• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Kerangka Konsep

Penelitian ini membahas tentang tinjauan Insentif Pajak berupa penyuluhan dalam menekan Penerbitan Surat Teguran Pajak pada Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan Watansoppeng. Salah satu kegiatan KP2KP Watansoppeng yaitu penerbitan Surat Ketetapan Perpajakan, salah satunya yaitu Surat Teguran Pajak dibawah naungan KPP Pratama Watampone. Maka tujuan dalam penelitian ini diharapkan dapat mengetahui apakah Insentif Pajak berupa penyuluhan dapat menekan penerbitan Surat Teguran Pajak. Sehingga dapat digambarkan alur penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Kabupaten Soppeng

Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultan Perpajakan Watansoppeng

(KP2KP Watansoppeng)

Insentif Pajak Berupa Penyuluhan

Surat Teguran Pajak

Kesimpulan dan Hasil

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan deskriptif kualitatif. Sugiyono mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai studi di mana peneliti digunakan sebagai instrumen utama, banyak metode pengumpulan data yang digunakan, dan analisis data induktif digunakan.

(Sugiono, 2010 : 9). Pembenaran metode ini adalah bahwa penelitian kualitatif deskriptif lebih cocok digunakan karena peneliti bertujuan untuk memahami fenomena yang ada dan berada dalam situasi alamiah daripada dalam kondisi yang terkendali.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah insentif pajak berupa penyuluhan dapat mencegah diterbitkannya surat teguran pajak di Kabupaten Soppeng. Untuk mengatasi masalah ini, para peneliti menggunakan teknik kualitatif dengan meringkas data yang mereka temukan melalui penelitian mereka. Dengan menggunakan teknik ini, peneliti akan memperoleh data secara totalitas dan mampu menggambarkannya secara tepat, memastikan bahwa temuan penelitian secara akurat mencerminkan keadaan lapangan yang sebenarnya.

B. Fokus Penelitian

Agar peneliti tidak kewalahan dengan banyaknya data yang tersedia selama di lapangan, fokus penelitian berfungsi sebagai batasan pada objek penelitian yang dipilih. Tingkat informasi terbaru lebih dipertimbangkan saat memilih topik studi. Fokus penelitian adalah apakah Insentif Pajak berupa

penyuluhan dapat menekan penerbitan Surat Teguran Pajak di Kabupaten Soppeng.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk penelitian ini pada Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultan Perpajakan Watansoppeng yang berlokasi di Jl. Pemuda, Botto, Lalabata, Botto, Soppeng, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. Waktu penelitian yang dilakukan dimulai pada bulan februari 2022 sampai bulan mei 2022.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian menjadi pertimbangan penting karena akan mempengaruhi kualitas hasil penelitian.

Akibatnya, ketika memilih metode pengumpulan data, sumber data diperhitungkan. Banyak jenis dan sumber data penelitian ini meliputi:

1. Saat melakukan wawancara dengan orang - orang yang berpengetahuan di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultan Perpajakan Watansoppeng, peneliti menggunakan sumber primer untuk mengumpulkan informasi tentang Insentif Pajak dalam bentuk penyuluhan untuk mencegah penerbitan Surat Teguran Pajak.

2. Sumber sekunder adalah informasi yang peneliti peroleh atau kumpulkan dari sumber primer dalam bentuk bahan arsip yang relevan dengan topik penelitian mereka.

E. Informan Peneliti

Pegawai atau pemberi kerja yang dijadikan sebagai subjek penelitian atau sebagai sumber informasi atau data disebut sebagai informan. Individu yang paling mengetahui atau memiliki otoritas pada topik penelitian merupakan salah satu faktor yang diperhitungkan dalam memilih informan.

Agar para informan (pegawai atau pemberi kerja) dapat memberikan arahan kepada peneliti tentang tempat pengumpulan data. (sugiyono, 2008).

F. Metode Pengumpulan Data

Peneliti memanfaatkan berbagai strategi pengumpulan data dalam penelitiannya tentang insentif perpajakan berupa penyuluhan untuk mencegah diterbitkannya Surat Teguran Pajak ini agar dapat memberikan data yang lebih akurat. Berikut ini adalah metode pengumpulan data yang peneliti gunakan:

1. Observasi

Pengamatan dan catatan tentang kondisi atau perilaku objek sasaran dibuat sebagai bagian dari proses pengumpulan data yang dikenal sebagai observasi.

2. Wawancara

Salah satu metode pengumpulan data adalah melalui wawancara , yang melibatkan wawancara langsung dengan informan atau sumber informasi tentang topik penelitian.

3. Studi pustaka

Teknik pengumpulan data untuk bantuan penelitian dengan melakukan penelusuran menggunakan referensi dari buku, jurnal, makalah, dan

peraturan perundang - undangan terkait yang membahas subjek penelitian.

G. Metode Analisis Data

Menyimpulkan tindakan yang dilakukan antara lain dengan menganalisis dan mengkategorikan data yang diperoleh terhadap fakta yang ada di lokasi penelitian:

1. Reduksi data adalah proses memilih, memusatkan perhatian pada penyederhanaan , mengabstraksikan , dan memodifikasi data kasar yang dihasilkan dari catatan lapangan.

2. Menemukan data di lapangan yang akan digunakan untuk menjawab tantangan penelitian dikenal sebagai pengumpulan data.

3. Pengujian data adalah upaya untuk mengubah data mentah menjadi informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan operasi penelitian dan membuat kualitas atau sifat data menjadi jelas untuk dipahami.

4. Upaya untuk memperoleh pengetahuan atau memahami makna, keteraturan, pola, penjelasan, jalur kausal, atau pernyataan dikenal sebagai verifikasi atau penarikan kesimpulan.

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah KP2KP Watansoppeng

Direktorat Jenderal Pajak pada awalnya terdiri dari beberapa unit organisasi, antara lain:

a. Kantor Pelayanan Pajak bertugas melaksanakan pemungutan pajak sesuai dengan undang - undang dan melaksanakan tugas pemeriksaan dana bendahara pemerintah;

b. Biro Lelang yang bertugas menyelenggarakan lelang barang sitaan untuk melunasi utang pajak Negara;

c. Akuntan dari Biro Pajak bertanggung jawab membantu Kantor Pajak dengan pemeriksaan pajak atas catatan keuangan wajib pajak badan;

dan

d. Direktorat Pajak Hasil Bumi, yang sebelumnya dikenal sebagai Biro Pajak Hasil Bumi (Direktorat Iuran Pembangunan Daerah pada Ditjen Moneter) dan berganti nama menjadi Direktorat Iuran Pembangunan Daerah(IPEDA) pada tahun 1965, bertanggung jawab untuk memungut pajak hasil bumi dan pajak atas tanah.

Direktorat IPEDA dialihkan dari Direktorat Jenderal Moneter ke Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 1976, tanggal 27 Maret 1976. Direktorat IPEDA berubah nama menjadi Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada tanggal 27

Desember 1985, sesuai dengan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1985.

Demikian pula Kantor Dinas Luar Negeri Ipeda menjadi Kantor Dinas Luar Negeri PBB, sedangkan divisi kantor wilayah yang sebelumnya bernama Inspeksi Ipeda menjadi Inspeksi Pajak Bumi dan Bangunan. Beberapa kantor Inspektorat Pajak Daerah ( ItDa ) didirikan di Jakarta dan berbagai daerah, termasuk Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia Timur, untuk mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan di daerah. Belakangan, Inspektorat Daerah ini berganti nama menjadi yang sekarang , Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.

a. Berdasarkan Staatsblad 1924 No. 576 Pasal 3 Departemen Van Financien , Djawatan Padjak didirikan pada tahun 1924.

b. Djawatan Padjak under Zaimubu in 1942 (Djawatan Padjak, Customs and Production Padjak).

c. Berdasarkan Keputusan Pemerintah No.2/SD Tahun 1945 Bagian Pajak Departemen Keuangan bertugas menangani urusan kepabeanan.

d. Djawatan Pajak di bawah Direktur Iuran Negara tahun 1950.

e. Djawatan Padjak ditempatkan tegak lurus pada tahun 1958.

f. Di bawah arahan Menteri Pendapatan Negara , Djawatan Padjak menjadi Direktorat Pajak pada tahun 1964.

g. Tahun 1965 berdirinya Direktorat IPEDA di lingkungan Direktorat Jenderal Moneter.

h. Direktorat Pajak menjadi Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 1966.

i. 1976 melihat pengalihan Direktorat IPEDA ke Direktorat Jenderal Pajak.

j. Self Assessment dilaksanakan sebagai bagian dari Reformasi Perpajakan I tahun 1983.

k. IPEDA menjadi Direktorat PBB pada tahun 1985.

l. 1991 Undang - Undang Perpajakan direvisi, menyederhanakan banyak jenis pajak.

m. Tahun 2000 menjadi saksi penetapan visi dan misi DJP serta reformasi birokrasi.

n. 2002 melihat modernisasi sistem pajak.

Moderenisasi administrasi perpajakan dilakukan sebagai bagian dari reformasi birokrasi Perpajakan. Moderenisasi perpajakan dilakukan dalam beberapa tahap dan sudah dimulai sejak tahun 2002. Unit kantor operasional dan unit kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak dipisahkan.

Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat, dan Jabatan Reviewer membentuk Kantor Pusat. Unit kantor operasional dibentuk sejak tahun 2002 terdiri atas Kantor Wilayah DJP (Kanwil DJP), Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP), Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan (PPDDP), dan Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan (KPDDP).

Pada tahun 2007 tahapan moderenisasi yang telah dilakukan dengan membentuk KPP diberbagai daerah. KPP merupakan hasil peleburan tiga jenis kantor yaitu Kantor Pelayanan Pratama (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (karikpa).

Merujuk pada Organisasi dan Tata Kerja Badan Vertikal Direktur Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 62/PMK.01/2010 tanggal 1 April 2010. Selain itu, Pasal 63 mengatur bahwa KP2KP bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, termasuk konseling dan nasihat perpajakan, serta mendukung Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Sebelum berdiri menjadi kantor KP2KP Watansoppeng semula bernama Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) Watansoppeng karena modern administrasi perpajakan, maka KP4 berganti nama menjadi KP2KP.

2. Visi dan Misi KP2KP Watansoppeng a. Visi KP2KP Watansoppeng

1) Menjadi KP2KP yang siap melayani, membimbing dan membantu Wajib Pajak setiap waktu.

2) Menjadi institusi pemerintah penghimpun pajak Negara yang terbaik di wilayah asia tenggara.

b. Misi KP2KP Watansoppeng

1) Menjalankan fungsi pelayanan perpajakan, penyuluhan dan pengamanan penerimaan pajak khususnya di wilayah Kabubaten Soppeng.

2) Menyelenggarakan administrasi perpajakan dengan menerapkan undang-undang perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelengaraan Negara demi kemakmuran rakyat.

3. Motto KP2KP Watansoppeng

β€œ C E R M A T ”

1) Cepat :Memberikan Pelayanan Secara Cepat dan Tidak Menunda.

2) Efektif :Hemat Waktu dan Tepat Sasaran.

3) Ramah :Melayani dengan Ramah dan Sopan.

4) Mudah :Memberikan Kemudahan dan Tidak Mempersulit.

5) Aktif :Aktif Mendengar, Melayani dan Memberikan Solusi.

6) Tanpa biaya :Semua Pelayanan Tidak Dipungut Biaya.

4. Struktur Organisasi KP2KP Watansoppeng

Gambar 4.1 Struktur Oragnisasi

KEPALA PIMPINAN

STAF PELAKSANA PEMBENDAHARAA

N

STAF PELAKSANA

STAF ORANG PRIBADI

STAF BADAN

NPWP TATA USAHA PAJAK

Uraian pembagian tugas KP2KP Watansoppeng

1. Kepala kantor

a. Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja kantorf pelayanan pajak sebagai bahan penyusunan rencana strategi kantor Wilayah b. Mengkoordinasikan penyusunan rencana pengamanan

penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan realisasi penerimaan tahun lalu c. Mengkoordinasikan pembuatan risalah perincian dasar

pengenaan pemotongan atau pemungutan paak atas permintaan wajib pajak berdasarkan hasil perhitungan ketetapan pajak.

d. Mengkoordinasikan pengelolaan data guna menyajikan informasi perpajakan.

e. Mengkoordinasikan pemantauan pelaporan dan pembayaran masa dan tahunan Pph dan pembayaran masa PPN/PPnBM untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak serta mengendalikan pelaksanaan pemeriksa pajak.

2. Bendahara

a. Mengelola pembayaran gaji, upah, gaji, kekurangannya, dan lembur bagi karyawan.

b. Pembaruan data penggajian berdasarkan perubahan kepegawaian

c. Membuat daftar rencana keuangan KP2KP Watansoppeng.

3. Pelaksana

a. Untuk menyusun rencana kerja KP2KP Watansoppeng, mengkoordinir pembuatan rencana kerja seksi pelayanan.

b. Untuk memantau kepatuhan wajib pajak, mengkoordinasikan pengisian SPT Tahunan, pengisian formulir elektronik wajib pajak, administrasi SPT Tahunan yang dikembalikan, dan penyediaan SPOP.

c. Mengarahkan bawahan di bagian pelayanan untuk meningkatkan kinerja dan motivasi karyawan.

d. Mengatur pembuatan laporan berkala bagian layanan untuk melacak kinerja kewajiban.

5. Kegiatan Umum KP2KP Watansoppeng

a. Kegiatan pengumpulan data serta pengajian informasi perpajakan dan konsultasi pajak.

Dalam melakukan penelitian penulis berusaha mengumpulkan semua data untuk keperluan analisis pada kantor pelayanan pajak.

Penelitian dilakukan dengan cara membaca beberapa literature, buku-buku pedoman (undang-undang perpajakan), diktat, surat kabar, jurnal-jurnal, catatan kuliah, dan sumber-sumber lainnya.

b. Penyuluhan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran dan keputusan Wajib Pajak dan kewajiban perpajakan.

Penyuluhan merupakan faktor penting dalam menimbulkan kesadaran Wajib Pajak untuk membayar pajak. Apalagi penyuluhan tersebut bisa diterima secara efektif terhadap Wajib Pajak.

Penyuluhan Wajib Pajak tentu adalah memberikan penjelasan mengenai pajak kepada masyarakat sehingga diharapkan masyarakat sehingga diharapkan masyarakat pada akhirnya menjadi masyarakat yang taat pajak.

c. Pelayanan kepada Wajib Pajak dalam melaksanakan perpajakan melalui prosedur yang mudah, cepat, dan aman.

E-Filing merupakan sarana penyampaian SPT Tahunan PPh yang lebih mudah, cepat dan aman. Layanan e-filing melalui website Ditjen Pajak (www.pajak.go.id) hanya melayani penyampaian SPT Tahunan Orang Pribadi yang menggunakan formulir 1770 S dan 1770 SS. Wajib Pajak Badan (formulir 1771) dan Wajib Pajak orang lainnya (formulir 1770) dapat menggunakan e-filing melalui penyedia jasa aplikasi. Dengan e-filing, Wajib Pajak tidak perlu mengantri untuk menyampaikan SPT Tahunannya. Wajib Pajak hanya butuh internet untuk lapor pajak secara online, Wajib Pajak dapat melakukan pengisian dan penyampaian SPT kapan dan di mana saja.

d. Melaksanakan urusan rumah tangga KP2KP sendiri.

e. Meregister lembar harian SPT masa, pasal 21/26, dan pasal 25 PPh.

Register ini dilakukan agar penyusunan berkas tidak tertukar tukar jika sudah ingin melakukan pengiriman berkas ke KPP Pratama.

B. Penyajian Data Hasil Penelitian

Metode wawancara langsung digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data untuk penelitian ini. Wawancara adalah metode pengumpulan data yang mengajukan pertanyaan langsung kepada responden yang berpengetahuan luas yang menjadi subjek penelitian ini.

Kepala kantor yang memberikan layanan konseling dan konsultasi perpajakan Watansoppeng, terlibat dalam penelitian ini.

Adapun hasil dari wawancara kepala kantor pelayanan penyuluhan dan konsultan perpajakan watansoppeng didapatkan bahwa penyuluhan

perpajakan yang dilakukan oleh KP2KP Watansoppeng sudah sesuai dengan peraturan perpajakan. Namun ada beberapa tantangan yang sering dihadapi ketika konseling dipraktekkan yaitu Karena berbagai faktor , antara lain karena Wajib Pajak tidak memiliki kendaraan yang dapat digunakan untuk melakukan perjalanan ke lokasi penyuluhan, ketidaktertarikan mereka terhadap pelaksanaan penyuluhan, dan fakta bahwa kepentingan atau urusan pribadi mereka bertepatan dengan waktu penyuluhan, maka sulit untuk mengumpulkan wajib pajak dan calon wajib pajak.

Selain itu, upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala selama proses penyuluhan , seperti memberikan konseling secara online, tetapi tidak berhasil karena banyak wajib pajak masih berada di daerah terpencil dengan jangkauan jaringan yang buruk.

Penyuluhan pajak masih belum efektif karena beberapa alasan , antara lain:

a) Wajib pajak orang pribadi dan badan usaha diam meskipun menerima surat ketetapan pajak dan surat tagihan pajak dengan sengaja.

b) Ketika Wajib Pajak melaporkan kewajiban perpajakannya, terjadi kesalahan yang tidak disengaja.

Ada lebih banyak pembayar pajak setiap tahun. Sensus Pajak Nasional (SPN) yang dilakukan sebagai bagian dari sosialisasi yang berkelanjutan, mengakibatkan jumlah wajib pajak setiap tahun meningkat karena masih banyak wajib pajak yang belum terdaftar. Hal ini disebabkan oleh ketidakpatuhan wajib pajak terhadap kewajiban perpajakannya. Surat Teguran Pajak dapat dikirim karena salah satu dari dua alasan. Tindakan yang disengaja dan tidak disengaja. Wajib pajak orang pribadi dan badan

usaha diam meskipun menerima surat ketetapan pajak dan surat tagihan pajak dengan sengaja. Ketika Wajib Pajak melaporkan kewajiban perpajakannya, terjadi kesalahan yang tidak disengaja.

C. Analisis dan Interpretasi

Penulis menggunakan analisis deskriptif kualitatif dari data untuk melihat temuan penelitian ini jumlah wajib Pajak beserta jumlah penerimaan pajak tahun 2019 sampai tahun 2021, dan analisis rasio untuk mengetahui tingkat efektivitas Insentif pajak berupa penyuluhan dalam menekan Surat Teguran Pajak pada Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultan Perpajakan Watansoppeng.

Berdasarkan data yang terkumpul, khususnya informasi jumlah wajib pajak dan penerimaan pajak, informasi target dan realisasi penerimaan pajak melalui surat teguran pajak, dan informasi terkait anggaran biaya penyuluhan, penulis menggambarkan efektivitas insentif perpajakan berupa penyuluhan dalam menekan penerbitan Surat Teguran Pajak dari 2019 hingga 2021. Data tersebut kemudian diolah untuk menghitung persentase dari realisasi penerbitan Surat Teguran Pajak. Data tersebut dikumpulkan berdasarkan data penerbitan Surat Teguran Pajak pada KPP Pratama Watampone.

Data Jumlah Wajib Pajak

Tabel 4.1

Jumlah Wajib Pajak KP2KP Watansoppeng Tahun 2019-2021

Tahun Jumlah Wajib Pajak Jumlah Penerimaan Pajak

2019 39.766 106.100.579.218

2020 43.788 108.680.677.512

2021 48.938 121.283.877.346

Berdasarkan Tabel 4.1 menurut data, baik jumlah wajib pajak maupun jumlah total penerimaan pajak tumbuh setiap tahun, jumlah wajib pajak ada 39.766 pada 2019, 43.788 pada 2020, dan 48.938 pada 2021. Penerimaan pajak meningkat dari Rp. 106.100.579.218 pada tahun 2019 menjadi Rp.

108.680.677.512 pada tahun 2020 dan Rp. 121.283.877.346 pada tahun 2021.

Tabel 4.2

Anggaran Biaya Penyuluhan Perpajakan Tahun 2019

SUMBER DANA

Kegiatan Pembinaan dan Penyuluhan Perpajakan dengan total anggaran yang diberikan sebesar Rp.21.219.312

Jumlah Dana Rp.20.196.000,- (Dua Puluh Satu Juta Tiga Ratus Sembilan Puluh Satu Ribu Rupiah), dengan rincian sebagai berikut:

1. Belanja Makanan dan Minuman : Rp.20.196.000

JADWAL PELAKSANAAN

PEKERJAAN

Pelaksanaannya dengan rincian:

1. Penyuluhan Kepada Wajib Pajak di Kecamatan Citta 2. Penyuluhan Kepada Wajib Pajak di Kecamatan

Donri-donri

3. Penyuluhan Kepada Wajib Pajak di Kecamatan Ganra

4. Penyuluhan Kepada Wajib Pajak di Kecamatan Lalabata

5. Penyuluhan Kepada Wajib Pajak di Kecamatan Liliriaja

6. Penyuluhan Kepada Wajib Pajak di Kecamatan Lilirilau

7. Penyuluhan Kepada Wajib Pajak di Kecamatan Marioriawa

8. Penyuluhan Kepada Wajib Pajak di Kecamatan Marioriwawo

SPESIFIKASI TEKNIS

Spesifikasi teknisnya:

1. Kecamatan Citta 36 nasi kotak (Minuman) 2. Kecamatan Donri-donri 90 nasi kotak (Minuman) 3. Kecamatan Ganra 57 nasi kotak (Minuman) 4. Kecamatan Lalabata 214 nasi kotak (Minuman) 5. Kecamatan Liliriaja 200 nasi kotak (Minuman) 6. Kecamatan Lilirilau 157 nasi kotak (Minuman) 7. Kecamatan Marioriawa 137 nasi kotak (Minuman) 8. Kecamatan Marioriwawo 231 nasi kotak (Minuman)

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas total biaya penyuluhan yang digunakan untuk melakukan pembinaan dan penyuluhan perpajakan sebesar Rp.20.196.000. Dengan melakukan penyuluhan di 8 (Delapan) kecamatan yang ada di Kabupaten Soppeng, menyediakan makanan dan minuman kepada peserta penyuluhan dengan total biaya sebesar Rp.20.196.000.

Tabel 4.3

Anggaran Biaya Penyuluhan Perpajakan Tahun 2020

SUMBER DANA

Kegiatan Pembinaan dan Penyuluhan Perpajakan dengan total anggaran yang diberikan sebesar Rp.25.252.148

Jumlah Dana Rp.25.114.000,- (Dua Puluh Satu Juta Tiga Ratus Sembilan Puluh Satu Ribu Rupiah), dengan rincian sebagai berikut:

1. Belanja Makanan dan Minuman : Rp.21.114.000 2. Sewa Tempat : Rp.4.000.000

JADWAL PELAKSANAAN

PEKERJAAN

Pelaksanaannya dengan rincian:

1. Penyuluhan Kepada Wajib Pajak di Kecamatan Citta 2. Penyuluhan Kepada Wajib Pajak di Kecamatan

7. Penyuluhan Kepada Wajib Pajak di Kecamatan Marioriawa

8. Penyuluhan Kepada Wajib Pajak di Kecamatan Marioriwawo

SPESIFIKASI TEKNIS

Spesifikasi teknisnya:

1. Kecamatan Citta 37 nasi kotak (Minuman) 2. Kecamatan Donri-donri 94 nasi kotak (Minuman) 3. Kecamatan Ganra 59 nasi kotak (Minuman) 4. Kecamatan Lalabata 224 nasi kotak (Minuman) 5. Kecamatan Liliriaja 210 nasi kotak (Minuman) 6. Kecamatan Lilirilau 164 nasi kotak (Minuman) 7. Kecamatan Marioriawa 143 nasi kotak (Minuman) 8. Kecamatan Marioriwawo 242 nasi kotak (Minuman)

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas total biaya penyuluhan yang digunakan untuk melakukan pembinaan dan penyuluhan perpajakan sebesar Rp.25.114.000. Dengan melakukan penyuluhan di 8 (Delapan) kecamatan yang ada di Kabupaten Soppeng, menyediakan makanan dan minuman kepada peserta penyuluhan dengan total biaya sebesar Rp.21.114.000. dan penyewaan tempat pelaksanaan penyuluhan Rp.4.000.000.

Tabel 4.4

Anggaran Biaya Penyuluhan Perpajakan Tahun 2021

SUMBER DANA

Kegiatan Pembinaan dan Penyuluhan Perpajakan dengan total anggaran yang diberikan sebesar Rp.21.979.420

Jumlah Dana Rp.20.758.000,- (Dua Puluh Satu Juta Tiga Ratus Sembilan Puluh Satu Ribu Rupiah), dengan rincian sebagai berikut:

1. Belanja Makanan dan Minuman : Rp.16.758.000 2. Sewa Tempat : Rp.4.000.000

JADWAL PELAKSANAAN

PEKERJAAN

Pelaksanaannya dengan rincian:

1. Penyuluhan Kepada Wajib Pajak di Kecamatan Citta 2. Penyuluhan Kepada Wajib Pajak di Kecamatan

Donri-donri

3. Penyuluhan Kepada Wajib Pajak di Kecamatan Ganra

4. Penyuluhan Kepada Wajib Pajak di Kecamatan Lalabata

5. Penyuluhan Kepada Wajib Pajak di Kecamatan Liliriaja

6. Penyuluhan Kepada Wajib Pajak di Kecamatan Lilirilau

7. Penyuluhan Kepada Wajib Pajak di Kecamatan Marioriawa

8. Penyuluhan Kepada Wajib Pajak di Kecamatan Marioriwawo

SPESIFIKASI TEKNIS

Spesifikasi teknisnya:

1. Kecamatan Citta 30 nasi kotak (Minuman) 2. Kecamatan Donri-donri 74 nasi kotak (Minuman) 3. Kecamatan Ganra 47 nasi kotak (Minuman) 4. Kecamatan Lalabata 178 nasi kotak (Minuman) 5. Kecamatan Liliriaja 166 nasi kotak (Minuman) 6. Kecamatan Lilirilau 130 nasi kotak (Minuman) 7. Kecamatan Marioriawa 114 nasi kotak (Minuman) 8. Kecamatan Marioriwawo 192 nasi kotak (Minuman)

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas total biaya penyuluhan yang digunakan untuk melakukan pembinaan dan penyuluhan perpajakan sebesar Rp.20.758.000. Dengan melakukan penyuluhan di 8 (Delapan) kecamatan yang ada di Kabupaten Soppeng, menyediakan makanan dan minuman kepada peserta penyuluhan dengan total biaya sebesar Rp.16.758.000. dan penyewaan tempat pelaksanaan penyuluhan Rp.4.000.000.

Efektivitas Biaya Penyuluhan Terhadap Anggaran Biaya Penyuluhan Pengukuran Efektivitas penyuluhan perpajakan, maka rumusnya adalah perbandingan antara jumlah biaya penyuluhan dengan jumlah biaya anggaran yang diberikan. Pengukuran Efektivitas Penyuluhan dihitung dengan rumus berikut:

πΈπ‘“π‘’π‘˜π‘‘π‘–π‘£π‘–π‘‘π‘Žπ‘  =

π΄π‘›π‘”π‘”π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘› π΅π‘–π‘Žπ‘¦π‘Ž π΅π‘–π‘Žπ‘¦π‘Ž π‘ƒπ‘’π‘›π‘¦π‘’π‘™π‘’β„Žπ‘Žπ‘›

Γ— 100%

Perhitungan tingkat efektivitas penyuluhan perpajakan pada kantor pelayanan penyuluhan dan konsultan perpajakan tahun 2019-2021 sebagai berikut:

πΈπ‘“π‘’π‘˜π‘‘π‘–π‘£π‘–π‘‘π‘Žπ‘  π‘‡π‘Žβ„Žπ‘’π‘› 2019 = 20.196.000 21.219.312

Γ— 100%

= 95,17%

Hasilnya menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan berjalan efektif

πΈπ‘“π‘’π‘˜π‘‘π‘–π‘£π‘–π‘‘π‘Žπ‘  π‘‡π‘Žβ„Žπ‘’π‘› 2020 = 25.114.000 25.252.148

Γ— 100%

= 99,45%

Hasilnya menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan berjalan efektif

πΈπ‘“π‘’π‘˜π‘‘π‘–π‘£π‘–π‘‘π‘Žπ‘  π‘‡π‘Žβ„Žπ‘’π‘› 2021 = 20.758.000 21.979.420

Γ— 100%

= 94,44%

Hasilnya menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan berjalan efektif

Tabel 4.5

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak dengan Surat Teguran Pajak Pada Tahun 2019-2021

Mengingat target penerimaan sebesar Rp. 3.440.093.476 dan realisasinya sebesar Rp. 2.371.205.039 atau 68,92 %, terlihat jelas dari Tabel 4.5 di atas bahwa target dan realisasi penerimaan tunggakan pajak dengan surat teguran pajak tahun 2019 tidak memenuhi target, Berdasarkan tingkat efektivitas yang dicapai, target tahun 2020 hanya 69,06 % ; oleh karena itu, itu termasuk dalam kriteria yang kurang efektif ini. Seluruh target untuk tahun 2020 adalah Rp. 2.080.441.055, namun realisasinya hanya Rp.

1.436.907.079, Dan tahun 2021 yang hanya mencapai 68,55 % dari target sesuai dengan tingkat efektivitas yang dicapai, dinilai kurang efektif karena seluruh jumlah target sebesar Rp. 5.315.491.985, namun yang terealisasi hanya Rp. 3.643.910.896.

Tahun

Jumlah Penagihan yang diterbitkan

Jumlah Penagihan yang

diterbayar

%

Lembar Target (Rp) Lembar Realisasi (Rp)

2019 302 3.440.093.476 277 2.371.205.039 68,92%

2020 385 2.080.441.055 331 1.436.907.079 69,06%

2021 773 5.315.491.985 722 3.643.910.896 68,55%

Efektivitas Capaian Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Melalui Surat Teguran Pajak

Pengukuran Efektivitas capaian target dan realisasi penerimaan pajak melalui surat teguran pajak, maka rumusnya adalah perbandingan antara realisasi penerimaan pajak dengan target penerimaan pajak. Pengukuran Efektivitas capaian dihitung dengan rumus berikut:

πΈπ‘“π‘’π‘˜π‘‘π‘–π‘£π‘–π‘‘π‘Žπ‘  = π‘‡π‘Žπ‘Ÿπ‘”π‘’π‘‘ π‘π‘’π‘›π‘’π‘Ÿπ‘–π‘šπ‘Žπ‘Žπ‘› π‘ƒπ‘Žπ‘—π‘Žπ‘˜ π‘†π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘‡π‘’π‘”π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘› π‘…π‘’π‘Žπ‘™π‘–π‘ π‘Žπ‘ π‘– π‘ƒπ‘’π‘›π‘’π‘Ÿπ‘–π‘šπ‘Žπ‘Žπ‘› π‘ƒπ‘Žπ‘—π‘Žπ‘˜ π‘†π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘‘π‘’π‘”π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘›

Γ— 100%

Untuk periode tahun 2019 sampai dengan tahun 2021 digunakan rumus sebagai berikut untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian

Untuk periode tahun 2019 sampai dengan tahun 2021 digunakan rumus sebagai berikut untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian

Dokumen terkait