• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan

Proses pencapaian pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan di setiap provinsi selama tahun 2005 hingga 2009 dapat dilihat pada Tabel 6. berikut. Tabel 6. membagi provinsi berdasarkan karakteristik pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Timmer (2004) membagi pertumbuhan ekonomi berdasarkan nilai rata-ratanya menjadi tiga kategori, yaitu ‘slow economic growth’ dengan nilai rata-rata kurang dari 2,5 persen; ‘medium’ dengan nilai rata-rata antara 2,5 persen hingga 4 persen; dan

fast’ dengan nilai rata-rata nilai lebih dari 4 persen. Indeks gini juga dibagi

menjadi tiga kategori berdasarkan nilai rata-ratanya (Timmer, 2004 dan Oshima dalam Suparno, 2010), yaitu ‘low’ dengan nilai rata-rata kurang dari 0,3; ‘low to

high’ dengan nilai rata-rata antara 0,3 hingga 0,4; dan ‘high’ dengan nilai rata-rata

lebih dari 0,4. Sedangkan tingkat kemiskinan atau nilai P0 dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan nilai rata-rata P0 nasional, yaitu ‘below mean’ dengan nilai rata-rata kurang dari 16,05 persen dan ‘above mean’ dengan nilai rata-rata lebih dari 16,05 persen. Nilai rata-rata yang digunakan merupakan nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi, rata-rata indeks gini dan rata-rata nilai P0 selama tahun 2005 hingga 2009 di setiap provinsi dan angka nasional.

Provinsi Jambi, Bangka Belitung, dan Kalimantan Tengah selama tahun 2005-2009 merupakan provinsi dengan pencapaian hasil pembangunan yang sesuai harapan. Pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cepat, dengan disertai perbaikan distribusi pendapatan, provinsi-provinsi tersebut berhasil mengurangi tingkat kemiskinan hingga berada di bawah rata-rata nasional. Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan juga memiliki pencapaian pembangunan yang cukup bagus dengan tingginya pertumbuhan ekonomi, rendahnya tingkat kemiskinan dan ketimpangan yang sedang selama tahun 2005-2009. Secara keseluruhan provinsi yang memiliki pencapaian pembangunan yang sesuai harapan dan cukup bagus terletak di Indonesia bagian barat dan tengah. Walaupun provinsi Sulawesi Utara

70

Tabel 6. Pembagian Provinsi menurut Nilai Rata-rata Persentase Penduduk Miskin (P0), Rata-rata Indeks gini dan Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi (Growth), Tahun 2005-2009

P0 Growth Indeks gini

Low Low to High High

Below Mean Slow - - - Medium - - - Fast Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Tengah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat,

Banten, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan Maluku Utara Above Mean

Slow NAD DIY -

Medium - - -

Fast

Sumatera selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, NTB, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, Papua Barat, Papua

dan Sulawesi Selatan berada di Indonesia bagian timur, akan tetapi provinsi ini memiliki kondisi perekonomian yang jauh lebih baik dibandingkan provinsi lain di wilayah yang sama. Sedangkan Maluku Utara masih menghadapi permasalahan tingginya ketimpangan pendapatan, walaupun tingginya pertumbuhan ekonomi telah menurunkan tingkat kemiskinan hingga berada di bawah rata-rata nasional. Secara umum provinsi yang memiliki tingkat kemiskinan berada di bawah nilai rata-rata memiliki kondisi kemiskinan yang lebih rendah dibandingkan lainnya pada awal tahun yang dianalisis.

Provinsi NAD dengan ketimpangan pendapatan rendah, harus didukung percepatan pertumbuhan ekonomi untuk menurunkan tingkat kemiskinan yang di atas rata-rata nasional. Provinsi DIY merupakan satu-satunya provinsi yang selama tahun 2005-2009 masih menghadapi permasalahan dalam pembangunan dengan rendahnya pertumbuhan ekonomi, tingginya tingkat kemiskinan dan

ketimpangan yang masuk kategori sedang. Sedangkan provinsi lainnya sudah memiliki pertumbuhan ekonomi yang cepat sebagai syarat keharusan dalam penurunan tingkat kemiskinan yang masih tinggi, walaupun masih memiliki ketimpangan yang sedang. Kemiskinan yang tinggi pada awal tahun yang dianalisis ternyata memberikan pengaruh terhadap upaya pengurangan kemiskinan. Hal ini terjadi di provinsi seperti NAD, DIY. Pada akhir tahun yang dianalisis ternyata kedua provinsi masih menghadapi permasalahan tingginya angka kemiskinan. Secara umum, dari hasil analisis menunjukkan adanya karakteristik spatial provinsi-provinsi yang memiliki tingkat kemiskinan di atas rata-rata nasional, yaitu berada di Indonesia Bagian Timur dan berbentuk kepulauan. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi awal yang berbeda-beda dan karakteristik seperti kepulauan yang berbeda antar provinsi diduga turut berpengaruh terhadap dampak pertumbuhan dan distribusi pendapatan dalam mengurangi kemiskinan. Nilai rata-rata P0, indeks gini dan pertumbuhan ekonomi di masing-masing provinsi selama tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Lampiran 12.

V.

PRO POOR GROWTH

Penelitian ini menggunakan ukuran PEGR dan dekomposisi kemiskinan Shapley untuk memberikan deskripsi tentang manfaat pertumbuhan ekonomi terhadap penduduk miskin atau derajat pro poor growth dari pembangunan ekonomi. Baik PEGR maupun dekomposisi kemiskinan Shapley dihitung berdasarkan perubahan pendapatan perkapita penduduk selama empat periode, yaitu 2005-2006, 2006-2007, 2007-2008 dan 2008-2009 untuk melihat dinamika efek pertumbuhan dan efek distribusi di setiap periode khususnya di tingkat provinsi. Metode tersebut juga menggunakan satu garis kemiskinan dalam penghitungannya, sehingga didapatkan perbandingan pola distribusi pendapatan pada awal dan akhir periode, sekaligus perbandingan antar periode. Garis kemiskinan di setiap provinsi di Indonesia berbeda-beda, demikian juga dengan garis kemiskinan setiap tahunnya, Untuk memenuhi keterbandingan antar provinsi dan antar tahunnya diperlukan penyesuaian pada pendapatan perkapita setiap provinsi dan setiap tahunnya. Pendapatan perkapita di setiap provinsi disesuaikan sebagai angka nasional dengan cara mengalikannya dengan perbandingan garis kemiskinan nasional dan garis kemiskinan provinsi. Sedangkan penyesuaian pendapatan perkapita dilakukan dengan mendeflasikan pendapatan perkapita akhir periode dengan perbandingan garis kemiskinan nasional awal periode dan garis kemiskinan nasional akhir periode.

Dokumen terkait