• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Tsu-Wei Yu, Yung-Ming Shiu (2014:387), kemitraan merupakan aliansi strategis yang dilakukan diantara perusahaan independen untuk berbagi tujuan bersama, dalam suatu hubungan saling ketergantungan dalam rangka mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai secara sendiri.

Kumar dan Crook (1999) dalam Asher (2003:12) memberikan pengertian bahwa kemitraan dapat didefinisikan sebagai hubungan antara organisasi (kadang-kadang termasuk kerjasama dengan pesaing) untuk mencapai suatu tujuan yang tidak dapat dicapai secara sendirian. Pada tingkat tinggi, para mitra dalam bisnis

harus membentuk beberapa jenis hubungan bisnis untuk pertukaran. Sebuah hubungan bisnis dapat dilihat sebagai kontrak bisnis untuk pertukaran (misalnya, pertukaran uang untuk barang atau jasa). Kontrak tersebut bisa juga untuk mengelola transaksi atau untuk mengelola hubungan (Macneil 1978).

Adapun Cravens (2013:196) mengungkapkan bahwa kemitraan merupakan suatu upaya untuk melakukan kerjasama dengan stakeholders, dimana aliansi strategis digunakan oleh banyak perusahaan yang bersaing di seluruh dunia.

Kemitraan meliputi hubungan secara vertikal yang terdiri dari hubungan dengan supplier dan customer (pelanggan) serta horizontal yang terdiri dari kemitraan lateral dan internal. Berikut jenis-jenis kemitraan perusahaan yang dikembangkan Cravens (2013), sebagai berikut:

Gambar 2.2 Types of Organizational Relationships Sumber: Cravens (2013:196)

Sebuah cara yang bermanfaat untuk mengetahui kemitraan perusahaan adalah dengan menyelidiki apakah jalurnya vertikal atau horizontal. Pusat

kebijakan mungkin berperan di kedua-duanya. Pada waktu lampau, perusahaan mengembangkan hubungan untuk mencapai tujuan taktis. Hubungan strategis antarperusahaan dimasa sekarang mempertimbangkan unsur-unsur kekuatan persaingan secara keseluruhan - teknologi, biaya, dan pemasaran. Tidak seperti hubungan taktis, keefektifan dari persetujuan strategis antar perusahaan ini dapat memberikan efisiensi jangka panjang dalam bisnis.

Beberapa kekuatan menciptakan kebutuhan untuk mengembangkan kerjasama strategis dengan organisasi lainnya. Kekuatan-kekuatan ini meliputi keragaman, perubahan, dan faktor risiko dari lingkungan bisnis global;

peningkatan kompleksitas teknologi; kebutuhan sumber daya yang besar;

kebutuhan memperoleh jalan masuk ke pasar dunia; dan kemampuan dalam susunan impresif teknologi informasi untuk mengkoordinasikan operasi antar perusahaan. Kekuatan-kekuatan ini terbagi dalam dua kategori besar, yaitu:

(1) Keanekaan dan Perubahan Lingkungan, dan (2) Kesenjangan Keterampilan dan Sumber Daya.

Menanggulangi keragaman melibatkan baik organisasi internal maupun hubungannya dengan organisasi lain. Keanekaan lingkungan mengurangi kemampuan organisasi untuk menanggapi dengan cepat kebutuhan konsumen dan mengembangkan produk baru. Organisasi menghadapi tantangan ini dengan mengganti struktur organisasi internal mereka dan mengembangkan hubungan strategis dengan organisasi lain. Keanekaragaman lingkungan menyebabkan kesulitan untuk menghubungkan pembeli dengan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan dan keinginan pembeli dalam pasar. Oleh karena kesulitan ini,

perusahaan bersatu untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terpecah-pecah dan teknologi yang kompleks. Strategi ini dapat melibatkan kerjasama antarpemasok dan produsen, aliansi strategis antarpesaing, perusahaan patungan antaranggota industri, dan jaringan organisasi yang mengkoordinasikan kerjasama dan kemitraan dengan banyak organisasi lain.

Lingkungan bisnis menciptakan risiko bagi organisasi yang tidak dapat membuat perubahan cepat. Perubahan disebabkan oleh pembaruan/keusangan teknologi yang dirangsang/didorong oleh gerak pertumbuhan dalam pengetahuan dan perkembangannya. Sebuah tanggapan bagi perubahan dan risiko adalah mengembangkan hubungan yang fleksibel dengan organisasi lain, serta menghindari investasi kepemilikan dalam sumber pasokan, produksi, dan distribusi. Kepemilikan seluruh sistem nilai tambah dapat kurang efektif dan lebih berisiko dalam lingkungan yang berubah.

Selama dua dasawarsa terakhir, pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan telah meningkat tiga kali lebih cepat dari pembelanjaan suatu usaha. Kebutuhan akan keterampilan dan sumber daya teknologi dalam banyak industri sering melewati batas kemampuan sebuah organisasi tunggal. Jadi, pembagian teknologi dan risiko yang saling melengkapi merupakan unsur penting bagi aliansi strategis. Sebagai tambahan bagi teknologi, hambatan keuangan, jalan masuk ke pasar, dan kemampuan sistem informasi dapat mendorong pengembangan hubungan di antara organisasi-organisasi yang berdiri sendiri.

Jalan masuk ke teknologi dan kemampuan lainnya, keuntungan spesialisasi, dan kesempatan untuk meningkatkan nilai produk merupakan motivasi penting bagi

pengembangan hubungan antar organisasi. Hubungan ini dapat secara vertikal antara pemasok dan produsen atau secara horizontal antaranggota industri.

Kebutuhan keuangan untuk dapat bersaing dalam pasar dunia seringkali lebih besar dari kapasitas yang dimiliki sebuah perusahaan tunggal. Sebagai akibatnya, banyak perusahaan harus mencari mitra untuk mendapatkan sumber daya yang penting bagi persaingan dalam banyak industri atau untuk menyebarkan risiko kerugian keuangan dengan perusahaan lain. Hubungan organisasional juga penting untuk memperoleh jalan masuk ke pasar. Strategi McDonnell Douglas mendapatkan jalan masuk ke pembeli pesawat komersial Asia, dapat memberikan ilustrasi.

Hubungan kerjasama terdiri atas kegiatan yang terbagi seperti desain proses dan produk, bantuan penerapan, kontrak pemasokan jangka panjang, dan program penyediaan barang tepat waktu (just-in-time). Jumlah kerjasama dapat bervariasi di antara industri. Lebih-lebih, dalam situasi persaingan tertentu, sebuah perusahaan mungkin mengikuti derajat/tingkatan kerjasama yang berbeda berdasarkan pelanggannya. Beberapa hubungan pemasok-pelanggan dapat diperjualbelikan, tetapi pemasok yang sama mungkin mencari hubungan kerjasama dengan pelanggan lainnya. Hubungan kerjasama antara pemasok dan pelanggannya dianjurkan secara luas oleh penguasa bisnis. Kerjasama ini merupakan unsur penting dari program manajemen mutu total (total quality management/TQM). Meskipun demikian, keputusan pemasok untuk mengembangkan hubungan kerjasama yang kuat harus mencakup penilaian faktor-faktor berikut:

1) Filosofi melaksanakan bisnis. Pendekatan mitra usaha terhadap bisnis harus dapat disesuaikan. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan telah menyerap filosofi TQM dan mitra usaha lain tidak mengutamakan TQM, konflik kemungkinan besar berkembang dalam hubungan kerjasama.

2) Ketergantungan relatif terhadap mitra usaha. Hubungan kerjasama kemungkinan besar lebih berhasil jika ketergantungan tersebut penting dan sebanding di antara kedua organisasi.

3) Kontribusi teknologis. Pembeli dapat mewakili kesempatan bagi pemasok untuk mengembangkan produk dan prosesnya yang disebabkan oleh tuntutan pelanggan terhadap produk dan jasa pemasok. Sebagai contoh, desain bersama perlengkapan industri dapat memberikan tambahan bagi keuntungan persaingan pemasok.

Wheelen et al. (2015:209) menyatakan bahwa strategi kooperatif dapat juga digunakan untuk menciptakan keunggulan bersaing dalam suatu industri dengan cara bekerja sama dengan perusahaan lain. Strategi kooperatif terdiri dari : Collusion

Merupakan suatu kerjasama aktif perusahaan dalam suatu industri untuk mengurangi output dan menaikkan harga untuk mencapai hukum ekonomi normal dalam supply dan demand.

Strategic Alliances

Merupakan pengaturan kerjasama jangka panjang antara dua atau lebih perusahaan atau unit bisnis independen yang terlibat dalam aktivitas bisnis untuk

mencapai keunggulan yang saling menguntungkan. Aliansi strategis dilakukan dengan beberapa alasan seperti :

a. Untuk memperoleh atau mempelajari kapabilitas baru. Suatu studi menemukan bahwa perusahaan yang melakukan aliansi strategis memiliki teknologi manufacturing yang modern dibanding yang tidak melakukan.

b. Untuk mendapatkan akses ke pasar spesifik. Suatu survey yang dilakukan oleh Economist Intelligence Unit, 59% eksekutif menyatakan bahwa alasan utama mereka terlibat dalam aliansi adalah adanya kebutuhan untuk ekspansi yang cepat dan berbiaya rendah untuk memasuki pasar baru.

c. Untuk mengurangi resiko finansial. Aliansi memiliki kebutuhan sumber daya finansial yang lebih sedikit dibandingkan dengan akuisisi atau bertindak sendirian.

d. Untuk mengurangi resiko politik. Membentuk aliansi dengan mitra lokal merupakan cara yang baik untuk menghadapi defisiensi sumber daya dan kapabilitas pada waktu berekspansi ke pasar internasional.

Terdapat beberapa jenis Aliansi Strategis yaitu :

(1) Mutual Service consortia, merupakan kerjasama antara perusahaan sejenis pada industri sejenis untuk mengembangkan sumber daya agar memperoleh manfaat yang akan sangat mahal apabila dilakukan sendirian, seperti akses teknologi canggih.

(2) Joint Venture (patungan) merupakan aktivitas bisnis kooperatif yang dibentuk oleh dua atau lebih organisasi terpisah untuk tujuan strategis yang

akan membentuk entitas bisnis independen dan pengalokasian kepemilikan, tanggung jawab operasional, dan sumber daya finansial.

(3) Licensing Arrangement, merupakan persetujuan dimana perusahaan pemberi lisensi memberikan hak kepada perusahaan lain di negara lain atau pasar lainuntuk memproduksi atau menjual suatu produk.

(4) Value Chain partnership, merupakan aliansi yang kuat dan tertutup dimana suatu perusahaan atau unit membentuk pengaturan jangka panjang dengan supplier atau distributor kunci untuk keunggulan yang saling menguntungkan.

Berdasarkan pemaparan konsep kemitraan di atas, terungkap tentang rekapitulasi pemaparan dari beberapa ahli tentang konsep tersebut.

Tabel 2.6 Rekapitulasi Pengertian Kemitraan Bisnis

No Penulis Konsep

1 Wheelen et al (2015:209)

Strategi kemitraan dapat juga digunakan untuk menciptakan keunggulan bersaing dalam suatu industri dengan cara bekerja sama dengan perusahaan

2 Kumar dan Crook (1999) dalam Asher (2003:12)

Kemitraan dapat didefinisikan sebagai hubungan antara organisasi (kadang-kadang termasuk kerjasama dengan pesaing) untuk mencapai suatu tujuan yang tidak dapat dicapai secara sendirian

3 Cravens (2013:196)

Kemitraan merupakan suatu upaya untuk melakukan kerjasama dengan stakeholders, dimana aliansi strategis digunakan oleh banyak perusahaan yang bersaing di seluruh dunia. Kemitraan meliputi hubungan secara vertikal yang terdiri dari hubungan dengan supplier dan customer (pelanggan) serta horizontal yang terdiri dari kemitraan lateral dan internal.

Berdasarkan pemaparan konsep kemitraan tersebut di atas, maka definisi dan dimensi kemitraan bisnis dalam penelitian ini adalah mengacu kepada konsep Organizational Relationship (Cravens, 2013) – yaitu internal partnership, supplier relationship, customer relationship, dan lateral partnership dimana

keempat dimensi ini cenderung sangat relevan dengan objek penelitian industri jasa taman rekreasi khususnya dewasa ini dalam menghadapi kekuatan lingkungan industri. Adapun dimensi dan indikator dari variabel kemitraan bisnis diuraikan berikut ini :

Dimensi Kemitraan Internal (Internal Partnership)

Indikator dari dimensi kemitraan internal (Internal Partnership) dalam penelitian disertasi ini disusun dalam sebuah konstruk yang meliputi :

1. Penciptaan sinergitas antarbagian di dalam perusahaan melalui strategi lintas fungsi

2. Kerjasama antarbagian dalam melakukan kegiatan layanan pariwisata 3. Kolaborasi antarbagian untuk saling melengkapi dalam memecahkan

masalah dalam meningkatkan layanan

Dimensi Kemitraan dengan Pemasok (Supplier Relationship)

Indikator dari dimensi kemitraan dengan pemasok (Supplier Relationship) dalam penelitian disertasi ini disusun dalam sebuah konstruk yang meliputi :

1. Kerjasama dengan supplier penyedia sarana dan prasarana taman rekreasi 2. Kerjasama dengan supplier penyedia jasa media informasi

3. Kerjasama dengan perusahaan penyedia layanan jasa angkutan pariwisata

Dimensi Kemitraan dengan Pelanggan (Customer Relationship)

Indikator dari dimensi kemitraan dengan pelanggan (Customer Relationship) dalam penelitian disertasi ini disusun dalam sebuah konstruk yang meliputi :

1. Pengelolaan masukan pelanggan dan responnya

2. Kerjasama dengan pihak pelanggan dalam hal pengembangan program loyalitas pelanggan

3. Berbagi informasi antara mitra dan perusahaan untuk meningkatkan value produk

4. Program customer gathering

5. Ketertarikan pelanggan untuk ikut menjadi bagian dalam proses bisnis internal perusahaan

Dimensi Kemitraan dengan Lateral (Lateral Partnership)

Indikator dari dimensi kemitraan dengan lateral (Lateral Partnership) dalam penelitian disertasi ini disusun dalam sebuah konstruk yang meliputi :

1. Kemitraan dengan institusi pendidikan dan pelatihan 2. Kemitraan dengan pihak pemerintah/instansi terkait 3. Kemitraan dengan asosiasi bisnis

4. Kemitraan dengan lembaga keuangan 5. Kemitraan dengan event organizer