• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan membuat kebijakan/aturan untuk penyelenggaraan pelelangan

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6.6 Kemampuan membuat kebijakan/aturan untuk penyelenggaraan pelelangan

Ada/terjadi pengembangan prasarana dan sarana pelelangan untuk penyelenggaraan pelelangan Belum adanya pengembangan sarana dan prasarana lelang Pengelola memiliki kemampuan yang lemah dalam upaya pengembangan prasarana dan sarana

6.6 Kemampuan membuat kebijakan/aturan untuk penyelenggaraan pelelangan

Salah satu kemampuan yang menjadi indikator keberhasilan pengelola pelelangan dalam mengelola pelelangan adalah kemampuan membuat kebijakan/aturan dalam penyelenggaraan pelelangan agar pelelangan dapat berjalan dengan baik (Pane 2010). Selanjutnya Pane menyebutkan bahwa pengelola pelelangan hasil tangkapan di suatu pelabuhan akan lebih lagi jika menerapkan standard operational procedur (SOP) yang sesuai dengan kebutuhan pelelangan sehingga aktivitas pelelangan dapat berjalan lancar.

Aturan yang berlaku dalam pelaksanaan kegiatan pelelangan di PPI Muara Angke sejauh ini mengacu kepada Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 71 tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pelelangan Ikan oleh Koperasi Primer Perikanan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Adapun peraturan tersebut adalah: Bab IV Bagian Kedua Tata Cara Pelaksanaan Pelelangan Ikan:

Pasal 11

(1) Pelelangan ikan diadakan setiap hari pada jam-jam tertentu yang diatur oleh Kepala Pelelangan sesuai dengan kebutuhan;

(2) Pelelangan ikan dapat dimulai apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Ikan telah terkumpul dalam ruangan lelang lengkap dengan catatan berat,

jenis dan pemilik ikan

b. Dihadiri sekurang-kurangnya 3 orang calon pembeli yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 14;

(3) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terpenuhi, juru lelang wajib mengumumkan lelang akan dimulai; dan

(4) Pelelangan akan dilakukan sesuai dengan aturan yang ditentukan oleh Kepala Pelelangan;

Pasal 12

(1) Setiap calon pembeli pengikut lelang diberi kesempatan yang sama untuk mengajukan penawaran;

(2) Pelelangan ikan dilakukan dengan sistem penawaran meningkat untuk mencapai penawaran tertinggi;

(3) Penawaran meningkat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sebagai berikut:

a. Juru lelang mengajukan harga penawaran pertama, diikuti dengan penawaran oleh para calon pembeli pengikut lelang dengan cara mengangkat tangan tanda setuju.

b. Apabila terdapat 2 orang atau lebih pembeli pengikut lelang yang mengajukan penawaran maka juru lelang harus meningkatkan harga penawarannya secara bertahap, sampai hanya ada 1 pembeli yang mengajukan penawaran

c. Apabila sudah ada 1 orang calon pembeli yang mengajukan penawaran pada satu tingkat harga tertinggi dan setelah diberikan waktu sebanyak 3 hitungan oleh juru lelang ternyata tidak ada lagi calon pembeli maka calon pembeli dimaksud dinyatakan sebagai pemenang lelang;

(4) Apabila pada penawaran harga pertama tidak ada calon pembeli pengikut lelang yang mengajukan penawaran maka juru lelang harus menurunkan harga penawarannya secara bertahap sampai ada penawaran dari calon pengikut lelang;

(5) Perselisihan tentang pelelangan ikan harus diselesaikan dan diputuskan oleh Kepala Pelelangan; dan

(6) Penjual ikan dapat membeli sendiri ikan yang dilelang apabila harga lelang dinilai terlalu rendah.

93

Pasal 13

(1) Apabila pelelangan ikan telah dilaksanakan, maka terhadap:

a. Penjual ikan diberikan tanda bukti yang berisi catatan banyaknya ikan yang terjual dan jumlah harga lelangnya;

b. Pembeli/pemenang lelang diberikan tanda bukti yang berisi catatan tentang jumlah harga ikan yang harus dibayar dari hasil pelelangan ikan yang dilakukannya;

(2) Penjual ikan menerima uang hasil penjualan lelang ikannya dikurangi dengan pungutan retribusi pemakaian Tempat Pelelangan Ikan, setelah menyerahkan tanda bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a;

(3) Pembeli/pemenang lelang wajib membayar harga ikan lelang ditambah dengan pungutan retribusi pemakaian Tempat Pelelangan Ikan secara tunai kepada Kasir pelelangan dan kepadanya diberikan tanda bukti pembayaran harga ikan; dan

(4) Pembeli/pemenang lelang yang telah menerima tanda bukti pembayaran wajib mengambil ikan hasil lelang pada juru lelang;

Selain mengacu kepada Peraturan Gubernur diatas, pihak pengelola pelelangan di PPI Muara Angke juga menetapkan tata tertib pelelangan di TPI Muara Angke. Tata tertib pelelangan di TPI Muara Angke adalah sebagai berikut:

1. Mentaati semua peraturan dan tata tertib yang berlaku di TPI Muara Angke; 2. Pada saat mengikuti kegiatan transaksi pelelangan, pemilik/pengurus,

peserta lelang (bakul) dan buruh diwajibkan memakai kartu tanda pengenal; 3. Kartu anggota peserta lelang tidak boleh digunakan kepada siapapun kecuali

kepada suami/istri, bapak/anak, yang dilengkapi surat kuasa dan diketahui kepala TPI Muara Angke;

4. Membayar transaksi lelang secara tunai ke kasir TPI Muara Angke;

5. Bagi peserta lelang yang menggunakan tenaga buruh untuk menarik ikan yang telah dilelang, hanya diperbolehkan 3 (tiga) orang yang masuk ke areal pelelangan dan menggunakan tanda pengenal;

6. Penataan ikan yang dilelang di areal pelelangan diatur oleh petugas TPI Muara Angke berdasarkan ketentuan yang telah disepakati bersama;

7. Ikan yang sudah ditimbang tidak boleh ditarik dari areal pelelangan sebelum ikan tersebut dilelang oleh juru lelang;

8. Dilarang mengganti atau menukar, mengambil label (berat ikan, nama kapal) yang telah dicatat oleh petugas TPI Muara Angke dari trays yang satu ke trays yang lainnya tanpa sepengetahuan petugas TPI Muara Angke; 9. Agar terwujudnya TPI yang bersih dan sehat dilarang berdiri di atas trays,

meludah, merokok di areal pelelangan baik sebelum dan saat lelang berlangsung; dan

10.Seluruh pelaku pelelangan turut serta menjaga keamanan, ketertiban serta kebersihan di TPI Muara Angke.

Tata tertib yang telah dibuat oleh pengelola TPI dalam penerapannya di lapangan terlihat belum sepenuhnya terlasana dengan baik. Sebelum dan saat pelelangan pelelangan berlangsung masih sering terlihat orang berlalu lalang keluar masuk gedung pelelangan tanpa ada teguran dan pengawasan dari petugas TPI. Sesuai tujuan mewujudkan TPI yang bersih dan sehat di TPI muara Angke harus menjadi perhatian serius karena sering terjadinya pemilik ikan dan pembeli menginjakkan kaki serta berdiri di atas trays yang berisi ikan pelelangan berlangsung. Pihak TPI yang membuat tata tertib pelelangan harus lebih tegas lagi dalam menerapkan tata tertib dengan upaya meningkatkan kesadaran para peserta lelang dan penerapan sanksi bagi yang melanggar.

Akan tetapi melihat kondisi di lapangan, seharusnya pihak pengelola pelelangan menetapkan aturan yang lebih jelas mengenai mutu ikan yang diperbolehkan masuk ke pelelangan. Ikan hasil tangkapan yang memiliki mutu baik biasanya langsung di-‘opouw’ oleh pemiliknya tanpa melalui proses pelelangan. Kemudian sisanya, hasil tangkapan yang memiliki mutu rendah akan dilelang. Hal ini adalah salah satu penyebab mutu ikan hasil tangkapan yang dilelang di PPI Muara Angke merupakan hasil tangkapan dengan mutu rendah. Kemampuan membuat kebijakan/aturan untuk penyelenggaraan pelelangan di PPI Muara Angke dapat dilihat pada Tabel 24.

95

Tabel 24 Kemampuan membuat kebijakan/aturan untuk penyelenggaraan pelelangan di PPI Muara Angke tahun 2010

Parameter Kemampuan

Pengelola

Indikator Kondisi di Lokasi

Penelitian Kesimpulan Kemampuan membuat kebijakan/aturan di TPI untuk penyelenggaraan pelelangan yang baik (yang belum diatur otoritas terkait atau membuat turunan dari

kebijakan/aturan yang telah diatur otoritas terkait) Ada kebijakan/aturan tertulis yang dikeluarkan pengelola TPI

Ada aturan teknis yaitu mengenai mekanisme pelelangan serta tata tertib pelelangan . Pengelola memiliki kemampuan yang baik dalam membuat kebijakan/aturan di TPI.

Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan pelaksanaan pelelangan oleh pengelola tempat pelelangan ikan di PPI Muara Angke masih kurang karena belum mampu menyediakan pelaksanaan pelelangan yang benar ditinjau dari kemampuan terselenggaranya penjaminan mutu hasil tangkapan, kemampuan pengembangan sarana dan prasarana lelang.

ANGKE

Persepsi pengguna tempat pelelangan ikan yang dibahas dalam bab ini adalah persepsi menurut agen (perwakilan nelayan pemilik), pedagang-pembeli dan pengolah ikan terhadap kegiatan pelelangan di PPI Muara Angke. Berdasarkan penelitian di lapangan, nelayan menyatakan bahwa tidak mengetahui proses pelelangan karena nelayan hanya dipekerjakan untuk urusan melaut saja , selebihnya jika ikan hasil tangkapan telah sampai di darat akan diurus oleh agen perwakilan nelayan pemilik. Oleh karena itu nelayan tidak diikutsertakan dalam pembahasan persepsi dalam bab ini.

7.1 Persepsi agen (perwakilan nelayan pemilik) terhadap kegiatan