BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS
B. Penyajian Data dan Analisis
2. Kendala Yang Dihadapi Dalam Menjalankan Program Eco-
nyaman, setiap hari agar santri-santri itu bersemangat dalam belajar”
Wawancara bersama ustadz Dito, beliau mengatakan
“lingkungan pondok ini berdekatan dengan masyarakat, jadi paling tidak santri itu dapat berinteraksi secara langsung dengan masyarakat agar nanti tidak canggung kalau sudah kembali ke masyarakat”
Wawancara bersama ustadz Dani, beliau mengatakan
“biasanya juga wali santri itu menjenguk anaknya, nah saat itu santri dapat dilihat bagaimana mereka berinteraksi dan berkomunikasi yang baik dengan wali santri yang datang”
Lingkungan para ustadz juga memberikan pengaruh bagi pembentukan karakter santri di lingkungan pondok pesantren Baitul Hikmah Tempurejo.
2. Kendala Yang Dihadapi Dalam Menjalankan Program Eco-Pesantren
doroangan untuk melakukan sesuatu. Sesuai dengan wawancara bersama ustadz Nawawi, beliau mengatakan
“setiap santri itukan berbeda, baik dalam segi pemikiran juga dari segi lingkungan mereka tinggal. Kalau dari keluarga memang sudah sulit diatur maka sikap seperti itu juga terbawa ke lingkungan pondok. Memang itu karakter setiap santri ada yang sulit diatur ada juga yang penurut”
Seperti yang disampaikan oleh ustadz Dani, beliau mengatakan
“setiap karakter santri itu berbeda, ada yang memang penurut tidak banyak tingkah adapula yang susah diatur, itu penyebabnya ialah didikan orang tua dan lingkungan mereka sebelum mondok” (Ustadz Dani, diwawancarai oleh Penulis, 03 November 2022)
Lingkungan keluarga juga menjadi faktor pengaruh terjadinya penghambat ataupun kendala dalam program ini, hal ini disampaikan oleh ustadz Tegar, beliau mengatakan
“santri disini juga berasal dari berbagai daerah, tiap daerah juga berbeda lingkungannya, ada yang keras atau memang dikenal oleh masyarakat itu nakal”
Hal ini juga sama dengan hasil wawancara bersama ustadz Dani, beliau mengatakan
“pengaruh bersikap dan berperilaku juga disebabkan oleh lingkungan keluarga, jadi sifat masing-masing santri juga berbeda, ada yang memang anaknya itu pendiam ada juga yang sulit diatur atau nakal”
Sebagaimana hasil observasi yang peneliti temukan yakni, santri baru atau adik kelas masih ada yang kurang menghargai atau tidak menghormati yang lebih tua yaitu kakak kelasnya.
Namun disamping itu, tidak semua santri berprilaku menyimpang layaknya santri yang lain.
b. Keilmuan
Sebagaimana ustadz Irwan menyampaikan, beliau mengatakan
“tidak heran juga jika ada beberapa santri yang masih belom hormat dan taat pada ustadznya, ustadz disini ada yang senior juga ada yang baru, mereka baru lulus dan mengabdi menjadi tenaga pendidik, bukan masalah ilmu yang didapat namun senioritas bagi adik kelasnya itu masih sedikit” (Ustadz Irwan Junaidi, diwawancarai oleh Penulis, 05 November 2022)
Masih banyak santri yang menganggap bahwa keilmuan ustadz yang baru masih kurang, tak heran jika santri menganggap ustadz tersebut kurang berkompeten. Sesuai dengan hasil wawancara bersama Haris Agustian santri kelas 3 Intensif, mengatakan
“kalau saya dan temen-temen menganggap ustadz baru itu masih sama seperti kita, karena memang kakak kelas dan juga dalam segi ilmu kita anggap masih sama seperti kita” (Muhammad Haris A, diwawancarai oleh Penulis, 07 November 2022)
Hal ini juga berdampak ketika ustadz memberikan nasihat yang dianggap tidak begitu penting oleh santri. Sebagaimana hasil wawancara bersama ustadz Tegar, beliau mengatakan
“kalau ustadz baru meberi nasihat atau perintah, santri itu masih ada yang meremehkan, karena mereka anggap nasihatnya itu tidak penting karena dianggap masih ustadz baru dan keilmuannya masih kurang”
Peneliti juga menemukan bahwa ketika hendak mengajar, ada sebagian ustadz baru belum membuat i’dad mengajar dan menyiapkan RPP sebelum mengajar, hal ini menjadi penyebab ilmu atau kompetensi yang dimiliki oleh guru baru dianggap masih kurang mumpuni.
Hal ini menjadikan sikap santri kepada ustadznya seolah meremehkan nasihat yang diberikan dan terkadang tidak menghiraukan ketika dinasihati.
c. Kepribadian
Seorang guru hendaknya memberi teladan yang baik. Profesi guru adalah mulia, oleh karena itu perilaku yang ditunjukan oleh guru akan ditiru oleh murid. Hasil wawancara bersama Haris Agustian, mengatakan
“ada disini ustadz yang diremehkan oleh santri karena perilakunya itu aneh atau tidak semestinya dilakukan oleh seorang ustadz, seperti sering bercanda, dan penampilannya tidak sesuai atau kurang mencerminkan bagaimana seharusnya ustadz itu berpenampilan”
Hal ini juga disampaikan oleh ustadz Tegar, beliau mengatakan
“ada juga ustadz baru yang kurang memberi contoh yang baik, seperti sering bercanda dengan santri, berpenampilan kurang rapi”
Begitu juga dengan hasil wawancara bersama Muhammad Firman, santri kelas 3 Intensif, mengatakan
“kalau disini ustadz juga ada yang kurang baik, ada juga ustadz yang sok-sokan, ngasi contoh yang kurang gitu, jadinya sama temen-temen kadang dibuat mainan” (Muhammad Firman, diwawancarai oleh Penulis, 09 November 2022)
Hasil wawancara bersama Haris Prasetio, santri kelas 3 KMI, mengatakan
“ustadz baru itu kan baru mengabdi, sebelumnya kan masih kelas 6, waktu kelas 6 itu saya dan teman-teman tau kalau dia itu nakal atau aneh waktu masih mondok, nah sekarang jadi ustadz, jadi sama temen-temen itu dianggap masih sama seperti kita
malah kurang dihargai” (Haris Prasetio, Diwawancarai oleh Penulis, 10 November 2022).
Begitu juga dengan hasil wawancara bersama Muhammad Firman, mengatakan
“temen-temen takut ke ustadz yang galak, ada salah atau kalau menghukum itu keras, kalau ustadz baru atau ustadz yang kalem itu dibuat mainan sama temen-temen”
Hal ini menjadikan santri menganggap ustadz itu sebagai temannya. Santri menganggap semua nasihatnya atau jika ustadz itu memarahi santri, dianggapnya hanya bercanda.
d. Senioritas
Santri lama menganggap dirinya paling lama di pondok, lebih banyak mengenal lingkungan pondok dari pada yang baru. Seperti hasil wawancara bersama Haris Agustian, santri kelas 3 Intensif mengatakan
“di pondok juga santri yang masuk KMI menganggap paling lama di pondok, saya kan masuk pondok itu intensif, dianggap masih baru tau tentang pondok daripada yang masuk dari kelas 1 KMI” (Muhammad Haris, diwawancarai oleh Penulis, 11 November 2022)
Hasil wawancara bersama Muhammad Firman, santri kelas 3 Intensif, mengatakan
“kalau saya menganggap ustadz baru itu kayak temen sendiri masih, jadi ustadz baru juga sungkan yang mau menghukum kelas atas itu karena dari segi umur masih selisih sedikit dan dulu juga sebagai teman sebelum jadi ustadz”
Santri lama juga dapat memberikan pengaruh tidak baik, hal ini sesuai dengan hasil wawancara bersama ustadz Irwan, beliau mengatakan
“santri lama juga masih banyak yang memberi contoh kurang baik, mengajak adik kelasnya melanggar aturan, tapi juga ada yang memberi contoh yang baik, tapi juga kebanyakan santri meniru contoh yang kurang baik”
Begitu juga di kalangan para ustadz, santri masih meremehkan ustadz baru terlebih ustadz yang berasal dari luar, baik itu pengabdian dari pondok lain. Sesuai dengan wawancara bersama ustadz Akmal, salah satu guru pengabdian, beliau mengatakan
“santri itu masih kurang menghargai kepada ustadz yang dari luar, karena mereka menganggap kami ini seperti orang baru dalam mengajar dan membimbing mereka, memang kenyataanya kami disini memang masih baru masuk di pondok ini jadi mereka kurang dalam menghargai” (Ustadz Akmal Fauzi, diwawancarai oleh Penulis, 13 November 2022)
Rekrutan guru juga menjadi pengaruh, karena guru di pondok diambil dari pengabdian guru baru dan guru lama, baik itu guru lulusan pondok sendiri maupun lulusan pondok lain.
Berdasarkan hasil wawancara diatas, bahwasanya kendala dan permasalahan semacam ini dapat terjadi karena contoh yang kurang baik dari santri lama.
e. Interaksi dan Hubungan
Para santri harus bisa membedakan cara berinteraksi antara kepada ustadz dan sesama teman. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 15 November 2022 jam 09.30 WIB yang dilakukan dengan
salah satu ustadz pondok pesantren Baitul Hikmah yaitu Ustadz Nawawi ditemukan bahwa
“interaksi santri kepada ustadz harus berbeda dengan sesama teman, jiwa ustadz sebagai guru, sebagai pemberi ilmu, sebagai pengajar itu harus dilihat oleh santri”
Interaksi dan relasi memang sangatlah inten dalam lingkungan pondok. Terjadinya peremehan terhadap guru baru tidak terlepas dari interaksi dan relasi antara murid dan guru. Sebagaimana yang disampaikan ustadz Irwan, beliau mengatakan
“hubungan ustadz dan santri di pondok ini beragam, karena kebanyakan santri itu bersaudara, dan ada juga beberapa santri disini mempunyai kakak yang sudah berprofesi sebagai ustadz.
Jadi hubungan kakak adik ini juga memberikan dampak terjadinya pembedaan terhadap ustadz lama dan baru”
Hasil wawancara bersama Dimas Hamzah, murid kelas 1, mengatakan
“saya di pondok punya kakak, sekarang mengabdi jadi ustadz, jadi saya kalau dikasi tau ya kayak yang biasa, menganggap itu cuman kakak saya bukan ustadz, begitu” (Dimas Hamzah, diwawancarai oleh Penulis, 15 November 2022)
Dengan demikian, santri masih meremehkan nasihat dengan alasan masih bersaudara atau masih berteman. Selain itu hubungan interaksi dan relasi antara santri lama dan santri baru yang kurang baik, dan juga antara ustadz baru dan ustadz lama.
3. Factor Pendukung Terlaksananya Program Eco-Pesantren di Pondok Pesantren Baitul Hikmah Tempurejo Jember
Keberhasilan dan suksesnya dari suatu program itu dilaksanakan karena ada factor pendukungnya, dan pastinya juga karena adanya
dukungan dari pihak yang terlibat di dalamnya yang juga ikut andil dalam program tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dijelaskan diatas, terdapat banyak perubahan positif yang ditunjukan oleh santri. Hal itu adalah target yang memang diinginkan tercapai sesuai dengan konsep awal rancangan dan pelaksanaan program. Berdasarkan temuan-temuan, peneliti menemukan dampak positif yang terjadi kepada santri, meskipun tidak lepas dari beberapa santri yang memiliki kecenderungan negatif.
Hasil wawancara Bersama ustadz Nawawi, juga memberikan penguatan terkait hal ini, ustadz Nawawi mengatakan
“selama saya mengelola asrama tahfidz, banyak santri tahfidz yang sungguh-sungguh dalam menghafal dan mempunyai semangat yang tinggi ketika setor hafalan, sekalipun ada beberapa diantara mereka yang tidak datang untuk setoran, padahal hal ini menjadi tugas dan tanggung jawab mereka untuk dilaksanakan dan juga sudah saya ingatkan kepada semua santri tahfidz, biasanya santri tahfidz ini akan merasa iri kepada temannya yang lain ketika ada temannya yang sudah di atasnya hafalan Qur’annya dari pada dirinya sendiri, nah hal semacam ini timbul karena adanya pengaruh dari temannya yang lain bersemangat dalam menghafaal dan juga menyetor hafalannya”
Hal semacam ini juga dapat ditemukan saat santri mengikuti pembelajaran di kelas ataupun aktivitas lainnya di luar kegiatan belajar mengajar, hasil wawancara bersama ustadz Dani, beliau adalah ustadz baru, beliau mengatakan
“perubahan positif banyak yang ditunjukan oleh santri, seperti halnya sadar akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan pondok dan peduli terhadap asrama dan juga kamar yang mereka tempati, sekalipun disamping itu ada juga hal negatifnya, seperti santri yang masih saja membuang sampah sembarangan. Tetapi disisi lain Alhamdulillah banyak juga santri yang sudah mulai menerapkan dan melaksanakannya sesuai yang diinstruksikan oleh pimpinan kepada semua santri disini”
Diperkuat dengan hasil wawancara bersama ustadz Habib, beliau juga ustadz baru, mengatakan bahwa
“ya ada santri yang tanpa di suruh memang sudah sadar dengan sendirinya dan ada pula yang harus diperintah dulu baru mau jalan dan melaksanakan perintah. Dalam pengawasan, hal semacam mengontrol dan mendampingi santri secara langsung ketika mereka piket atau bersih-bersih kita itu harus tegas, yang harus kami lakukan disini sebagai ustadznya mereka yaitu membina dan membentuk karakter santri bagaimana caranya supaya mereka itu peduli terhadap lingkungan khususnya kebersihan, dan disamping itu juga kami disini selalu membiasakan mereka untuk hidup bersih” (Ustadz Rizki Habibullah, diwawancarai oleh Penulis, 16 November 2022)
Banyak juga dari santri disini yang tingkat kepekaan dan kepeduliannya terhadap lingkungan itu tinggi. Biasanya mereka akan melakukan sesuatu yang mendorong mereka kepada hal-hal positif yang membuat mereka itu senang dan menurut mereka itu bermanfaat dikerjakan, seperti berkebun, menghias dan memperindah taman, membuat poster-poster dan selogan-slogan tentang eco-pesantren yang diletakkan di tempat-tempat tertentu. Hal semacam inilah yang dapat menumbuhkan dan memunculkan karakter sikap peduli lingkungan para santri di pondok pesantren Baitul Hikmah. Pembentukan karakter sikap peduli lingkungan sesuai dengan program eco-pesantren ini, juga dipengaruhi oleh lingkungan dimana santri itu berasal.
Keseharian karakter santri juga dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat desa Tempurejo. Seseorang dianggap memiliki sikap sesuai dengan norma yang berlaku di desa Tempurejo. Ustadz Yusfi menambahkan terkait hal ini, beliau mengatakan
“akhlak dan karakter santri disini selain yang diajarkan di kelas juga dibentuk melalui program eco-pesantren yang ada ini. Tidak hanya itu, moral santri-santri kami disini juga disesuaikan dengan norma yang berlaku di desa Tempurejo. Misal kita menilai santri kita sudah bagus akhlaknya namun dimata masyarakat Tempurejo masih kurang, karena setiap daerah berbeda juga, hal itu juga berdasarkan kearifan local dimana santri itu berasal”
Santri bercerita tentang keluh kesah santri selama di lingkungan pondok, bertanya tentang ilmu dan sebagainya. Sebagaimana yang disampaikan oleh ustadz Agiel, beliau mengatakan
“santri banyak yang datang kepada saya, ingin bercerita keluh kesahnya di pondok, bertanya tentang ilmu, mata pelajaran dan lainnya”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, bahwasanya factor yang mendukung terlaksananya program eco-pesantren ini dapat terjadi karena contoh atau teladan yang diberikan oleh ustadz dan juga pengaruh yang diberikan oleh teman atau sesama santri. Selain itu, hubungan interaksi dan relasi antara santri lama dan santri baru bisa dikatakan cukup baik, begitupun dengan ustadz baru dan ustadz lama.
C. Pembahasan Temuan
Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam metode penelitian, bahwasanya penelitian ini berbentuk penelitian kualitatif deskriptif dan purposive, pengambilan dan pengumpulan data melalui beberapa teknik yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi dari pondok pesantren Baitul Hikmah, dipaparkan sesuai dengan hasil penelitian mengacu pada fokus penelitian diatas.
1. Implementasi Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di Pondok Pesantren Baitul Hikmah
a. Implementasi Pendidikan Karakter
Implementasi karakter peduli lingkungan yang diterapkan kepada para santri di Pondok Pesantren Baitul Hikmah diwujudkan melalui beberapa kegiatan, diantaranya bersih lingkungan, piket harian santri, dan bersih-bersih pekanan yaitu dilaksanakan satu minggu satu sekali yang dilaksanakan setiap hari jum’at oleh para santri dan juga pengurus organisasi yang di awasi dan didampingi langsung oleh asatidz.
Kegiatan bersih-bersih hari jum’at ini merupakan bentuk implementasi dari pendidikan karakter peduli lingkungan, karena dengan begitu semua warga pondok bisa menjaga kebersihan lingkungan. Pendidikan karakter peduli lingkungan yang dilakukan salah satunya yaitu melalui kegiatan jum’at bersih atau bersih-bersih pekanan, dimana semua warga pondok harus berperan aktif dalam kegiatan bersih-bersih di setiap hari jum’at.
Implementasi dan penerapan eco-pesantren di pondok pesantren Baitul Hikmah Tempurejo Jember ini tidak hanya dilakukan oleh para santri saja, tetapi juga oleh semua penghuni pondok secara keseluruhan. Program eco-pesantren ini diadakan dan dilakukan merupakan upaya untuk menumbuhkan kesadaran dan juga kepedulian para santri terhadap lingkungan pondok melalui pendidikan berbasis
lingkungan. Disamping itu tidak hanya santri yang menjadi sasarannya, para guru, karyawan, dan masyarakata sekitar pondok juga menjadi tujuan dari adanya program ini untuk sama-sama menjaga dan merawat lingkungan sekitar. Adanya program ini, tujuan utamanya tidak lain adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan dan meningkatkan kepedulian seseorang agar dapat bersikap dan berperilaku ramah terhadap lingkungan sehingga keberlanjutan ekosistem tetap terjaga.
Eco-Pesantren merupakan model pendidikan yang berusaha untuk menciptakan dan menghasilkan santri yang memiliki bekal ilmu yang seimbang antara ilmu duniawi dan ilmu ukhrowi, sehingga dapat menyeimbangkan antara ibadah mahdhah dengan ibadah ghairu mahdhah, serta dapat menerapkan konsep Islam yang utuh yaitu rahmatan lil’alamin.
Pendidikan berbasis eco-pesanten merupakan kegiatan untuk menjadikan pondok pesantren berbasis ramah lingkungan melalui bentuk-bentuk kegiatan seperti peningkatan pola hidup yang ramah lingkungan, pengembangan unit kesehatan dan lingkungan dalam pesantren, memasukkan kurikulum lingkungan dalam pesantren serta melakukan aksi nyata dalam pengelolalan sampah, air bersih, sanitasi dan MCK, yang dapat dijadikan percontohan dan pembelajaran bagi pondok lain dan juga masyarakat sekitarnya. (La Fua, 2013: 123)
Pondok pesantren Baitul Hikmah memandang program eco-pesantren ini perlu adanya dalam membina dan memberikan wawasan pengetahuan kepada guru-guru dan para santri khususnya, untuk menjawab dan memberikan solusi bagi persoalan hidup di pesantren terutama tentang pendidikan karakter seorang santri terkait kepeduliannya terhadap lingkungan yang semakin merosot dan terjepit dengan urusan-urusan duniawi.
Melalui model pendidikan eco-pesantren ini diharapkan akan melahirkan intelektual Islami yang berorientasi pada mutu, berdaya saing tinggi, dan berbasis pada sikap spiritual tetapi juga ikut andil dalam pembangunan bangsa yang memiliki pola pikir berwawasan lingkungan. (La Fua, 2013: 123)
Sebagai tujuan dari program eco-pesantren di pondok pesantren Baitul Hikmah yakni a) santri memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan, b) terbentuknya karakter sikap peduli lingkungan, c) mampu menerapkan dan mempraktekkan apa yang telah diketahuinya dan d) santri juga dapat mengamalkan dan mengajarkan kepada msyarakat luas nantinya, dimanapun mereka berada.
b. Pendidikan Karakter
Posisi guru atau ustadz disini sebagai contoh atau teladan yang baik kepada semua santri yang akan ditiru dalam berbagai ucapan dan prilaku. Jika ustadz jujur, dapat dipercaya, dan berakhlak mulia, menjauhkan diri dari perbuatan yang bertentangan dengan ajaran
agama, berani, maka santri akan tumbuh kejujuran, muncul dan tumbuh akhlak yang mulia dan lain-lain. (Haryati, 2011: 70)
Pembentukan akhlak ataupun karakter santri di pondok pesantren Baitul Hikmah, teladan menjadi hal yang sangat penting dan menjadi hal yang sangat mudah dalam mendidik para santri. Pada dasarnya, manusia memerlukan sosok teladan yang dapat membimbing untuk menjadi lebih baik dan mampu mengarahkan menjadi individu yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah.
Guru juga memberikan teladan yang baik dalam hal belajar.
Guru menunjukan sikap profesionalnya dalam mengemban tugas sebagai seorang tenaga pendidik. Pimpinan/pengasuh dalam memberikan teladan tidak hanya berupa perkataan namun juga secara langsung memberikan teladan berupa tindakan. Jika guru menginginkan murid berprilaku sesuai dengan nilai akhlak dan juga karakter yang telah diajarkan dan dicontohkan langsung, maka guru menjadi teladan utama yang memberikan contoh bagaimana berprilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai tersebut (Gunawan, 2014: 92).
Mulai dari berpakaian rapi, bertutur kata sopan, kasih saying, datang tepat pada waktunya, bekerja keras, perhatian terhadap peserta didik, jujur, dan sebagainya.
Siswa lebih cenderung untuk meniru dan mengikuti apa yang guru lakukan ketika guru memberikan contoh yang baik. Jika seorang
guru, memiliki reputasi sebagai seorang yang serius dan pekerja keras, siswanya mungkin secara tidak sengaja akan menirunya.
c. Peduli Lingkungan
Kepekaan serta kepedulian terhadap lingkungan sekitar sangatlah penting dilakukan, terlebih dalam hal menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Tidak semua orang sadar akan pentingnya merawat dan menjaga kelestarian lingkungan. Dalam hal ini apabila seseorang membiarkan atau acuh terhadap lingkungannya, maka akan mengakibatkan dampak yang kurang baik bahkan dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan itu sendiri.
Santri sudah sadar dengan tanggung jawabnya untuk menjaga kebersihan lingkungan yaitu salah satunya dengan mewujudkan tugas yang sudah di perintah oleh pengurus pondok pesantren dengan membersihkan kamar-kamar santri, dan membersihkan kamar mandi dengan menguras bak, selain itu juga membersihkan lingkungan sekitar pondok pesantren dengan cara bersama-sama. (Ulya, 2018: 48) d. Lingkungan Pondok
Lingkungan pondok pesantren Baitul Hikmah Tempurejo sangatlah mendukung dalam kegiatan program eco-pesantren ini.
Berada dekat dengan persawahan sehingga membuat kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan lingkungan menjadi lebih mudah untuk dilaksanakan dan dapat menerapkan serta mempraktekkannya secara langsung.
Lingkungan adalah segala aspek mengelilingi individu sepanjang hidupnya, mulai dari fisik dan lingkungan psikologis.
Lingkungan fisik meliputi orang tua, rumah, dan teman. Sedangkan lingkungan psikologis yaitu cita-cita, harapan dan masalah yang dihadapi. (Sanapiah, 185)
Selain itu, kehidupan di lingkungan pondok sangat dekat dengan masyarakat sekitar. Memiliki masjid sebagai sentral kegiatan dalam bidang keilmuan di pondok menjadikan banyak masyarakat yang ambil bagian di dalamnya. Dengan adanya hubungan dengan masyarakat, para santri dapat mengaplikasikan pengetahuan dan ilmu yang telah dipelajarinya seakan-akan mereka telah berada dalam lingkungan masyarakat luas. Hal ini menjadikan hasil pembelajaran, khususnya pendidikan karakter peduli lingkungan melalui program eco-pesantren dapat dengan mudah dinilai dan dievaluasi.
Lingkungan yang di dalamnya terdapat hubungan erat antara anggota masyarakat dengan anggota lain (santri). Adanya hubungan erat inilah yang menjadikan lingkungan berpengaruh terhadap perkembangan sifat-sifat individu. Semakin erat hubungannya, maka individu tersebut semakin berpengaruh secara mendalam. (Atmaja, 2012: 232)
Terdapat hubungan timbal balik yang menguntungkan dalam lingkungan pondok, antara lingkungan pondok dengan masyarakat, keduanya saling memberikan manfaat. Pondok mempunyai ladang
dakwah dalam menjalakan kewajibannya seperti mengadakan pengajian, kajian ilmu bersama masyarakat, dan adanya pondok pesantren masyarakat dapat ikut shalat berjamaah, ikut dalam kajian ilmu dan lain-lain.
Kegiatan monitoring dan pengawasan yang dilakukan adalah sebagai bentuk tanggung jawab seorang ustadz dalam mengontrol para santri ketika melakukan kegiatan, baik kegiatan ekstra kurikuler maupun kegiatan pondok yang lainnya. Dimana fungsinya ustadz disini selain mendidik dan mengajari, salah satu fungsinya yaitu juga mendampingi para santri di pondok, mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Selain pendampingan seperti yang diberikan langsung kepada santri, ada juga santri itu yang termotivasi dan sadar dengan sendirinya tanpa harus di tegur terlebih dahulu. Kesadaran dan kepedulian santri ini tak lepas dari teladan dan karisma yang diberikan oleh ustadz-ustadznya, yang dicontohkan langsung oleh para guru dan juga ustadz yang mendidik mereka selama ini. Meneladani guru yang memang seharusnya guru itu memberikan teladan yang baik bagi muridnya.
2. Kendala Yang Dihadapi Dalam Menjalankan Program Eco-Pesantren di Pondok Pesantren Baitul Hikmah
Tidak dapat dipungkiri bahwa akan ada tantangan atau masalah ketika mengimplementasikan sebuah program. Adapun kendala ataupun permasalahan yang akan dihadapi nanti, pastinya sudah di prediksi dan di