• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab III Kerangka Konsep dan Hipotesis

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian teoritis diatas, maka untuk menggambarkan pengaruh antara variabel independen yaitu Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Inventory Turnover, dan Sales Growth dengan variabel dependen yaitu Pertumbuhan Laba (Profit Growth) serta Ukuran Perusahaan (Firm Size) sebagai variabel pemoderasi. Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Debt to Asset Ratio (X2) Current Ratio (X1)

Inventory Turnover (X3)

Pertumbuhan Laba / Profit Growth

(Y) Sales Growth (X4)

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

Dari Gambar 3.1. Kerangka Konspetual dapat dijelaskan pengaruh antar variabel independen dengan variabel dependen adalah:

1. Hubungan antara Current Ratio terhadap Profit Growth

CR adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang akan jatuh tempo dengann membandingkan aset lancar dengan kewajiban lancar. Perusahaan yang memiliki nilai CR kecil menandakan bahwa perusahaan tersebut mengalami kesulitan likuiditas dalam membayar kewajiban lancarnya yang akan jatuh tempo. Kewajiban lancar dalam jumlah besar akan menimbulkan naiknya resiko gagal bayar akibat ketidakkemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban lancar secara tepat waktu. Hal ini dapat membebani perusahaan melalui beban denda yang dikenakan akibat keterlambatan pembayaran.

Dari sisi kreditor, biasanya perusahaan diberikan batasan minimum CR yang mengharuskan perusahaan menjaga likuiditasnya. Apabila batasan tersebut dilanggar maka, kreditur berhak memaksa agar perusahaan segera membayar kewajibannya atau melakukan negosiasi ulang atas kemungkinan pembebanan tingkat suku bunga yang lebih tinggi.

CR yang tinggi belum tentu termasuk pertanda baik karena bisa juga disebabkan oleh kurang efektifnya manajemen mengelola kas, persediaan dan piutang (Hery, 2017). Kelebihan uang kas dapat digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan ekspansi bisnis serta investasi. Lalu penumpukan persediaan tentu juga akan berpengaruh terhadap inventory turnover dan sales growth. Tingginya nilai piutang usaha juga beresiko pada meningkatnya saldo piutang tak tertagih yang dapat merugikan perusahaan (Simamora M. , 2018).

Semakin tinggi Current Ratio, semakin rendah profit growth. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh AWS, Surtikanti, & Darmansyah (2018), Simamora M. (2018) serta Umobong (2015). Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa CR berpengaruh negatif terhadap profit growth.

2. Hubungan antara Debt to Asset Ratio terhadap Profit Growth

DAR adalah rasio untuk mengukur seberapa banyak aset perusahaan dibiayai dengan hutang. Jika rasio DAR semakin meningkat maka aset perusahaan yang dibiayai dengan hutang juga semakin banyak sehingga beban bunga kredit yang harus dibayar perusahaan semakin tinggi, yang dapat menyebabkan penurunan jumlah laba yang diperoleh. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kariyawasam (2019); Margareth (2016): Erdoğana, Erdoğanb, & Ömürbekc (2015); Sritharan (2015); Oktanto & Nuryatno (2014). Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa DAR berpengaruh negatif terhadap profit growth.

3. Hubungan antara Inventory Turnover terhadap Profit Growth

ITO adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memutar barang dagangannya. Perusahaan dikatakan efisien dalam mengelola persediaan jika ITO meningkat, sehingga dapat menekan biaya penyimpanan yang dapat meningkatkan profit perusahaan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktanto & Nuryatno (2014); Rehman, Khan, & Khokhar (2014); Gunawan &

Wahyuni (2013). Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut dapat dinyatakan bahwa ITO berpengaruh positif terhadap profit growth.

4. Hubungan antara Sales Growth terhadap Profit Growth

Sales Growth adalah peningkatan jumlah sales dari tahun ke tahun. Profit perusahaan meningkat jika net sales perusahaan semakin tinggi. Untuk meningkatkan keuntungan maka sales harus dapat menutupi expense, dengan demikian perusahaan dapat mengantisipasi naik turunnya sales pada tahun yang akan datang (Barus & Leliani, 2013). Rice (2016) menyatakan bahwa meningkatnya tingkat sales dari satu periode ke periode berikutnya didukung oleh pengelolaan sales secara efektif oleh manajemen yang dapat meningkatkan laba perusahaan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rice (2016) &

Bubaker (2013). Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut dapat dinyatakan bahwa sales growth berpengaruh positif terhadap Profit Growth.

5. Hubungan antara Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Inventory Turnover, Sales Growth terhadap Profit Growth dimoderasi oleh firm size

Trade-Off Theory berpendapat bahwa perusahaan berukuran besar memiliki kesempatan untuk memperoleh lebih banyak pinjaman/hutang dibandingkan

perusahaan berukuran kecil karena kurang kemungkinan untuk mengalami kebangkrutan (Abbasi & Malik, 2015). Alasan di balik kemungkinan lebih rendah mengalami kebangkrutan adalah bahwa perusahaan berukuran besar umumnya dikenal memiliki reputasi yang baik dan pengalaman operasional. Aspek penting lain dari perusahaan besar adalah bahwa mereka diharapkan penuh sumber daya dan lebih efisien untuk mengumpulkan piutang dari klien mereka. Semua faktor memainkan peran penting untuk meningkatkan kemampuan perusahaan ukuran besar dalam pemeliharaan tingkat likuiditas serta siklus kas (Frank & Goyal, 2003). Perusahaan besar dalam hal ini diharapkan memiliki kinerja perusahaan yang baik yang nantinya mampu menghasilkan laba yang lebih tinggi sehingga respon yang diberikan pasar akan semakin positif.

Perusahaan berukuran besar cenderung memanfaatkan kelebihan uang kasnya yang tidak terpakai dengan cara melakukan ekspansi bisnis, pembukaan kantor cabang baru, memperbanyak aset produktif dan lainnya (Hery, 2017).

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa perusahaan besar cenderung lebih baik dalam menjaga likuiditas.

Perusahaan berukuran besar cenderung memiliki tingkat volume transaksi yang lebih tinggi sehingga dana yang dibutuhkan cukup besar. Apabila dana tersebut dapat digunakan secara efektif dan efisien untuk membiayai ekspansi bisnis, atau membeli aset produktif seperti mesin dan peralatan, maka akan memberikan peluang bagi perusahaan untuk memperoleh profit yang lebih besar.

Perusahaan berukuran besar cenderung lebih mudah mendapatkan pinjaman, karena dikenal memiliki reputasi yang baik dan pengalaman operasional, sehingga dapat meyakinkan kreditur untuk memberikan pinjaman (Arifin, 2014).

Perusahaan berukuran besar cenderung memiliki volume transaksi penjualan yang tinggi serta mempunyai jaringan pemasaran yang luas dan produk yang sudah dikenal oleh masyarakat, sehingga perusahaan mempunyai persediaan yang banyak diimbangi dengan volume penjualan yang tinggi. Perusahaan dapat dikatakan efisien dalam mengelola persediaan jika inventory turnover semakin tinggi sehingga dapat menekan biaya penyimpanan yang dapat meningkatkan laba serta dapat mendorong pertumbuhan penjualan yang pada akhirnya semakin memperbesar peluang memperoleh laba yang tinggi.