BAB IV METODE PENELITIAN
4.6. Metode Analisis Data
4.6.1. Langkah-Langkah Analisis
4.6.1.6. Uji Regresi Variabel Moderating
Variabel moderating yang digunakan dalam penelitian ini adalah firm size.
Metode ini dilakukan dengan menambahkan variabel perkalian antara variabel independen dengan variabel moderatingnya. Uji yang dilakukan adalah uji
interaksi (moderated regression analysis) yaitu aplikasi dari regresi linier berganda dimana dalam persamaannya mengandung unsur interaksi. Dengan menentukan apakah variabel moderating dapat memperkuat atau memperlemah hubungan variabel independen dengan variabel dependen.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1.Hasil Penelitian
5.1.1 Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif memberikan deskripsi umum dari data dalam bentuk mean, standar deviasi, nilai min dan nilai max. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Profit Growth, variabel independen dalam penelitian ini adalah Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Inventory Turnover dan Sales Growth dengan Firm Size sebagai pemoderasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 110 dengan masa pengamatan 11 tahun yaitu 2009-2019. Maka statistik deskriptif dalam penelitian ini dapat ditunjukkan dalam Tabel 5.1. berikut ini:
Tabel 5.1. Statistik Deskriptif
Variable Obs Mean Std. Dev. Min Max Profit Growth 110 0,43 1,20 -2,07 7,53
CR 110 2,28 1,71 0,51 8,63
DAR 110 0,46 0,17 0,14 0,89
ITO 110 5,59 2,48 1,11 16,29
Sales Growth 110 0,19 0.75 -0.89 7,58 Firm Size 110 14,62 1,52 12,09 18,39 Sumber : Hasil olah software Stata 16, 2020
Berdasarkan Tabel 5.1. diketahui bahwa ada sebanyak 110 sampel data selama periode penelitian (2009-2019) dapat dijelaskan sebagai berikut: nilai minimum dari Profit Growth terletak pada PT Akasha Wira International Tbk tahun 2009, nilai maksimum Profit Growth terdapat pada PT Siantar Top Tbk tahun 2009, nilai mean Profit Growth. Diketahui nilai minimum dari Current Ratio terdapat pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk tahun 2014, nilai maksimum dari Current Ratio terdapat pada PT Delta Djakarta Tbk tahun 2017. Diketahui nilai minimun dari Debt to Asset Ratio terdapat pada PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk tahun 2018, nilai maksimum dari Debt to Asset Ratio adalah sebesar 0,89 terdapat pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk tahun 2009 dikarenakan adanya
peningkatan hutang dividen (pihak yg mempunyai hub istimewa/ kelompok Heineken) sebesar Rp 193.574 juta. Diketahui nilai minimum dari Inventory Turnover terdapat pada PT Delta Djakarta Tbk tahun 2019, nilai maksimum dari Inventory Turnover terdapat pada PT Akasha Wira International Tbk tahun 2010.
Diketahui nilai minimum dari Sales Growth terdapat pada PT Budi Starch &
Sweetener Tbk tahun 2014, nilai maksimum dari Sales Growth terdapat pada PT Budi Starch & Sweetener Tbk tahun 2015. Diketahui nilai minimum dari Firm Size terdapat pada PT Akasha Wira International Tbk tahun 2009, nilai maksimum dari Firm Size terdapat pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk tahun 2018.
5.1.2 Pemilihan Model Estimasi
Pada model panel dilakukan pengujian statistik untuk melihat apakah model yang digunakan menggunakan Ordinary Least Square (OLS), Fixed Effect (FE) atau Random Effect (RE).
5.1.2.1 Chow Test
Chow test digunakan untuk memilih metode regresi data panel terbaik antara Ordinary Least Square dan Fixed Effect dengan melihat nilai probabilitas F. Berikut hasil dari uji Chow:
Berdasarkan Lampiran 3, hasil Chow Test menunjukkan nilai Prob > f sebesar 0,2255 lebih besar dari α (5%), sehingga model terbaik dari Chow Test adalah Ordinary Least Square.
5.1.2.2. Hausman Test
Hausman test digunakan untuk memilih metode regresi data panel yang terbaik antara Fixed Effect dan Random Effect dengan melihat nilai probabilitas chi2. Berikut ini hasil dari pengujian Hausman Test.
Berdasarkan Lampiran 3, hasil Hausman Test menunjukkan nilai Prob >
chi2 sebesar 0,7356 lebih besar dari α (5%), sehingga model terbaik dalam Hausman Test adalah Random Effect.
5.1.2.3. Lagrange Multiple Test
Lagrange multiple test merupakan pengujian pemilihan model estimasi data panel yang digunakan untuk memilih amtara metode Ordinary Least Square dan Random Effect. Berikut ini hasil dari pengujian Lagrange Multiple Test.
Berdasarkan Lampiran 3, hasil Lagrange Multiple Test menunjukkan nilai Prob > chibar2 sebesar 0,4124 lebih besar dari α (5%) sehingga model terbaik adalah Ordinary Least Square.
5.1.3. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik merupakan persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linier berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS). Pengujian asumsi klasik terdiri dari: pengujian normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
5.1.3.1. Uji Normalitas
Pada penelitian ini, uji normalitas terhadap residual menggunakan Skewness-Kurtosis Test yang diperkenalkan oleh D’Agustino dan Belanger pada
tahun 1990. Uji ini merupakan uji yang paling reliable karena dapat mendeteksi ketidaknormalan pada jumlah sampel berapapun, baik jumlah kecil maupun besar (Hidayat, 2013) .
Berdasarkan Lampiran 3, hasil uji normalitas menunjukkan nilai Prob>chi2 sebesar 0,0705 > α=0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual data terdistribusi dengan normal.
5.1.3.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Variabel independen dinyatakan terbebas dari gejala multikolinearitas apabila nilai Variance Inflation Factor (VIF) < 10 dan nilai Tolerance (1/VIF) > 0,10.
Berdasarkan Lampiran 3, menunjukkan hasil perhitungan nilai Tolerance (1/VIF) > 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) < 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolinieritas.
5.1.3.3. Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah ada gejala heterokedastisitas dalam penelitian. Model penelitian yang baik adalah model penelitian yang variansinya seragam. Pengujian heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan Breusch-Pagan / Cook-Weisberg test.
Berdasarkan Lampiran 3, menunjukkan hasil uji heterokedastisitas nilai Prob > chi2 sebesar 0,000 < α=0,05, hal ini menunjukkan ada masalah heterokedastisitas. Walau demikian, terdapat metode OLS yang dapat menangani masalah heterokedastisitas yaitu dengan menambahkan opsi robust setelah perintah estimasi untuk menggunakan standard error yang mampu menangani adanya heterokedastisitas. Contoh : ”regress indepvar depvar1 depvar2, robust”
(Yappy, 2014).
5.1.3.4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Aukorelasi ini timbul pada data yang bersifat time series. Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan Breuch-Godfrey Test.
Berdasarkan Lampiran 3, hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai Prob >
Chi2 sebesar 0,3647 > α=0,05, hal ini menunjukkan tidak ada masalah autokorelasi.
5.1.4. Uji Hipotesis
Pada uji hipotesis akan dilakukan uji koefisien determinasi (R2), uji F, dan uji t. Nilai-nilai statistik dari koefisien determinasi, uji F, dan uji t disajikan pada Tabel 5.2. setelah melakukan regresi dengan menambahkan opsi robust untuk mengatasi masalah heterokedastisitas.
Tabel 5.2. Uji Hipotesis Profit Growth Coef. St.Err. P-Value
CR -0.282 0.102 0.007
DAR -3.909 1.134 0.001
ITO 0.047 0.040 0.237
Sales Growth 0.045 0.068 0.504
Constant 2.455 0.875 0.006
Number of obs 110
R-squared 0.3442
Prob > F 0.0007
Sumber : Hasil olah software Stata 16, 2020 5.1.4.1. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Berdasarkan Tabel 5.2. menunjukkan bahwa nilai R-Squared sebesar 0,3442 atau 34,42% yang artinya variabel Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Inventory Turnover, dan Sales Growth secara simultan dapat menjelaskan Profit Growth sebesar 34,42 %, sisanya sebear 65,58% dijelaskan oleh faktor-faktor lain.
5.1.4.2. Uji F (Uji Simultan)
Berdasarkan Uji F pada Tabel 5.2., nilai Prob. (F-statistics) yakni sebesar 0,0007 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen, yakni Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Inventory, dan Sales Growth secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel Profit Growth.
5.1.4.3.Uji t (Uji Parsial)
Berdasarkan uji t pada Tabel 5.2., diperoleh persamaan regresi data panel sebagai berikut.
𝑌𝑡−1 = 2,45 − 0,28𝐶𝑅 − 3,91𝐷𝐴𝑅 + 0,05𝐼𝑇𝑂 + 0,05𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝐺𝑟𝑜𝑤𝑡ℎ + 𝑒
Pada persamaan tersebut diketahui nilai koefisien regresi dari variabel Current Ratio adalah -0,28 dan nilai Prob. adalah 0,007, yakni < tingkat signifikansi 0,05, nilai koefisien regresi dari variabel Debt to Asset Ratio adalah -3,91dan nilai Prob. Adalah 0,001, yakni < tingkat signifikansi 0,05, nilai koefisien dari variabel Inventory Turnover adalah 0,05 dan nilai Prob. adalah 0,237, nilai koefisien regresi dari variabel Sales Growth adalah 0,05 dan nilai Prob. adalah 0,504, yakni > tingkat signifikansi 0,05 dapat disimpulkan bahwa variabel CR (Current Ratio) & DAR (Debt to Asset Ratio) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profit Growth sedangkan variabel ITO (Inventory Turnover) & Sales Growth positif namun tidak signifikan.
5.1.5. Uji Regresi Variabel Moderating
Uji regresi variabel moderating pada penelitian ini menggunakan uji interaksi yang bertujuan untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan (firm size) dapat memoderasi pengaruh Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Inventory Turnover, dan Sales Growth terhadap Profit Growth. Berikut ini adalah tabel hasil dari analisis variabel moderating dengan metode uji interaksi :
Tabel 5.3. Uji Signifikansi Variabel Moderating
Profit Growth Coef. St.Err. P-Value
CR 0.668 0.601 0.268
DAR -10.28 2.722 0.000
ITO 0.096 0.217 0.659
Sales Growth 8.341 4.789 0.085
CR*Firm Size -0.065 0.046 0.164
DAR*Firm Size 0.455 0.160 0.006
ITO*Firm Size -0.004 0.015 0.784
Sales Growth*Firm Size -0.556 0.320 0.085
Constant 2.323 0.878 0.009
Number of obs 110
R-squared 0.3856
Prob > F 0.0000
Sumber : Hasil olah software Stata 16, 2020
Berdasarkan Tabel 5.3. hasil uji signifikansi variabel moderating dapat disimpulkan sebagai berikut: nilai probabilitas pada pengaruh crxfirmsize terhadap Profit Growth sebesar 0,164 > significant alpha (5% atau 0,05). Diketahui nilai probabilitas pada pengaruh darxfirmsize terhadap Profit Growth sebesar 0,006 <
significant alpha (5%) dan nilai koefisiennya positif sebesar 0,46. Diketahui nilai probabilitas pada pengaruh itoxfirmsize terhadap Profit Growth sebesar 0,784 >
significant alpha (5% atau 0,05). Diketahui nilai probabilitas pada pengaruh itoxfirmsize terhadap Profit Growth sebesar 0,085 > significant alpha (5%).
Hal ini dapat disimpulkan bahwa firm size dapat memperkuat hubungan antara Debt to Asset Ratio terhadap Profit Growth namun firm size tidak mampu memoderasi pengaruh Current Ratio, Inventory Turnover, dan Sales Growth tehadap Profit Growth.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Pengaruh Current Ratio Terhadap Profit Growth
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Current Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profit Growth. Hal ini menunjukkan bahwa Current Ratio yang tinggi belum tentu memberikan dampak yang positif bagi profit growth perusahaan, sebab semakin tinggi Current Ratio, semakin rendah pertumbuhan laba dari waktu ke waktu. Akan tetapi, Current Ratio yang tinggi bisa saja disebabkan karena kurang efektifnya manajemen memamfaatkan aktiva produktif seperti kas, persediaan dan piutang, dimana perusahaan memegang uang kas dalam jumlah besar, menumpuknya persediaan di gudang, atau tingginya piutang usaha yang dapat menimbulkan biaya bagi perusahaan (Hery, 2017).
Umobong (2015) menyatakan pernyataan ini sinkron dengan pengamatan Eljelly (2004) yang mengklaim bahwa hubungan antara likuiditas dan pertumbuhan laba adalah negatif. Persediaan adalah kunci elemen dari aset lancar perusahaan. Walaupun persediaan tidak mudah di konversi ke kas karena terikat dengan kekuatan permintaan dan penawaran. Tingkat persediaan dan piutang yang tinggi bisa menjadi indikasi kendala kas.
Berdasarkan data penelitian, diketahui bahwa peningkatan Current Ratio dari tahun ke tahun didorong oleh peningkatan persediaan yang yang memiliki porsi terbesar dalam komponen current asset. Dalam laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman, persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, bahan pembantu, bahan suku cadang, bahan kemasan, barang dalam proses, barang jadi (finished goods) dan lainnya. Bila dilihat dari jenisnya, perusahaan makanan dan minuman memerlukan banyak persediaan bahan baku dan persediaan lainnya yang mendukung untuk diolah menjadi barang jadi (finished goods). Persediaan merupakan aset yang dianggap paling tidak likuid diantara
akun-akun dalam current asset. Persediaan memerlukan tahapan yang cukup panjang untuk dijadikan kas, karena harus diproses lagi menjadi finished goods yang siap untuk dijual. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa peningkatan likuiditas menyebabkan adanya peningkatan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan makanan dan minuman untuk memproses bahan baku dan persediaan lainnya sehingga berakibat pada penurunan laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh AWS, Surtikanti, &
Darmansyah (2018), Simamora M. (2018) serta Umobong (2015).
5.2.2. Pengaruh Debt to Asset Ratio Terhadap Profit Growth
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Debt to Asset Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profit Growth. Erdoğana, Erdoğanb, & Ömürbekc (2015) dalam penelitiannya menyatakan rasio leverage memberikan kesimpulan akan tingkat hutang suatu perusahaan dan menentukan jumlah aset perusahaan yang dibiayai oleh pihak eksternal. Rasio Debt to Asset Ratio yang tinggi dapat dianggap sebagai indikasi risiko yang lebih tinggi dalam kebijakan pembiayan perusahaan. Dengan demikian, berbagai pelaku yang terkait dengan perusahaan seperti kreditur/pemberi pinjaman, suppliers, dsbnya dapat menilai bahwa perusahaan mengalami risiko kesulitan keuangan yang tinggi. Penghakiman ini dapat menciptakan lingkungan yang dapat menghalangi kegiatan bisnis yang dapat memicu penurunan laba.
Dalam penelitian Sudana (2011) menyatakan bahwa semakin besar rasio DAR maka penggunaan hutang dalam membiayai investasi pada aktiva semakin besar dan risiko keuangan semakin meningkat. Hal ini didukung dengan teori
pecking order (Brealey, Myers, dan Marcus, 2008) yang menyarankan manajer keuangan untuk mempertahankan setidaknya beberapa kelonggaran keuangan yaitu, cadangan kas yang siap atau kapasitas pinjaman yang belum digunakan.
Sehingga perusahaan lebih menyukai pendanaan internal sebelum pendanaan eksternal dalam bentuk hutang.
Perusahaan yang mempunyai Debt to Asset Ratio yang tinggi menunjukkan bahwa sebagian besar aset perusahaan tersebut dibiayai oleh hutang.
Dengan semakin tinggi hutang maka dapat berdampak pada timbulnya risiko keuangan yang besar, seperti peluang perusahaan tidak mampu melunasi hutang-hutangnya dengan aset yang dimilikinya semakin besar dan beban bunga yang harus ditanggung perusahaan semakin besar (Hery, 2017). Jika perusahaan tidak mampu melunasi kewajiban yang ditimbulkan serta risiko yang besar maka akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan karena tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar yang tinggi sehingga akan menurunkan laba yang dihasilkan perusahaan (Margareth, 2016). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kariyawasam (2019), Margareth (2016), Erdoğana, Erdoğanb, & Ömürbekc (2015), serta Oktanto & Nuryatno (2014).
5.2.3. Pengaruh Inventory Turnover Terhadap Profit Growth
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Inventory Turnover berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Profit Growth. Oktanto & Nuryatno (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Inventory Turnover tidak berpengaruh terhadap Profit Growth yang menunjukkan bahwa kurang efektifnya perusahaan dalam pengendalian perputaran persediaan sehingga dana yang
tertanam dalam persediaan terlalu lama dijadikan kas, hal ini menandakan rendahnya efektivitas manajemen persediaan yang dapat mempengaruhi proses produksi dalam meningkatkan penjualan perusahaan.
Pada agency theory, manajer sebagai agent diasumsikan melakukan tindakan dan mengambil keputusan keuangan dengan tujuan memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Inventory Turnover dapat digunakan untuk menggambarkan kemampuan manajemen dalam melakukan aktivitas penjualan dan berapa lama persediaan barang dagangan berhasil dijual kepada customer.
Kecepatan perusahaan dalam menjual persediaan merupakan ukuran dari kinerja bisnis (Simamora M. , 2018).
Berdasarkan data penelitian, dapat diketahui bahwa baik Beban Pokok Penjualan maupun Persediaan sama-sama mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa Inventory Turnover yang dimiliki oleh perusahaan belum mampu meningkatkan Pertumbuhan Laba. Dalam penelitian ini terlihat bahwa manajemen belum maksimal dalam melaksanakan aktivitas penjualan untuk menghasilkan profit growth yang diharapkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktanto & Nuryatno (2014), Tri Wahyuni (2017), Margareth (2016), dan Simamora M. (2018).
5.2.4. Pengaruh Sales Growth Terhadap Profit Growth
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sales Growth berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Profit Growth. Berdasarkan data penelitian,
dapat diketahui bahwa Sales Growth yang dihasilkan oleh perusahaan makanan &
minuman tidak berpengaruh terhadap Profit Growth bisa disebabkan oleh beban-beban seperti beban-beban pokok penjualan, beban-beban operasional, beban-beban keuangan yang ditanggung oleh perusahaan relatif lebih besar bila dibandingkan dengan penjualan yang dihasilkan sehingga tidak berpengaruh terhadap perolehan laba perusahaan. Dalam penelitian Simamora M. (2018) menyatakan bahwa hasil penjualan yang berkurang bisa juga disebabkan oleh banyaknya persediaan bahan baku dan barang dalam proses yang belum siap untuk dijual. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Simamora M. (2018) serta Sitohang, Fahrizal, & Luthfi (2015).
5.2.5. Pengaruh Firm Size Sebagai Variabel Moderating
Berdasarkan hasil uji interaksi pada Tabel 5.3. menunjukkan bahwa Firm Size mampu memoderasi hubungan antara Debt to Asset Ratio dengan Profit Growth dimana nilai probabilitas sebesar 0,006 < significant alpha (5%) dan nilai koefisiennya positif sebesar 0,46. Hal ini menunjukkan bahwa Firm Size mampu memperkuat dan hubungan signifikan antara Debt to Asset Ratio terhadap Profit Growth. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Margareth (2016) yang menyatakan bahwa Firm Size berpengaruh terhadap hubungan antara Debt to Asset Ratio dan Profit Growth, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berukuran besar atau memiliki jumlah aset yang besar menandakan semakin baik pihak manajemen dalam pengelolaan hutang suatu perusahaan untuk meningkatkan laba.
Sedangkan hasil uji moderating untuk variabel Current Ratio, Inventory Turnover, dan Sales Growth menunjukkan bahwa nilai probabilitas > significant alpha (5% atau 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Firm Size tidak mampu memoderasi pengaruh Current Ratio, Inventory Turnover, dan Sales Growth terhadap Profit Growth pada perusahaan makanan dan minuman pada periode 2009-2019. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Simamora M. (2018) dan Rice (2016) yang menyimpulkan bahwa Firm Size tidak dapat memoderasi hubungan antara beberapa rasio keuangan terhadap Profit Growth.
Berdasarkan data penelitian ini diketahui bahwa tidak selamanya perusahaan berukuran besar (total aset yang besar) akan menghasilkan pertumbuhan laba yang lebih besar, kemudian perusahaan berukuran kecil (total aset yang kecil) tidak selamanya menghasilkan pertumbuhan laba yang kecil. Jika perusahaan dengan aset kecil dapat dikelola dengan baik maka tidak menutup kemungkinan untuk mendapat pertumbuhan laba yang lebih besar dari perusahaan dengan jumlah aset yang besar. Profit Growth mengarah pada kemampuan manajemen dalam mengelola aset perusahaan, peluang dalam memperoleh pertumbuhan laba tidak ditentukan dari besarnya aset yang dimiliki perusahaan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Inventory Turnover, dan Sales Growth terhadap Profit Growth dengan Firm Size sebagai variabel moderating dan berdasarkan uraian diatas hasil dari penelitian ini memberikan kesimpulan, yaitu:
1. Current Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profit Growth pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2009-2019.
2. Debt to Asset Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profit Growth pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2009-2019.
3. Inventory Turnover berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Profit Growth pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2009-2019.
4. Sales Growth berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Profit Growth pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2009-2019.
5. Firm Size sebagai variabel moderasi mampu memperkuat dan signifikan hubungan Debt to Asset Ratio terhadap Profit Growth namun Firm Size tidak mampu memoderasi pengaruh Current Ratio, Inventory Turnover, dan Sales Growth terhadap Profit Growth pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2009-2019.
6.2. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini memiliki keterbatasan adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan objek penelitian hanya menggunakan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2019.
2. Penelitian ini hanya menguji variabel – variabel diantaranya Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Inventory Turnover, dan Sales Growth terhadap Profit Growth dengan Firm Size sebagai variabel moderating, dengan kemungkinan masih banyak faktor-faktor lain yang memungkinkan dapat mempengaruhi Profit Growth.
6.3. Saran
Berdasarkan keterbatasan penelitian sebagaimanan yang telah disebutkan diatas, dapat disempurnakan oleh peneliti-peneliti selanjutnya dengan saran antara lain:
1. Bagi peneliti berikutnya dapat menggunakan variabel-variabel lain selain Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Inventory Turnover, dan Sales Growth yang dapat mempengaruhi Profit Growth serta disarankan bagi peneliti berikutnya untuk menggunakan objek penelitian pada perusahaan lain yang terdapat di BEI dan menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak lagi agar variasi data lebih bagus, sehingga memberikan hasil yang lebih baik.
2. Bagi investor, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi Profit Growth dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abbasi, A., & Malik, Q. A. (2015). Firms’ Size Moderating Financial Performance in Growing Firms: An Empirical Evidence from Pakistan. International Journal of Economics and Financial Issues Vol 5 Issue 2.
Adegbie, F. F., Nwaobia, A. N., Ogundajo, G. O., & Olunuga, O. D. (2020). Inventory Control and Financial Performance of Listed Conglomerate Firms in Nigeria.
Journal of Management and Strategy Vol. 11, No. 2.
Alfaro, L., Asis, G., Chari, A., & Panizza, U. (2017). Lessons Unlearned? Corporate Debt in Emerging Markets. National Bureau of Economic Research. Cambridge, United States: Harvard University.
Ali, S. A. (2019). Determminants Of Profitability in The Manufacturing Firm: The Case Of Natural Mineral Water Producing Companies. Ethiopia: Master of Science in Accounting & FInance, Addis Ababa University.
Arifin, T. (2014). Sinergi Sukses Pengusaha dan Bankir. Jakarta : Gramedia.
Arika, N., & Ardini, L. (2017). Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Penjualan Dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Perusahaan Manufaktur. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi,Vol 6 (1), 18-30.
AWS, R. M., Surtikanti, & Darmansyah. (2018). Determinan Pertumbuhan Laba Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 5, No. 2, 166 - 174.
Azhar, K. A., & Ahmed, N. (2019). Relationship Between Firm Size and Profitability:
Investigation from Textile Sector of Pakistan. International Journal of Information, Business and Management, Vol. 11, No.2.
Barton, L., S., Ned C. Hill, & Sundaran, S. (1989). An Empirical Test of Stakeholder Theory Predictions of Capital Structure. Journal of the FinancialManagement Association, Vol 18(1), 36-44.
Barus, A., & Leliani. (2013). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil, Vol 3(2), 111-121.
Bashir, Z., Arshad, M. U., Asif, M., & Khalid, N. (2020). Driving Factors Of Growth Evidence In The Food & Textile Sectors Of Pakistan. Financial Internet Quarterly, Vol. 16, No. 1.
Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2011). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Terjemahan Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.
Bubaker, A. N. (2013). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba (Studi
Bubaker, A. N. (2013). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba (Studi