• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perspektif teoritik yang dijelaskan oleh McAdam, McCarthy, dan Zald tentang tiga aspek penting dalam mengkaji kemunculan dan perkembangan gerakan sosial, yakni: peluang politik (political opportunity), struktur mobilisasi (mobilizing structure), dan

71 Johnston, Hank.,&Klandermans, Bert (eds.). 1995. Social Movements and Culture. Minneapolis: University of Minnesota Press. Hlm. 45.

72 Della Porta, Donatella; &Diani, Mario. 2006. Social Movements an Introduction. Malden: Blackwell Publishing. Hlm. 93.

pembingkaian kultural (cultural framing), dalam konteks pemetaan teoritik studi gerakan sosial sebagaimana dikemukakan oleh Crossley, maka posisinya dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1. Konstruksi Posisi Pemikiran McAdam, McCarthy, & Zald dalam Empat Tradisi Analisis Gerakan Sosial Crossley

Sumber: Sukmana, 2016: 205

Gambar 1.1. menggambarkan tentang konstruksi posisi perspektif McAdam, McCarthy, dan Zald dalam konteks Empat tradisi analisis studi gerakan sosial menurut pandangan Crossley. Perspektif McAdam, McCarthy, dan Zald tentang peluang politik (political opportunity), struktur penggerak (mobilizing structure), dan pembingkaian kultural (cultural framing) dipengaruhi oleh ke-Empat peta studi gerakan sosial sebagaimana digambarkan Crossley. Pengaruh ke-Empat peta studi gerakan sosial dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pertama; Dimensi perilaku kolektif(collective behaviour), memberikan sumbangan terhadap perspektif McAdam, McCarthy, dan Zaldberkaitan dengan konsep keluhan-keluhan (grievances), ketidakpuasan, dan kekecewaan sebagai faktor pendorong munculnya tindakan (aksi) kolektif;

Amerika Serikat Eropa

Setelah Era 1970 Sebelum Era 1970 Perilaku Kolektif (Collective Behaviour) Mobilisasi Sumberdaya/ Proses Politik (Resource Mobilization/ Political Process) Gerakan Sosial Baru (New Social Movements) Marxisme (Marxism; Old Socisl Movements) 1 4 3 2 Perspektif McAdam, McCarthy, & Zald: 1. Political Opportunity, 2. Mobilizing Structure, 3. Cultural Framing.

Kedua; Dimensi Marxisme (Marxism; Old Socisl Movements), memberikan sumbangan terhadap perspektif McAdam, McCarthy, dan Zald berkaitan dengan konsep bahwa kemunculan gerakan sosial seiring dengan adanya suatu konflik dan pergulatan-pergulatan di seputar persoalan ketimpangan, dominasi, kebebasan dan keadilan sosial. Situasi-situasi ketimpangan dan dominasi sosial, jika dijalankan dan dipertahankan oleh institusi-institusi dan lembaga-lembaga sosial, maka pada gilirannya akan menghasilkan sebuah situasi balik dimana terjadi perlawanan, penolakan, dan pemberontakkan menentang sistem-sistem dominasi tersebut. Struktur-struktur sosial dikonseptualisasikan sebagai sebuah arena pertemuan yang intens dan tidak terhitung jumlahnya dari berbagai kelompok pendominasi dan kolektivitas sosial yang terdominasi. Struktur masyarakat merupakan sebuah medan pergulatan yang terus-menerus di antara kelompok, strata, dan lapisan sosial yang bersaing;

Ketiga; Dimensi Mobilisasi Sumberdaya/Proses Politik (Resource Mobilization/Political Process), memberikan sumbangan terhadap perspektif McAdam, McCarthy, dan Zald berkaitan dengan konsep rasionalitas politik (peluang politik) dan rasionalitas ekonomi tentang kalkulasi keuntungan dan kerugian (costs and benefits) dalam suatu gerakan sosial; dan

Keempat; Dimensi Gerakan Sosial Baru (NewSocialMovements), memberikan sumbangan terhadap perspektif McAdam, McCarthy, dan Zald berkaitan dengan konsep identitas sebagai basis pembingkaian kultural (cultural framing) dalam membangun spirit dan simpati gerakan sosial.

Selanjutnya, perspektif McAdam, McCarthy, dan Zald adalah merupakan kombinasi (gabungan) dari pemikiran dasar atas tiga teori utama dalam studi gerakan sosial, yakni: Teori Proses Politik atau Teori Struktur Peluang Politik (Political Process Theory or Political Opportunity Structure: POS), Teori Mobilisasi Sumber daya (Resource Mobilization Theory: RMT), dan Teori Identitas (Identity-Oriented Theory: IOT). Teori Proses Politik (Political Process Theory: PPT) dan Teori Mobilisasi Sumberdaya (Resource Mobilization Theory: RMT) berkembang di Amerika dengan basis rasionalitas, sementara Teori Berorientasi-Identitas (Identity-Oriented Theory: IOT) berkembang di Eropa dengan basis identits (emotif).

Posisi perspektif McAdam, McCarthy, dan Zald dalam kombinasi ketiga teori tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.2. Kombinasi antara Tiga Teori Gerakan Sosial dalam Perspektif McAdam, McCarthy, dan Zald

Sumber: Konstruksi peneliti,diadopsi dari Crossley (2002:10); dan McAdam, McCarthy, & Zald (2004)73

Gambar 1.3. Model Kerangka Berpikir

Sumber: Diadopsi dari McAdam, McCarthy & Zald, 200474 Perspektif: 1. Peluang Politik (Political opportunity). 2. Struktur Mobilisasi (Mobilizing Structure). 3. Pembingkaian Kultural (CulturalFraming). Teori Proses Politik (Political Proses Theory) Teori Mobilisasi Sumberdaya (Resource Mobilization Theory) Teori Berientasi-Identitas (Identity-Oriented Theory) EROPA AMERIKA

73 Sukmana, Oman. 2016. Konsep dan Teori Gerakan Sosial. Malang: Intrans Publishing. Hal. 207.

74 Ibid. Halaman 208. Peluang Politik (Political Opportunity) Struktur Mobilisasi (Mobilizing Strucutre) Pembingkaian Kultural (Cultural Framing) Gerakan Sosial Korban Bencana Lumpur Lapindo

Berdasarkan konstruksi pada Gambar 1.2., maka perspektif teori gerakan sosial yang berkembang di Amerika dan Eropa meskipun memiliki perbedaan, namun perspektif teori-teori tersebut bisa diintegrasikan secara komprehensif dalam mengkaji kemunculan dan perkembangan gerakan sosial.

Selanjutnya, dari penjelasan kerangka teoritik gerakan sosial yang mengacu kepada perspektif McAdam, McCarthy, dan Zald, maka selanjutnya dirumuskan model kerangka berpikir (kerangka konseptual) dalam konteks gerakan sosial korban bencana Lumpur Lapindo (Lula) pada Gambar 1.3. Dari model kerangka berpikir sebagaimana digambarkan pada Gambar 1.3. tersebut diatas, maka dapat dijelaskan asumsi-asumsi sebagai berikut:

Pertama, Faktor peluang politik (political opportunity), struktur penggerak (mobilizing structure), dan pembingkaian kultural (cultural framing), merupakan faktor-faktor yang berkontribusi atas kemunculan dan perkembangan gerakan sosial korban bencana Lumpur Lapindo (Lula) di Sidoarjo;

Kedua, Faktor peluang politik (political opportunity) akan berkontribusi bagi muncul dan berkembangnya gerakan sosial apabila ditopang oleh faktor struktur penggerak (mobilizing structure) dan pembingkaian kultural (cultural framing);

Ketiga, Faktor struktur penggerak (mobilizing structure) akan berkontribusi bagi muncul dan berkembangnya gerakan sosial apabila ditopang oleh faktor peluang politik (political opportunity) dan pembingkaian kultural (cultural framing); Selanjutnya, dalam konteks studi ini secara operasional didasarkan atas pemikiran-pemikiran sebagai berikut:

Pertama, bahwa muncul dan berkembangnya aksi gerakan sosial korban bencana Lumpur Lapindo (Lula) di Sidoarjo karena difasilitasi oleh adanya peluang-peluang dan kesempatan-kesempatan politik yang mendasarinya. Peluang dan kesempatan-kesempatan yang memfasilitasi muncul dan berkembangnya aksi gerakan sosial korban bencana Lumpur Lapindo (Lula) di Sidoarjo tersebut adalah adanya kebijakan pemerintah tentang eksplorasi Migas di wilayah Kecamatan Porong, Sidoarjo, yang mengakibatkan munculnya bencana Lumpur Lapindo (Lula);

Kedua, bahwa muncul dan berkembangnya aksi gerakan sosial korban bencana Lumpur Lapindo (Lula) di Sidoarjo karena didukung oleh kekuatan sumberdaya gerakan sosial yang dihimpun melalui proses mobilisasi, baik mobilisasi kekuatan kolektif maupun mobilisasi sumberdaya gerakan sosial lainnya; • Ketiga, bahwa muncul dan berkembangnya aksi gerakan sosial

korban bencana Lumpur Lapindo (Lula) di Sidoarjo karena adanya proses pembingkaian (framing)yang memungkinkan gerakan sosial mendapat dukungan baik internal (dukungan partisipan) maupun eksternal (dukungan simpati).