• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPEMILIKAN LIVELIHOOD ASSET RUMAHTANGGA

Dalam usaha melakukan strategi nafkah, suatu rumahtangga harus mempunyai modal nafkah (livelihood asset). Livelihood Menurut Ellis (2000) lima modal tersebut adalah modal sumber daya alam (natural capital) yaitu modal yang diperoleh dari alam atau lingkungan baik sumber daya yang dapat diperbaharui ataupun tidak dapat diperbaharui seperti air, tanah, kayu atau sumber daya mineral seperti minyak, emas, dan lain sebagainya. Modal fisik (physical capital) yaitu modal yang dapat diciptakan oleh manusia yang berbentuk infrastruktur seperti sistem irigasi, jalan, dan lain sebagainya. Modal manusia (human capital) yaitu modal yang dimiliki atau ada dalam diri manusia, seperti tenaga kerja yang tersedia dalam rumahtangga yang dilihat dari pendidikan, ketrampilan, dan kesehatan. Modal finansial (financial capital and subtitutes) yaitu modal yang berupa uang yang dapat digunakan untuk modal pencarian nafkah berupa uang tunai, tabungan, ataupun akses dan pinjaman. Modal sosial (social capital) yaitu berupa kepercayaan (trust), jaringan kerja (networking), oraganisasi dan segala bentuk hubungan untuk bekerja sama serta memberikan bantuan untuk memperluas akses terhadap kegiatan ekonomi.

Modal nafkah tersebut adalah asset yang digunakan rumahtangga untuk melakukan aktivitas nafkahnya. Berdasarkan data di lapang diperoleh bahwa

livelihood asset yang dimiliki rumahtangga petani hutan rakyat adalah modal manusia, modal fisik, modal alam, modal sosial, dan modal finansial. Modal manusia dilihat dari kelompok usia responden, banyaknya anggota rumahtangga yang bekerja, tingkat pendidikan, dan keterampilan yang dimiliki. Modal fisik meliputi luas penguasaan lahan, kepemilikan hewan ternak, kepemilikan hewan bermotor. Selain itu modal fisik yang dimanfaatkan rumahtangga dalam melakukan aktivitas nafkahnya adalah alat-alat pertanian serta infrastruktur meliputi saluran irigasi, listrik dan jalan. Modal alam terdiri atas kepemilikan kayu dan sumber daya alam lain yaitu sumber mata air. Modal sosial dapat dilihat dari kepemilikan jaringan, keterlibatan dalam suatu perkumpulan, dan kekuatan hubungan antar sesama anggota masyarakat. Modal finansial meliputi akses terhadap pinjaman, kemampuan menabung, dan penerimaan remitan. Kelima modal tersebut dimainkan sedemikian rupa oleh rumahtangga dalam melakukan strategi nafkah untuk menghasilkan pendapatan.

Modal Manusia

Modal manusia adalah modal yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri. Modal ini merupakan modal utama yang dimiliki oleh indvidu dalam melakukan aktivitas nafkah. Bagi rumahtangga petani lapisan bawah dengan penguasaan lahan sempit, anggota rumahtangga merupakan aset utama untuk memperoleh pendapatan. Modal ini terdiri atas usia, pendidikan, alokasi pekerja dalam rumahtangga, dan keterampilan yang dimiliki. Modal manusia akan mempengaruhi jenis pekerjaan yang dilakukan rumahtangga.

Kelompok usia

Usia pada responden mempengaruhi aktivitas yang dilakukannya. Usia muda biasanya lebih mempunyai kualitas fisik yang baik sehingga dapat melakukan berbagai macam aktivitas, sedangkan pada usia golongan tua biasanya tenaga yang dimiliki semakin berkurang sehingga tidak dapat melakukan banyak aktivitas. Usia responden berada pada rentang 25 tahun hingga 75 tahun.

Tabel 6.1 Kelompok usia responden di Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun 2013-2014

No Kelompok usia Sejati Selomarto

Jumlah % Jumlah %

1 25-45 tahun 11 37 7 23

2 46-60 tahun 16 53 22 73

3 >60 tahun 3 10 1 4

Total 30 100 30 100

Sumber: Data primer

Berdasarkan Tabel 6.1 terlihat bahwa kelompok usia tua yaitu lebih dari 60 tahun di kedua desa hanya empat atau sekitar 13%. Pada golongan usia ini aktivitas nafkah yang dilakukan adalah intensif pada pertanian secara luas yaitu mengolah lahan dan mengurus ternak. Mayoritas responden berada pada kelompok usia 46 hingga 60 tahun yang mencapai 63% Pada usia golongan ini aktivitas nafkah yang dilakukan beragam, selain mengolah sawah juga bekerja di luar sektor pertanian seperti buruh, dagang, atau PNS. Pada golongan usia muda antara 25 tahun hingga 45 tahun mereka lebih intensif pada sektor non pertanian atau bekerja ke luar kota sebagai buruh mengingat tenaga yang mereka miliki masih baik.

Alokasi pekerja dalam rumahtangga

Tingkat alokasi pekerja rumahtangga adalah banyaknya anggota rumahtangga yang melakukan aktivitas nafkah. Mayoritas rumahtangga dapat dikatakan sebagai ulet karena banyaknya anggota rumahtangga yang terlibat mencari nafkah. Dalam usaha tani mereka melibatkan istri. Banyaknya anggota rumahtangga yang bekerja adalah antara satu hingga empat orang.

Tabel 6.2 Tingkat alokasi pekerja dalam rumahtangga responden di Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun 2013-2014

No Alokasi pekerja dalam rumahtangga

Sejati Selomarto

Jumlah % Jumlah %

1 Tinggi (3 atau lebih yang

bekerja) 4 13 7 33

2 Sedang (2 yang bekerja) 23 77 20 67

3 Rendah (1 yang tangga bekerja) 3 10 3 10

Total 30 100 30 100

Mayoritas rumahtangga menunjukkan bahwa tingkat alokasi pekerja di kedua desa adalah sedang. Anggota rumahtangga yang bekerja biasanya adalah kepala rumahtangga dan istri. Hal ini dikarenakan anggota lain seperti anak masih sekolah. Alokasi pekerja tinggi adalah mereka yang mempunyai anak sudah tidak bersekolah dan bekerja. Anak yang sudah bekerja adalah anak yang sudah lulus SMA atau mereka yang belum lulus SMA namun sudah bekerja karena tuntutan ekonomi. Hal ini terlihat di Desa Sejati yang menunjukkan bahwa tingkat alokasi pekerja rumahtangga sebagian besar tinggi. Alokasi pekerja rumahtangga rendah umunya mereka yang masih mempunyai anak balita yang tidak bisa bekerja karena harus mengurus anak atau rumahtangga dengan pendapatan tinggi dari kepala rumahtangga saja.

Pendidikan

Pendidikan adalah jenjang pendidikan yang berhasil ditempuh. Pendidikan merupakan faktor penting untuk mendapatkan pekerjaan. Tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan seorang mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Rentang tingkat pendidikan responden antara tidak sekolah hingga tamat SMA. Tabel 6.3 Tingkat pendidikan responden di Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun

2013-2014

No Pendidikan Sejati Selomarto

Jumlah % Jumlah %

1 Tinggi (tamat SMA) 4 13 3 10

2 Sedang (tamat SMP) 8 27 6 20

3 Rendah (tidak sekolah/

tidak tamat SD/ tamat SD) 18 60 21 70

Total 30 100 30 100

Sumber: Data primer

Terlihat bahwa mayoritas tingkat pendidikan di kedua desa rendah. Banyak responden yang tidak bersekolah, tidak tamat SD, atau tamat SD. Hal ini dikarenakan kesulitan ekonomi menjadi kendala utama. Tingkat pendidikan ini berpengaruh pada aktivitas nafkah yang dilakukan seseorang. Mayoritas pekerjaan masyarakat adalah petani dan buruh karena pendidikan mereka rendah. Mereka menganggap pekerjaan tersebut yang dapat mereka lakukan dengan keterbatasan pendidikan yang mereka miliki. Pekerjaan sebagai petani atau buruh di mata mereka tidak perlu pendidikan yang tinggi. Tidak ada responden yang menamatkan pendidikannya hingga perguruan tinggi. Ada responden yang menamatkan pendidikan hingga SMA dan sekarang bekerja sebagai PNS.

Keterampilan

Keterampilan adalah kemampuan khusus yang dimiliki seseorang. Keterampilan ini diperoleh baik secara alami atau pelatihan. Keterampilan ini adalah keterampilan selain keterampilan bertani. Keterampilan yang ditemukan di kedua desa adalah membuat kayu arang dan membuat kerajinan.

Tabel 6.4 Tingkat kepemilikan keterampilan responden di Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun 2013-2014

No Kepemilikan keterampilan Sejati Selomarto

Jumlah % Jumlah %

1 Tinggi (memiliki keterampilan) 2 7 2 7

2 Sedang (tidak memiliki

keterampilan) 28 93 28 93

Total 30 100 30 100

Sumber: Data primer

Berdasarkan Tabel 6.4 terlihat bahwa mayoritas rumahtangga di kedua desa memiliki keterampilan rendah. Responden yang memiliki keterampilan hanya empat orang. Keterampilan yang dimiliki dan dimanfaatkan untuk menghasilkan pendapatan di kedua desa beragam. Di Desa Sejati terdapat usaha pembuatan barang meubel seperti meja, kursi, kusen, dan sebagainya. Ada juga keterampilan membuat kerajinan tangan dengan menggunakan limbah kayu menjadi barang-barang hiasan. Keterampilan ini diperoleh dari pelatihan. Di Selomarto keterampilan yang dimanfaatkan rumahtangga adalah keterampilan pembutan kayu arang yang dijadikan industri rumahtangga.

Modal Fisik

Modal fisik merupakan benda atau sesuatu yang dimiliki oleh rumahtangga yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Modal fisik ini meliputi infrastruktur yang ada di desa yang dimanfaatkan untuk menunjang kelangsungan aktivitas nafkah. Infrastruktur ini meliputi sistem irigasi yang digunakan petani Desa Sejati, infrastruktur lainnya yang ada di kedua desa adalah listrik dan jalan desa. Jalan ini banyak dilalui oleh kendaraan besar seperti truk pengangkut kayu. Truk atau mobil besar lainnya ini yang menyebabkan jalanan cepat mengalami kerusakan walaupun telah mengalami tambal sulam.

Alat-alat lain yang dapat membantu dalam pengolahan sawah seperti traktor. Rumahtangga baik di Desa Sejati maupun Desa Selomarto menggunakan traktor dengan sistem sewa. Traktor ini milik bersama sehingga jika menyewa mereka hanya mengeluarkan uang untuk biaya tenaga dan bahan bakar.

Kategori modal fisik lainnya adalah penguasaan aset peroduksi berupa sawah, tegal, pekarangan, dan lahan lain yang dikelola rumahtangga untuk menghasilkan pendapatan. Kepemiikan barang berharga seperti motor, mobil dan hewan ternak juga termasuk dalam modal fisik. Barang berharga tersebut digunakan sebagai alat untuk mendapatkan penghasilan atau sebagai aset yang dapat digunakan jika ada keperluan mendadak.

Penguasaan lahan

Luas penguasaan lahan adalah lahan yang bukan hanya dimiliki namun juga dikuasai oleh rumahtangga dengan berbagai cara. Lahan terdiri atas sawah, pekarangan, tegalan, dan lahan lain yang digarap oleh rumahtangga.

Tabel 6.5 Tingkat penguasaan lahan rumahtangga responden di Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun 2013-2014

No Penguasaan lahan Sejati Selomarto

Jumlah (%) Jumlah (%)

1 Luas (> 1 hektar) 6 20 8 26

2 Sedang (0,5 hingga 1 hektar) 18 60 15 50

3 Sempit (< 0,5 hektar) 6 20 7 24

Total 30 100 30 100

Sumber: Data primer

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa proporsi luas penguasaan lahan antara dua desa menunjukkan proporsi yang hampir sama. Rumahtangga lapisan menengah yang menguasai lahan sedang mendominasi. Biasanya lahan yang dimiliki oleh rumahtangga ini adalah tegalan dan sawah yang tidak begitu luas sekitar satu kotak. Mayoritas rumahtangga lapisan atas umumnya mempunyai lahan berupa tegalan yang luasnya hampir satu hektar sektar lahan lain seperti sawah dan pekarangan. Tegalan inilah yang banyak ditanami tanaman kayu- kayuan. Pada lapisan menengah ada beberapa yang mempunyai tegalan namun hanya sekitar satu kotak2 dan sawah. Lapisan bawah umumnya hanya menguasai sawah dan pekarangan. Lapisan bawah menanam kayu-kayuan pada pekarangan rumah atau pinggiran sawah.

Rumahtangga tidak hanya menguasai lahan miliknya sendiri. Namun juga lahan milik orang lain. Hal ini dilakukan untuk menambah lahan garapan karena lahan yang dimiliki khususnya berupa tegalan atau lahan sempit kurang dapat memberi hasil yang maksimal. Untuk mendapat lahan garapan tambahan rumahtangga melakukan berbagai cara. Pada Tabel 6.6 berikut merupakan bentuk penguasaan lahan yang ada di kedua desa.

Tabel 6.6 Bentuk penguasaan lahan di Desa Sejati dan Desa Selomarto

No Bentuk Pengertian

1 Milik sendiri Lahan yang dimiliki atas nama sendiri yang diperoleh dengan membeli atau warisan

2 Bagi hasil Lahan orang lain yang digarap kemudian hasilnya di dibagi dua antara pemilik dan penggarap

3 Sewa Lahan yang disewa dari orang lain atas suatu kesepakatan 4 Lelang Lahan yang dimiliki oleh desa kemudian dilelang kepada

warga dengan sistem lelang pada umumnya kemudian hasil lelang diguakan untuk kesejahteraan perangkat 5 Bengkok Lahan yang diberikan kepada perangkat desa untuk dolah

sebagai pegganti upah Sumber: Data primer

Pada umumnya lahan yang digarap merupakan lahan milik sendiri, karena semua rumahtangga memiliki lahan sendiri baik itu berupa tegal, sawah, atau

2

pekarangan. Namun bagi rumahtangga yang hanya memiliki lahan sempit mereka akan berusaha untuk mendapat lahan garapan lagi. Di Desa Sejati banyak lahan yang digarap oleh petani yang merupakan lahan lelang. Lahan tersebut berupa sawah yang dimiliki oleh desa kemudian ditawarkan oleh warga dengan cara melelang. Harga lelang bervariasi, tergantung luas dan keadaan sawah. Keadaan sawah yang dimaksud adalah kualitas kesuburan tanah dan sistem irigasi. Desa Selomarto sendiri sawah lelang tidak ada karena sawah desa kualitasnya tidak bagus sehingga jika mereka melelang akan merasa rugi.

“Saya punya tegalan satu hektar lebih di dekat gunung. Di sana

ditanami jati semua soalnya ngga bisa buat nanam padi atau palawija. Sekarang saya ikut lelang sawah saya dapat dua bau3 dengan harga lelang kemarin Rp9 000 000 per tahun. Tidak rugi soalnya dapatnya juga banyak setahun bisa panen tiga kali, rata-rata panennya sampai 100 karung4” (Ibu Msd, 60 tahun). Kepemilikan hewan ternak

Modal fisik lain yang berperan penting dalam kehidupan petani di kedua desa ini adalah hewan ternak yaitu sapi atau kambing. Hewan ternak bagi rumahtangga adalah suatu aset yang dapat digunakan jika ada keperluan mendadak seperti tabungan. Hewan ternak lain yang dimiliki adalah ayam dan bebek. Kedua hewan tersebut dipelihara pada umumnya tidak dijual melainkan dikonsumsi sendiri. Namun jika perlu uang atau merasa ternak yang dimiliki terlalu banyak mereka akan menjualnya.

Tabel 6.7 Tingkat kepemilikan hewan ternak rumahtangga responden di Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun 2013-2014

No Kepemilikan ternak Sejati Selomarto

Jumlah % Jumlah %

1 Tinggi (memiliki >1 sapi atau

sapi dan kambing) 16 53 13 43

2 Sedang (memiliki 1 sapi atau 5

kambing) 8 27 10 33

3 Rendah (tidak memiliki sapi/

kambing) 6 20 7 23

Total 30 100 30 100

Sumber: Data primer

Tabel 6.7 menunjukkan bahwa 78% rumahtangga memiliki hewan ternak. Hanya 22% tidak memiliki hewan ternak. Tingkat kepemilikan hewan ternak di Desa Sejati lebih tinggi walaupun selisihnya tidak jauh. Hal ini dikarenakan rumahtangga di Desa Sejati banyak yang mengintensifkan pada sektor pertanian.

3

Istilah untuk ukuran tidak baku satu bau sama dengan dua kotak. Satu bau jika dikonverensi ke ukuran baku sekitar 7000 m2

4

Bagi rumahtangga petani murni atau mereka yang intensif pada sektor pertanian akan berusaha mempunyai hewan ternak sebagai aset berharga.

Apabila hewan ternak dijual, uang hasil penjualan tidak dihabiskan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan tertentu, mereka berusaha untuk menyisihkan uang hasil penjualan untuk membeli ternak lagi dengan ukuran yang lebih kecil. Namun jika terpaksa uang habis, mereka akan menggunakan sistem

gado agar tetap bisa mengurus hewan ternak. Gado adalah salah satu bentuk penguasaan hewan ternak dengan mengurus hewan ternak milik orang lain hingga beranak yang didasarkan dengan berbagai kesepakatan. Anak dibagi dua jika jumlahnya lebih dari satu. Jika hanya satu anak kemungkinan anak dijual dan uang hasil penjualan dibagi.

Kepemilikan kendaraan bermotor

Kepemilikan benda berharga lainnya adalah kendaraan bermotor. Sepeda motor biasa digunakan rumahtangga untuk ke sawah, mengangkut hasil panen, dan mengangkut makan ternak. Kendaraan bermotor jenis lain adalah mobil dan truk. Mobil digunakan untuk mencari nafkah dengan dibuat angkutan umum. Truk digunakan untuk mengangkut kayu atau disewakan.

Tabel 6.8 Tingkat kepemilikan kendaraan bermotor rumahtangga responden di Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun 2013-2014

No Kepemilikan kendaraan Sejati Selomarto

Jumlah % Jumlah %

1 Tinggi (memiliki >1 sepeda

motor dan/ mobil dan/ truk) 7 23 11 37

2 Sedang (memiliki 1 sepeda

motor) 19 63 18 60

3 Rendah (tidak memiliki

kendaraan bermotor) 4 13 1 3

Total 30 100 30 100

Sumber: Data primer

Tabel 6.8 menunjukkan bahwa 83% di kedua desa mempunyai kendaraan bermotor. Pada umumya rumahtangga memiliki sepeda motor. Dengan adanya sepeda motor ini sekarang banyak petani yang pergi ke sawah dengan mengendarai motor. Tidak ada rumahtangga yang memanfaatkan motor untuk ojeg mengingat sudah banyak rumahtangga yang memiliki sepeda motor sendiri. Banyaknya orang yang memiliki motor selain karena kebutuhan faktor pendukung lain adalah kemudahan mendapatkannya dengan sistem kredit. Banyak rumahtangga yang memanfaatkan sistem ini untuk dapat memiliki sepeda motor.

Truk hanya dimiliki para bakul kayu sebagai sarana pengangkutan kayu. Namun tidak semua bakul mempunyai truk. Mereka yang tidak mempunyai truk dikarenakan biaya perawatan yang tinggi. Kepemilikan kendaraan bermotor lainnya adalah mobil. Ada satu rumahtangga di Desa Selomarto yang memanfaatkan mobilnya sebagai sumber utama penghasilan. Mobil tersebut digunakan sebagai sarana transportasi yang setiap harinya dikemudikan sehingga menghasilkan pendapatan.

Modal Alam

Modal alam merupakan modal yang berasal dari alam dan tersedia di sekitar lingkungan manusia. Modal alam ada yang dapat diperbaharui seperti air, kayu dan ikan serta yang tidak dapat diperbaharui seperti emas dan batubara. Modal alam ini dapat memberikan manfaat secara langsung maupun tidak langsung terhadap masyarakat sekitar hutan. Hutan selain bermanfaat secara ekonomis juga bermanfaat untuk mencegah kekeringan dan erosi. Sumber daya yang dapat diperoleh dari hutan dalam hal ini mengacu pada kayu.

Modal alam lainya adalah mata air untuk irigasi sawah petani. Dalam hal ini Desa Sejati dapat memanfaatkan sumber mata air dari Sumber Mata Air Kakap dan Sumber Air Teleng. Sumber mata air ini tidak hanya digunakan untuk irigasi sawah petani. Sumber air digunakan untuk keperluan mandi, cuci, dan minum. Namun hanya beberapa rumahtangga memilih untuk memanfaatkan dengan memasang pipa–pipa air. bBnyak rumahtangga yang menggunakan air sumur dan PAM. Untuk daerah Desa Sejati, galian sumur sulit dibuat sehingga rumahtangga harus memasang PAM dan membayarnya tiap bulan sesuai jumlah pemakaiannya. Kepemilikan kayu

Kayu digunakan rumahtangga sebagai tabungan jika terjadi hal yang mendadak. Kayu yang dapat menghasilkan nilai ekonomis bukan hanya kayu yang besar dan berumur tua, namun juga kayu bagian rantingnya yang dijual atau diolah dahulu untuk menghasilkan arang. Semua rumahtangga yang menjadi responden merupakan rumahtangga yang memiliki pohon kayu. Pohon kayu yang dimiliki rumahtangga berkisar antara belasan hingga ratusan pohon.

Tabel 6.9 Tingkat kepemilikan kayu rumahtangga responden di Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun 2013-2014

No Kepemilikan batang pohon kayu

Sejati Selomarto

Jumlah % Jumlah %

1 Tinggi (memiliki > 50 batang) 15 50 18 60

2 Sedang (memiliki 20-50 batang) 5 17 7 23

3 Rendah (memiliki < 20 batang) 10 33 5 17

Total 30 100 30 100

Sumber: Data primer

Tingkat kepemilikan kayu di kedua desa memperlihatkan bahwa sebagian rumahtangga memiliki kayu dengan kategori tinggi. Jenis kayu yang ditanam adalah jati, mahoni, akasia, trembesi dan sengon. Mayoritas rumahtangga menanam jati karena kualitasnya paling bagus dan harganya paling mahal. Rumahtangga ini biasanya rumahtangga yang menguasai lahan tegalan yang luas. Tegalan ini yang banyak ditamani tanaman kayu-kayuan. Tingkat kepemilikan rendah adalah rumahtangga yang menanam kayu di pekarangan rumah dan hanya digunakan sebagai pembatas sehingga jumlahnya hanya sedikit. Tingkat penguasaan lahan berhubungan dengan tingkat kepemilikan kayu.

Sumber: Data primer

Gambar 6.1 Hubungan tingkat penguasaan lahan dan tingkat kepemilikan kayu rumahtangga responden di Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun 2013-2014 (%)

Terlihat bahwa tingkat penguasaan lahan memiliki hubungan dengan tingkat kepemilikan kayu. Hal ini juga terlihat pada hasil uji hubungan dimana nilai sig 0,000 (> 0,01) maka menyatakan hubungan nyata (lampiran 3). Semua rumahtangga lapisan atas di kedua desa memiliki kayu dengan kategori tinggi. Hal ini dikarenakan lapisan atas mempunyai tegalan yang ditamani tanaman kayu- kayuan. Hal sebaliknya terlihat pada rumahtangga lapisan bawah terutama di Desa Sejati yang semua rumahtangga memiliki kayu dengan kategori rendah. Umumnya mereka hanya menanam tanaman kayu di pekarangan rumah sehingga jumlahnya hanya sedikit. Sedangkan untuk lapisan menengah menunjukkan hasil yang beragam karena jenis lahan yang dikuasai baik jenis dan luasnya beragam.

“Hampir semua warga di seluruh Kecamatan Giriwoyo ini mempunyai kayu baik di hutan maupun di pekarangan rumah. Kayu digunakan sebagai tabungan jika sewaktu-waktu terjadi keperluan mendadak. Namun untuk golongan menengah ke atas (kaya), kayu digunakan suatu hal yang dapat meninmbulkan kesenangan dan kebanggan seperti halnya orang memelihara burung” (Bapak Swr, Penyuluh PPL Kecamatan Giriwoyo).

Modal Sosial

Modal sosial adalah segala bentuk hubungan berupa kepercayaan (trust),

jaringan kerja (networking), oraganisasi atau hubungan untuk bekerja sama serta memberikan bantuan untuk memperluas akses terhadap kegiatan ekonomi. Modal

100 50 0 100 53 29 0 28 0 0 27 43 0 22 100 0 20 29 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Atas (> 1 ha) Menengah (0,5-1 ha)

Bawah (< 0,5 ha)

Atas (> 1 ha) Menengah (0,5-1 ha)

Bawah (< 0,5 ha)

Sejati Selomarto

ini merupakan modal yang sangat melekat bagi masyarakat pedesaan. Modal sosial banyak membantu rumahtangga terutama jika mereka mengalami kesulitan hidup. Modal sosial dapat dilihat dari keterlibatan dalam organisasi, kepemilikan jaringan, dan hubungan dengan sesama masyarakat yang dimiliki rumahtangga.

Kekuatan hubungan

Hubungan dengan sesama masyarakat adalah interaksi yang dilakukan kepada sesama anggota masyarakat. Hubungan sosial di antara rumahtangga masih sangat kuat. Komponen ini sangat berpengaruh terhadap aktivitas nafkah rumahtangga. Tetangga diperlukan untuk membantu mengolah sawah. Jika sedang mengalami kesulitan, tetangga salah satu akses untuk mendapatkan pinjaman. Tabel 6.10 Tingkat kekuatan hubungan rumahtangga rumahtangga responden di

Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun 2013-2014

No Kekuatan hubungan Sejati Selomarto

Jumlah % Jumlah %

1 Tinggi (sering berinteraksi

dan meminta bantuan) 30 100 30 100

2 Rendah (jarang berinteraksi

dan meminta bantuan) 0 0 0 0

Total 30 100 30 100

Sumber: Data primer

Tabel 6.10 menunjukkan bahwa kekuatan hubungan semua rumahtangga aadalah tinggi. Fenomena tersebut juga terlihat dari kerukunan dan sikap saling tolong menolong yang ditunjukkan warga. Semua rumahtangga berusaha untuk membina hubungan baik dengan sesama anggota masyarakat lain. Mereka akan berusaha membantu tetangga yang meminta bantuan. Usaha ini dilakukan dengan harapan jika mereka mengalami kesulitan juga akan dibantu. Tetangga dianggap sebagai pegangan jika rumahtangga memerlukan sesuatu bukan hanya uang namun juga tenaga dan bantuan lain.

“Kerukunan warga di desa ini masih sangat bagus. Antar sesama warga selalu saling membantu seperti kalau ada yang sakit ramai-ramai untuk menjenguk, begitu juga saat ada orang meninggal semua warga langsung bergegas untuk melayat. Peristiwa–peristiwa seperti itu yang mengeratkan hubungan

antar sesama warga”. (Bapak Whyu, perangkat desa)

Keterlibatan dalam suatu perkumpulan

Keterlibatan adalah keterlibatan dalam suatu perkumpulan atau organisasi formal sebagai anggota atau pengurus. Keterlibatan seseorang dalam suatu

Dokumen terkait