• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Pangkalan pendaratan ikan Muara Angke

2.3.1 Pengertian pelabuhan perikanan/pangkalan pendaratan ikan

Sesuai dengan Keputusan Menteri Perikanan Nomor : KEP. 10/MEN/2004 tentang Pelabuhan Perikanan, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang kegiatan perikanan (Suyanto 2006)

Menurut Lubis (2007), pelabuhan perikanan adalah merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan, dan pemasaran, baik berskala lokal, nasional maupun internasional. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1994) vide Lubis (2007), bahwa aspek-aspek tersebut secara terperinci adalah :

1) Produksi: bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan untuk melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di laut sampai membongkar hasil tangkapannya;

2) Pengolahan : bahwa pelabuhan perikanan menyediakan sarana-sarana yang dibutuhkan untuk mengolah hasil tangkapannya; dan

3) Pemasaran : bahwa pelabuhan perikanan merupakan pusat pengumpulan dan tempat awal pemasaran hasil tangkapannya.

Di Indonesia, Direktorat Jenderal Perikanan mengelompokkan pelabuhan perikanan menjadi empat tipe menurut kriteria-kriteria seperti tertera pada Tabel 2. Pelabuhan perikanan tipe D dikatakan pula dengan istilah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). PPI ini dilihat dari segi konstruksi bangunannya sebagian besar termasuk dalam pelabuhan alam dan atau semi alam, artinya tipe pelabuhan ini umumnya terdapat di muara atau di tepi sungai, di daerah yang menjorok ke dalam atau terletak di suatu teluk bukan bentukan manusia atau sebagian bentukan manusia. Pada umumnya, PPI ini ditujukan untuk tempat berlabuh atau bertambatnya perahu-perahu penangkapan ikan tradisional yang berukuran lebih kecil dari 5 GT atau untuk perahu-perahu layar tanpa motor. Hasil tangkapan yang

22

didaratkan kurang atau sama dengan 20 ton per hari dan ditujukan terutama untuk pemasaran lokal (Lubis 2007). Kriteria-kriteria pada Tabel 2 menunjukkan bahwa PPI Muara Angke termasuk ke dalam kelompok pangkalan pendaratan ikan atau pelabuhan perikanan tipe D.

Tabel 2 Tipe dan Kriteria Pelabuhan Perikanan di Indonesia

Pelabuhan (Tipe) Faktor Kriteria

1. Pelabuhan Perikanan Samudera (A)

a. Tersedianya lahan seluas 50 ha;

b. Diperuntukkan bagi kapal-kapal perikanan di atas 100-200 GT dan kapal pengangkut ikan 500-1000 GT;

c. Melayani kapal-kapal perikanan 100 unit/ hari; d. Jumlah ikan yang didaratkan lebih dari 200 ton /

hari;

e. Tersedianya fasilitas pembinaan mutu, sarana

pemasaran, dan lahan kawasan industri perikanan 2. Pelabuhan Perikanan Nusantara

(B)

a. Tersedianya lahan seluas 30-40 ha;

b. Diperuntukkan bagi kapal-kapal perikanan di atas 50-100 GT;

c. Melayani kapal-kapal perikanan 50 unit/ hari; d. Jumlah ikan yang didaratkan 100 ton / hari;

e. Tersedianya fasilitas pembinaan mutu, sarana

pemasaran, dan lahan kawasan industri perikanan

3. Pelabuhan Perikanan Pantai (C) a. Tersedianya lahan seluas 10-30 ha;

b. Diperuntukkan bagi kapal-kapal perikanan di ‹ 50

GT;

c. Melayani kapal-kapal perikanan 25 unit/ hari;

d. Jumlah ikan yang didaratkan 50 ton / hari;

e. Tersedianya fasilitas pembinaan mutu, sarana

pemasaran, dan lahan kawasan industri perikanan

4. Pangkalan Pendaratan Ikan (D) a. Tersedianya lahan seluas 10 ha;

b. Diperuntukkan bagi kapal-kapal perikanan ‹ 30

GT ;

c. Melayani kapal-kapal perikanan 15 unit/ hari;

d. Jumlah ikan yang didaratkan ≥ 10 ton / hari;

e. Tersedianya fasilitas pembinaan mutu, sarana

pemasaran, dan lahan kawasan industri perikanan

f. Dekat dengan pemukiman nelayan.

Sumber: UPT PPI Muara Angke 2006

Menurut Lubis (2007) bahwa terdapat dua jenis pengelompokkan fungsi pelabuhan perikanan yaitu ditinjau dari pendekatan kepentingan dan segi aktivitasnya, namun kedua jenis kelompok tersebut pada dasarnya mempunyai

maksud dan tujuan yang sama. Fungsi pelabuhan perikanan berdasarkan pendekatan kepentingan adalah sebagai berikut:

1) Fungsi maritim

Pelabuhan perikanan mempunyai aktivitas-aktivitas yang bersifat kemaritiman, yaitu merupakan suatu tempat kontak bagi nelayan atau pemilik kapal, antara laut dan daratan untuk semua aktivitasnya. Dengan adanya fungsi ini maka yang dicirikan kemaritiman dari suatu pelabuhan melalui penyediaan kolam pelabuhan yang besar dan cukup dalam agar kapal besar dapar bergerak leluasa, dermaga yang cukup panjang, dan adanya rambu-rambu navigasi.

2) Fungsi pemasaran

Fungsi pemasaran timbul karena pelabuhan perikanan merupakan suatu tempat awal untuk mempersiapkan pemasaran produksi perikanan dengan melakukan transaksi pelelangan ikan;

3) Fungsi jasa

Fungsi ini meliputi seluruh jasa-jasa pelabuhan mulai dari ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan. Fungsi jasa dapat dikelompokkan menjadi:

a. Jasa pelayanan pendaratan ikan. Antara lain penyediaan alat pengungkat ikan, keranjang/basket dan buruh untuk membongkar ikan;

b. Jasa pelayanan perbekalan melaut. Antara lain menyediakan bahan bakar, air bersih dan es;

c. Jasa penanganan mutu ikan. Antara lain terdapatnya fasilitas cold storage,

cool room, pabrik es dan penyediaan air bersih;

d. Jasa pelayanan keamanan pelabuhan. Antara lain adanya jasa pemanduan bagi kapal-kapal yang akan masuk dan keluar pelabuhan; dan

e. Jasa pemeliharaan kapal. Antara lain adanya fasilitas docking, slipways dan bengkel untuk memelihara kondisi badan kapal, mesin, dan peralatannya agar tetap dalam kondisi baik dan siap kembali melaut. Slipway, untuk memelihara atau memperbaiki khususnya bagian lunas kapal.

Selain fungsi pelabuhan berdasarkan kepentingannya, terdapat juga fungsi pelabuhan perikanan ditinjau dari segi aktivitasnya yaitu sebagai pusat kegiatan ekonomi perikanan baik ditinjau dari aspek pendaratan dan pembongkaran ikan,

24

pengolahan, pemasaran dan pembinaan terhadap masyarakat nelayan. Fungsi-fungsi tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Lubis 2007):

1) Fungsi pendaratan dan pembongkaran

Pelabuhan perikanan lebih ditekankan sebagai pemusatan sarana dan kegiatan pendaratan dan pembonkaran hasil tangkapan di laut. Pelabuhan perikanan sebagai tempat pemusatan armada penangkap ikan untuk mendaratkan hasil tangkapan, tempat belabuh aman, menjamin kelancaran pembongkaran ikan, dan penyediaan bahan perbekalan;

2) Fungsi pengolahan

Pelabuhan perikanan sebagai tempat untuk membina peningkatan mutu serta pengendalian mutu ikan dalam menghindari kerugian dari pasca tangkap. Fungsi pengolahan ikan ini merupakan salah satu fungsi yang penting terutama pada saat musim ikan dan yaitu untuk menampung produksi perikanan yang tidak habis terjual dalam bentuk segar;

3) Fungsi pemasaran

Pelabuhan perikanan juga berfungsi sebagai tempat untuk menciptakan mekanisme pasar yang menguntugkan baik bagi nelayan maupun bagi pedagang. Dengan demikian maka sistem pemasaran dari tempat pelelangan ikan ke konsumen harus diorganisir secara baik dan teratur. Pelelangan ikan adalah kegiatan awal dari pemasaran ikan di pelabuhan perikanan untuk mendapatkan harga yang layak khususnya bagi nelayan; dan

4) Fungsi pembinaan terhadap masyarakat nelayan.

Fungsi ini menunjukkan bahwa pelabuhan perikanan dapat dijadikan sebagai lapangan kerja bagi penduduk sekitar dan sebagai tempat pembinaan masyarakat perikanan seperti nelayan, pedagang, pengolah dan buruh angkut agar mampu menjalankan aktivitasnya dengan baik. Melalui pembinaan ini, para pelaku diharapkan dapat menguasai kegiatannya lebih baik lagi sehingga masing-masing pengguna memperoleh manfaat dan keuntungan yang optimal.

Dalam pelaksanaan fungsi dan peranannya, pelabuhan perikanan dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Fasilitas-fasilitas yang terdapat di pelabuhan perikanan atau di pangkalan pendaratan ikan umumnya terdiri dari:

1) Fasilitas Pokok.

Fasilitas pokok atau juga insfrastruktur adalah fasilitas dasar atau pokok yang diperlukan dalam kegiatan di suatu pelabuhan. Fasilitas ini berfungsi untuk menjamin keamanan dan kelancaran kapal baik sewaktu berlayar keluar masuk pelabuhan maupun sewaktu berlabuh di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas pokok antara lain:

a. Dermaga Dermaga merupakan suatu bangunan kelautan yang berfungsi sebagai tempat labuh dan bertambatnya kapal, bogkar muat hasil tangkapan dan mengisi bahan perbengkelan untuk keperluan penangkapan ikan di laut;

b. Kolam pelabuhan

Kolam pelabuhan merupakan daerah perairan pelabuhan untuk masuknya kapal yang akan bersandar di dermaga. Kolam pelabuhan menurut fungsinya terbagi dua yaitu: alur pelayaran, kolam putar;

c. Alat bantu navigasi; dan d. Breakwater

Pemecah gelombang adalah suatu struktur bangunan kelautan yang berfungsi untuk melindungi pantai atau daerah di sekitar pantai terhadap pengaruh gelombang laut;

2) Fasilitas Fungsional

Fasilitas fungsional dikatakan juga suprastruktural adalah fasilitas yang berfungsi untuk meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok sehingga dapat menunjang aktivitas di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas ini diantaranya tidak harus ada di suatu pelabuhan namun fasilitas ini disediakan sesuai dengan kebutuhan operasional pelabuhan perikanan tersebut. Fasilitas-fasilitas fungsional ini dikelompokkan antara lain untuk:

a. Penanganan hasil tangkapan dan pemasarannya, yaitu: (1) Tempat pelelangan ikan

Tempat pelelangan ikan mempunyai fungsi untuk melelang ikan, dimana terjadi pertemuan antara penjual dengan pembeli. Ruangan yang ada pada gedung pelelangan adalah:

26

Ruang sortir yaitu tempat membersihkan, menyortir dan memasukkan ikan ke dalam peti atau keranjang;

Ruang pelelangan yaitu tempat menimbang, memperagakan dan melelang ikan; dan

Ruang administrasi pelelangan terdiri dari loket-loket, gudang peralatan lelang, ruang duduk untuk peserta lelang, toilet, dan ruang cuci umum;

(2) Fasilitas pemeliharaan dan pengolahan hasil tangkapan ikan, seperti gedung pengolahan, tempat penjemuran ikan;

(3) Pabrik es; (4) Gudang es;

(5) Refrigerasi/fasilitas pendingin, seperti cool room, cold storage; dan (6) Gedung-gedung pemasaran.

Tempat grosir memasarkan ikannya. Gedung ini biasanya dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas seperti alat sortir, timbangan, dan pengepakan. b. Fasilitas pemeliharaan dan perbaikan armada dan alat penangkapan ikan, yaitu:

(1) Lapangan perbaikan alat penangkap ikan; (2) Ruang mesin;

(3) Tempat penjemuran alat penangkap ikan;

(4) Bengkel: fasilitas untuk memperbaiki bagian lunas kapal; (5) Gudang jaring: tempat untuk menyimpang jarring; dan

(6) Vessel lift: fasilitas untuk mengangkat kapal dari kolam pelabuhan ke lapangan perbaikan kapal.

c. Fasilitas perbekalan: tangki, instalansi air minum, tangki bahan bakar; d. Fasilitas komunikasi: stasiun jaringan telepon, radio SSB;

3) Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung meningkatkan peranan pelabuhan atau para pelaku mendapatkan kenyamanaan melakukan aktivitas di pelabuhan. Berikut ini adalah beberapa fasilitas penunjang yang biasanya ada di pelabuhan perikanan:

b. Fasilitas administrasi: kantor pengelola pelabuhan, ruang operator, kantor syahbandar, kantor beacukai.

2.3.2 Pangkalan pendaratan ikan Muara Angke

Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke terletak di kawasan perikanan Muara Angke. Kawasan Muara Angke yang semula dikenal sebagai Delta Muara Angke terletak di Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara tepatnya pada posisi 106º15’ BT dan 59º LS.

Secara geografis, wilayah Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara merupakan salah satu wilayah daratan di Jakarta Utara yang berbatasan langsung dengan laut. Perairan laut Muara Angke dapat dikatakan relatif dangkal dan datar. Pada jarak 300 m dari muara Kali Angke kedalaman perariran mencapai 1 meter dan pada jarak 450 meter dari muara kedalaman mencapai 1,5 meter, semakin ke Timur kedalaman perairan semakin dalam (Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kota Jakarta Utara 2008).

Kawasan Muara Angke terletak di daerah yang cukup strategis, berada diantara pengembangan daerah bisnis di pemukiman mewah Kota Jakarta Utara kawasan barat, serta adanya akses menuju jalan bebas hambatan dalam / luar kota dan jalan bebas hambatan menuju Bandara Soekarno Hatta, menyebabkan Muara Angke berada di tengah-tengah “urat nadi” kehidupan megapolitan Jakarta. selain itu aksesibilitas ke tempat ini sangat baik, kondisi jalan beraspal, dengan sarana transportasi yang menuju tempat ini adalah bus dan angkutan kota.

Sejak tahun 1976 kawasan Muara Angke secara keseluruhan dipersiapkan untuk menampung kegiatan perikanan yang tersebar di beberapa lokasi dan dalam kawasan Muara Angke sampai dengan saat ini telah dimanfaatkan untuk:

1) Perumahan nelayan;

2) Pengolahan hasil perikanan tradisional (PHPT); 3) Tambak uji coba; dan

4) Kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan beserta fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang lainnya. (UPT PKPP dan PPI Muara Angke 2008).

28

Berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 598 tentang Penetapan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke Jakarta Utara sebagai Pangkalan Pendaratan Ikan Daerah dan Pusat Pembinaan Kegiatan Perikanan DKI Jakarta, Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke seluruhnya seluas 649.784 m² (UPT PKPP dan PPI Muara Angke 2008).

Perkembangan dan laju bisnis yang berlangsung di PPI Muara Angke berpotensi menjadikan Muara Angke sebagai sentra bisnis perikanan terbesar di Propinsi DKI Jakarta. PPI Muara Angke adalah tujuan distribusi produksi perikanan di wilayah DKI Jakarta dan memiliki jalur distribusi yang kuat ke berbagai negara tujuan ekspor seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura. Pengembangan kawasan terpadu perlu terus digalakkan guna menciptakan ruang dan peluang bagi bisnis perikanan di PPI Muara Angke.