• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelola pelelangan di PPI Muara Angke .1Koperasi perikanan Mina Jaya

PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE, JAKARTA

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

5.2 Pengelola pelelangan di PPI Muara Angke .1Koperasi perikanan Mina Jaya

1) Sejarah singkat Koperasi perikanan Mina Jaya

Pembentukan koperasi perikanan di DKI Jakarta terbagi dalam dua (2) periode yakni sebelum pentatuan dan sesudah penyatuan koperasi primer. Pada masa sebelum penyatuan, tahun 1960 di Jakarta hanya ada satu Koperasi Perikanan, yaitu Koperasi perikanan Pulau Seribu di Kepulauan Seribu. Pada bulan November 1960 dilakukanlah gerakan pembentukan koperasi di Jakarta daratan, masing-masing di Kamal Muara, Bintang Mas, Kalibaru dan Marunda sehingga terdapat lima Koperasi Tingkat Primer. Selanjutnya pada bulan Desember 1960 kelima Koperasi Primer tersebut membentuk Koperasi Pusat Perikanan Laut (KPPL) Jakarta yang kemudian diberi pengesahan Hak Badan Hukum pada tanggal 2 Maret 1963 nomor 471/BH/I. Pada tanggal 14 Agustus 1968 diadakan Rapat Anggota untuk penyesuaian dengan Undang-undang No.12 tahun 1967 yang disahkan dengan Badan Hukum Nomor: 471/BH/I/12–67 pada tanggal 24 Oktober 1968 dengan nama Gabungan Koperasi Perikanan (GKP) Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Profil Koperasi perikanan Mina Jaya 2008).

Setelah penyatuan, pada tanggal 30 Desember 1974 diselenggarakan Rapat Anggota Khusus gabungan Koperasi Perikanan DKI Jakarta dengan hasil melakukan penyatuan bagi seluruh Koperasi Perikanan di DKI Jakarta, sehingga merubah Anggaran Dasar Koperasi Perikanan Mina Jaya Jakarta yang merupakan awal terbentuknya Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta dan disahkan dengan Hak Badan Hukum No.471.a/BH/I/12–6 tanggal 9 Juni 1975. Pada tanggal 21 Desember 1995 Rapat Anggota Perubahan Anggaran Dasar untuk menyesuaikan dengan Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian dan kemudian disahkan dengan Badan Hukum No.172/BH/PAD/KWK.9/VI/1996 dengan keputusan tetap bernama Koperasi perikanan Mina Jaya Propinsi DKI Jakarta. Sesuai Anggaran Dasar, daerah kerja Koperasi perikanan Mina Jaya meliputi wilayah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

71

2) Keanggotaan

Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta memiliki anggota yang terdiri dari nelayan pemilik alat tangkap perikanan, pengolah ikan, bakul, serta masyarakat yang berkecimpung dalam kegiatan perikanan. Tahun 2008, Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta memiliki anggota sebanyak 2.187 anggota yang terdiri dari 2.042 anggota laki-laki dan 145 anggota perempuan. Angota tersebut diklasifikasikan menjadi 9 kelompok (Tabel 13).

Tabel 13 menunjukkan bahwa anggota Koperasi Mina Jaya DKI Jakarta tahun 2008 didominasi oleh anggota kelompok pemilik alat perikanan, pengolah ikan, bakul, dan nelayan ABK. Hal ini disebabkan karena kebanyakan pemilik alat tangkap banyak yang berdomisili di wilayah DKI Jakarta. Selain pemilik alat tangkap, nelayan juga banyak yang berdomisili di DKI Jakarta yang bekerja sebagai ABK. Koperasi Perikanan Mina Jaya memberikan jaminan berupa asuransi kepada para anggotanya yang lebih dipentingkan kepada nelayan domisili asli DKI Jakarta. Berdasarkan jumlah dan jenis kegiatan anggota Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta, seharusnya pihak koperasi hanya merekrut anggota lebih banyak kepada nelayan serta pelaku usaha perikanan lainnya bukan merekrut anggota non perikanan.

Tabel 13 Jumlah anggota Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta menurut jenis kegiatan anggota, 2008

Anggota Koperasi Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Pemilik jaring gillnet 162 10 172

2. Pemilik jaring rampus 182 11 193

3. Pemilik jaring kembung 129 23 152

4. Pemilik alat lainnya 90 6 96

5. Nelayan ABK 435 - 435

6. Bakul dan pedagang ikan 414 32 446

7. Pengolah ikan 418 34 452

8. Pedagang kelontong 102 25 127

9. Lain-lain 110 4 114

Jumlah 2.042 145 2.187

3) Bidang Permodalan Koperasi Perikanan Mina Jaya

Koperasi perikanan Mina Jaya membutuhkan modal usaha untuk menjalankan tugas dan fungsinya sebagai koperasi perikanan. Modal yang diperoleh oleh Koperasi perikanan Mina Jaya berasal dari berbagai sumber yaitu simpanan pokok, simpanan wajib anggota, sisa hasil usaha, donasi dan cadangan modal (Tabel 14).

Tabel 14 Sumber modal Koperasi perikanan Mina Jaya, 2006–2008

Jenis sumber Modal 2006 (Rp) 2007 (Rp) 2008 (Rp)

1. Simpanan pokok 31.777.500 32.502.500 33.842.500

2. Simpanan wajib 93.534.221 98.804.221 107.187.221

3. Cadangan 203.086.233 102.547.648 132.809.520

4. Donasi 10.575.000 10.575.000 10.575.000

Jumlah Modal 338.972.954 244.429.369 284.414.241

Sisa Hasil Usaha (SHU) 191.951.449 112.081.007 52.411.011

Sumber : Koperasi Perikanan Mina Jaya 2008

Tabel di atas menunjukkan sumber modal Koperasi perikanan Mina Jaya terbesar berasal dari cadangan modal. Pada tahun 2008, cadangan modal Koperasi perikanan Mina Jaya sebesar Rp.132.809.520,00, kemudian jumlah simpanan wajib sebesar Rp.107.187.221,00 dan simpanan pokok sebesar Rp.33.842.500,00. Namun jika dilihat dari nilai sisa hasil usaha dari tahun 2006 sampai 2008, sisa hasil usaha Koperasi perikanan Mina Jaya terus menurun. Tahun 2006 sisa hasil usaha sebesar Rp.191.951.449,00, jumlah ini terus menurun hingga tahun 2008 menjadi Rp.52.411.011,00. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua I Koperasi perikanan Mina Jaya Muara Angke Bapak Mahdi Yunus, hal ini disebabkan oleh banyaknya pinjaman anggota yang belum lunas. Menunggaknya pengembalian pinjaman oleh anggota koperasi berakibat pada semakin kecilnya sisa hasil usaha yang terkumpul di akhir tahun.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua I Koperasi perikanan Muara Angke, besar simpanan wajib anggota koperasi adalah sebesar Rp.25.000,00 dan simpanan pokok sebesar Rp.5000,00 setiap bulan. Jika dilihat dari perkembangannya, jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib dari tahun 2006

73

sampai 2008 terus berkembang. Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya jumlah anggota selama tahun 2006 sampai tahun 2008.

4) Volume Usaha Koperasi Perikanan Mina Jaya

Ada berbagai macam usaha yang dilakukan oleh Koperasi perikanan Mina Jaya sebagai sumber pendapatan antara lain dalam bidang usaha umum, unit simpan pinjam dan penyelenggaraan pelelangan. Berikut adalah rincian jenis-jenis usaha Koperasi perikanan Mina Jaya sabagai sumber pendapatan:

(1) Usaha umum

Pada tahun 2008, jumlah pemasukan yang berhasil dikumpulkan oleh Koperasi perikanan Mina Jaya adalah sebesar Rp.96.217.488. Jumlah tersebut paling banyak berasal dari unit usaha lain-lain sebesar 17%, unit usaha penyewaan lapak sebesar 17%, unit usaha peminjaman kredit sebesar 17%, unit usaha tenaga kerja bongkar muat sebesar 15% dan unit usaha penyewaan trays sebesar 14%. Selama periode tahun 2006–2008, jumlah pemasukan nelayan terus berkurang dikarenakan oleh jenis usaha dock sudah tidak dikelola oleh koperasi sejak tahun 2008, masih banyaknya jenis usaha yang mengalami penurunan pemasukan dan masih adanya data pemasukan yang belum terakumulasi (Tabel 15) .

Selama tahun 2006 sampai 2007 dari sembilan jenis usaha tersebut di atas, jenis usaha yang paling banyak mempengaruhi pemasukan Koperasi Perikanan Mina Jaya adalah pemasukan yang berasal dari dock atau usaha perbaikan dan perawatan kapal karena usaha dock masih dikelola oleh koperasi namun sejak tahun 2008 usaha ini dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan (UPT BTPI) sehingga mengakibatkan penurunan yang drastis pada pemasukan Koperasi perikanan Mina Jaya.

Tabel 15 Jenis usaha umum Koperasi Perikanan Mina Jaya, 2006–2008 Keterangan 2006 (Rp) 2007 (Rp) 2008 (Rp) 1. Unit Garam a. Garam Pelabuhan 51.401.950 39.573.475 923.300 b. Garam PHPT 19.991.050 14.382.000 2.485.500 2. Minyak Tanah a. Pelabuhan 470.000.000 470.050.000 - b. Dock 528.750.000 206.300.000 - c. PHPT 379.500.000 206.300.000 - 3. Air PAM 18.063.790 19.389.085 - 4. Oli 400.000 400.000 60.000 5. MCK 5.980.000 12.704.400 5.943.984 6. Jasa a. Kerjasama KPNDP DKI 14.940.000 - - b. Tenaga kerja pelabuhan 5.475.000 500.000 2.270.000 c. Tenaga kerja BM 6.000.000 8.670.000 14.565.000 d. Gudang/rumah 14.525.000 114.900.000 4.050.000 e. Lapak 11.000.000 16.500.000 16.500.000 f. Pinjaman kredit 27.382.000 25.512.572 16.141.500 g. Giro/tabungan 14.382.000 1.877.604 695.204 h. Administrasi KTA 14.388.192 250.000 2.043.000

i. Fee Garam Pel/PHPT 1.378.000 - -

j. Wartel 992.865 - -

k. Trays 25.315.000 29.962.000 13.805.000

l. Lain-lain 3.491.000 10.511.388 16.735.000

Jumlah 1.603.230.847 1.177.782.524 96.217.488

Sumber: Koperasi Perikanan Mina Jaya 2008

(2) Unit penyelenggaraan pelelangan ikan

Pada era sebelum reformasi, tempat pelelangan ikan (TPI) di DKI Jakarta dikelola langsung oleh Dinas Perikanan DKI Jakarta, namun setelah era reformasi TPI Muara Angke dikelola Koperasi Perikanan Mina Jaya. Pengelolaan ini didasarkan pada:

a. Perda No.3 tahun 1999;

b. SK Gubernur DKI Jakarta No.3 tahun 1999 tanggal 26 Januari 1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pelelangan Ikan oleh Koperasi Perikanan di DKI Jakarta;

75

c. SK Gubernur DKI Jakarta No: 3277/1999 tanggal 29 Juni 1999 tentang Penunjukan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta sebagai Penyelenggara Pelelangan Ikan di TPI Muara Angke; dan

d. SK Gubernur Propinsi DKI Jakarta No: 993/2002 tanggal 17 Juni 2002 tentang Penunjukan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta sebagai Penyelenggara Pelelangan Ikan di TPI Muara Angke.

Pendapatan yang diterima Koperasi Perikanan Mina Jaya sebagai penyelenggara pelelangan ikan di TPI Muara Angke berasal dari pungutan retribusi. Pungutan retribusi sebesar 5% oleh Koperasi perikanan Mina Jaya berdasarkan SK Gubernur No: 2074/200 tanggal 10 Agustus 2000, tentang Penetapan Presentase Pengenaan Retribusi Pemakaian Tempat Pelelangan Ikan Dan Biaya Penyelenggaraan Pelelangan Ikan oleh Koperasi Perikanan Mina Jaya. Pungutan berasal dari nelayan sebesar 3% dan bakul sebesar 2%, sedangkan bagian Koperasi perikanan Mina Jaya sebesar 2% dari 5% retribusi yang diterima.

Berikut realisasi retribusi pelelangan ikan di TPI Muara Angke ditampilkan pada Tabel 16.

Tabel 16 Realisasi retribusi pelelangan ikan, 2006–2008

Tahun Produksi (Kg) Omzet (Rp) Retribusi 5%

(Rp) Bagian Mina Jaya (Rp) 2006 10.625.824 35.782.322.780 1.789.116.139 715.646.455 2007 9.307.945 34.025.290.800 1.701.264.540 680.505.816 2008 6.464.709 28.972.929.810 1.448.646.490 579.458.596 Jumlah 26.398.478 98.780.543.390 4.939.027.169 1.975.610.867

Sumber: Koperasi Perikanan Mina Jaya 2008

Tabel 16 menunjukkan bahwa pada tahun 2008 penerimaan Koperasi perikanan Mina Jaya adalah sebesar Rp.579.458.596,00. Jumlah penerimaan ini selalu berkurang selama rentan tahun 2006 sampai 2008. Berdasarkan tabel, berkurangnya penerimaan ini dikarenakan oleh semakin menurunnya jumlah produksi perikanan setiap tahunnya.

Sebagian retribusi pelelangan dikembalikan kepada nelayan sebagai dana sosial dalam berbagai bentuk seperti asuransi, dana paceklik dan tabungan. Dana sosial yang diberikan oleh pihak Koperasi perikanan Mina Jaya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan. Bagian retribusi Koperasi Perikanan Mina Jaya digunakan untuk keperluan biaya-biaya pelaksanaan kegiatan (Tabel 17).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua I Koperasi perikanan Mina Jaya Muara Angke, asuransi diberikan kepada nelayan jika terjadi kecelakaan di laut maupun darat, asuransi jika ada nelayan yang meninggal dan asuransi lainnya. Namun beliau mengatakan bahwa asuransi yang diberikan masih ditujukan bagi sebagian kecil nelayan saja karena kerterbatasan dana yang dimiliki Koperasi perikanan Mina Jaya. Selain asuransi koperasi perikanan Mina Jaya juga mengeluarkan dana paceklik dalam bentuk sembako. Dana yang dikeluarkan Koperasi perikanan Mina Jaya dapat dilihat pada Tabel 18.

Menurut Yustiarani (2008), tabungan nelayan dan bakul berlaku untuk nelayan-nelayan penetap yang merupakan anggota Koperasi perikanan Mina Jaya. Kebanyakan nelayan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPI Muara Angke merupakan nelayan pendatang dari luar Jakarta sehingga mereka tidak ada yang menabung dan hanya akan merasakan dana sosial berupa asuransi dan dana paceklik yang dikeluarkan oleh koperasi. Menurut wawancara dengan Ketua I Koperasi bahwa hak nelayan yang tidak terdaftar sebagai anggota Koperasi perikanan Mina Jaya hanya mendapatkan asuransi jiwa dan dana paceklik yang dikeluarkan melalui pemilik atau pengurus kapal.

Tabel 17 Pembagian pembiayaan kegiatan dari hasil retribusi pelelangan

Jenis biaya Persentase dari 2% bagian koperasi (%) Persentase dari seluruh retribusi (%)

1. Biaya penyelenggaraan lelang

a.Biaya lelang 42,50 0,85

b.Biaya keamanan dan

kebersihan 5,00 0,10

c. Biaya pembinaan dan

pengawasan 7,50 0,15

2. Dana sosial

a.Asuransi nelayan 7,50 0,15

b.Dana paceklik 7,50 0,15

c.Tabungan nelayan dan bakul 10,00 0,20

3. Biaya administrasi perkantoran

a.Biaya kantor 7,50 0,15

b.Telepon, air dan listrik 2,50 0,05

c.Biaya pemeliharaan 10,00 0,2

77

Tabel 18 Dana yang dikeluarkan untuk kesejahteraan nelayan, 2006–2008

Uraian 2006 (Rp) 2007 (Rp) 2008 (Rp) 1. Tabungan nelayan 28.185.601 26.236.974 33.202.977 2. Tabungan bakul 42.278.402 39.355.026 22.135.318 3. Asuransi 80.386.150 57.290.000 25.720.000 4. Dana paceklik 77.885.150 75.200.000 29.141.250 Jumlah 228.735.303 198.082.000 135.334.863

Sumber: Koperasi Perikanan Mina Jaya 2008

5.2.2Seksi pelelangan ikan UPT PKPP dan PPI Muara Angke

Seksi pelelangan ikan adalah bagian kerja dari UPT PKPP dan PPI Muara Angke yang secara khusus membantu mengurus dan memantau proses pelelangan ikan di TPI Muara Angke. Sesuai dengan Peraturan Daerah, Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 tahun 2001 tentang bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat Sekretariat Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan pasal 40 Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 25 tahun 2002 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, Pembentukan Susunan dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, tugas pokok seksi pelelangan ikan adalah (UPT PKPP dan PPI Muara Angke 2008):

a. Melaksanakan pemantauan dan penyelenggaraan pelelangan ikan; b. Melaksanakan pemeliharaan dan perawatan tempat pelelangan ikan; c. Melakukan pemeliharaan sanitasi dan higiene tempat pelelangan ikan; d. Melaksanakan pemantauan penanganan mutu hasil perikanan di lokasi

pelelangan ikan;

e. Melaksanakan peningkatan kemampuan tata cara penyelenggaraan pelelangan ikan;

f. Melaksanakan pemantauan dan pencatatan pemasukan ikan dan hasil laut lainnya baik dari laut maupun dari luar daerah di pelabuhan dan pangkalan pendaratan ikan;

g. Melaksanakan pemungutan retribusi pemakaian tempat pelelangan ikan; dan h. Melaksanakan evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan operasional;

Berdasarkan uraian tugas-tugas di atas, seksi pelelangan ikan UPT PKPP dan PPI Muara Angke memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap baik dan buruknya proses pelelangan di TPI Muara Angke. Tidak berjalan dengan baiknya proses pelelangan hasil tangkapan di TPI Muara Angke juga adalah tanggung jawab dari seksi pelelangan UPT PKPP dan PPI Muara Angke. Hal ini diakui oleh kepala seksi pelelangan ikan UPT PKPP dan PPI Muara angke yang menyebutkan bahwa belum optimalnya kinerja yang dilakukan pihaknya sehingga proses pelelangan di PPI Muara angke belum maksimal. Beliau juga meminta dukungan dari pihak pelaksana pelelangan yakni Koperasi perikanan Mina Jaya serta masyarakat khususnya nelayan dan pedagang ikan untuk membantu meningkatkan kualitas pelelangan di PPI Muara Angke.

Dalam meningkatkan kualitas pelelangan serta untuk memajukan TPI di PPI Muara Angke, pengelola TPI PPI Muara Angke telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pelayanan baik secara administrasi maupun kelancaran dan ketepatan pelayanan. Peningkatan pelayanan tersebut adalah sebagai berikut (UPT PKPP dan PPI Muara Angke 2008):

a. Peningkatan pelayanan bongkar sesuai keseimbangan timbang;

b. Peningkatan pelayanan timbang berikut form catatan timbangan yang harus ditandatangani juru timbang dan pemilik ikan;

c. Penertiban lelang meliputi penertiban jenis dan mutu ikan;

d. Peningkatan pecatatan bakul melalui form yang telah terprogram agar dengan cepat dapat mengetahui limit nilai lelang setiap peserta sesuai dengan uang jaminan yang telah disetorkan ke kasir TPI;

e. Komputerisasi atau masuknya sistem komputer dimulai dari data bakul sampai data struk tagihan kepada pemenang lelang dan struk pembayaran untuk pemilik ikan;

f. Pembuatan kartu peserta lelang; g. Pemagaran gedung TPI; dan

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI

PPI MUARA ANGKE

Kemampuan pelelangan ikan adalah kemampuan atau keahlian yang dimiliki baik secara teknis atau secara pemahaman dari pengelola pelelangan dalam menyelenggarakan pelelangan secara baik (Pane 2010). Pelelangan yang terjadi di PPI Muara Angke sejauh ini belum terlaksana secara baik jika melihat dari kemampuan sumberdaya manusia pelaksana lelang. Sumberdaya manusia atau pelaksana dan petugas pelelangan di PPI Muara Angke belum memahami secara benar pengelolaan dan penyelenggaran pelelangan yang benar. Hal ini yang menyebabkan pelelangan di PPI Muara Angke seperti hanya terlaksana saja tanpa memperhatikan penyelenggaraan pelelangan yang baik.

Berikut adalah kemampuan pelelangan berdasarkan aspek kemampuan pelaksanaan pelelangan yang benar (Pane 2009):

6.1 Kemampuan mengorganisir waktu pelelangan

Kegiatan pelelangan di PPI Muara Angke tidak berlangsung setiap hari sepanjang tahun. Pada saat musim puncak ikan, pelelangan berlangsung setiap hari namun pada masa musim paceklik ikan pelelangan tidak berlangsung setiap hari. Ketersediaan hasil tangkapan yang tetap ada adalah penyebab utama pelelangan di PPI Muara Angke tidak berlangsung setiap hari setiap tahun. Koperasi Perikanan Mina Jaya masih terkendala dalam masalah modal untuk penyediaan ikan yang dilelang setiap hari terutama pada saat musim paceklik ikan. Kemampuan penyelengaraan pelelangan ini berkaitan langsung dengan waktu pelaksanaan pelelangan ikan.

Proses pelelangan di TPI Muara Angke hanya berlangsung sekali sehari yaitu antara pukul 08.00–10.00 WIB tergantung kepada waktu kedatangan kapal dan jumlah peserta lelang yang telah hadir. Jika kapal telah selesai mendaratkan hasil tangkapannya serta peserta lelang telah mencapai 70 orang maka pelelangan akan siap dilaksanakan. Berdasarkan pengamatan, waktu pelaksanaan pelelangan di TPI Muara Angke berlangsung sesuai dengan waktu pelelangan yang telah ditetapkan. Menurut pengakuan pengelola, tidak pernah terjadi pelelangan pada malam hari walaupun ada kapal yang mendaratkan hasil tangkapannya pada

malam hari. Hasil tangkapan tersebut akan disimpan di cold storage milik perusahaan untuk dilelang esok harinya. Pelelangan pada malam hari sebaiknya harus tetap dilaksanakan mengingat kondisi ikan akan menurun jika harus menunggu besok harinya. Mutu ikan akan tetap terjaga apabila langsung dilakukan pelelangan sesaat pendaratan sehingga harga ikan tetap tinggi. Kenyataan yang terjadi di TPI Muara Angke adalah hasil tangkapan yang didaratkan tidak memiliki mutu baik karena telah lama berada di palkah selama kapal melaut. Hal ini yang menyebabkan nelayan-nelayan tidak memperhatikan mutu ikan ketika didaratkan dan tidak terlalu mengkhawatirkan waktu lelang yang semestinya.

Sebaiknya, pelelangan dilakukan saat matahari belum bersinar terlalu terik, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya penurunan mutu hasil tangkapan. Kondisi tempat pelelangan dimana suhu sekitarnya sudah mulai panas yaitu sekitar 270-30 0C dapat mempercepat berkembangbiaknya bakteri yang menyebabkan penurunan mutu ikan. Waktu pelelangan yang ideal dilakukan pada pagi hari yaitu antara jam 5-7 seperti yang dilakukan di PPN Pekalongan dan pelabuhan Lorient di Perancis (Pane 2010). Kemampuan mengorganisir waktu pelelangan di PPI Muara Angke dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Kemampuan mengorganisir waktu pelelangan di PPI Muara Angke tahun 2010 Parameter Kemampuan Pengelola Indikator Kondisi di Lokasi Penelitian Kesimpulan Kemampuan mengorganisir waktu pelelangan Kegiatan pelelangan dilakukan secara periodik sesuai waktu yang direncanakan 1.Pelelangan berlangsung. 2.Waktu pelelangan berjalan sesuai sesuai dengan waktu yang ditetapkan pengelola. Pengelola TPI memiliki kemampuan yang baik untuk mengorganisir waktu pelelangan.

6.2 Kemampuan penyediaan sarana pelelangan

Suatu proses pelelangan akan terselenggara dengan lancar apabila memiliki sarana yang cukup dan memadai. Tersedianya fasilitas dan sarana pelelangan yang cukup dan dalam kondisi baik tentu akan mempermudah kelancaran pelaksanaan

81

pelelangan di setiap pelabuhan perikanan. Agar proses pelelangan berlangsung dengan baik maka harus terdapat sarana untuk penyelenggaraan pelelangan dan sarana bagi pelaku pelelangan.

Sarana-sarana untuk penyelenggaraan pelelangan yang terdapat di TPI Muara Angke adalah sebagi berikut:

1) Timbangan

Timbangan digunakan untuk mengetahui data berat hasil tangkapan yang didaratkan. Proses penimbangan di TPI Muara Angke dilakukan di dermaga setelah ikan hasil tangkapan didaratkan. Ikan tersebut kemudian diberi label berat dan nama kapal pemilik untuk didistribusikan ke pelelangan. Setelah selesai penimbangan agen perwakilan nelayan pemilik akan mendapat nomor urut lelang. Alat timbang di PPI Muara Angke dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15 Alat timbangan ikan di PPI Muara Angke tahun 2010

Menurut data TPI Muara Angke tahun 2009 terdapat 4 (empat) jenis timbangan di TPI Muara Angke yakni timbangan duduk 1000 kg sebanyak 3 buah, timbangan duduk 500 kg sebanyak 1 buah, timbangan geser laju 100 kg sebanyak 2 buah dan timbangan gantung 120 kg sebanyak 20 buah. Berdasarkan data penelitian pengadaan timbangan ini dilakukan pada tahun 2007 yang diserahkan langsung Pemda DKI melalui UPT PKPP dan PPI Muara Angke kepada TPI sebagai inventaris pelelangan TPI Muara Angke. Lamanya umur timbangan diduga dapat menyebabkan berkurangnya tingkat akurasi sehingga data berat hasil tangkapan tidak akurat. Pihak pengelola

pelelangan seharusnya segera mengkalibrasi ulang atau mengganti timbangan yang telah lama agar kemungkinan ketidakakuratan data hasil tangkapan dapat diminimalisir;

2) Keranjang (Trays)

Keranjang (trays) adalah alat yang digunakan sebagai wadah tempat ikan hasil tangkapan selama pembongkaran dari atas kapal, penimbangan hingga pada saat pelelangan. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke memiliki 1.820 buah keranjang untuk keperluan pelelangan. Keranjang tersebut memiliki kapasitas sebesar 70 kg yang disewakan kepada para buruh angkut dengan besar sewa sebesar Rp.750/keranjang. Pengadaan dan penambahan jumlah keranjang ini dilakukan oleh Pemda DKI melalui UPT PKPP dan PPI Muara Angke pada tahun 2009. Keranjang ikan (trays) di PPI Muara Angke dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16 Keranjang ikan (trays) di PPI Muara Angke tahun 2010

Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kondisi keranjang di TPI Muara Angke relatif masih dalam keadaan baik. Namun perlakuan terhadap keranjang selama proses pembongkatan, penimbangan dan pelelangan oleh petugas buruh angkut dapat menyebakan kondisi keranjang akan cepat rusak. Petugas buruh angkut sering terlihat membanting dan menyeret keranjang yang berisi hasil tangkapan selama proses tersebut. Pihak pengelola pelelangan perlu memberlakukan aturan untuk mencegah kejadian tersebut terus terulang dan perlu tindakan tegas bagi yang melanggar;

83

3) Gerobak (troli) dan gerobak dorong (lori)

Gerobak (troli) dan gerobak dorong (lori) digunakan untuk mendistribusikan ikan hasil tangkapan yang telah selesai ditimbang ke lantai pelelangan ataupun ke tempat tujuan lain setelah selesai pelelangan. Jumlah troli yang terdapat di TPI Muara Angke saat ini sebanyak 80 buah dan lori sebanyak 30 buah. Pengangkutan ikan hasil tangkapan dengan menggunakan troli dapat memuat 5–6 keranjang ikan sekali angkut dan dengan menggunakan lori dapat mengangkut 3–4 keranjang ikan sekali angkut. Alat pengangkutan ikan di PPI Muara Angke dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17 Alat pengangkut ikan (lori) di PPI Muara Angke tahun 2010

Pengadaan dan penambahan jumlah troli dan lori dilakukan oleh Pemda DKI melalui UPT PKPP dan PPI Muara Angke pada tahun 2009. Pengamatan di lapangan menunjukkan, secara umum kondisi troli dan lori di TPI Muara Angke berada dalam kondisi buruk. Alat angkut tersebut terbuat dari kayu dengan kondisi kayu yang telah melapuk dan cat yang semula menutupi permukaan kayu telah terkikis habis. Pelapukan kayu dari gerobak tersebut akan ikut mengotori ikan hasil tangkapan sehingga dapat menurunkan mutu ikan selama pengangkutan. Pihak pengelola pelelangan perlu melakukan

maintenance atau mengganti troli dan lori di TPI Muara Angke agar tidak ikut mencemari ikan yang akan dilelang; dan

4) Alat pengeras suara(sound system)

Alat pengeras suara (sound system) digunakan sebagi alat untuk