan orangtuanya yang wajar, anak dapat memperoleh hasil yang memungkinkan menjadi anggota masyarakat yang berguna kelak. Sedangkan apabila hubungan dengan orangtuanya kurang baik, kemungkinan bahwa interaksi sosial pada umumnya berlangsung kurang baik pula (Gerungan, 2004: 216).
2.2.5 Pola Asuh Orang Tua
Model perilaku keluarga secara langsung maupun tidak langsung akan dipelajari dan ditiru oleh anak. Anak akan mengikuti model perilaku orang tua di dalam keluarga seperti bersikap, bertutur kata, mengekspresikan harapan, serta mengungkapan perasaan dan emosinya. Model perilaku yang baik akan membawa dampak baik bagi perkembangan anak demikian juga sebaiknya. Keberhasilan pembentukan karakter pada anak ini salah satunya dipengaruhi oleh model orang tua dalam melaksanakan pola asuh. Pola asuh yang digunakan orangtua dalam menanamkan disiplin pada anaknya dikembangkan oleh Elizabeth B. Hurlock (Hurlock, 1972) terbagi atas tiga macam yaitu:
1. Otoriter
Setiap pelanggaran dikenakan hukuman. Tingkah laku anak dikekang secara kaku dan tidak bebas, ditetapkan oleh peraturan. Orangtua tidak mendorong untuk anak untuk mengambil keputusannya sendiri atas perbuatannya.
2. Demokratis
Orangtua menggunakan diskusi, penjelasan, dan alasan yang membantu anak untuk mematuhi suatu aturan. Orangtua menekankan aspek pendidikan. Orangtua yang demokratis adalah menumbuhkan kontrol dalam diri anak.
3. Permisif
Orangtua bersikap membiarkan atau mengizinkan setiap tingkah laku anak. Pola ini membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri tatacara yang memberikan batasan dari tingkah lakunya. Bila terjadi hal berlebihan barulah orangtua bertindak. Pola ini pengawasan menjadi sangat longgar (Ihromi, 2004: 51).
2.2.6 Sosial Ekonomi Orang Tua
Kehidupan sosial-ekonomi yang mapan merupakan salah satu penunjang yang membentuk kebahagian hidup keluarga. Dengan ekonomi yang mapan, berarti semua kebutuhan keluarga dapat terpenuhi dengan baik, termasuk keperluan pendidikan, kesehatan, rekreasi dan anak-anak.
Kehidupan ekonomi yang terbatas atau kurang menyebabkan orang tua tidak mampu memberikan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan makanan yang bergizi, kesehatan, pendidikan dan sarana penunjangnya dan bahkan perhatian kasih sayang pada anak. Hal ini dapat terjadi karena seluruh waktu dan perhatiannya cenderung tercurah untuk bekerja agar dapat meningkatkan taraf hidup keluarga.
Tidak tersedianya kebutuhan ekonomi yang cukup, anak-anak tidak mampu menyelesaikan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ini berarti taraf keterampilannya juga rendah. Bahkan tidak menutup kemungkinan sebagian dari mereka ada yang tidak mampu menyelesaikan sekolahnya atau drop-out (Dewi, 2012: 90).
2.3 Kekerasan Seksual pada Anak