• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Pendidikan Seks

2.4.1 Perlunya Pendidikan Seks

Hal yang penting dilakukan adalah memberikan pendidikan seksual atau pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak-anak sedini mungkin, perlu dilakukan oleh orangtua dan

pihak sekolah agar anak tidak mendapatkan informasi yang salah dari teman, internet, maupun media lainnya. Orangtua terkadang mengalami kesulitan membicarakan tentang seksualitas kepada anaknya, menganggap hal tersebut masih tabu, ketika anak bertanya kepada orangtua mengenai seksualitas. Orangtua justru memarahi anak dan memerintahkan anak untuk tidak membicarakannya di depan orangtua. Akibatnya anak menjadi takut bertanya ke orangtua. Padahal ketika anak bertanya itu merupakan waktu yang tepat bagi orangtua untuk menjelaskan mengenai seksualitas. Didorong atas rasa keingintahuan yang tinggi, anak akan mencari jawaban atas pertanyaannya ke sumber informasi lain yang belum tentu tepat, seperti teman ataupun internet.

Pendidikan seks berhubungan dengan transmisi informasi, memberikan konstribusi pada perkembangan kemandirian diri, mencari cara mensosialisasikan kelebihan diri dan masyarakat luas. Hal ini berkaitan dengan hubungan manusia yang meliputi dimensi utama moral. Ini juga tentang wilayah pribadi, kehidupan intim seseorang yang memberikan konstribusi bagi perkembangan pribadinya dan daya harmoni atau pemenuhan kebutuhan.

Tujuan mempelajari pendidikan seksualitas adalah agar anak mengetahui lebih banyak tentang seks dan tujuan pendidikan seks terhampar di balik ini, termasuk mendorong semacam keterampilan atau kecakapan, sikap kecendrungan, perilaku dan refleksi kritis terhadap pengalaman pribadi. Jika kita berpendapat bahwa pendidikan sebagai pengenalan anak (initiation) ke dalan suatu program aktifitas yang bernilai, maka sesuai dengan yang kita lihat, nilai memberikan kriteria, yang dapat kita gunakan untuk menilai sesuatu menjadi bernilai.

Karakter orang yang sudah berpendidikan secara seksual:

1. Orang yang berpendidikan secara seksual harus mempunyai wawasan tertentu misalnya, bagaimana pendapat kehamilan dan bagaimana mencegahnya.

2. Orang yang berpendidikan secara seksual akan mempunyai beberapa kualitas diri tertentu seperti sikap asertifitas diri yang tepat dalam menolak tekanan teman sebaya dan mengatakan “tidak” terhadap perlakuan seksual yang tidak diinginkan.

3. Orang yang berpendidikan secara seksual akan memiliki sikap tertentu misalnya, menghargai orang lain yang mempunyai pendapat berbeda dengannya tentang isu kontraversial seperti aborsi, kontrasepsi, seks sejenis kelamin, perceraian.

4. Orang yang berpendidikan seksual akan memiliki kecakapan tertentu misalnya, keterampilan bertanggung jawab terhadap keputusan seksual yang di ambil berkaitan dengan evaluasi keinginan yang bertentangan, menjadi lebih peka dan menghargai nilai seksual orang lain,merefleksikan apa yang kita hormati dari orang lain, dan apa yang kita harapkan dari mereka (Reiss & Halstead, 2006: 13).

2.4.2 Tujuan Pendidikan Seks di Sekolah

Panduan kebijakan dan sumber yang dipakai guru untuk mengajar pendidikan seks di sekolah, adalah sebagai berikut:

1. Membantu anak untuk mengetahui topik-topik biologis seperti pertumbuhan, masa puber dan kehamilan.

2. Mencegah anak-anak dari tindak kekerasan.

3. Mengurangi rasa bersalah, rasa malu dan kecemasan akibat tindakan seksual. 4. Mencegah remaja perempuan di bawah umur dari kehamilan.

5. Mendorong hubungan yang baik.

6. Mencegah anak terlibat dalam hubungan seksual (sexual intercourse). 7. Mengurangi kasus kasus infeksi melalui seks

5. Membantu anak muda yang bertanya tentang peran laki-laki dan perempuan di masyarakat (Reiss, et.al., 2006: 275).

2.4.3 Peran Orangtua dalam Memberikan Pengetahuan tentang Seks

Langkah-langkah yang harus dilakukan orangtua ketika menjelaskan mengenai seksualitas adalah:

1. Mendengarkan dengan cermat setiap pertanyaananak. Posisi duduk sebaiknya sejajar, tatap mata anak agar anak merasa dirinya diperhatikan.

2. Jangan menghindari atau mengabaikan pertanyaan anak. Jawablah segera mungkin pertanyaan anak. Menunda jawaban berarti membuang kesempatan emas berbicara mengenai seks dengan anak. Namun bila orangtua belum siap menjawab maka katakan dengan jujur kepada anak bahwa orangtua akan

mencari tahu jawabannya terlebih dahulu.

3. Berilah jawaban hanya pada pertanyaan yang diajukan anak, tidak perlu melebar ke topik yang lain. Bila orangtua bingung dengan pertanyaan anak, ada baiknya bertanya kepada anak tentang maksud pertanyaannya. Seperti ketika anak bertanya mengenai seks, bukan berarti anak sudah mengertimengenai seks seperti yang dipikirkan oleh orang dewasa. Anak-anak belum mengerti konsep yang abstrak. Mereka akan mempertanyakan istilahistilah yang mereka dengar atau lihat dari televisi, internet, dll.

4. Berikan penjelasan yang sederhana dan singkat dengan bahasa yang mudah dimengerti anak seperti ketika anak bertanya mengenai puting payudara itu apa, jawablah puting payudara adalah tempat dimana adik bayi mengisap susu dari payudara ibu. Ketika anak bertanya mengapa “punya laki-laki” berbeda dengan “punyaku”. Jawablah dengan istilah yang tepat seperti alat kelamin laki-laki itu berbeda dengan alat kelamin perempuan. Alat kelamin laki-laki disebut penis

sedangkan alat kelamin perempuan disebut vagina. Bukan dengan istilah-istilah seperti “burung”, “dompet”, dll.

5. Berikan jawaban dengan nada bicara dan ekspresi muka yang wajar. Jangan merasa tertekan ketika menjawab pertanyaan. Merespon dengan ekspresi wajah terkejut, muka memerah, dan mata terbelalak akan menimbulkan kesan pada anak bahwa pertanyaan yang diajukan salah dan bukan sesuatu yang wajar. Misalnya ketika anak bertanya mengenai kondom. Jawablah dengan tenang bahwa kodom itu adalah alat kesehatan yang dipakai ayah atau laki-laki yang sudah dewasa untuk mencegah kehamilan.

6. Berikan jawaban yang sesuai dengan usia dan kebutuhan anak. Jawaban diberikan bertahap sesuai dengan kemampuan berpikir dan berdasarkan pengalaman dan logika yang dipahami anak. Misalnya jika anak prasekolah (usia4 - 6 tahun) tanpa sengaja melihat hubungan seksual yang dilakukan oleh orangtuanya dan kemudian bertanya semalam ibu dan ayah sedang apa? Kok bermain kuda-kudaan? Jawablah itu bukan main kuda-kudaan, tetapi itu cara untuk mengungkapkan kasih sayang dan cinta antara ayah dan ibu. Itu hanya dilakukan oleh suami-istri yang sudah dewasa, bukan oleh anak-anak.

7. Berikan informasi bertahap dan terus-menerus agar anak dapat menyerap informasi dengan baik dan tertanam dalam pikirannya sehingga dapat menjadi bekalnya kelak. 8. Gunakan media dan metode yang beragam agar anak tidak bosan. Misalnya dengan

bercerita, membaca, menggambar, menonton DVD pendidikan anak, berdiskusi, bermain peran. Media bergambar sangat disarankan agar anak mudah mengerti dan memahami apa yang dijelaskan.

9. Suasana dialog yang tenang sangat penting dalam membicarakan seksualitas dengan anak karena akan membantu anak mendapatkan pemahaman seks yang benar dari

berbagai sudut pandang Diakses pada tanggal 24 Februari 2014 pukul 21.00).

Bila anak bertanya mengenai kekerasan seksual itu apa, usahakan menjawab pertanyaan itu dengan tenang. Jawablah kekerasan seksual itu sangat luas, mulai dari laki-laki bersiul melecehkan kita, mengomentari tubuh kita hingga mulai menyentuh, meraba, memaksa mencium hingga akhirnya memperkosa atau memaksakan hubungan seksual dengan kita. Kadang laki-laki itu memukul atau menyakiti kita supaya mau menuruti apa yang ia mau. Usahakan untuk mengajarkan anak cara-cara yang dapat ia lakukan untuk menghindari diri dari kekerasan seksual, seperti :

1. Sedini mungkin anak harus dikenalkan pada anggota tubuhnya sendiri sehingga dia dapat menjelaskan dengan tepat apa yang terjadi pada dirinya; jelaskan mana bagian tubuhnya yang boleh diperlihatkan atau dipegang oleh orang lain dan mana yang tidak.

2. Anak harus dibiasakan untuk menolak perlakuan orang lain yang menyebabkan dia merasa tidak nyaman/terganggu/sakit. Kalau ada perlakuan yang tak wajar terhadap dirinya, anak dibiasakan untuk segera bercerita kepada orang tua, guru, atau keluarga yang lain. Anak juga harus dilatih agar tidak mudah percaya pada orang lain atau diajak main di tempat yang sepi.

3. Hindari memakaikan aksesori yang terdapat nama anak saat ia berada di sekolah ataupun bermain di luar rumah. Bisa saja ada orang yang menghampiri dan menyebutkan namanya, kemudian berkata bahwa ia disuruh orangtua untuk menjemputnya. Anak pun bisa langsung menurutinya karena merasa orang asing itu mengenalinya pada tanggal 24 Februari 2014 pukul 21.00).

2.5 Peran Yayasan Pusaka Indonesia dalam Memberikan Pendampingan terhadap

Dokumen terkait