• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEOR

2. Kepuasan terhadap Loyalitas

a. Pengertian Kepuasan

Menurut (Kotler, 2005:177) secara umum

mendefinisikan kepuasan konsumen sebagai perasaan senang

21

membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang dipikirkan

terhadap kinerja (hasil) yang diharapkan. Jika kinerja berada di

bawah harapan, konsumen tidak akan puas. Jika kinerja

memenuhi harapan, konsumen akan puas. Konsumen yang

puas cenderung akan memberikan referensi yang baik terhadap

produk atau jasa kepada orang lain.

Saat ini perusahaan akan selalu menyadari pentingnya

faktor pelanggan. Oleh karena itu mengukur tingkat kepuasan

para pelanggan sangatlah perlu, walaupun tindakan tersebut

tidaklah mudah. Banyak manfaat yang bisa diterima oleh

perusahaan dengan tercapainya tingkat kepuasan pelanggan

yang tinggi.

Manfaat-manfaat tingkat kepuasan pelanggan yang

tinggi Fornell (1992) ialah sebagai berikut:

1) Meningkatkan loyalitas pelanggan

2) Mencegah perputaran pelanggan

3) Mengurangi sensivitas pelanggan terhadap harga

4) Mengurangi biaya kegagalan pemasaran

5) Mengurangi biaya operasi yang dilakukan karena

meningkatnya jumlah pelanggan

6) Meningkatkan efektivitas iklan dan meningkatkan

22

Hubungan antara harapan konsumen dan prestasi

produk yang dirasakan menentukan konsumen merasa sangat

puas, cukup puas, kurang begitu puas, atau sangat tidak puas

setelah melakukan pembelian. Apabila produk cocok dengan

harapan, konsumen itu puas; bila melebihi harapan, konsumen

itu sangat puas; apabila kurang dari apa yang diharapkan ,

konsumen tersebut tidak puas.

Para konsumen membentuk harapan-harapan mereka

berdasarkan pesan-pesan yanng mereka peroleh dari para

penjual, kawan-kawan, atau sumber-sumber informasi lain.

Apabila penjual membesar-besarkan prestasi produk, para

konsumen akan mempunya harapan yang tinggi, yang hasilnya

menciptakan ketidakpuasan. Semakin lebar jarak antara

harapan dan prestasi, semakin parah pula ketidakpuasan

konsumen.

b. Aspek Kepuasan

Menurut (Dutka, dalam Melinda, 2008:11) terdapat

tiga dimensi dalam mengukur kepuasan pelanggan secara

universal yaitu

1) Attributes related to product yaitu dimensi kepuasan yang berkaitan dengan atribut dari produk seperti

23

kemampuan produk menentukan kepuasan, benefit dari

produk tersebut.

2) Attributes related to service yaitu dimensi kepuasan yang berkaitan dengan atribut dari pelayanan misalnya

dengan garansi yang dijanjikan, proses pemenuhan

pelayanan atau pengiriman, dan proses penyelesaian

masalah yang diberikan.

3) Attributes related to purchase yaitu dimensi kepuasan yang berkaitan dengan atribut dari keputusan untuk

membeli atau tidaknya dari produsen seperti

kemudahan mendapat informasi, kesopanan karyawan

dan juga pengaruh reputasi perusahaan.

3. Corporate Image

a. Pengertian Corporate Image

Corporate image atau citra perusahaan respon konsumen pada seluruh penawaran yang diberikan perusahaan

dan didefinisikan sebagai sejumlah kepercayaan, ide-ide dan

kesan masyarakat pada suatu organisasi, Kotler (2012:33).

Menurut Rahmasari (2012:38-39) citra perbankan adalah

respon masyarakat terhadap perbankan yang diwujudkan dalam

ide atau keyakinan masyarakat terhadap produk yang

24

Lee dan Roh (2012) mendefinisikan corporate reputation sebagai asset yang tak tampak dimana hal tersebut berguna sebagai ciri khas perusahaan yang diharapkan mampu

menarik konsumen agar mau melakukan pembelian ulang

termasuk membeli produk dengan harga premium.

Perbankan yang memiliki citra perusahaan yang baik

dimasyarakat akan lancar dalam menjalankan aktivitas

bisnisnya. Hal ini dikarenakan sebagian besar aktivitasnya

adalah berasal dari dana masyarakat. Apabila perusahaan tidak

mempunyai citra perusahaan yang baik maka perusahaan

tersebut akan sulit dalam mempertahankan bisnisnya, karena

dengan tidak adanya corporate image yang baik pelanggan atau nasabah enggan untuk membeli atau menggunakan produk

perusahaan tersebut.

b. Corporate Image sebagai variabel moderasi

Corporate image sebagai pemoderasi. Corporate image dapat memediasi loyalitas nasabah, dengan corporate image baik yang dimiliki perusahaan dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan konsumen untuk memilih perusahaan perbankan

mana yang akan mereka gunakan.

Tujuannya adalah agar tercipta loyalitas dalam diri

25

perbankan yang lain dan tetap menjalin hubungan jangka

panjang.

Penelitian Syarief Darmoyo dan Monika Chandra

(2016) tentang corporate image yang menjadi variabel moderasi terhadap loyalitas konsumen menjelaskan bahwa

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan

bahwa relationship marketing dan brand image berpengaruh terhadap loyalitas konsumen, dan brand image memoderasi pengaruh relationship marketing terhadap loyalitas konsumen.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Melly Al Mona (2016) dengan judul Pengaruh kualitas layanan

terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan dengan corporate image sebagai variabel moderator yang menyimpulkan bahwa Ada pengaruh interaksi dan pengaruh yang signifikan dari

corporate image yang memoderasi kepuasan konsumen dengan loyalitas pelanggan.

c. Dimensi Corporate Image

Menurut Harrison (2007: 4), informasi yang lengkap mengenai

citra perbankan meliputi empat elemen sebagai berikut:

1) Personality. Personality disini adalah keseluruhan karakteristik perusahaan yang dipahami publik sasaran

seperti perusahaan yang dapat dipercaya dan perusahaan

26

2) Reputation. Reputation disini adalah hal yang telah dilakukan perusahaan dan diyakini publik sasaran

berdasarkan pengalaman sendiri maupun pihak lain seperti

kinerja keamanan transaksi sebuah bank.

3) Value. Value disini adalah nilai-nilai yang dimiliki suatu perusahaan dengan kata lain budaya perusahaan seperti

sikap manajemen yang peduli terhadap pelanggan,

karyawan yang cepat tanggap terhadap permintaan

maupun keluhan pelanggan.

4) Corporate Identity. Corporate identity disini adalah komponen-komponen yang mempermudah pengenalan

publik sasaran terhadap perusahaan seperti logo, warna

dan slogan.

Dengan adanya elemen corporate image yang terlaksana

dengan baik, maka corporate social responsibility dan kualitas

layanan akan semakin mudah memberi pengaruh yang positif

terhadap kualitas layanan, dan apabila elemen-elemen

corporate image tidak terlaksana dengan baik maka akan

memperlemah kekuatan kualitas layanan dan corporate social

responsibility. Terlihat bahwa corporate image bisa memediasi

untuk terciptanya loyalitas nasabah.

27

4. Loyalitas Nasabah

a. Pengertian Loyalitas Nasabah

Loyalitas nasabah merupakan sebuah usaha nasabah

untuk tetap setia dengan kesadaran, kesan kualitas,

kepercayaan dan kebangggan yang kuat terhadap suatu produk

yang diikuti pembelian ulang (Hadiyati, 2010).

Menurut Oliver dalam bukunya Ratih Hurriyati

mengungkapkan definisi loyalitas adalah komitmen pelanggan

bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau

melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih secara

konsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi

dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk

menyebabkan perubahan perilaku.

Keuntungan yang diperoleh perusahaan jika memiliki

pelanggan yang loyal, menurut Griffin yang diterjemahkan oleh

Nirwana sebagai berikut:

1) Dapat mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk

menarik nasabah yang baru lebih mahal).

2) Dapat mengurangi biaya transaksi (seperti biaya negoisasi

kontrak, pemrosesan pesanan, dll).

3) Dapat mengurangi biaya turn over pelanggan (karena pergantian pelanggan yang lebih sedikit).

28

4) Dapat meningkatkan penjualan silang yang akan

memperbesar pangsa pasar pelanggan.

5) Mendorong world of mounth yang lebih positif, dengan asumsi bahwa pelanggan yang loyal berarti mereka yang

merasa puas.

6) Mengurangi biaya kegagalan (seperti biaya pergantian, dll)

Loyalitas nasabah dapat tercermin dari kebiasaan nasabah

dalam melakukan pembelian produk atau jasa secara konsisten.

Nasabah yang sudah memiliki loyalitas terhadap suatu produk atau

jasa biasanya tidak akan lagi mempertimbangkan untuk membeli

produk atas jasa lain selain produk atau jasa yang diminati.

Nasabah yang tidak mendapatkan produk atau jasa yang

memuaskan, maka nasabah cenderung akan terus mencari produk

atau jasa yang sesuai dengan kriteria mereka.

b. Indikator Loyalitas Nasabah

Indikator loyalitas pelanggan menurut (Griffin, 2005:31) dapat

dijelaskankan sebagai berikut :

1) Melakukan pembelian secara teratur/pembelian ulang

Pelanggan yang telah melakukan hubungan transaksi

dengan perusahaan dan merasa puas dengan apa yang di

proleh akan membentuk hubungan yang erat antara

29

pelanggan tersebut akan melakukan pembelian secara

teratur

2) Membeli antarlini produk produk dan jasa

Pelanggan bukan hanya membeli produk satu jenis sesudah

yang lainnya, tetapi mereka membeli aksesoris untuk

produk mereka, yang dimana mungkin pelanggan

menambah item-item dari produk yang dibelinya.

3) Merekomendasikan produk kepada orang lain (refers other) Pelanggan yang selalu merekomendasikan produk kepada

orang lain adalah aset terbesar bagi perusahaan, dimna

pelanggan ini selain merekomendasikan akan selalu

membeli produk dan merek perusahaan.

4) Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan pesaing

Para pelanggan menolak untuk mengakui ada jenis-jenis

produk lain, mereka yakin dengan produk yang mereka

gunukan saat ini, dan sulit untuk beralih ke produk yang

lain, mereka menggap produk yang digunakan saat ini

adalah sudah benar-benar sesuai dan indah, dan banyak

mereka sudah percaya dengan produk yang saat ini

digunakan.

c. Loyalitas dalam Islam

Loyalitas dalam Islam sering disebut dengan wala’ yang artinya berturut-turut atau setia. Sikap wala’ dalam Islam

30

sering dikaitkan dengan akidah Islam, dimana setiap yang

beragama muslim dengan kaidah ini wajib berwala’ (sikap setia, loyal) terhadap orang-orang yang berakidah Islam dan

memusuhi orang-orang yang menentang akidah Islam, wajib

mencintai orang yang bertauhid dan orang-orang yang ikhlas

setia berwala’ terhadap mereka dan wajib membenci orang- orang musyrik dan memusuhinya (Al-Qahtani, 2000: 97).

C. Kerangka Penelitian

Berdasarkan uraian dari para peneliti sebelumnya maka dapat

dibentuk kerangka berfikir sebagai berikut :

H1 H3 H2 H5 H6 H4 Gambar 2.1 Kerangka Berfikir KUALITAS LAYANAN LOYALITAS NASABAH KEPUASAN CORPORATE IMAGE

31 Ketenrangan :

Variable Independen : (X1) Kualitas Layanan

: (X2) Kepuasan

Variable Dependent : (Y) Loyalitas Nasabah

Variabel Moderating : (Z) Corporate Image

D. Hipotesis

Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu proporsi atau

anggapan yang mungkin benar, dan sering digunakan sebagai dasar

pembuatan keputusan/pemecahan persoalan ataupun untuk dasar

penelitian lebih lanjut (Supranto, 2001).

1. Kualitas layanan terhadap loyalitas nasabah

Penelitian tentang loyalitas nasabah yang dilakukan oleh I

Gede Yogi Pramana dan Ni Made Rastini (2016). Penelitian ini

berjudul “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepercayaan Nasabah dan Loyalitas Nasabah Bank Mandiri Cabang Veteran

Denpasar Bali” Bahwa kualitas layanan berpengaruh terhadap loyalitas nasabah.

Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Agung

Purwo Atmojo (2010) tentang kualitas layanan. Dengan judul

Analisis Pengaruh Kualitas Layanan, Nilai Nasabah dan Atribut

Produk Islam terhadap Kepuasan Nasabah (Studi Kasus pada BNI

Syariah Cabang Semarang, menimbulkan hasil bahwa kualitas

32

Penelitian yang dilakukan Melly Al Mona (2016) dengan

judul Pengaruh Kualitas Layanan terhadap kepuasan dan Loyalitas

Pelanggan dengan Corporate Image sebagai Moderator,

menunjukkan hasil bahwa kualitas layanan berpengaruh terhadap

loyalitas.

Berdasarkan penelitian tersebut, maka penulis mengajukan

hipotesis sebagai berikut:

H1 : ada pengaruh kualitas layanan terhadap loyalitas nasabah pada

bank syariah

2. Kepuasan terhadap loyalitas Nasabah

Penelitian Yulisa Gardenia (2009) yang berjudul “pengaruh kepuasan terhadap loyalitas nasabah” menyatakan bahwa Variabel loyalitas yang menjadi variabel dependent mempunyai hubungan

yang signifikan dengan variabel kepuasan nasabah dilihat dari hasil

uji regresi yang menghasilkan standar koefisien sebesar 0,492.

Penelitian Yudi Sutarso, Herizon Chaniago dan Harry

Widyantoro (2010) dengan judul Peranan Penggunaan Prinsip

Syariah dan Budaya dalam Model Kualitas Jasa – Loyalitas pada Perbankan Syariah, memberikan hasil kepuasan berpengaruh

positif terhadap Loyalitas Nasabah.

Endang Tri Wahyuni (2014) dalam penelitiannya yang

33

Nasabah Perbankan Syariah menyatakan hasil bahwa kepuasan

berpengaruh terhadap loyalitas.

Berdasarkan penelitian tersebut, maka penulis mengajukan

hipotesis sebagai berikut:

H2 : ada pengaruh kepuasan terhadap loyalitas nasabah pada bank

syariah

Dokumen terkait