• Tidak ada hasil yang ditemukan

Minat Siswa

2. Kemampuan Menulis Tulisan Narasi

Kemampuan siswa SD Negeri Kledokan dalam menulis narasi dapat dilihat dari hasil belajar siswa dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II (Lampiran 13 halaman 194 ). Kemampuan siswa dalam menulis narasi meningkat secara signifikan dari kondisi awal sebelum diberi tindakan dan sesudah diberi tindakan pada siklus I dan siklus II. Peningkatan tersebut terlihat dari hasil uji t dua sampel didapat sig < 0.05.

Analisis kemampuan menulis narasi dilakukan pada setiap aspek yaitu (1) Judul, (2) Isi/gagasan, (3) Organisasi tulisan, (4) Diksi, (5) Ejaan, dan (6) Kebersihan dan kerapian.

a. Judul

Pada kondisi awal, judul yang ditulis oleh siswa sebagian besar sama dengan tema yang ditentukan oleh guru. Hal tersebut tidak sesuai

dengan yang dikemukakan oleh Keraf (2007: 121-146: 239) judul yang ditulis harus relevan, proaktif, yaitu judul yang ditulis harus menimbulkan rasa keingintahuan pembaca terhadap isi tulisan, dan singkat.

Pada siklus I pertemuan I tema tulisan adalah “Kesehatan”, dari hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, judul sudah baik, semua kelompok menuliskan judul yang relevan dengan tema, menarik dan jelas. Berikut judul yang ditulis setiap kelompok (1) Kesehatan Gigi tiga judul, (2) Sakit Gigi tiga judul, (3) Pergi ke Dokter Gigi, (4) Memeriksa Gigi ke Dokter. Pada pertemuan II rata-rata kelas dalam aspek judul menurun dari 4,8 menjadi 4.3. Hal tersebut, dikarenakan beberapa siswa tidak menuliskan judul karena lupa dan terlalu buru-buru dalam menulis narasi.

Pada siklus II pertemuan I tema adalah “Aktivitas sehari-hari”. Semua kelompok sudah menuliskan judul tulisan. Judul tulisan sudah relevan dengan tema, singkat dan jelas. Judul yang dipilih oleh siswa adalah sebagai berikut (1) Memulai aktivitas, (2) Berangkat sekolah, lima judul, (3) Pagi yang cerah, (4) Berangkat sekolah pagi-pagi. Pada pertemuan II, rata-rata kelas menurun, dari 5 menjadi 4.9. Masalahnya sama pada siklus I pertemuan II, yaitu siswa tidak menuliskan judul tulisan.

b. Isi/gagasan

Isi/ gagasan harus runtut dan mudah dipahami oleh pembaca (Keraf , 2007: 239). Namun pada kondisi awal isi/ gagasan tulisan masih kurang baik, karena gagasan yang dikemukakan oleh siswa sulit dipahami, gagasan yang dituliskan oleh siswa tidak runtut, gagasan yang dikemukakan oleh siswa kurang sesuai dengan tema yang ditentukan.

Pada siklus I pertemuan I ini isi tulisan narasi sudah cukup baik, gagasan yang dikemukakan siswa sesuai dengan objek, dan mengisahkan suatu kejadian yang runtut dalam satu kesatuan waktu. Tetapi ada beberapa kelompok yang belum mengemukakan gagasan secara lengkap dan sistematis. Pada pertemuan II, isi/ gagasan yang ditulis oleh siswa sudah sesuai dengan objek dan jelas dibandingkan pada pertemuan I. Skor rata-rata isi/ gagasan pada pertemuan II ini meningkat yaitu dari 3.6 menjadi 3.9. Contoh perbaikan yang dilakukan oleh siswa adalah sebagai berikut.

Pertemuan I : “…..karena sakit gigi, Mita tidak bisa melakukan kegiatan dengan fokus.”

Pertemuan II : “....karena sakit gigi, Mita tdak bisa melakukan kegiatan dengan fokus, sering kehilangan konsentrasi, dan sering mengantuk karena semalam tidak bisa tidur.”

Pada siklus II pertemuan I Isi/gagasan yang dikemukakan siswa sesuai dengan objek, jelas, dan lengkap, sudah terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam mengeluarkan ide-idenya. Akan tetapi, untuk menuangkan ide dalam bentuk tulisan masih kurang sistematis, walaupun sudah dapat dimengerti artinya. Pada pertemuan II, siswa sudah bisa menjabarkan kalimat dan tulisan narasi lebih jelas dan lengkap. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yan dikemukakan oleh Keraf (2007 : 121-146) yaitu isi/ gagasan yang ditulis harus jelas, sesuai dengan objek, lengkap dan sistematis, sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada pertemuan II ini meningkat dar 3.6 menjadi 4.6. Contoh bentuk perbaikan yang dilakukan oleh siswa sebagai berikut.

Pertemuan I : “…dan dia makan setelah makan andi memakai sepatu dan tas.”

Pertemuan II : ”…dan dia makan pagi, setelah makan andi memakai seragam sekolahnya sebelum memakai sepatu dan tas.” c. Organisasi tulisan

Pada kondisi awal organisasi tulisan siswa masih belum memiliki kesatuan bentuk dan arti kalimat yang digunakan tidak efektif. Kalimat tidak memiliki kesatupaduan yaitu kalimat yang disajikan tidak berkisar pada satu gagasan pokok atau tema tulisan. Pada siklus I pertemuan I, organisasi tulisan narasi sudah memiliki kesatuan bentuk dan arti, kalimat yang digunakan efektif dan struktur kalimatnya sudah lengkap. Hal tersebut sesuai dengan azas-azas gagasan yang dikemukakan oleh

The Liang Gie (1992: 31) yaitu kalimat yang ditulis harus memiliki kesatupaduan, dan memiliki pertautan yaitu suatu tulisan memilikiketerkaitan antara kalimat satu sama lain, alinea satu dengan alinea lain. Namun, ada kelompok yang melakukan kesalahan. Contoh kesalahan yang dilakukan siswa dari kelompok 7 yaitu kalimat dan struktur kalimatnya tidak lengkap, tidak ringkas yaitu mengulang-ulang kalimat, yaitu sebagai berikut.

“Pada hari minggu yang cerah itu Rina selalu memegangi pipi kirinya karena sedang sakit gigi. Karena suka makan permen cokelat. Akhirnya Rina sakit gigi . Keesokan harinya, Rina bersama ibunya pergi ke dokter gigi. Karena ia sakit gigi dan dia sudah tidak tahan lagi. Lalu dia pergi ke dokter gigi”

Pada pertemuan II hasil tulisan narasi yang ditulis oleh siswa sebagian sudah memiliki kesatuan bentuk dan arti, kalimat yang digunakan efektif dan struktur kalimatnya lengkap. Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada pertemuan II ini meningkat yaitu dari 3.6 menjadi 3.9. Pada pertemuan II beberapa siswa sudah bisa memperbaiki organisasi tulisan dari segi kelengkapan kalimatnya sebagai berikut. Pertemuan I : “….Tina menahan pipinya dengan tali lalu tidak sakit

lagi.”

Pertemuan II : “….Tina menahan pipinya dengan tali agar sakit giginya berkurang dan tidak terasa sakit lagi.”

Pada siklus II pertemuan I hasil tulisan siswa sudah memiliki kesatuan bentuk dan arti, struktur kalimatnya lengkap. Pendahuluan tulisan sudah diuraikan yang isinya mengantarkan kepada pembaca

untuk mengetahui pokok masalah, isi tulisan sudah berupa pernyataan dan fakta yang menggambarkan kejadian yang terjadi pada gambar. Namun masih ada beberapa siswa yang belum menuliskan kesimpulan pada tulisan mereka, jadi hasilnya tulisan masih menggantung. Hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Keraf (1982: 104) yaitu dalam oganisasi tulisan ada 3 aspek yaitu pendahuluan, isi tulisan dan penutup yang berupa kesimpulan. Pada pertemuan II, organisasi tulisan siswa sudah semakin baik hal ni terbukti dengan meningkatnya skor rata-rata organisasi tulisan yaitu dari 3.5 menjadi 4,5. Hal tersebut dikarenakan siswa sudah menuliskan penutup yaitu berupa kesimpulan dari tulisan narasi.

d. Diksi/pilihan kata

Pada kondisi awal diksi/ pilihan kata yang digunakan oleh sebagian besar siswa belum memenuhi kaidah kebahasaan dan kata-kata yang baku. Contoh kalimat yang sering digunakan oleh siswa yaitu terus, aku, dan seneng.

Pada siklus I pertemuan I, pilihan kata yang digunakan oleh siswa sudah memenuhi kaidah kebahasaan dan kata-katanya baku, tetapi ada beberapa hasil tulisan narasi siswa yang belum menggunakan bahasa yang baku, sering menggunakan kata sambung yang digunakan secara berulang-ulang yaitu setelah itu, lalu, dan kemudian. Contoh kesalahan yang dilakukan oleh kelompok 8 sebagai berikut.

“Setelah itu Citra bicara dengan ibunya kalau giginya sakit. Keesokan harinya, Citra bersama ibunya pergi ke dokter gigi. Lalu mereka ketemu dengan dokter Ibrahim. Setelah itu dokter Ibrahim bertanya kepada Citra terakhir kali makan apa? Setelah itu Citra berkata kepada dokter kalau Citra makan permen banyak banget. Lalu dokter Ibrahim memeriksa gigi Citra. Setelah itu Citra diperikasa Oleh dokter. Setelah itu dokter Ibrahim memberi resep untuk Citra lalu Citra pergi dengan ibunya ke puskesmas.”

Pada pertemuan II tulisan narasi yang ditulis oleh siswa beberapa sudah menggunakan pilihan kata yang memenuhi kaidah kebahasaan dan menggunakan kalimat yang baku. Dari pertemuan I ke pertemuan II sudah terlihat ada usaha perbaikan yang dilakukan oleh siswa. Hal tersebut diperkuat dengan peningkatan skor rata-rata yang diperoleh siswa yaitu dari 3.5 menjadi 3.9. Berikut contoh perbaikan yang dilakukan oleh siswa.

Pertemuan I : “Diva dikasih resep untuk membeli obat di apotik.” Pertemuan II :“Diva diberi resep oleh dokter Nico, lalu Diva membeli obat di apotik.”

Pada siklus II pertemuan I, tulisan narasi yang ditulis oleh siswa sebagian sudah menggunakan pilihan kata yang memenuhi kaidah kebahasaan dan menggunakan kata yang baku, namun kebanyakan dari siswa selalu menggunakan kata-kata yang diulang-ulang dan ada beberapa kata yang tidak baku. Hal tersebut sering dilakukan oleh siswa, meskipun pada siklus I sudah pernah dibahas. Contoh kata yang sering diulang adalah sebagai berikut.

“Lalu ia memakai baju seragam merah putih. Lalu habis memakai baju Ronin bersarapan pagi.”

Pada pertemuan II tulisan narasi yang ditulis oleh siswa sebagian sudah menggunakan pilihan kata yang memenuhi kaidah kebahasaan dan menggunakan kata yang baku, sehingga tulisan yang ditulis oleh siswa lebih mudah dipahami. Pada siklus II pertemuan II terjadi peningkatan skor rata-rata yaitu dari 3.5 menjadi 4.3.

e. Ejaan

Pada kondisi awal ejaan yang digunakan oleh siswa sangatlah tidak tepat, banyak ketidaktepatan pada penulisan huruf kapital, tanda koma, dan titik. Contoh ejaan yang salah pada kalimat sebagai berikut.

“…jAlan- jalan keRumah nEnek Bersama ibu dan miRna”

Pada siklus I pertemuan I, penggunaan kata, penulisan huruf kapital dan tanda baca dari beberapa kelompok sudah tepat, namun masih ada beberapa kelompok yang masih salah dalam penggunaanya. Kebanyakan dari siswa belum memperhatikan tanda baca seperti titik dan koma, selain itu penggunaan huruf kapital untuk nama orang dan pada awal kalimat. Contoh kesalahan yang dilakukan siswa sebagai berikut.

“Pada Hari Minggu yang cerah itu, tina selalu memegangi Pipi kirinya karena sakit gigi. Setiap hari tina mengeluh kesakitan. Sudah 3 hari tina dirumah karena giginya selalu kambuh dan tinamerintih kesakitan. keesokan harinya tina bersama ibunya Pergi Kedokter gigi. di dalam Perjalanan Tina Selalu mengeluh karefna gigi Tina Sakit Sekali.”

Pada pertemuan II ini siswa sudah lebih memperhatikan penulisan kata dan tanda baca. Sudah terlihat ada peningkatan dalam penggunaan tanda baca. Hal itu terbukti dengan peningkatan skor rata-rata yang

diperoleh siswa yaitu dari 2.3 menjadi 3.8. Berikut contoh perbaikan yang dilakukan oleh siswa dari aspek ejaan.

Pertemuan I : “ …selalu memegangi pipi kirinya karena sedang sakit gigi Dina suka makan Permen manis-manisan karena itu Dina sakit Gigi.”

Pertemuan II :” …selalu memegangi pipi kirinya karena sakit gigi. Dina suka makan permen dan manisan karena itu gigi Dina terasa sakit.”

Pada siklus II pertemuan I, siswa sudah semakin memperhatikan tanda baca yang harus digunakan, misalnya tanda titik dan pemakaian huruf kapital, hanya dalam pemberian tanda koma siswa masih bingung. Pada pertemuan II , setelah dilakukan perbaikan tulisan secara bersama-sama siswa sudah mengerti bagaimana penggunaan tanda koma. Hal ini terbukti dengan peningkatan skor rata-rata yang diperoleh siswa yaitu dari 3.7 menjadi 4.3.

f. Kebersihan dan Kerapian

Dari semua hasil tulisan narasi yang ditulis siswa selalu ada coretan dan gambar yang tidak berkaitan dengan tema tulisan. Siswa sering melakukan kesalahan dalam tulisan dan akhirnya dicoret hal tersebut dilakukan berkali-kali oleh siswa sehingga lembar kertas terlihat kotor. Hal tersebut bertentangan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Keraf (1984: 250) yaitu tulisan dikatakan bersih dan

rapi apabila tidak ada coretan, penulisan antar kata yang satu dengan yang lain tidak berjejal-jejal. Namun, setelah dilakukan koreksi secara bersama-sama lembar kerja siswa semakin bersih pada setiap pertemuan, walaupun tidak sepenuhnya bersih. Hal tersebut, terbukti dengan hasil peningkatan skor rata-rata dari kondisi awal hingga siklus II pertemuan II yaitu sebagai berikut 3.3, 3.3, 4.3, 3.4, dan 4.3.

Dari data di atas, kemampuan menulis narasi siswa kelas IV SDN Kledokan meningkat, hal tersebut dapat dilihat pada peningkatan hasil skor rata-rata kemampuan menulis siswa dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II di bawah ini.

Tabel 26: Hasil Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi Siswa

Peubah Indikator Keberhasil an Kriteria Keberhasilan Kondisi awal

Akhir siklus I Akhir siklus II Target Capaian Target Capaian Kemampu an Menulis Narasi - Nilai rata-rata - Persenta se siswa yang tuntas 73.75 68.80% 78 70% 79.6 78.10% 80 80% 82.8 90.62%

123 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait