FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROFIT GROWTH DENGAN FIRM SIZE SEBAGAI VARIABEL MODERATING (STUDI PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERCATAT
DI BURSA EFEK INDONESIA)
Tesis
Untuk Memenuhi Sebagian Pesyaratan Mencapai Derajat Sarjana S2 Program Studi Magister Akuntansi
Oleh : WENI ROSALI
177017026
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2020
TIM PENGUJI TESIS
Telah Diuji dan Dinyatakan LULUS di Depan Tim Penguji Pada Hari Senin, 31 Agustus 2020
Judul Tesis : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profit Growth Dengan Firm Size Sebagai Variabel Moderating (Studi Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia)
Nama Mahasiswa : Weni Rosali
NIM : 177017026
Program Studi : Magister (S2) Akuntansi
Dr. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak, CA, CSP, CPA Ketua Penguji/Pembimbing Keulana Erwin, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA Anggota Penguji/Pembimbing Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA, CPA Anggota Penguji
Rina Br Bukit, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA Anggota Penguji Dr. Abdhy Aulia Adnan, SP, MM Anggota Penguji
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiwa : Weni Rosali
NIM : 177017026
Program Studi : Magister (S2) Akuntansi
Jenis Karya : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non Exclusive Royalty Free Right) atas tesis yang berjudul :
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profit Growth Dengan Firm Size Sebagai Variabel Moderating (Studi Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang
Tercatat Di Bursa Efek Indonesia)
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti Non Ekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan dalam bentuk database, merawat, dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan
Pada Tanggal : 31 Agustus 2020 Yang Menyatakan,
Weni Rosali
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROFIT GROWTH DENGAN FIRM SIZE SEBAGAI VARIABEL MODERATING (STUDI PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERCATAT
DI BURSA EFEK INDONESIA)
Ini adalah benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan plagiatisme atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam tradisi keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menerima tindakan/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian ditemukan pelanggaran atas etika akademik dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, 31 Agustus 2020 Yang Memberi Pernyataan
Weni Rosali
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROFIT GROWTH DENGAN FIRM SIZE SEBAGAI VARIABEL MODERATING (STUDI PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERCATAT DI
BURSA EFEK INDONESIA)
Tujuan dari penelitian ini adalaha untuk mengetahui pengaruh Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Inventory Turnover, dan Sales Growth terhadap Profit Growth dengan Firm Size sebagai variabel moderating.
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan makanan & minuman yang terdaftar di BEI selama 2009 – 2019 sebanyak 15 perusahaan. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sehingga sampel yang terpilih berjumlah 10 perusahaan. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode data panel.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Current Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profit Growth, (2) Debt to Asset Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profit Growth, (3) Inventory Turnover berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Profit Growth, (4) Sales Growth berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Profit Growth, (5) Firm Size sebagai variabel moderasi mampu memperkuat dan signifikan hubungan Debt to Asset Ratio terhadap Profit Growth namun Firm Size tidak mampu memoderasi pengaruh Current Ratio, Inventory Turnover, dan Sales Growth terhadap Profit Growth pada perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2019.
Kata Kunci: Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Inventory Turnover, Sales Growth, Profit Growth, Firm Size
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan tesis yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profit Growth Dengan Firm Size Sebagai Variabel Moderating (Studi Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia)” .
Tesis ini merupakan karya tulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Pascasarjana Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, guna meraih gelar Magister (S2).
Dalam menyelesaikan Proses Studi Magister Akuntansi di universitas Sumatera Utara, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus atas dukungan, motivasi, bantuan dan arahan dari berbagai pihak. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA, selaku Ketua Program Studi Magister/Doktor Ilmu Akuntansi sekaligus selaku dosen pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis dalam penyempurnaan Tesis ini.
4. Bapak. Dr. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak, CA selaku Sekretaris Program Studi Magister/Doktor Ilmu Akuntansi sekaligus selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak membantu dalam mengarahkan, membimbing dan memberi masukan kepada penulis dalam penyusunan Tesis ini.
5. Bapak Keulana Erwin, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dalam mengarahkan, membimbing dan memberi masukan kepada penulis dalam penyusunan Tesis ini.
6. Ibu Rina Br Bukit, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA selaku dosen pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis dalam penyempurnaan Tesis ini.
7. Bapak Dr. Abdhy Aulia Adnan, SP, MM selaku dosen pembanding, dengan kesabaran telah banyak memberi masukan, saran-saran arahan dan bimbingan yang sangat membantu penulis dalam penyusunan Tesis ini.
8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen di Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
9. Keluarga yang selalu memberikan motivasi, semangat, doa dan dukungan moril maupun dukungan materil yang diberikan dengan tulus dari awal hingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini.
10. Seluruh teman-teman di Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Universitas Sumatera Utara yang memberikan semangat serta doanya kepada penulis, yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu.
11. Kak Yusna dan seluruh staf bagian administrasi lainnya yang telah banyak memabantu dalam pengurusan administrasi bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa Tesis ini tidak sempurna, namun kiranya dalam ketidaksempurnaannya tersebut tetap dapat memberikan manfaat baik bagi pengembangan ilmu akuntansi. Penulis juga berharap karya ilmiah ini dihasilkan menjadi tahapan baru untuk menghasilkan karya tulis yang semakin baik.
Medan, Penulis,
Weni Rosali
RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI
Nama : Weni Rosali
Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Balai, 26 September 1996
Agama : Buddha
Nama Orang Tua : Lie Ik Seng (Ayah) dan Venny Tan (Ibu) Nama Saudara Kandung : Kalvin Raveli
Alamat : Jl. Menjangan No. 36-D, Kec. Medan Area, Kel. Pandau Hulu II, 20211
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 2001 s.d 2007 : SD Yayasan Perguruan Sisingamangaraja Tanjung Balai
Tahun 2007 s.d 2010 : SMP Yayasan Perguruan Sisingamangaraja Tanjung Balai
Tahun 2010 s.d 2013 : SMA Sutomo 1 Medan
Tahun 2013 s.d 2017 : Fakultas Ekonomi & Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sumatera Utara
Tahun 2018 s.d 2020 : Magister Akuntansi Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 8
1.3. Pertanyaan Penelitian ... 9
1.4. Tujuan Penelitian ... 9
1.5. Mamfaat Penelitian ... 10
1.6. Originalitas Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1. Landasan Teori ... 12
2.1.1. Agency Theory ... 12
2.1.2. Analisis Rasio Keuangan ... 13
2.1.3. Profit Growth ... 14
2.1.4. Current Ratio ... 15
2.1.5. Debt to Asset Ratio ... 16
2.1.6. Inventory Turnover ... 16
2.1.7. Sales Growth ... 17
2.1.8. Firm Size ... 18
2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping) ... 19
Bab III Kerangka Konsep dan Hipotesis ... 20
3.1. Kerangka Konsep ... 20
3.2. Hipotesis Penelitian ... 25
BAB IV METODE PENELITIAN ... 26
4.1. Jenis Penelitian ... 26
4.2. Lokasi Penelitian ... 26
4.3. Populasi dan Sampel ... 26
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 28
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 28
4.5.1. Variabel Dependen ... 28
4.5.2. Variabel Independen ... 28
4.5.2.1. Current Ratio ... 28
4.5.2.2. Debt to Asset Ratio ... 29
4.5.2.3. Inventory Turnover ... 29
4.5.2.4. Sales Growth ... 29
4.5.3. Variabel Moderating ... 29
4.5.3.1. Firm Size... 29
4.6. Metode Analisis Data ... 31
4.6.1. Langkah-Langkah Analisis ... 31
4.6.1.1. Chow Test ... 31
4.6.1.2. Hausman Test ... 32
4.6.1.3. Uji Lagrange Multiplier (LM) ... 32
4.6.1.4. Uji Asumsi Klasik ... 32
4.6.1.5. Uji Hipotesis ... 34
4.6.1.6. Uji Regresi Variabel Moderating ... 35
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36
5.1. Hasil Penelitian ... 36
5.1.1. Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif ... 36
5.1.2. Pemilihan Model Estimasi... 37
5.1.2.1. Chow Test ... 37
5.1.2.2. Hausman Test ... 38
5.1.2.3. Lagrange Multiple Test ... 38
5.1.3. Uji Asumsi Klasik ... 38
5.1.3.1. Uji Normalitas ... 39
5.1.3.2. Uji Multikolinearitas ... 39
5.1.3.3. Uji Heterokedastisitas... 40
5.1.3.4. Uji Autokorelasi ... 40
5.1.4. Uji Hipotesis ... 40
5.1.4.1. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 41
5.1.4.2. Uji F (Uji Simultan) ... 41
5.1.4.3. Uji t (Uji Parsial) ... 42
5.1.5. Uji Regresi Variabel Moderating ... 42
5.2. Pembahasan ... 44
5.2.1. Pengaruh Current Ratio terhadap Profit Growth ... 44
5.2.2. Pengaruh Debt to Asset Ratio terhadap Profit Growth ... 45
5.2.3. Pengaruh Inventory Turnover terhadap Profit Growth ... 46
5.2.4. Pengaruh Sales Growth terhadap Profit Growth ... 48
5.2.5. Pengaruh Firm Size Sebagai Variabel Moderating ... 48
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
6.1. Kesimpulan ... 50
6.2. Keterbatasan Penelitian ... 51
6.3. Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Kriteria Pengambilan Sampel ... 27
Tabel 4.2 Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian ... 27
Tabel 4.3 Definisi Operasional Variabel ... 30
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif ... 36
Tabel 5.2 Uji Hipotesis ... 41
Tabel 5.3 Uji Signifikansi Variabel Moderating ... 43
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1 Nilai PDB Berdasarkan Industri 2014-2018 (Miliar Rupiah) ... 3 Gambar 1.2 10 Emiten Konsumer dengan Kapitalisasi Terbesar... 4 Gambar 1.3 Fenomena mengenai Pertumbuhan Laba Perusahaan Sektor Makanan
dan Minuman yang terjadi di Indonesia ... 5 Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ... 20
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Telaah Literatur ... 58 Lampiran 2 Daftar Pengambilan Sampel ... 68 Lampiran 3 Output Hasil Uji Statistik Data Penelitian ... 69
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bisnis di dunia dapat dikategorikan ke dalam dua bagian yaitu yang berorientasi profit dan berorientasi nonprofit. Terlepas dari motif berorientasi keuntungan atau motif kesejahteraan sosial, kinerja keuangan merupakan kunci utama dalam organisasi untuk mencapai tujuan mereka. Informasi mengenai kinerja keuangan akan membentuk keputusan mengenai masa depan organisasi.
Itulah sebabnya akuntansi telah berkembang untuk memenuhi kebutuhan informasi keuangan organisasi bisnis di seluruh dunia, memberikan informasi tentang kinerja keuangan untuk memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih baik. Rasio keuangan dapat disebut sebagai alat akuntansi yang akan membantu berbagai pembuat keputusan untuk mengambil keputusan mengenai kinerja keuangan perusahaan.
Rasio keuangan akan memungkinkan para manajer untuk menilai operasi organisasi, pertumbuhan, dan membandingkan organisasi dengan para pesaingnya. Menganalisa rasio juga akan membantu mereka dalam merencanakan kinerja masa depan dengan mempertimbangkan kinerja periode saat ini.
Menurut Subramanyam (2017), bagian informasi perusahaan yang paling banyak diminta oleh pasar keuangan adalah profit. Paramater penting dari kinerja keuangan perusahaan adalah Profit yang bertujuan untuk mengukur perubahan kekayaan pemegang saham selama satu periode dan mengestimasi profitabilitas perusahaan saat ini, yang artinya sejauh mana perusahaan dapat menutupi biaya
operasi dan memperoleh imbal hasil bagi para pemegang saham. Informasi mengenai profit sangat penting karena laba dapat membantu dalam memperkirakan potensi laba masa depan perusahaan.
Profit Growth yaitu naik atau turunnya laba perusahaan per tahun. Dimana, jika pertumbuhan laba perusahaan meningkat, sehingga pembagian deviden perusahaan meningkat. Maka dari itu, pertumbuhan laba dapat mempengaruhi keputusan para investor yang akan menanamkan modalnya kedalam perusahaan.
Kementerian Perindustrian mencatat, sepanjang tahun 2018 industri makanan dan minuman mampu tumbuh sebesar 7,91% atau melebihi pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,17%. Jika dilihat perbandingan year-on- year pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang di triwulan IV- 2018 meningkat sebesar 3,90% terhadap triwulan IV-2017, disebabkan oleh meningkatnya produksi industri makanan dan minuman sebesar 23,44%. Pada tahun 2018, industri makanan menyumbang hingga Rp 56,60 triliun dimana industri makanan menjadi salah satu sektor yang menopang peningkatan nilai investasi nasional. Menperin menyatakan “di tahun 2018, tenaga kerja di sektor industri manufaktur mencapai 18,25 juta orang atau meningkat 17,4% dibanding tahun 2015. Industri makanan menjadi kontributor terbesar hingga 26,67%.
Menperin menambahkan, produk makanan dan minuman Indonesia telah dikenal memiliki daya saing di kancah global melalui keragaman jenisnya. Ini ditandai dengan capaian nilai ekspornya sebesar USD 29,91 miliar pada tahun 2018 (Kemenperin, 2019).
Tingginya nilai industri makanan dan minuman menyebabkan sektor ini berkontribusi terhadap PDB dari Indonesia dimana industri makanan dan
minuman yang menjadi salah satu sektor unggulan dari sektor manufaktur Indonesia. Berikut nilai PDB berdasarkan industri tahun 2014-2018: (Mahardhika, 2018).
Gambar 1.1. Nilai PDB Berdasarkan Industri 2014-2018 (Miliar Rupiah)
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2018
Berdasarkan Gambar 1.1. terlihat bahwa nilai dari industri makanan dan minuman menunjukkan tren yang meningkat dari tahun 2014-2018. Pada tahun 2014, nilai dari industri makanan telah mencapai Rp 117 triliun dan di tahun 2018, sektor industri makanan & minuman telah meningkat mencapai Rp 165 triliun.
Saham-saham sektor consumer goods atau industri barang konsumsi menjadi salah satu yang menjadi incaran investor di Bursa Efek Indonesia. Potensi bisnis secara fundamental juga menjadi pertimbangan investor dalam mengoleksi
saham-saham sektor konsumer ini, apalagi produk-produknya menjadi konsumsi masyarakat umum. Berikut emiten di sektor consumer goods yang memiliki market cap atau kapitalisasi pasar terbesar (Kemenperin, 2019) :
Gambar 1.2 10 Emiten Konsumer dengan Kapitalisasi Terbesar
Sumber: Kemenperin, 2019
Berdasarkan Gambar 1.2. terlihat bahwa 10 emiten konsumer dengan kapitalisasi terbesar per 29 Januari 2019 pada perusahaan makanan dan minuman adalah PT Indofood SM Tbk (INDF), PT Indofood CBP SM Tbk (ICBP), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), dan PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI).
Kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar di bursa sedang ditunggu oleh para investor saham, tak terkecuali perusahaan sektor makanan dan minuman.
Berikut ini disajikan beberapa fenomena mengenai profit growth perusahaan sektor makanan dan minuman yang terjadi di Indonesia:
Gambar 1.3. Fenomena mengenai Pertumbuhan Laba Perusahaan Sektor Makanan dan Minuman yang terjadi di Indonesia
Sumber : www.idx.co.id (data diolah)
Berdasarkan Gambar 1.3. terlihat bahwa dari empat perusahaan sektor makanan dan minuman yang termasuk memiliki market cap atau kapitalisasi pasar terbesar berdasarkan info Kemenperin (2019) hanya PT Mayora Indah Tbk &
Entitas Anak yang mempu menghasilkan laba yang stabil setiap tahunnya dan selalu mengalami peningkatan laba pada periode 2014-2018, selain satu perusahaan tersebut masing-masing perusahaan makanan dan minuman mempunyai permasalahan yang berbeda, sehingga pertumbuhan laba bersifat fluktuatif setiap tahunnya.
0 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000
2014 2015 2016 2017 2018
Pertumbuhan Laba Periode 2014-2018
1 2 3 4
Pertumbuhan laba dapat dipengaruhi secara internal melalui adanya perubahan komponen-komponen dalam laporan keuangan, misalnya seperti perubahan penjualan, harga pokok penjualan, beban operasi, dan lain-lain.
Pertumbuhan laba yang tidak konsisten pada perusahaan sektor makanan dan minuman dari tahun ke tahun, bila dibandingkan dengan potensi dan peluang pertumbuhannya yang cukup besar di Indonesia menjadi suatu fenonema yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian terhadap profit growth pada perusahaan sektor makanan dan minuman.
Penelitian ini dilatarbelakangi juga oleh adanya perbedaan hasil penelitian (research gap) dari beberapa peneliti terdahulu mengenai Profit Growth dan faktor yang mempengaruhi, antara lain: pada penelitian Kariyawasam (2019) ditemukan bahwa Current Ratio berpengaruh postif terhadap Profit Growth sedangkan di penelitian AWS, Surtikanti & Darmansyah (2018) ditemukan bahwa Current Ratio berpengaruh negatif terhadap Profit Growth lalu di penelitian Lutfi Baraja (2018) ditemukan bahwa Current Ratio tidak berpengaruh terhadap Profit Growth. Pada penelitian lainnya, menurut Simamora M. (2018) Debt to Asset Ratio berpengaruh postif terhadap Profit Growth sedangkan Kariyawasam (2019) menyatakan bahwa Debt to Asset Ratio berpengfaruh negatif terhadap Profit Growth lalu Rice (2016) menyatakan Debt to Asset Ratio tidak berpengaruh terhadap Profit Growth. Menurut Oktanto & Nuryatno (2014) Inventory Turnover berpengaruh positif terhadap Profit Growth sedangkan pada penelitian Okwo, Enekwe, & Okelue (2012) ditemukan bahwa Inventory Turnover berpengaruh negatif terhadap Profit Growth lalu di penelitian Tri Wahyuni (2017) ditemukan bahwa Inventory Turnover tidak berpengaruh terhadap Profit Growth. Pada
penelitian lainnya, menurut Rice (2016) Sales Growth berpengaruh postif terhadap Profit Growth sedangkan penelitian Simamora M. (2018) ditemukan bahwa Sales Growth tidak berpengaruh terhadap Profit Growth. Pada hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa ada yang tidak konsisten antara faktor- faktor tersebut dengan Profit Growth.
Berdasarkan inkonsistensi hasil penelitian tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti kembali terhadap 4 (empat) variabel yaitu Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Inventory Turnover, dan Sales Growth. Pada penelitian ini menggunakan firm size sebagai variabel moderating karena firm size merupakan salah satu indikator yang menunjukkan semakin besar ukuran perusahaan, semakin banyak sumber daya tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh manajemen perusahaan untuk memperoleh laba yang lebih besar. Selain itu, perusahaan yang berukuran besar cenderung memiliki kemudahan untuk memasuki pasar modal.
Mahmood, Han, Ali, Mubeen, & Shahzad (2019) menyatakan bahwa perusahaan berukuran besar memiliki akses lebih baik untuk masuk ke pasar modal sehingga ketersediaan kredit yang lebih baik serta memiliki reputasi pasar yang kuat dan lebih banyak aset untuk diinvestasikan dan oleh karena itu perusahaan ukuran besar memiliki akses yang lebih baik untuk utang jangka pendek dan jangka panjang dibandingkan perusahaan kecil yang mendapat kepercayaan kreditur yang lebih rendah karena mereka memberikan informasi keuangan yang asimetris serta lebih banyak kendala keuangan daripada perusahaan berukurnan besar. Karena itu, perusahaan-perusahaan kecil ini mengalami kondisi utang yang tidak menguntungkan dan beban bunga yang lebih tinggi dan juga kurang diminati oleh analis pasar. Pemberi pinjaman/ kreditur
lebih yakin kepada perusahaan besar karena portofolionya lebih terdiversifikasi dan karenanya memiliki risiko kebangkrutan yang lebih rendah.
Menurut Simamora M. (2018) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Inventory Turn Over, Total Asset Turn Over dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Pertumbuhan Laba tidak dapat dimoderasi oleh Ukuran Perusahaan. Namun menurut Margareth (2016) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa working capital to total asset dan debt to equity ratio terhadap pertumbuhan laba dapat dimoderasi oleh ukuran perusahaan, sedangkan untuk inventory turnover dan net profit margin terhadap pertumbuhan laba, ukuran perusahaan tidak mampu memoderasi.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profit Growth dengan Firm Size sebagai Variabel Moderating (Studi Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia)”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas terdapat inkonsistensi hasil penelitian dan pertumbuhan laba pada perusahaan makanan dan minuman yang tidak konsisten dari tahun ke tahun, bila dibandingkan dengan potensi dan peluang pertumbuhan ekonominya yang cukup besar di Indonesia dimana pertumbuhan laba dapat mempengaruhi keputusan para investor yang akan menanamkan modalnya kedalam perusahaan. Pertumbuhan laba dapat dipengaruhi secara internal melalui adanya perubahan komponen-komponen dalam laporan keuangan. Maka penulis
mencoba menganalisis pengaruh Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Inventory Turnover, dan Sales Growth dengan Firm Size sebagai variabel moderating terhadap Profit Growth.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Dari latar belakang tersebut, maka dapat muncul beberapa pertanyaan yang menjadi rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Inventory Turnover, dan Sales Growth berpengaruh terhadap Profit Growth pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah Firm Size mampu memoderasi hubungan antara Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Inventory Turnover, dan Sales Growth terhadap Profit Growth pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia?
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Inventory Turnover, dan Sales Growth terhadap Profit Growth pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Firm Size dalam memoderasi hubungan antara Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Inventory Turnover, dan
Sales Growth terhadap Profit Growth pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia.
1.5. Mamfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan mamfaat kepada:
a. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada investor sebagia bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melanjutkan investasi pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan acuan untuk peneliti selanjutnya.
c. Bagi Perusahaan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tinjauan bagi manajemen perusahaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi profit growth sehingga manajemen perusahaan mampu meningkatkan kinerja perusahaan di masa yang akan datang.
1.6. Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh para peneliti terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Profit Growth, diantaranya adalah:
a. Current Ratio merupakan variabel yang diteliti oleh Kariyawasam (2019), AWS, Surtikanti, & Darmansyah (2018), dan Lutfi Baraja (2018).
b. Debt to Asset Ratio merupakan variabel yang diteliti oleh Kariyawasam (2019), Simamora M. (2018), dan Rice (2016)
c. Inventory Turnover merupakan variabel yang diteliti oleh Tri Wahyuni (2017), Oktanto & Nuryatno (2014) serta Okwo, Enekwe, & Okelue (2012).
d. Sales Growth merupakan variabel yang diteliti oleh Simamora M. (2018) dan Rice (2016)
e. Penelitian ini menggunakan Firm Size sebagai variabel moderating, yang merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Simamora M. (2018) dan Margareth (2016).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Agency Theory
Agency theory menyatakan bahwa perusahaan modern dimiliki oleh pemegang saham tetapi dijalankan oleh manajer, dan keduanya memiliki kepentingan ekonomi yang berbeda. Pemegang saham sebagai principal memiliki perusahaan dan menginginkan kekayaannya tetap lestari dan bertambah, hal ini berarti bahwa mereka menginginkan laba yang berkelanjutan dan terus meningkat.
Sementara manajer sebagai agent, yang diasumsikan melakukan tindakan dan mengambil keputusan keuangan dengan tujuan memaksimumkan kekayaan pemegang saham, juga mempunyai keinginan untuk memiliki standar hidup yang tinggi yang dibiayai oleh gaji dan tunjangan yang tinggi. Hal ini dapat menimbulkan konflik kepentingan atau yang disebut dengan masalah keagenan (agency problem) yang dapat menghambat laba dan merupakan biaya bagi principal yang mempekerjakan agent (Donleavy, 2016).
Biaya agensi yang didefinisikan oleh Jensen dan Meckeling (1976) adalah sebagai berikut:
a. Biaya monitoring (monitoring expenditure), yaitu biaya yang dirancang untuk membatasi aktivitas agent yang menyimpang;
b. Biaya pengikatan (bonding expenditure), yaitu biaya untuk menjamin agar agent tidak akan mengambil keputusan yang merugikan principal.
c. Sisa kerugian (residual loss), yaitu nilai uang yang ekuivalen dengan penurunan kekayaan principal sebagai akibat pengambilan keputusan yang dilakukan agent.
2.1.2. Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membandingkan angka-angka dalam laporan keuangan dengan membagi satu angka dengan angka lainnya (Kasmir, 2015).
Berdasarkan uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa, analisa laporan keuangan merupakan cara analisa dengan melakukan perbandingan atas data kuantitatif yang ditunjukkan dalam bentuk neraca atau laba rugi. Rasio keuangan dikategorikan ke dalam 6 (enam) kelompok berikut:
a. Liquidity Ratio, rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
b. Leverage Ratio, rasio yang mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
c. Activity Ratio, rasio yang mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam memamfaatkan sumber daya perusahaan atau menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari perusahaan.
d. Profitability Ratio, rasio yang menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu.
e. Growth Ratio, rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya.
f. Valuation Ratio, rasio yang mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya.
Variabel profit growth, current ratio, debt to asset ratio, inventory turnover, dan sales growth akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini.
2.1.3. Profit Growth
Menurut Subramanyam (2017), laba (earnings atau profit) adalah ringkasan hasil bersih dari operasi bisnis perusahaan selama periode tertentu.
Sampai sejauh mana bisnis perusahan tersebut dapat menutupi biaya operasi dan memperoleh imbal hasil untuk para stakeholder dapat dilihat dari laba karena laba merupakan alat ukur dalam perubahan kekayaan stakeholder selama satu periode dan estimasi profitabilitas saat ini.
Menurut Hery (2017), prospek kinerja perusahaan di masa mendatang dapat diketahui dengan memprediksi laba. Kinerja perusahaan yang baik perlu didukung oleh modal, sumber daya manusia, dan juga infrastruktur yang baik.
Pertumbuhan laba dari tahun ke tahun akan memberikan sinyal positif mengenai kinerja keuangan yang mengindikasikan bahwa perusahaan telah berhasil dalam mengelola dan memamfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Laba dapat digunakan sebagai:
a. Indikator penentu besarnya pajak penghasilan;
b. Sebuah ukuran suksesnya aktivitas operasional perusahaan;
c. Salah satu kriteria untuk menentukan kebijakan deviden;
d. Menilai kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan.
Laba dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Jumingan (2018) adalah:
a. Variasi jumlah unit yang dijual, tingkat harga dan perubahan kebijaksanaan dalam pemberian atau penerimaan diskon yang dapat mempengaruhi perubahan pos penghasilan atau biaya non operasional;
b. Besar kecilnya laba yang diperoleh yang dapat mempengaruhi perubahan pajak perseroan;
c. Ada perubahan dalam metode akuntansi;
d. Ada perubahan jumlah unit yang dijual dan harga jual per unit;
e. Jumlah unit yang dibeli atau diproduksi atau dijual dan harga pembelian per unit atau harga pokok per unit yang dapat mempengaruhi perubahan harga pokok penjualan;
f. Jumlah unit yang dijual, variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga, dan efisiensi operasi perusahaan yang dapat mempengaruhi perubahan biaya usaha.
2.1.4. Current Ratio
Hery (2017) menyatakan bahwa Current Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancar
dibagi dengan kewajiban lancar. Laba yang tinggi tidak menjadi satu-satunya acuan bahwa perusahaan telah bekeja dengan efisien karena bagi perusahaan pada umumnya masalah efisiensi penggunaan modal lebih penting dari pada masalah laba.
Perusahaan yang likuid adalah perusahaan yang memiliki kemampuan membayar kewajiban jangka pendek saat jatuh tempo. Namun sebaliknya, perusahaan mengalami kesulitan likuiditas jika perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Akan tetapi, Current Ratio yang tinggi bisa saja disebabkan karena kurang efektifnya manajemen mengelola kas, persediaan dan piutang, dimana perusahaan memegang uang kas dalam jumlah besar, menumpuknya persediaan di gudang, atau tingginya piutang usaha (Hery, 2017).
2.1.5. Debt to Asset Ratio
Menurut Hery (2017), Debt to Asset Ratio merupakan rasio untuk membandingan antara total hutang dengan total aset. Perusahaan yang mempunyai Debt to Asset Ratio yang tinggi menandakan bahwa sebagian besar aset perusahaan tersebut dibiayai oleh hutang. Hutang yang semakin tinggi dapat menimbulkan risiko keuangan, yaitu (1) peluang perusahaan tidak mampu melunasi hutang dengan aset yang dimiliki semakin besar; (2) beban bunga yang ditanggung oleh perusahaan semakin besar. Namun demikian, apabila hutang tersebut dapat dikelola oleh pihak manajemen secara efektif dan efisien untuk membiayai ekspansi bisnis, atau membeli aset produktif seperti mesin dan
peralatan, maka dapat memberikan peluang bagi perusahaan untuk memperoleh laba yang besar.
2.1.6. Inventory Turnover
Inventory Turnover merupakan rasio untuk mengukur berapa lama (dalam hari) rata-rata persediaan tersimpan di gudang hingga terjual, atau berapa kali dana yang teratanam dalam persediaan berputar dalam satu periode. Inventory Turnover yang semakin tinggi menunjukkan modal kerja yang tertanam dalam persediaan barang dagangan semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa persediaan barang dagangan dapat dijual dalam waktu yang relatif singkat, sehingga dana yang tertanam dalam persediaan tidak terlalu lama dijadikan uang kas. Semakin tinggi rasio ini, semakin likuid persediaan perusahaan (Hery, 2017).
Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen dalam melakukan aktivitas penjualan dan seberapa cepat persediaan barang dagangan perusahaan berhasil dijual kepada customer.
2.1.7. Sales Growth
Pertumbuhan penjualan (Sales Growth) mencerminkan manisfestasi keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai alat untuk memprediksi pertumbuhan masa depan. Pertumbuhan penjualan merupakan indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri. Laju pertumbuhan akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam mempertahankan keuntungan untuk mendanai peluang masa depan (Barton, L., Ned C. Hill, & Sundaran, 1989). Perusahaan yang mengalami peningkatan tingkat
penjualan dari satu periode ke periode berikutnya, dengan didukung oleh pengelolaan penjualan yang efektif, dapat meningkatkan laba yang diperoleh (Rice, 2016)
Pertumbuhan perusahaan dapat dikatakan mengalami pertumbuhan yang lebih baik jika perusahaan mengalami peningkatan secara konsisten dalam kegiatan aktivitas utama operasi perusahaan yang dapat dilihat dari pertambahan volume dan peningkatan harga jual, karena sales merupakan aktivitas umum yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan laba (Arika & Ardini, 2017).
Pertumbuhan penjualan (Sales Growth) merupakan perhitungan antara tingkat sales pada periode saat ini dikurangi sales pada periode sebelumnya, kemudian dibandingkan dengan sales pada periode sebelumnya yang menjadi dasar. Nilai perbandingannya yang semakin besar, maka tingkat sales growth suatu perusahaan semakin baik.
2.1.8 Firm Size
Sawir (2004) menyatakan bahwa firm size sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang berbeda:
a. Tingkat kemudahan perusahaan dalam memperoleh dana dari pasar modal dapat ditentukan melalui firm size. Pada umumnya perusahaan ukuran kecil mengalami kekurangan akses ke pasar modal baik itu saham maupaun obligasi. Jika penerbitan sekuritas perusahaan ukuran kecil dapat dilakukan, sekuritasnya mungkin kurang dapat dipasarkan. Maka perlu dilakukan penentuan harga agar investor dapat memperoleh hasil return yang lebih tinggi secara signifikan. Meskipun perusahaan kecil memiliki akses ke pasar
modal, biaya peluncuran dari penjualan sejumlah sekuritas bisa menjadi penghambat.
b. Kekuatan tawar-menawar dalam kontrak keuangan dapat ditentukan oleh firm size. Pendanaan dari berbagai bentuk hutang termasuk penawaran spesial yang lebih untung biasanya lebih banyak ditawarkan ke perusahaan besar dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil.
c. Ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya & return membuat perusahaan besar memperoleh laba yang lebih banyak. Firm size diikuti oleh karakteristik lain yang dapat mempengaruhi struktur keuangan seperti perusahaan sering tidak memiliki staf khusus, tidak mengembangkan sistem akuntansi, tidak memiliki perencanaan keuangan.
Firm size memberikan informasi mengenai jumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan yang menggambarkan ekuitas dan hutang yang dimilikinya. Firm size yang semakin besar maka disimpulkan bahwa semakin besar dana yang dikelola, semakin kompleks pengelolaannya, dan lebih baik dalam menghadapi risiko serta mengembangkan operasi perusahaan dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan dengan jumlah aset yang besar akan menarik banyak perhatian masyarakat maupun para investor. Hal tersebut membuat perusahaan lebih berhati-hati dalam menjaga kestabilan kinerja dalam melakukan pelaporan keuangan (Margareth, 2016).
Dalam pengukuran perusahaan, total aktiva dipandang relatif lebih stabil dibandingkan kapitalisasi pasar dan nilai penjualan. Hal ini dikarenakan nilai penjualan dan kapitalisasi pasar relatif lebih cepat berfluktuasi dari waktu ke waktu dan rentang perubahannya bisa besar. Beredarnya jumlah saham dan harga
20 saham dapat mempengaruhi kapitalisasi pasar, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai kapitalisasi pasar perusahaan bersifat fluktuatif. Demikian juga dengan penjualan yang ditentukan oleh jumlah produk yang terjual dan ditentukan oleh harga produk yang mungkin dapat berfluktuasi dalam rentang yang lebar (Simamora M. , 2018).
2.2. Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping)
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu disajikan dalam Lampiran 1 berikut.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian teoritis diatas, maka untuk menggambarkan pengaruh antara variabel independen yaitu Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Inventory Turnover, dan Sales Growth dengan variabel dependen yaitu Pertumbuhan Laba (Profit Growth) serta Ukuran Perusahaan (Firm Size) sebagai variabel pemoderasi. Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Debt to Asset Ratio (X2) Current Ratio (X1)
Inventory Turnover (X3)
Pertumbuhan Laba / Profit Growth
(Y) Sales Growth (X4)
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual
Dari Gambar 3.1. Kerangka Konspetual dapat dijelaskan pengaruh antar variabel independen dengan variabel dependen adalah:
1. Hubungan antara Current Ratio terhadap Profit Growth
CR adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang akan jatuh tempo dengann membandingkan aset lancar dengan kewajiban lancar. Perusahaan yang memiliki nilai CR kecil menandakan bahwa perusahaan tersebut mengalami kesulitan likuiditas dalam membayar kewajiban lancarnya yang akan jatuh tempo. Kewajiban lancar dalam jumlah besar akan menimbulkan naiknya resiko gagal bayar akibat ketidakkemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban lancar secara tepat waktu. Hal ini dapat membebani perusahaan melalui beban denda yang dikenakan akibat keterlambatan pembayaran.
Dari sisi kreditor, biasanya perusahaan diberikan batasan minimum CR yang mengharuskan perusahaan menjaga likuiditasnya. Apabila batasan tersebut dilanggar maka, kreditur berhak memaksa agar perusahaan segera membayar kewajibannya atau melakukan negosiasi ulang atas kemungkinan pembebanan tingkat suku bunga yang lebih tinggi.
CR yang tinggi belum tentu termasuk pertanda baik karena bisa juga disebabkan oleh kurang efektifnya manajemen mengelola kas, persediaan dan piutang (Hery, 2017). Kelebihan uang kas dapat digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan ekspansi bisnis serta investasi. Lalu penumpukan persediaan tentu juga akan berpengaruh terhadap inventory turnover dan sales growth. Tingginya nilai piutang usaha juga beresiko pada meningkatnya saldo piutang tak tertagih yang dapat merugikan perusahaan (Simamora M. , 2018).
Semakin tinggi Current Ratio, semakin rendah profit growth. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh AWS, Surtikanti, & Darmansyah (2018), Simamora M. (2018) serta Umobong (2015). Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa CR berpengaruh negatif terhadap profit growth.
2. Hubungan antara Debt to Asset Ratio terhadap Profit Growth
DAR adalah rasio untuk mengukur seberapa banyak aset perusahaan dibiayai dengan hutang. Jika rasio DAR semakin meningkat maka aset perusahaan yang dibiayai dengan hutang juga semakin banyak sehingga beban bunga kredit yang harus dibayar perusahaan semakin tinggi, yang dapat menyebabkan penurunan jumlah laba yang diperoleh. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kariyawasam (2019); Margareth (2016): Erdoğana, Erdoğanb, & Ömürbekc (2015); Sritharan (2015); Oktanto & Nuryatno (2014). Berdasarkan kondisi- kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa DAR berpengaruh negatif terhadap profit growth.
3. Hubungan antara Inventory Turnover terhadap Profit Growth
ITO adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memutar barang dagangannya. Perusahaan dikatakan efisien dalam mengelola persediaan jika ITO meningkat, sehingga dapat menekan biaya penyimpanan yang dapat meningkatkan profit perusahaan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktanto & Nuryatno (2014); Rehman, Khan, & Khokhar (2014); Gunawan &
Wahyuni (2013). Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut dapat dinyatakan bahwa ITO berpengaruh positif terhadap profit growth.
4. Hubungan antara Sales Growth terhadap Profit Growth
Sales Growth adalah peningkatan jumlah sales dari tahun ke tahun. Profit perusahaan meningkat jika net sales perusahaan semakin tinggi. Untuk meningkatkan keuntungan maka sales harus dapat menutupi expense, dengan demikian perusahaan dapat mengantisipasi naik turunnya sales pada tahun yang akan datang (Barus & Leliani, 2013). Rice (2016) menyatakan bahwa meningkatnya tingkat sales dari satu periode ke periode berikutnya didukung oleh pengelolaan sales secara efektif oleh manajemen yang dapat meningkatkan laba perusahaan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rice (2016) &
Bubaker (2013). Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut dapat dinyatakan bahwa sales growth berpengaruh positif terhadap Profit Growth.
5. Hubungan antara Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Inventory Turnover, Sales Growth terhadap Profit Growth dimoderasi oleh firm size
Trade-Off Theory berpendapat bahwa perusahaan berukuran besar memiliki kesempatan untuk memperoleh lebih banyak pinjaman/hutang dibandingkan
perusahaan berukuran kecil karena kurang kemungkinan untuk mengalami kebangkrutan (Abbasi & Malik, 2015). Alasan di balik kemungkinan lebih rendah mengalami kebangkrutan adalah bahwa perusahaan berukuran besar umumnya dikenal memiliki reputasi yang baik dan pengalaman operasional. Aspek penting lain dari perusahaan besar adalah bahwa mereka diharapkan penuh sumber daya dan lebih efisien untuk mengumpulkan piutang dari klien mereka. Semua faktor memainkan peran penting untuk meningkatkan kemampuan perusahaan ukuran besar dalam pemeliharaan tingkat likuiditas serta siklus kas (Frank & Goyal, 2003). Perusahaan besar dalam hal ini diharapkan memiliki kinerja perusahaan yang baik yang nantinya mampu menghasilkan laba yang lebih tinggi sehingga respon yang diberikan pasar akan semakin positif.
Perusahaan berukuran besar cenderung memanfaatkan kelebihan uang kasnya yang tidak terpakai dengan cara melakukan ekspansi bisnis, pembukaan kantor cabang baru, memperbanyak aset produktif dan lainnya (Hery, 2017).
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa perusahaan besar cenderung lebih baik dalam menjaga likuiditas.
Perusahaan berukuran besar cenderung memiliki tingkat volume transaksi yang lebih tinggi sehingga dana yang dibutuhkan cukup besar. Apabila dana tersebut dapat digunakan secara efektif dan efisien untuk membiayai ekspansi bisnis, atau membeli aset produktif seperti mesin dan peralatan, maka akan memberikan peluang bagi perusahaan untuk memperoleh profit yang lebih besar.
Perusahaan berukuran besar cenderung lebih mudah mendapatkan pinjaman, karena dikenal memiliki reputasi yang baik dan pengalaman operasional, sehingga dapat meyakinkan kreditur untuk memberikan pinjaman (Arifin, 2014).
Perusahaan berukuran besar cenderung memiliki volume transaksi penjualan yang tinggi serta mempunyai jaringan pemasaran yang luas dan produk yang sudah dikenal oleh masyarakat, sehingga perusahaan mempunyai persediaan yang banyak diimbangi dengan volume penjualan yang tinggi. Perusahaan dapat dikatakan efisien dalam mengelola persediaan jika inventory turnover semakin tinggi sehingga dapat menekan biaya penyimpanan yang dapat meningkatkan laba serta dapat mendorong pertumbuhan penjualan yang pada akhirnya semakin memperbesar peluang memperoleh laba yang tinggi.
3.2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis berikut:
H1 : Current Ratio berpengaruh negatif terhadap Profit Growth secara parsial pada Perusahaan Makanan & Minuman yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia.
H2 : Debt to Asset Ratio berpengaruh negatif terhadap Profit Growth secara parsial pada Perusahaan Makanan & Minuman yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia.
H3 : Inventory Turnover berpengaruh positif terhadap Profit Growth secara parsial pada Perusahaan Makanan & Minuman yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia.
H4 : Sales Growth berpengaruh positif terhadap Profit Growth secara parsial pada Perusahaan Makanan & Minuman yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia.
H5 : Firm Size dapat memoderasi Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Inventory Turnover, dan Sales Growth terhadap Profit Growth pada Perusahaan Makanan & Minuman yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penilitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode causal research. Menurut Erlina (2011), “causal research merupakan penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan merupakan penjelasan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel”. Dalam penelitian ini akan dilihat pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Profit Growth Perusahaan Dengan Firm Size Sebagai Variabel Moderating (Studi
Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia).
4.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 sampai 2019 yang diperoleh dari situs www.idx.co.id & www.idnfinancials.com untuk memperoleh data mengenai laporan keuangan yang telah dipublikasikan.
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009-2019. Pada penelitian ini populasi yang diambil adalah sebanyak 15 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia di periode 2009-2019.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan purposive sampling dimana teknik pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu.
Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan judgment atau kuota tertentu (Erlina, 2011). Adapun kriteria yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah :
1. Perusahaan sektor makanan & minuman yang berturut-turut terdaftar di BEI periode 2009-2019.
2. Perusahaan sektor makanan & minuman yang memperoleh laba pada periode 2009-2019.
Tabel 4.1. Kriteria Pengambilan Sampel
No. Keterangan Jumlah 1. Perusahaan sektor makanan dan minuman yang terdaftar
di BEI pada periode 2009-2019.
2. Perusahaan sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI yang mengalami kerugian pada periode 2009-
2019.
15
(5)
Jumlah sampel yang diperoleh 10
Jumlah sampel pengamatan = 10 x 11 tahun 110
Berdasarkan kriteria tersebut, maka terpilihlah 10 perusahaan sebagaimana terlihat dalam tabel 4.2 di bawah ini :
Tabel 4.2. Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian
No. Kode Emiten Nama Emiten Tanggal IPO
1 ADES PT Akasha Wira International Tbk 13 Jun 1994 2 BUDI PT Budi Starch & Sweetener Tbk 08 Mei 1995 3 CEKA PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 09 Jul 1996
4 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 12 Feb 1984
5 INDF PT Indofood Sukses Mamur Tbk 14 Jul 1994
6 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 17 Jan 1994
7 MYOR PT Mayora Indah Tbk 04 Jul 1990
8 SKLT PT Sekar Laut Tbk 08 Sep 1993
9 STTP PT Siantat Top Tbk 16 Des 1996
10 ULTJ PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk 02 Jul 1990
4.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dengan menggunakan data sekunder, yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatatat, dan mengkaji data laporan keuangan audited perusahaan sektor makanan dan minuman yang telah dipublikasi serta mengambil dari berbagai sumber-sumber yang berhubungan dengan variabel yang diteliti.
4.5. Definis Operasional dan Metode Pengukuran Variabel 4.5.1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Profit Growth. Profit Growth adalah selisih antara laba bersih pada periode tertentu dengan periode sebelumnya dibagi dengan laba bersih periode sebelumnya. Adapun rumus perhitungan Profit Growth adalah sebagai berikut:
∆Y = Yt−Yt−1
Yt−1
Dimana :
∆Y = Profit Growth
Y
t= Laba bersih pada periode tertentu
Y
t−1 = Laba bersih pada periode sebelumnya4.5.2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
4.5.2.1 Current Ratio
Current Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Adapun rumus perhitungannya adalah:
Current Ratio = 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
4.5.2.2 Debt to Asset Ratio
Debt to Asset Ratio digunakan untuk mengukur seberapa banyak aset perusahaan dibiayai dengan hutang. Adapun rumus perhitungannya adalah:
Debt to Asset Ratio = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
4.5.2.3 Inventory Turnover
Inventory Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memutar barang dagangannya. Adapun rumus perhitungannya adalah:
Inventory Turnover = 𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝐺𝑜𝑜𝑑 𝑆𝑜𝑙𝑑 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑚𝑡𝑜𝑟𝑦
4.5.2.4 Sales Growth
Sales Growth adalah selisih antara penjualan periode tertentu dengan penjualan pada periode sebelumnya kemudian dibagi dengan penjualan pada periode sebelumnya. Adapun rumus perhitungannya adalah:
Sales Growth = 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠t−𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠t−1
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠t−1
4.5.3. Variabel Moderating 4.5.3.1 Firm Size
Variabel moderating dalam penelitian ini adalah firm size yang diukur dengan nilai total aset perusahaan. Firm size menjadi salah satu indikator yang digunakan oleh investor dalam mengklasifikasikan besar kecilnya suatu perusahaan dan juga dapat menunjukkan jumlah pengalaman dan kemampuan tumbuhnya perusahaan yang mengindikasikan kemampuan dalam mengelola tingkat risiko investasi yang diberikan para stakeholder untuk meningkatkan kemakmurannya. Adapun rumus perhitungannya adalah:
Firm Size = Ln (Total Aset)
Definisi operasional serta pengukuran masing-masing variabel dalam penelitian ini, dijelaskan dalam table berikut:
Tabel 4.3 Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala
Profit Growth
(Y)
Merupakan selisih antara laba bersih periode tertentu dengan laba bersih peiode sebelumnya kemudian dibagi laba berish
periode sebelumnya.
∆Y = YtY−Yt−1
t−1 Rasio
Current Ratio
(X1)
Merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewjaiban jangka pendek.
Current Ratio = 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 Rasio
Debt to Asset Ratio (X2)
Merupakan rasio untuk mengukur seberapa banyak aset perusahaan
dibiayai dengan hutang.
Debt to Asset Ratio = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 Rasio
Inventory Turnover
(X3)
Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memutar barang dagangannya.
Inventory Turnover = 𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝐺𝑜𝑜𝑑 𝑆𝑜𝑙𝑑
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑚𝑡𝑜𝑟𝑦 Rasio
Sales Growth
(X4)
Merupakan selisih antara penjualan pada periode tertentu dengan penjualan pada periode sebelumnya kemudian dibagi
dengan penjualan periode sebelumnya.
Sales Growth = 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑡−𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑡−1
𝑡−1
Rasio
Firm Size (Z)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengklasifikasi besar
kecilnya suatu perusahaan.
Firm Size = Ln (Total Aset) Rasio
4.6. Metode Analisis Data
Metode analisis data pada penelitian ini meggunakan metode data panel yang merupakan kombinasi antara data cross section dengan time series. Menurut Satria (2018), terdapat 3 metode untuk mengestimasi model regresi data panel, yaitu metode Ordinary Least Square (OLS), Fixed Effect (FE), dan Random Effect (RE), data dalam penelitian ini akan diolah dengan aplikasi STATA 16.
Untuk menentukan model terbaik dalam mengestimasi regresi data panel antara OLS, FE, dan RE menggunakan dua teknik estimasi model. Dua uji yang digunakan, pertama Chow Test untuk memilih model antara OLS atau FE. Kedua, Hausman Test untuk memilih model antara FE atau RE yang terbaik dalam mengestimasi model data panel.
4.6.1 Langkah-Langkah Analisis 4.6.1.1 Chow Test
Chow test digunakan untuk menentukan bagaimana model digunakan apakah menggunalan OLS atau FE, dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Model OLS H1 : Model FE
Dalam analisis data panel, penentuan model harus dilakukan agar hasil estimasi dapat memberikan output yang paling efisien. Jika Prob>f<0,05 maka model FE lebih baik dibandingkan OLS. Jika hasil sebaliknya maka model OLS lebih baik dibandingkan FE.
4.6.1.2 Hausman Test
Hausman Test dilakukan ketika hasil yang ditunjukkan oleh Chow Test menyatakan model FE lebih bagus, dalam Hausman Test akan dipilih lagi model manakah yang lebih cocok digunakan antara FE dan RE, uji hausman menggunakan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Model RE
H1 : Model FE
Jika nilai prob > chi2 lebih kecil dari α=0,05, maka model FE lebih baik.
Apabila hasil sebaliknya, maka RE lebih baik.
4.6.1.3 Uji Lagrange Multiplier (LM)
Uji ini merupakan uji lanjutan setelah chow test dan hausman test. Jika hasil dari chow test menunjukkan bahwa model terbaik adalah OLS, maka perlu dilakukan pengujian antara OLS dengan RE. Jika nilai prob > chibar2 lebih kecil dari α = 0,05, maka model RE lebih baik. Jika sebaliknya, maka model OLS lebih baik.
4.6.1.4 Uji Asumsi Klasik
Satria (2018) menyatakan data panel sedikit terjadi kolinearitas antar variabel sehingga kecil kemungkinan terjadi multikolinearitas. Berdasarkan uraian tersebut asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian adalah:
1. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Deteksi ada tidaknya multikolinearitas, dapat dilihat dari tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Nilai cut off tolerance < 0,10 dan VIF > 10 berarti terdapat multikolinearitas.
2. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas terjadi apabila nilai residual dari model tidak memiliki varians yang konstan. Artinya, setiap observasi memiliki reliabilitas yang berbeda-beda akibat perubahan kondisi yang melatarbelakangi tidak terangkum
dalam model. Gejala ini sering terjadi pada data cross section sehingga sangat dimungkinkan terjadi heterokedatisitas pada data panel.
Deteksi heterokedastisitas pada data panel dapat melalui Bruesch-Pagan/ Cook- Weisberg Test. Jika nilai Prob chi2 > α=0.05, dapat dikatakan tidak ada masalah heterokedastisitas. Permasalahan heterokedastisitas dapat diatasi dengan menambahkan opsi robust setelah estimsai perintah untuk menggunakan standard error yang mampu menangani adanya heterokedastisitas (heterokedasticity robust) (Yappy, 2014).
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi muncul karena residual yang tidak bebas antar satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini disebabkan karena error pada individu cenderung mempengaruhi individu yang sama pada periode berikutnya. Masalah autokorelasi sering terjadi pada data time series. Deteksi autokorelasi pada data panel dapat melalui Breuch-Godfrey Test dilakukan dengan melakukan regresi error terhadap error lag periode yang dispesifikasikan. Jika nilai Prob > Chi2 lebih besar dari α = 0,05, dapat dikatakan tidak ada masalah autokorelasi (Yappy, 2014).
4.6.1.5 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini dapat diukur dengan goodness of fit fungsi regresinya. Secara statistik, analisa ini dapat diukur dari nilai statistik t, F, dan koefisien determinasi. Analisa regresi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap dependen secara keseluruhan serta untuk
mengetahui proporsi variabel independen dalam menjelasakan perubahan variabel dependen.
1. Uji T
Nilai t-hitung digunakan untuk menguji apakah masing-masing variabel independen yang digunakan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2. Uji F
Nilai F-hitung dalam uji signifikansi simultan digunakan untuk mengetahui apakah penggunaan model sudah tepat dan apakah hasil regresi dapat dipercaya.
Uji F ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang digunakan mampu menjelaskan perubahan variabel terikat. Artinya nilai F-hitung ini untuk membuktikan kebenaran atau kesalahan, menerima atau menolakNilai F-hitung dalam Uji signifikansi serentak/simultan digunakan untuk menguji apakah penggunaan model sudah tepat dan apakah hasil regresi dapat dipercaya. Uji F ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang digunakan mampu menjelaskan perubahan variabel terikat.
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh model regresi mampu menjelaskan variabel dependen atau apakah sudah cukup tepat memilih variabel independen untuk mengukur variabel dependen.
4.6.1.6 Uji Regresi Variabel Moderating
Variabel moderating yang digunakan dalam penelitian ini adalah firm size.
Metode ini dilakukan dengan menambahkan variabel perkalian antara variabel independen dengan variabel moderatingnya. Uji yang dilakukan adalah uji
interaksi (moderated regression analysis) yaitu aplikasi dari regresi linier berganda dimana dalam persamaannya mengandung unsur interaksi. Dengan menentukan apakah variabel moderating dapat memperkuat atau memperlemah hubungan variabel independen dengan variabel dependen.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1.Hasil Penelitian
5.1.1 Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif memberikan deskripsi umum dari data dalam bentuk mean, standar deviasi, nilai min dan nilai max. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Profit Growth, variabel independen dalam penelitian ini adalah Current Ratio, Debt to Asset Ratio, Inventory Turnover dan Sales Growth dengan Firm Size sebagai pemoderasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 110 dengan masa pengamatan 11 tahun yaitu 2009-2019. Maka statistik deskriptif dalam penelitian ini dapat ditunjukkan dalam Tabel 5.1. berikut ini:
Tabel 5.1. Statistik Deskriptif
Variable Obs Mean Std. Dev. Min Max Profit Growth 110 0,43 1,20 -2,07 7,53
CR 110 2,28 1,71 0,51 8,63
DAR 110 0,46 0,17 0,14 0,89
ITO 110 5,59 2,48 1,11 16,29
Sales Growth 110 0,19 0.75 -0.89 7,58 Firm Size 110 14,62 1,52 12,09 18,39 Sumber : Hasil olah software Stata 16, 2020
Berdasarkan Tabel 5.1. diketahui bahwa ada sebanyak 110 sampel data selama periode penelitian (2009-2019) dapat dijelaskan sebagai berikut: nilai minimum dari Profit Growth terletak pada PT Akasha Wira International Tbk tahun 2009, nilai maksimum Profit Growth terdapat pada PT Siantar Top Tbk tahun 2009, nilai mean Profit Growth. Diketahui nilai minimum dari Current Ratio terdapat pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk tahun 2014, nilai maksimum dari Current Ratio terdapat pada PT Delta Djakarta Tbk tahun 2017. Diketahui nilai minimun dari Debt to Asset Ratio terdapat pada PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk tahun 2018, nilai maksimum dari Debt to Asset Ratio adalah sebesar 0,89 terdapat pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk tahun 2009 dikarenakan adanya