• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

1. Sejarah Gerakan Kaum Tani Indonesia.

2.6. Kepala Desa Pematang Lalang Kaki Tangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk.

Keberpihakan Kepala Desa Pematang Lalang kepada PT. Anugerah Tambak Perkasindo terlihat sejak tanggal 29 April 2004, Tumpak Simanjuntak selaku Kepala Desa Pematang Lalang menerima surat dari PT. ATP yang berisikan tentang pertanyaan penyelesaian permasalahan penggarapan tanah milik PT. ATP. Seminggu kemudian, tanggal 10 Mei 2004, Tumpak Simajuntak selaku Kepala Desa Pematang Lalang membahas surat PT. ATP tertanggal 29 April 2004 yang ditujukan kepada Dirut Utara PT. ATP, Kwik Sam HO. Surat tersebut berisikan keterangan antara lain: pada tanggal 02 Mei 2004, telah diadakan rapat koordinasi di kantor kepala desa yang berisikan agar rakyat tidak menguasai lahan tersebut. Dalam hal ini kepada rakyat diadakan sosialisasi supaya meninggalkan lahan dan mengosongkannya sesuai dengan surat pernyatan pada tanggal 12 Ferbruari 2004, dimana permasalahan menjadi tanggung jawab daripada Kepala Desa untuk mengeluarkan para rakyat dari areal PT. ATP dengan bantuan alat kekuasaan negara/kepolisian (Lampiran 35). Dua hari kemudian, 12 Mei 2004, PT. ATP mengeluarkan surat pemberitahuan (hubungannya dengan surat Kepala Desa Pematang Lalang) kepada para penggarap tanah PT. ATP (baca: diklaim oleh PT. ATP). Dan jika tidak diindahkan, akan menggunakan alat negara untuk melakukan pengeluaran tersebut (Lampiran 36).

Awal Januari 2005, tanggal 14-15, PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk menurunkan alat beratnya kelokasi sengketa. Masyarakat yang mengetahui hal itu kemudian merespon dengan memprotes dan berupaya untuk menghentikan aktifitas alat berat tersebut dilahan yang mereka kelola.

Hingga PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk menggugat beberapa warga desa Pematang Lalang yang tidak mau mengindahkan keinginannya untuk keluar dari lahan sengketa. Pada tanggal 21 Februari 2005 dalam sidang gugatan PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk kepada masyarakat Desa Pematang Lalang yang menggarap lahan dan mengelolanya sejak tahun 1984 (salah satunya Edu Tambunan sebagai tergugat III) menyampaikan duplik dalam perkara perdata No. 45/Pdt.G/2005/PN-PL (Lampiran 37).

Sebulan kemudian, diadakan rapat Muspika pada tanggal 19 Maret 2005, yang dihadiri oleh Kapolsek, Koramil, Camat menghadirkan Rakyat Pematang Lalang, Wartawan dan PT. Anugerah Tammbak Perkasindo Tbk. Rapat tersebut tidak berjalan dengan baik. Dan rakyat yang menghadirinya tidak merasa puas akan hal itu. Dalam rapat tersebut, PT. ATP tetap ngotot untuk menanam sawit dan membuat pagar beton.

Dalam kepentingan memperjuangkan kasus sengketa tanah tersebut, masyarakat desa Pematang Lalang kemudian membangun sebuah organisasi tani yang bernama PERTISI (Persawahan Terindah Seluruh Indonesia) yang dipimpin oleh Kamelia Hasibuan. Dalam proses perjuangannya, PERTISI melalui Kamelia Hasibuan mengundang elemen mahasiswa yaitu Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi wilayah Sumatera Utara (Eksekutif Wilayah LMND Sumut) untuk ikut terlibat mendampingi proses perjuangan sengketa tanah tersebut. Kesepakatan pun kemudian didapat dalam pertemuan tersebut, yakni EW LMND Sumut bersedia untuk terus ikut berjuang bersama masyarakat desa Pematang Lalang dan memprogramkan Sekolah Tani bagi petani Pematang Lalang.

Gaung perjuangan kemudian membesar, ditandai dengan menguatnya konsolidasi-konsolidasi beberapa organisasi pro-demokrasi yang sepakat membentuk wadah perjuangan bernama KOPERS (Komite Perjuangan Rakyat Sumatera Utara) yang terdiri dari Komite Pimpinan Wilayah STN Sumatera Utara, Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (JAKER) Sumut, Partai Rakyat Demokratik (PRD) Sumut, Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI) Medan, EW LMND Sumut dan PERTISI yang berkomitmen ikut berjuang bersama masyarakat menuntut hak-hak atas tanah mereka yang dirampas oleh PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk.

Pada tanggal 11 April 2005, masyarakat melakukan demonstrasi ke DPRD Tingkat I Sumatera Utara untuk menyampaikan pesoalan mereka dengan membuat pengaduan kepada lembaga legislative. Aksi demonstrasi tersebut dipinpin oleh yang dipimpin Camelia.87 Dua hari kemudian, DPRD I Sumut melakukan peninjauan lapangan untuk melihat kondisi objektifnya.88

87

Keterangan ini berdasarkan isi surat udangan rapat DPRD-SUMUT, 25 April 2005.

88Ibid.

Tanggal 20 April 2005, dewan mengadakan rapat untuk membahas mengenai kasus sengketa tersebut yang menghasilkan mengundang berbagai instansi untuk melakukan rapat dengar pendapat. Hingga tanggal 25 April DPRD I Sumatera Utara mengeluarkan surat undangan kepada seluruh instansi terkait dan kedua belah pihak yang bersengketa untuk menghadiri rapat dengar pendapat pada tanggal 03 Mei 2005 (Lampiran 38). Dari rapat dengar pendapat yang dlaksanakan di DPRD I Sumatera Utara pada tanggal 03 Mei 2005 menghasilkan beberapa kesimpulan (Lampiran 39):

 Diminta kepada BPN Provinsi Sumatera Utara agar ermat dalam meneliti usulan permohonan HGU oleh perusahaan-perusahaan dan mengevaluasi apakah HGU yang diberikan sesuai dengan peruntukannya, begitu juga dengan luasannya.

 PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk menggunakan lahan tidak lagi sesuai dengan HGU, maka diminta kepada BPN Sumatera Utara/deli Serdang untuk mengevaluasi HGU yang telah diberikan dan diminta kepada PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk untuk melaksanakannya sesuai dengan ketentuan.

 Perlu dilakukan kajian yang mendalam akan permasalahan yang sedang dibahas dan diminta kepada Pemerintah Kabupaten Deli

Serdang, agar terus berupaya untuk menindaklanjutinya/menyelesaikannya dengan arif dan bijaksana.

 Diminta kepada aparat desa dan kecamatan supaya memperhatikan kepentingan-kepentingan masyarakat/ dan adanya jalan yang ditutup oleh PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk supaya dibuka kembali, begitu juga air limbah dari tambak agar jangan sampai masuk merusak areal persawahan masyarakat.

 Komisi A DPRD-SU akan terus berupaya menjadi fasilitator dalam permasalahan ini dan terus akan memantau perkembangannya.

2. 7. Intimidasi, Teror dan Tindak Kekerasan (Tahun 2005).

Pada tangal 30 Mei 2005, PERTISI memberikan surat kuasa pendamping dan pembela masyarakat kepada Liga Nasional Mahasiswa untuk

demokrasi.(Lampiran 40). Tanggal 31 Mei 2005 masyarakat desa Pematang Lalang melakukan aksi demonstrasi ke kantor Gubernur Sumatera Utara dan melaporkan adanya pengusuran secara paksa, intimidasi sehingga masyarakat tidak berani untuk melakukan kegiatan sehari-hari di areal persawahan yang dikuasai dan diusahanya oleh PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk.89

89

Keterangan ini berdasarkan isi surat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara No. 300/2116, 9 Juni 2005.

Hingga bulan Juni 2005 masyarakat Pematang Lalang masi menuai ancaman dan intimidasi dari Orang Tak Dikenal (OTK) dan tanggal 7 Juni 2005, KontraS SUMUT mengirimkan surat permohonan perlindungan hukum kepada Kapolda Sumut untuk rakyat Pematang Lalang menyangkut adanya terror, intimidasi dan lain sebagainya. Nomor surat yang dimaksud 172/B/KontraS-SU/VI/2005 yang ditembuskan kepada: Gubernur SUMUT, KAPOLRI, Direktur LBH Medan, dan Sdri Kamelia (Lampiran 41).

Dua hari setelah KontraS mengirimkan surat permohonan kepada Kapolda-SU, yaitu pada tanggal 9 Juni 2005, Gubernur Sumut yang ditandatangani Sekda Propinsi Sumut, Drs. H. Muhyan Tambuse, mengeluarkan surat menanggapi aksi rakyat tanggal 31 Mei 2005 dengan No: 301/3115 yang ditujukan kepada Bupati Deli Serdang. Kemudian ditembuskan kepada GUBSU, BPN SUMUT, Kakan Pertanahan Deli Serdang, Dirut PT. ATP dan masyarakat Desa Pematang Lalang (Lampiran 42). Namun pada tanggal bersamaan intimidasi dari pihak Orang Tak Dikenal (OTK) pun mulai terjadi terhadap petani di Desa Pematang Lalang. Malam harinya, rakyat Pematang Lalang melakukan musyawarah dengan LMND SUMUT dan KontraS SUMUT. Diputuskan untuk melakukan aksi besar-besaran pada tanggal 20 Juni 2005.

Pada tanggal 13 Juni 2005, pukul 9 WIB 4 orang warga Pematang Lalang bersama Kamelia, 2 orang LMND (Johan dan Fitri) mendatangi POLTABES Medan untuk memuat pengaduan intimidasi dan terror. Laporan diterima pukul 10.30 atas nama pelapor, Denci Panjaitan. Kemudian pukul 11.00 WIB 2 orang staf KontraS Sumut (Sulaiman dan Reynold) datang dan ikut mendampingi warga.

Dengan nomor Surat Tanda Bukti Laporan NO.POL.LP/540/K3/VI/2005/OPS/TABES ditandatangani oleh AIPDA B.L. Tobing (Lampiran 43) serta membuat pernyataan sikap yang dikeluarkan oleh KontraS-Sumut (Lampiran 44). Dua hari kemudian, tanggal 15 Juni 2005 terjadi penganiayaan yang dilakukan oleh Saut Cs (warga desa Pematang Lalang yang menjadi kaki tangan PT. Anugerah Tambak perkasindo) kepada Ibu Simpan Br. Silitonga, saat korban hendak menanam padi di sawah, kemudian Saut Cs datang dan mengatakan kepada Ibu Simpan Br. Silitonga adalah Penggarap tanah dan terjadilah pertengkaran mulut kemudian Saut Cs melakukan pemukulan dan menendang hingga mengeroyok Ibu Simpan Br. Silitonga.90

2. 8. Aksi Protes dan Reklaiming ( Sejak 17 Juni 2005).

Dan pada saat beberapa jam kemudian Ibu Simpan Br. Silitonga melaporkan kejadian tersebut ke polisi dengan surat tanda terima laporan bernomor: STPL/788/K.16/VI/2005/SPK (Lampiran 45).

91

Dua hari kemudian setelah kejadian Ibu Simpan Br. Silitonga, pada tanggal 17 masyarakat Pematang Lalang melakukan aksi untuk merebut kembali

90

Keterangan ini berdasarakan Surat Tanda Penerimaan Laporan bernomor: STPL/788/K.16/VI/2005/SPK.

91

KontraS, Kronologis Bentrokkan yang Terjadi di Desa Pematang Lalang Percut Sei Tuan, 17 Juni 2005.

lahan seluas 360 Ha yang dikuasai oleh PT.Anugerah Tambak perkasindo Tbk, dan dalam aksi tersebut dijaga oleh beberapa preman-preman bayaran yang terindikasi dari salah satu organisasi kepemudaan (OKP) yang ada di kota Medan.

Sejak pagi hari pukul 06.00 Wib, ibu-ibu telah berkumpul. Dan masyarakat terus mengajak warga lainnya untuk berkumpul dan melakukan pematangan aksi. Karena intimidasi preman yang terus dilakukan, maka ibu-ibu terus datang dengan cara sembunyi-sembunyi kelokasi diadakannya aksi.

Pada pukul 09.00 Wib, beberapa warga datang melaporkan rencana aksi yang akan di lakukan ke Polsek Sei Tuan sekaligus memohon perlindungan dari kepolisian untuk menghindari kejadian yang tak diinginkan. Tetapi pihak polisi justru tidak dapat menerima permohonan warga karena permohonan hanya dilakukan secara lisan. Karena tidak digubris oleh pihak kepolisian Percut sei Tuan, warga kembali kekampung untuk mempersiapkan aksinya kemudian.

Pukul 10.00 Wib, warga bergerak langsung kelokasi untuk mengambil tanah yang sudah ditanami kelapa sawit, dan warga membentuk barisan langsung bergerak ke sawah yang diawasi sekitar 20 preman dan ditambah orang yang bekerja untuk menanami sawit. Hingga pukul 11.30 warga bernegosiasi dengan pekerja lading yang didampingi oleh preman. Masyarakat berupaya menjelaskan kepada para pekerja bahwa tanah tersebut adalah milik masyarakat yang diambil oleh PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk. Setelah ada kesepakatan antara warga dan para pekerja, pekerja penanam sawit meninggalkan tempat itu, setelah pekerja pergi warga langsung mencabuti sawit yang ditanam dilahan sengketa.

Kemudian, datanglah polisi dari Kapol Pos Saentis (bernama Ujang) dengan pakain preman menganjurkan kepada warga untuk kembali kerumahnya

masing-masing dan menyelesaikan persoalan ini dengan musyawah dengan pihak PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk, warga menyanggupi sarannya dan mengajak warga lainnya yang sedang mencabuti sawit untuk pulang kerumah. Tetapi pada saat bersamaan warga meninggalkan lokasi aksi, terdengar suara instruksi dari salah seorang preman memerintahkan untuk menyerbu masyakat yang sedang berpaling. Dengan bersenjatakan ‘klewang’92 dan samurai menyerbu warga yang berjarak 5 m dari preman tersebut. Serbuan ini menyebabkan para warga tidak menggunakan senjata dan mayoritas ibu-ibu secara spontan lari terpontang-panting untuk menyelamatkan diri, seperti ungkapan Op. Jonathan Nababan93

Saat kejadian itu, saudara Johan Merdeka (Ketua LMND Medan) yang sebelumnya ikut bernegoisasi yang ada ditengah-tengah preman menjadi sasaran kebrutalan preman, sehingga Johan mengalami luka bacokan di kepala (17 jahitan) dan hantaman balok kayu pada mata sebelah kanan, bagian rahang sehingga beberapa gigi rontok dan pelipisnya mendapat 5 jahitan, dan Johan ditendang-tendang sehingga sekujur tubuhnya mengalami luka yang parah dan

:

“ Saat preman menyerang kami dari belakang, kami lari menyelamatkan

diri masing-masing. Ketika itu saya lari dan tidak memperdulikan apa

saja yang sudah saya pijak ternyata kaki saya sudah terturuk duri sawit,

namun karena saya tidak sadar dan karena ada rasa ketakutan, saya tidak

merasakannya dan saya bersembunyi bersembunyi di sela-sela pohon

sawit yang sambil mawas diri. Sebagian besar kawan-kawan masuk ke

areal persawahan ”

92

Klewang adalah parang dalam ukuran panjang lebih dari 1 meter.

karena dianggap oleh para preman tersebut saudara Johan telah tewas, tubuh Johan lantas dimasukkan kedalam kolam persawahan. Pengeroyokan tersebut dilakukan dihadapan Pak Ujang (Kapol Pos Saentis), namun beliau tidak meresponnya walaupun hanya untuk sekedar melerai.

Sementara warga yang kabur bertahan disebelah jembatan yang berhadapan dengan perkampungan penduduk, saat itu kondisi warga sudah mulai tenang tetapi tiba-tiba dari arah PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk keluar beberapa preman dengan mengendarai sepeda motor sambil mengacungkan samurai kearah kumpulan massa. Hal inilah kemudian yang membuat emosi massa memuncak dan terjadilah bentrokkan berikutnya dengan preman teersebut. Saat bentrokan tersebut 3 orang warga menjadi korban kekejaman preman dan salah satunya dalam kondisi kritis dengan luka bacokan samurai dan tikaman pisau disekujur tubuhnya.

Pada pukul 14.00 Wib, pihak preman mundur ke lokasi PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk, sementara warga kembali kerumahnya masing-masing. Kemudian masyarakat melakukan penyerangan kembali dengan menjemput warga yang dianiaya serta memangil warga lainnya untuk mendapatkan pertolongan, kemudian warga desa melampiaskan kemarahan mereka dengan melakukan pembakaran terhadap salah satu posko serta 3 unit sepeda motor dilokasi kejadian. Setelah itu warga kembali kerumahnya,

Tepatnya pukul 14. 30 datang pihak kepolisian dari Poltabes Medan dan Kapolsek Percut Sei Tuan (Bapak Muriada) beserta 10 orang petugas kepolisian yang meminta keterangan dari warga. Sekitar 2 (dua) truk dari kepolisian menangkap sekitar 26 orang dilokasi kejadian pertambakan PT. Anugerah

Tambak Perkasindo Tbk yang melakukan penyerangan terhadap warga dan pihak kepolisian melakukan penahanan terhadap beberapa tersangka.

Pada tanggal 19 Juni 2005, rakyat Pematang Lalang Temu Kampung dihadiri sebagian besar rakyat setempat, massa yang hampir mencapai 250 orang, dan siap berjuang hingga titik darah penghabisan. Dari temu kampong yang diadakan, terungkap kompleksitas permasalahan di Pematang Lalang, diantaranya: masalah penembakan tahun 1998, dugaan korupsi TIR, dengan penyelewengan beras, dugaan penyelewengan bibit, dugaan korupsi APBDES, dugaan penjualan tanah secara illegal, dan lain segalanya. Pada hari yang sama, Polsek Percut Sei Tuan mengirimkan surat ke Pimpinan RS Pringadi Medan untuk meminta visum luka/memar atas nama Parulian Simajuntak dengan nomor surat: VER/371/VI/2005/SPK (Lampiran 46).

Tiga hari kemudian, pada tanggal 21 Juni 2005, Polsek Percut Sei Tuan mengirimkan surat ke pimpinan RS Pringadi Medan untuk meminta visum luka/memar atas nama:

 Johan Merdeka, dengan nomor surat: VER/375/VI/2005/SPK (Lampiran 47),

 Jontir TP.Bolon, dengan nomor surat: VER/378/VI/2005/SPK (Lampiran 48).

 Tongam Simanjuntak, dengan nomor surat:

VER/376/VI/2005/SPK (Lampiran 49).

Pada tanggal 2 Juli 2005, Johan Merdeka, Denci, dan dua orang masyarakat Pematang Lalang membuat pengaduan tindak kekerasan yang didampingi oleh kontras. Dua hari setelah itu, tanggal 4 Juli 2005, aksi KOPERS dibagi dua. Satu

kelompok (dipimpin oleh Anjur Silitonga aksi di Pengadilan Negeri Deli Serdang sekaligus menghadiri sidang Korupsi Beras Miskin yang dilakukan oleh Kepala Desa Pematang Lalang , Tumpak Simanjuntak). Kasus yang ditangani oleh jaksa penuntut umum Evi Rayani SH ini telah memakan waktu 5 bulan sampai menuju sidang pemanggilan Sakti. Sidang selanjutnya pada hari Rabu (13 Juli 2005) dikarenakan jaksa penuntut umum tidak mampu menghadirkan terdakwa, dengan alasan sakit gula dan sedang dirawat dirumah sakit. Padahal paginya warga melihat yang bersangkutan nongkrong di kedai kopi. Saksi yang dipanggil James, Anjur Silitonga, dan Rajali. Sedangkan satu kelompok lagi aksi di DPRD SUMUT, karena pada saat yang bersamaan DPRD SUMUT memanggil Kapolda Sumut untuk mendengarkan keterangan tentang kasus Desa Pematang Lalang dan DPRD Sumut mengeluarkan surat rencana pertemuan Gubsu, BPN Sumut, Bupati Deli Serdang, PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk, Pardamean Simanjuntak br Pardede dan Kamelia dkk pada tanggal 11 Juli 2005 di DPRD Sumut.

Pada tanggal 6 September 2005, PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk mendaftarkan gugatan di Pengadilan Negeri Lubuk Pakam. Esok harinya tanggal 7 September 2005, masyarakat Desa Pematang Lalang melakukan aksi ke DPRD SUMUT, perihal perampasan tanah yang diklaim oleh pihak PT. ATP sebagai miliknya. Dua minggu kemudian tertanggal 22 September 2005, penangkapan warga Desa Pematang Lalang yang bernama Muster Tampubolon, yang dilakukan Polisi Poltabes Medan. Ia (Muster) disangka telah melanggar pasal 160 KUHP (menghasut orang lain untuk melakukan perbuatan pidana). Tetapi penangkapan terhadap Muster Tampubolon bukan seperti yang disangkakan, melainkan ia

disuruh untuk menandatangani surat untuk keluar dari lahan yang dirampas PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk.

2. 9. Lahirnya Serikat Tani Nasional Desa Pematang Lalang.

November tahun 2005, pimpinan PERTISI Kamelia Hasibuan pergi meninggalkan masyarakat Pematang Lalang dengan alasan karir. Hal ini jelas membuat masyarakat bingung dan panik. Masyarakat yang belum terbiasa berorganisasi sebelumnya, apalagi menyangkut persoalan perjuangan sengketa tanah akhirnya meminta bantuan kepada Eksekutif Wilayah Liga Mahasiwa Nasional Demokratik (EW-LMND) untuk segera menuntaskan kebisuan perjuangan mereka.

Awal Desember 2006, EW LMND Sumut mengundang Komite Pimpianan Wilayah STN Sumut untuk hadir dalam rapat masyarakat desa Pematang Lalang dengan agenda pembahasan tindak lanjut perjuangan masyarakat desa Pematang Lalang serta membicarakan tentang kondisi internal organisasi PERTISI. Pertemuan itu dihadiri oleh masyarakat desa Pematang Lalang, Robert Sihombing (Ketua EW LMND Sumut), Rinaldi (Sekretaris EW LMND Sumut), Sintong Pardosi (Ketua KPW STN Sumut) dan Randy Syahrizal (Sekretaris KPW STN Sumut). Pertemuan itu juga menghasilkan beberapa poin, diantaranya:

4. Masyarakat desa Pematang Lalang sepakat bergabung menjadi anggota STN ditingkat desa.

5. Masyarakat desa Pematang Lalang bersumpah untuk tetap berjuang menuntut hak-hak petani Pematang Lalang.

6. Masyarakat desa Pematang Lalang ikut aktif dalam segala perjuangan melawan segala bentuk penindasan dan patuh menjalankan segala keputusan dan arahan kerja-kerja perjuangan STN.

Pertemuan tersebut juga menghasilkan rekomendasi untuk membuat Konferensi Desa dalam kepentingan membangun cabang STN Sumut tingkat desa serta membahas dan menetapkan program kerja organisasi.

Pada tanggal 8 Maret 2006 diadakan Konferensi Desa di Desa Pematang Lalang yang dihadiri oleh seluruh anggota yang dulunya bergabung didalam PERTISI. Dalam sidang pembahasan program organisasi, masyarakat Pematang Lalang membahas program STN secara nasional, yakni tuntutan atas Tanah, Modal, Tekhnologi Murah-Massal untuk Pertanian kolektif di Bawah Kontrol Dewan Tani/Rakyat sebagai program sejati, Tiga Tugas Mendesak meliputi Kampanye dan Front, Radikalisasi dan Strukturisasi sebagai Strategi-Taktik Organisasi serta pembangunan kelompok-kelompok tani, seksi-seksi pemuda tani serta seksi-seksi perempuan tani sebagai penopang kerja-kerja perjuangan STN.94

Pada tanggal 14 November 2005, PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk, melakukan pemagaran berupa tembok beton di lahan/tanah milik warga Pematang Lalang, sementara di lahan/tanah tersebut ada tanaman padi milik warga yang siap untuk dipanen. Pada hari yang sama warga Desa Pematang Lalang mengadukan hal tersebut ke POLSEK Percut Sei Tuan, akan tetapi pengaduan tersebut tidak Sidang selanjutnya membahas tentang pemilihan pengurus, yang berhasil memilih kepengurusan, yakni: Mangara Rumapea (Ketua KPD STN Pematang Lalang) dan Rondauli Sinaga (Sekretaris KPD STN Pematang Lalang).

94

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Serikat Tani Nasional (AD/ART-STN),

Tanah, Modal, Teknologi yang Modern, Murah, Massal untuk Pertanian Kolektif di Bawah Dewan Rakyat/Tani, Yogyakarta, 2 April 2006, hal. 1.

ditanggapi, dengan alasan kasus tersebut bukan wewenang dan tanggung jawab dari Polsek Percut Sei Tuan, melainkan wewenang dan tanggung jawab dari Poltabes Medan.

Kurang lebih tiga bulan setelah peristiwa itu, pada tanggal 2 Maret 2006, Komite Pimpinan Desa Serikat Tani Nasional (KPD-STN) Desa Pematang Lalang melakukan aksi Massa menuju kantor Bupati Deli Serdang. Pada saat longmarch menuju kantor bupati, sebanyak belasan preman bayaran yang dipimpin oleh

Johnson Sihombing, yang diduga orang bayaran Ishak Charlie95 menyerang 1 orang

peserta aksi yang bernama Irawanto (Ketua Eksekutif Kota Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi/LMND Kota Medan) hingga mengalami luka dikepala. Pada saat terjadinya peristiwa penyerangan tersebut, Fatimah Br Nababan (Perempuan 24 thn) yang berbaris tepat disebelah kanan korban juga mendapat tendangan dibagian pinggul hingga jatuh tersungkur.96

95

Johnson Sihombing adalah orang yang pernah mengancam masyarakat atas nama pekerja PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk.

96

Keterangan Fatimah br Nababan (seorang korban tindak kekerasan ketika peristiwa bentrokan warga desa Pematang Lalang yang merebut kembali tanah mereka dengan pihak preman bayaran Isak Charlie (Pengusaha PT. AnugerahTambak Perkasindo Tbk), Selasa, 13 Maret 2008.

Peristiwa keji dan tidak manusiawi yang digambarkan diatas sangat jelas menggambarkan bagaimana ketidakadilan dan kekerasan yang dialami petani yang berusaha memperjuangkan hak atas tanah mereka yang dirampas oleh PT.ATP yang dipimpin oleh seorang pengusaha Ishak Charlie. Tindakan kekerasan dilakukan bahkan dilindungi oleh kekuatan modal yang dimiliki sehingga hukum yang ada tidak lagi berpihak pada yang benar (rakyat) tetapi menjadi milik penguasa (pemodal/kapitalis) yang bekolaborasi dengan negara/alatnya.

Padahal, tanah tersebut adalah satu-satunya alat produksi yang dimiliki oleh mayoritas masyarakat bahkan sumber penghidupan utama keluarga buruh tani Desa Pematang Lalang. Dan karena alasan yang melemahkan posisi kepemilikan tanah masyarakat tersebut (yaitu surat tanda kepemilikan atas tanah), pengusaha yang adalah kaki tangan kaum Imperialis dengan tega dan cara keji menduduki tanah tersebut untuk menjalankan proyek yang memperkaya mereka dan mengorbankan kesejahteraan rakyat mayoritas.

2. 10. Hak-hak Masyarakat Desa pematang Lalang.

Dalam Masalah yang menimpa masyarakat desa PematangLalang Kecamatan Percut sei tuan Kabupaten Deli Serdang sumatera Utara, masyarakat Pematang Lalang berhak atas Tambak Inti sebesar 40 %. Hal ini sesuai dengan stement Badan Pertanahan (BPN) bahwa syarat-syarat keluarnya Hak Guna Usaha (HGU) tersebut diantaranya:

 Tanah yang diberikan dengan HGU kepada PT. Anugerah Tambak Perkasindo Tbk harus di gunakan untuk usaha tambak udang yang telah mendapat persetujuan dari instansi terkait.