• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSENTIF PAJAK BERUPA PENYULUHAN DALAM MENEKAN PENERBITAN SURAT TEGURAN PAJAK PADA KP2KP WATANSOPPENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "INSENTIF PAJAK BERUPA PENYULUHAN DALAM MENEKAN PENERBITAN SURAT TEGURAN PAJAK PADA KP2KP WATANSOPPENG"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

GITA PUTRI POLNAYA NIM: 105731109718

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2022

(2)

ii

INSENTIF PAJAK BERUPA PENYULUHAN DALAM MENEKAN PENERBITAN SURAT TEGURAN

PAJAK PADA KP2KP WATANSOPPENG

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Oleh:

GITA PUTRI POLNAYA NIM: 105731109718

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2022

(3)

iii

“Allah SWT tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya”

(QS: Al – Baqarah: 286)

“Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah SWT beserta orang-orang yang sabar”

(QS: Al – Anfaal: 46)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas Ridho-Nya serta karunianya sehingga skripsi ini telah terselesaikan dengan baik.

Alhamdulillah Rabbil’alamin

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua tercinta Orang – orang yang saya sayang dan almamaterku.

PESAN DAN KESAN

Jangan menunda suatu pekerjaan, kerjakanlah selagi ada kesempatan, stop mengatakan masih ada hari esok. Keberhasilan

tidaklah mudah, tapi tidak ada kerja keras yang sia-sia.

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii

(8)

viii

ABSTRAK

GITA PUTRI POLNAYA. 2022. Insentif Pajak Berupa Penyuluhan Dalam Menekan Penerbitan Surat Teguran Pajak Pada KP2KP Watansoppeng.

Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhmmadiyah Makassar. Dibimbing Oleh Pembimbing I Bapak Muh. Rum Dan Pembimbing II Ibu Khadijah Darwin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian insentif pajak berupa penyuluhan dapat menekan penerbitan surat teguran pajak pada KP2KP Watansoppeng. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Data yang diolah merupakan hasil wawancara dengan kepala kantor pelayanan penyuluhan dan konsultan perpajakan watansoppeng. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan studi pustaka yang dimana penulis melihat langsung keadaan dilapangan.

Hasil penelitian yang di dapat penulis adalah Penerapan insentif perpajakan berupa penetapan anggaran untuk biaya kegiatan bimbingan dan penyuluhan perpajakan dalam rangka menekan penerbitan Surat Teguran Pajak belum berhasil. Hal ini disebabkan oleh ketidakpatuhan dan ketidaktaatan wajib pajak terhadap kewajiban perpajakannya. Surat Teguran Pajak dapat dikirim karena salah satu dari dua alasan. Tindakan yang disengaja dan tidak disengaja.

Wajib pajak orang pribadi dan badan usaha diam meskipun menerima surat ketetapan pajak dan surat tagihan pajak dengan sengaja. Ketika Wajib Pajak melaporkan kewajiban perpajakannya, terjadi kesalahan yang tidak disengaja.

Kata kunci: Insentif Pajak dalam Menekan Penerbitan Surat Teguran Pajak

(9)

ix

ABSTRACT

GITA PUTRI POLNAYA. 2022. Tax Incentives in the Form of Counseling in Suppressing Issuance of Tax Warning Letters at KP2KP Watansoppeng.

Thesis of Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar. Supervised by Advisor I Mr. Muh.

Rum and Advisor II Mrs. Khadijah Darwin.

This study aims to determine whether the provision of tax incentives in the form of counseling can suppress the issuance of tax warning letters at KP2KP Watansoppeng. The type of research used is a qualitative research method. The processed data is the result of interviews with the head of the extension service office and the tax consultant watansoppeng. The data collection methods used in this study were observation, interviews and literature study where the author saw firsthand the situation in the field.

The results of the research obtained by the author are the application of tax incentives in the form of budgeting for the cost of tax guidance and counseling activities in order to suppress the issuance of Tax Reprimand Letters has not been successful. This is due to the non-compliance and disobedience of the taxpayer to his tax obligations. A Tax Reprimand Letter can be sent for one of two reasons. Intentional and unintentional actions. Individual taxpayers and business entities are silent despite receiving tax decrees and tax bills intentionally. When a taxpayer reports his tax obligations, an unintentional error occurs.

Keywords: Tax Incentives in Suppressing Issuance of Tax Warning Letters

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya yang tiada henti diberikan kepada hambah- Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul

“Insentif Pajak Berupa Penyuluhan Dalam Menekan Penerbitan Surat Teguran Pajak Pada KP2KP Watansoppeng”.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua tersayang Ayahanda Mesak Polnaya dan Ibunda Nuraeni yang senantiasa memberikan harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus. Demikian saudaraku tercinta Eka Putri Polnaya terima kasih atas doa dan dukungannya yang tulus dan ikhlas hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, serta dukungan baik materi maupun moral, dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula

(11)

xi

penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak saya sampaikan dengan hormat kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Mira, SE., M.Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. Muh. Rum, SE., M.Si., Ak., CA, selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga Skripsi selesai dengan baik.

5. Ibu Khadijah Darwin, SE., M.Ak, selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

6. Bapak Andi Asrizal Fauzie, SE., M.Ak, selaku Pimpinan Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultan Perpajakan Watansoppeng yang telah mengizinkan penulis untuk mengambil data dalam rangka merampungkan tugas penelitian.

7. Bapak/Ibu dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

8. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

9. Rekan–rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Angkatan 2018 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulisan.

(12)

xii

10. Terima kasih teruntuk teman-temanku yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.

11. Terima kasih untuk Syamsul Arif yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam proses penyusunan skripsi penulis.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini.

Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada almamater tercinta Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Makassar,...2022

Gita Putri Polnaya

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN KARYA TUGAS AKHIR MAHASISWA ... ii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEABSAHAN ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Tinjauan Teori ... 6

1. Pajak ... 6

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ... 9

3. Wajib Pajak ... 11

4. Tunggakan Pajak ... 13

(14)

xiv

5. Efektivitas ... 14

6. Self Assessment System ... 15

7. Surat Pemberitahuan SPT ... 16

8. Penyuluhan Perpajakan ... 17

9. Insentif Pajak ... 23

10. Surat Teguran Pajak ... 23

B. Tinjauan Empiris ... 25

C. Kerangka Konsep ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Fokus Penelitian ... 39

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

D. Jenis dan Sumber Data ... 40

E. Informan Peneliti ... 41

F. Metode Pengumpulan Data ... 41

G. Metode Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 43

B. Penyajian Data Hasil Penelitian ... 50

C. Analisis dan Interpretasi ... 52

BAB V PENUTUP ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 70

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 25

Tabel 4.1 Jumlah Wajib Pajak KP2KP Watansoppeng Tahun 2019-2021 ... 53

Tabel 4.2 Anggaran Biaya Penyuluhan Perpajakan Tahun 2019 ... 53

Tabel 4.3 Anggaran Biaya Penyuluhan Perpajakan Tahun 2020 ... 55

Tabel 4.4 Anggaran Biaya Penyuluhan Perpajakan Tahun 2021 ... 57

Tabel 4.5 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak dengan Surat Teguran Pajak Pada Tahun 2019-2021 ... 60

Tabel 4.6 Klasifikasi Pengukuran Efektivitas ... 62

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 38 Gambar 4.1 Struktur Oragnisasi ... 47

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pentingnya pajak dalam meningkatkan pendapatan negara. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pajak merupakan sumber penerimaan terbesar di banding sektor lainnya (Joni Rochmany dkk 2017). Di Indonesia, pajak merupakan salah satu aliran penerimaan negara yang digunakan untuk pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat (Dian Lestari Siregar, 2017). Namun, keterlambatan dalam membayar atau tidak membayar utang pajak merupakan kendala yang selalu ada dalam penerimaan pajak (Ovilya dkk, 2017). Untuk mengatasi hal tersebut Pejabat telah menerbitkan Surat Teguran Pajak atau Surat Peringatan yang ditujukan kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya (Eka Pujianthi, 2018).

Semakin meningkatnya tunggakan pajak maka Surat Teguran Pajak akan semakin meningkat. Dengan memberikan insentif pajak yang tidak berbentuk uang, melainkan berupa pengedukasian perpajakan serta penyuluhan kepada wajib pajak merupakan upaya pemerintah untuk menyadarkan wajib pajak pentingnya membayar dan melaporkan pajaknya.

Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultan Perpajakan Watansoppeng merupakan salah satu objek yang memberikan insentif pajak untuk mengurangi pelanggaran dan tunggakan Wajib Pajak. Pemerintah Kabupaten Soppeng telah memberikan Insentif Pajak berupa penyuluhan perpajakan untuk meminimalisir pelanggaran dan tunggakan Wajib Pajak.

Oleh karena itu, Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultan Perpajakan

(18)

Watansoppeng sebagai salah satu objek yang memberikan insenti pajak perlu mengawasi apakah pemberian Insentif Pajak benar adanya dapat mengurangi pelanggaran dan tunggakan Wajib Pajak.

Salah satu penyebab terjadinya pelanggaran dan tunggakan pajak karena adanya Wajib Pajak belum mengetahui cara menghitung pajak terhutang. Di Indonesia yang telah menerapkan Self Assessment System, wajib pajak diberi kepercayaan dan kewajiban untuk menetapkan, menyetor, dan melaporkan kewajiban perpajakannya (Mispa, 2019). Namun, minimnya pengetahuan akan hal itu menyebabkan meningkatnya pelanggaran dan tunggakan Wajib Pajak dan tentunya berpengaruh kepada penerbitan Surat Teguran Pajak yang semakin meningkat pula. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut, maka dilakukannya tinjauan pada Insentif Pajak yang diterapkan di Kabupaten Soppeng sebagai bentuk upaya meminimalisir tunggakan perpajakan.

Tujuan dikeluarkannya Insentif Pajak diharapkan mampu meringankan beban para Wajib Pajak baik orang pribadi atau badan dalam membayar kewajiban perpajakannya (Meidiansjah dkk, 2021). Ditemukannya Surat Teguran Pajak di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultan Perpajakan Watansoppeng yang pada saat ini juga sebagai objek yang memberikan Insentif Pajak dalam bentuk penyuluhan dimaksudkan untuk dikurangi tunggakan perpajakan serta penerbitan Surat Teguran Pajak. Maka diharapkan dengan pemberian Insentif Pajak tersebut dapat menekan penerbitan Surat Teguran Pajak di Kabupaten Soppeng.

Penelitian ini dilakukan karena adanya masalah tunggakan Wajib Pajak dalam hal penerbitan Surat Teguran Pajak di Kabupaten Soppeng.

(19)

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk mempelajari apakah Insentif Pajak berpengaruh dalam menekan penerbitan Surat Teguran Pajak.

Berdasarkan penelitian terdahulu oleh (Syanti Dewi dkk, 2017) mengklaim bahwa variabel tarif pajak dan denda pajak memiliki dampak yang menguntungkan pada kepatuhan sedangkan insentif pajak dan layanan tidak berpengaruh. Sejalan dengan (Salman Latief dkk, 2020) menegaskan bahwa kepatuhan wajib pajak secara positif dan signifikan dipengaruhi oleh kepercayaan wajib pajak kepada pemerintah, program insentif pajak , dan keuntungan pajak. Sejalan dengan (Agus Wahyudi, 2021) mengklaim bahwa sementara e-billing dan insentif pajak tidak berdampak pada kepatuhan wajib pajak orang pribadi, pemasangan sistem e - filing memiliki dampak yang cukup besar. Sejalan dengan (Hendro Lukman dkk, 2021) mengklaim bahwa kantor layanan pajak memelopori inisiatif sosialisasi online untuk Wajib Pajak Orang Pribadi menggunakan zoom meeting platform dapat berfungsi dengan cukup baik. Sejalan dengan (Dian Kartika Zega dkk, 2021) menyatakan penyuluhan dan konsultasi wajib pajak sangat berdampak positif dalam meningkatkan pemahaman wajib pajak. Sejalan dengan (Dewi Kusuma Wardani dkk, 2018) memiliki nilai t-count sebesar 5.744 yang lebih tinggi dari nilai t-table sebesar 2,70 dan nilai yang signifikan 0.000 dan mengklaim bahwa sosialisasi perpajakan memiliki dampak yang menguntungkan bagi kepatuhan wajib pajak. Sejalan dengan (Andy Wijaya, 2021) Hal ini memiliki pengaruh yang menguntungkan pada pemberian penyuluhan, menurut temuan pengujian data dengan nilai signifikan uji T 0,034 , yang kurang dari 0,05. Sejalan dengan (Rini Kurniawati dkk, 2020) peningkatan kepatuhan

(20)

wajib pajak untuk mengajukan SPT PPh tahunan belum tercapai dengan Penyuluhan Pajak Kegiatan berdasarkan Manajemen Penyuluhan Perpajakan yang terdiri dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan serta pemantauan, evaluasi, dan melaporkan pelaksanaan kegiatan. Sejalan dengan (Veny Septia Andini dkk, 2020) menunjukkan bahwa dengan nilai kurang dari 0, 05, tingkat pemahaman, kesadaran pajak, motivasi, layanan fiskus, pemeriksaan pajak, dan sanksi pajak memiliki dampak yang signifikan, sedangkan dengan nilai lebih dari 0,05, yaitu tingkat ekonomi dan penyuluhan pajak tidak memiliki dampak yang signifikan.

Sejalan dengan (Romasi Lumban Gaol dkk, 2022) menunjukkan bahwa di KPP Pratama Medan Petisah, penyuluhan wajib pajak, pemeriksaan pajak, sanksi pajak, dan layanan fiskus memiliki manfaat dan dampak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. untuk membangkitkan rasa ingin tahu peneliti untuk mendalami topik tersebut “Insentif Pajak Berupa Penyuluhan Dalam Menekan Penerbitan Surat Teguran Pajak pada KP2KP Watansoppeng”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat diangkat berdasarkan uraian latar belakang diatas yaitu:

1. Bagaimana efektivitas penerapan kebijakan Insentif Pajak terhadap penerbitan Surat Teguran Pajak di Kabupaten Soppeng?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui apakah benar adanya Insentif Pajak dalam bentuk penyuluhan perpajakan dapat menekan penerbitan Surat Teguran Pajak di Kabupaten Soppeng.

(21)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat mencakup pengetahuan tentang penggunaan insentif pajak dalam menekan penerbitan surat teguran pajak. Manfaat yang dapat peneliti berikan adalah:

1. Manfaat Teoritis

Studi ini dapat membantu masyarakat untuk lebih memahami akuntansi pajak dan mempelajari lebih lanjut tentang insentif pajak berupa penyuluhan dalam menekan penerbitan surat teguran pajak khususnya.

2. Manfaat Kebijakan

Sebagai masukan dalam menekan penerbitan Surat Teguran Pajak melalui pemberian insentif Pajak.

(22)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI 1. PAJAK

Pajak adalah pungutan yang diberikan kepada negara berdasarkan Undang – Undang baik dari orang pribadi maupun badan atau perusahaan untuk kepentingan negara dan kesejahteraan masyarakat. Definisi pajak menurut Mardiasmo (2011) menyatakan pajak ialah iuran rakyat kepada kas negara yang dapat dipaksakan berdasarkan Undang – Undang dan tidak mendapat jasa timbal langsung. Dengan adanya pajak maka akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan tentunya akan berdampak pula pada negara sebagaimana dengan fungsi pajak. Fungsi pajak sebagai sumber dana pemerintah yaitu untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah dan juga pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Karena pada dasarnya untuk dapat menjalankan dan melaksanakan pembangunan negara bersumber pada pajak yang dibayarkan kepada negara.

Menurut Mustaqiem (2014), ada empat macam fungsi yang membentuk fungsi pajak:

a) Fungsi Anggaran (Budgetair)

Pajak berfungsi sebagai sumber pendapatan pemerintah dan membantu membayar pengeluaran publik. Negara membutuhkan biaya untuk melakukan tugas - tugas negara dan untuk melaksanakan

(23)

pembangunan. Hasil pajak dapat digunakan untuk membayar biaya ini. Saat ini, pajak digunakan untuk keuangan reguler seperti biaya tenaga kerja, biaya komoditas, biaya pemeliharaan, dan sebagainya.

Yang dikeluarkan dari tabungan pemerintah untuk pembiayaan pembangunan adalah penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan yang terus meningkat, tabungan pemerintah dari tahun ke tahun harus ditingkatkan, dan hal ini paling diantisipasi dari sektor pajak.

b) Fungsi Mengatur (regulerend)

Melalui kebijakan perpajakan, pemerintah dapat mengendalikan pertumbuhan ekonomi. Pajak memiliki kemampuan untuk mengatur, menjadikannya alat untuk mencapai tujuan. Contoh Berbagai kemudahan ditawarkan berupa pengurangan pajak untuk mendorong investasi baik domestik maupun internasional. Pemerintah mengenakan pajak impor yang tinggi atas barang - barang asing untuk melindungi produksi dalam negeri.

c) Fungsi Stabilitas

Melalui pajak, pemerintah mampu menerapkan kebijakan stabilitas harga dan mengendalikan inflasi. Hal ini antara lain dapat dilakukan melalui pengelolaan arus uang di masyarakat, pemungutan pajak, dan penerapan perpajakan yang efektif dan efisien.

d) Fungsi Redistribusi Pendapatan

Negara akan menggunakan pajak yang telah dikumpulkan untuk mendanai semua kepentingan publik, termasuk pembangunan yang

(24)

akan menghasilkan lebih banyak kesempatan kerja dan upah yang lebih tinggi untuk semua orang.

Pengelompokan pajak menurut golongannya terbagi atas dua bagian yaitu Pajak Langsung yang berarti pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Dan Pajak Tidak Langsung yaitu pajak yang dapat dibayarkan atau dibebankan kepada orang lain.

Menurut Mardiasmo (2011), syarat - syarat berikut harus dipenuhi agar pemungutan pajak dapat berjalan tanpa kesulitan atau pertentangan:

a) Penagihan pajak yang adil (Syarat Keadilan)

Hukum dan bagaimana penerapannya harus adil untuk memenuhi tujuan hukum yang dimaksudkan untuk mencapai keadilan. Adil dalam hukum, termasuk menerapkan pajak secara merata dan umum yang disesuaikan dengan kemampuan masing- masing orang. Adil dalam penerapannya, termasuk ketentuan bahwa wajib pajak memiliki pilihan untuk mengajukan pengaduan, menunda pembayaran, dan mengajukan banding atas keputusannya kepada majelis pertimbangan pajak.

b) Peraturan perundang - undangan harus menjadi dasar pemungutan pajak (Syarat Yuridis)

Pasal 23 Ayat 2 Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengatur tentang pajak. Hal ini memberikan jaminan hukum kepada negara dan penduduknya untuk menegakkan keadilan.

(25)

c) Bukan halangan bagi perekonomian (Syarat Ekonomis)

Untuk mencegah penurunan ekonomi lokal, pemungutan tidak boleh menghalangi operasi produksi dan perdagangan yang efisien.

d) Penagihan pajak yang efektif diperlukan (Syarat Finansiil)

Biaya pemungutan pajak harus diturunkan agar lebih kecil dari hasil pemungutan sesuai dengan fungsi anggaran.

e) Sistem pajak harus sederhana

Mekanisme pemungutan yang lugas akan memudahkan dan memotivasi masyarakat untuk membayar pajaknya. Undang - undang perpajakan yang baru telah memenuhi kriteria ini.

2. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara menurut Anwar Sadat (2022) menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia yang menjadi rincian daftar yang dibuat secara sistematis berisi rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran. APBN kemudian digunakan sebagai sumber pendanaan bagi pelaksanaan trilogi pembangunan yang mencakup: pertumbuhan, pemerataan, dan stabilitas ekonomi.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersumber pada pajak negara. Pajak negara bagian berikut ini masih berlaku:

a. PPh (Pajak Penghasilan)

Undang -Undang Nomor 7 Tahun 1984 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang - Undang Nomor 36 Tahun - Undang - Tahun 2008, menjadi landasan hukum penerapan pajak penghasilan. UU Pajak Perseroan Tahun 1925 , UU Pajak Pendapatan 1944 , dan UU

(26)

PBDR 1970 semuanya dicabut dengan UU PPh, yang mulai berlaku tahun 1984.

b. PPN & PPnBM (Pajak pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah)

Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang - Undang Nomor 42 Tahun 2009, menjadi landasan hukum pengenaan PPN dan PPnBM. UU PPN & PPnBM menggantikan UU Pajak Penjualan tahun 1951 dan mulai berlaku pada tanggal 1 April 1985.

c. Bea Materai

Undang - Undang Nomor 13 Tahun 1985 menjadi landasan hukum pemberlakuan bea meterai. Pada tanggal 1 Januari 1986, Undang - Undang dan peraturan Bea Materai baru mulai berlaku, menggantikan undang - undang sebelumnya (Aturan Bea Materai 1921).

d. PBB (Pajak Bumi dan Bangunan)

Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1985, sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1994, menjadi dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan. Undang - undang Pajak Bumi dan Bangunan adalah pengganti yang mulai berlaku pada 1 Januari 1986:

1) Peraturan Pajak Rumah Tangga 1908.

2) Peraturan Verponding Indonesia tahun 1923.

3) Peraturan Pajak Kekayaan tahun 1932.

4) Peraturan Verponding tahun 1928.

5) Peraturan Pajak Jalan tahun 1942.

(27)

3. WAJIB PAJAK

Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meluputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan. Sebagaimana telah diketahui ada sebagian Wajib Pajak terdaftar yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu ada beberapa istilah seperti Wajib Pajak Efektif dan Wajib Pajak Non Efektif. Adapun pengertian Wajib Pajak Efektif adalah Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakannya, berupa memenuhi kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa dan/atau Tahunan sebagaimana mestinya. Sedangkan Wajib Pajak Non Efektif adalah Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.

Wajib Pajak dibedakan atas dua bagian yaitu Orang Pribadi adalah mereka yang telah mempunyai penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sesuai batasan PTKP telah ditentukan oleh Undang – Undang Pajak Penghasilan. Yang selanjutnya adalah Badan adalah sekumpulan orang dan modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha. Berikut Kewajiban dan Hak Wajib Pajak yaitu:

a. Kewajiban Wajib Pajak

a) Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP.

b) Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.

c) Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.

(28)

d) Mengisi dengan benar SPT dan memasukkan ke Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan.

e) Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan.

f) Jika diperiksa Wajib Pajak memperlihatkan buku atau catatan yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh.

g) Dalam hal Wajib Pajak diharuskan untuk menjaga kerahasiaan informasi pada saat memberikan pembukuan, maka permintaan untuk menjaga kerahasiaan tersebut dihilangkan dengan permintaan untuk alasan pemeriksaan.

b. Hak – hak Wajib Pajak

a) Menulis surat keberatan dan banding.

b) Mendapatkan tanda terima SPT.

c) Lakukan perubahan pada SPT yang dimasukkan.

d) Kirim permintaan untuk menunda penyampaian SPT.

e) Kirim permintaan perpanjangan atau pembayaran angsuran pajak.

f) Mengirimkan permintaan penghitungan pajak yang ditentukan dalam surat ketetapan pajak.

g) Meminta pengembalian pajak yang telah dibayar lebih.

h) Mengirimkan permintaan penghapusan dan pelonggaran sanksi, serta permintaan untuk memperbaiki surat ketetapan pajak yang tidak benar.

i) Memberdayakan individu untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

j) Meminta dokumen bukti pemungutan atau pemotongan pajak.

k) Ajukan keberatan dan banding.

(29)

4. TUNGGAKAN PAJAK

Tunggakan pajak adalah jumlah piutang pajak yang belum dapat dibayar oleh Wajib Pajak dalam masa tagihan pajak berdasarkan peraturan perundang – undangan perpajakan. Direktorat Jenderal Pajak dapat mengenakan sanksi administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan sebagaimana dimaksud dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau surat yang sejenis.

Faktor – faktor yang yang menyebabkan Tunggakan yaitu:

a. Ketidaktahuan dari Wajib Pajak

Ketidaktahuan Wajib Pajak mengenai masa jatuh tempo pajak terutang yang menyebabkan adanya tunggakan pajak.

b. Kurangnya pegawasan oleh Wajib Pajak

Kurangnnya pengawasan dalam hal pelunasan pajak akan menyebabkan kelalaian dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Jika tidak dilakukan pengawasan secara optimal terhadap kewajiban perpajakan maka akan adanya utang pajak dan tentunnya tunggakan pajak.

c. Kelalaian Wajib Pajak

Kelalaian administrasi pajak adalah kelalaian umum yang sering dilakukan oleh Wajib Pajak. Hal ini mengarah pada keterlambatan penyetoran dan pembayaran pajak sehingga akan adanya utang pajak dan tentunya tunggakan pajak.

(30)

5. EFEKTIVITAS

Efektivitas berasal dari istilah efektif, yang menunjukkan keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Efektivitas berkorelasi dengan hasil yang diharapkan dan aktual, sesuai dengan definisi efektivitas dari berbagai sumber, termasuk:

Hubungan antara output dan tujuan menentukan efektivitas;

semakin tinggi kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, semakin efektif organisasi, program, atau kegiatan (Muhmudi, 2010:103).

Efektivitas adalah keadaan atau situasi di mana memilih tujuan yang akan dicapai dan alat atau metode untuk mencapainya dapat memberikan hasil yang baik. Gagasan efektivitas umumnya menggambarkan sejauh mana tujuan yang ditentukan pertama kali dicapai (Rahardjo, 2011:170).

Efektivitas adalah kemampuan untuk melaksanakan tujuan.

Efektivitas Dikaitkan dengan Terminologi Melakukan Hal yang Benar Ketika sesuatu dilakukan dengan benar, itu Dikenal sebagai Berhasil Secara Berurutan (Wijayanto, 2012:17).

Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa efektivitas mengacu pada pengukuran pencapaian yang benar potensi yang harus diwujudkan dalam jangka waktu tertentu.

Jika realisasi penerimaannya dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan, program atau kegiatan tersebut disebut efektif.

(31)

1. Faktor penentu efektivitas

Efektivitas didasarkan pada sejumlah variabel. Menurut Munir (2004:

418), variabel-variabel yang menentukan efektivitas adalah sebagai berikut:

a. Tenaga kerja, kemampuan kerja, dan sumber daya fisik termasuk alat kerja, tempat kerja, dan sumber daya keuangan.

b. Komposisi posisi yang stabil, baik struktural maupun fungsional, merupakan aspek struktur organisasi.

c. Penggunaan teknologi dalam pelaksanaan pekerjaan atau tugas.

d. Faktor-faktor dari pimpinan dan masyarakat yang mendukung aparatur dan pelaksanaan peran utamanya dan fungsi.

Menurut definisi di atas, ada 4 (Empat) kriteria yang menentukan seberapa baik surat kekuatan dapat memungut pajak, secara khusus komponen sumber daya manusia yang bertindak sebagai komponen struktural dan fungsional dalam pembagian kegiatan yang terlibat dalam pelaksanaan pemungutan pajak, untuk memudahkan juru sita pajak dalam melakukan tugasnya, aspek teknis mendukung pelaksanaan aparatur dan pelaksana yang relevan, dan elemen kepemimpinan berkontribusi pada implementasi tujuan dan sasaran pemungutan pajak yang dipenuhi lebih cepat.

6. SELF ASSESSMENT SYSTEM

Self Assessment System menurut Mardiasmo (2011) menyatakan bahwa suatu sistem dalam pemungutan pajak dimana Wajib Pajak diberi kepercayaan atau wewenang dalam menentukan sendiri besar pajak yang terutang. Ciri – cirinya yaitu:

(32)

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri,

b. Wajib Pajak aktif mulai menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang,

c. Fiskus (aparat pajak) tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

Prinsip Self Assessment System yaitu semua Wajib Pajak berkewajiban membayar pajak terutangnya sesuai dengan ketentuan perundang – undangan perpajakan, serta tidak tergantung dengan adanya surat ketetapan pajak. Selanjutnya, menurut surat pemberitahuan yang disampaikan oleh Wajib Pajak mengenai jumlah pajak yang terutang merupakan jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.

7. SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN (SPT)

Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) menurut Mardiasmo (2011) adalah surat yang digunakan Wajib Pajak untuk melaporkan perhitungan atau pembayaran pajak, objek pajak dan bukan objek pajak, atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya dan untuk melaporkan tentang:

a. Pajak - pajak yang telah dibayar atau dilunasi selama satu tahun pajak yang telah dilakukan baik secara sendiri - sendiri maupun melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain.

b. Penghasilan yang dikenakan atau tidak dikenakan pajak.

(33)

c. Aset dan kewajiban.

d. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan perpajakan, pembayaran atas pemotongan atau pemungutan pajak dilakukan atas nama orang pribadi atau badan lain selama 1 ( satu ) masa pajak.

Bukti yang harus disertakan dalam SPT antara lain:

a. Untuk wajib pajak yang menyelenggarakan pembukuan: Laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi, berikut data tambahan yang diperlukan untuk menentukan berapa penghasilan kena pajak.

b. Besaran Pokok Pengenaan Pajak, besarnya Pajak Keluaran, besarnya Pajak Masukan yang dapat Dikreditkan, dan besarnya Defisit atau Kelebihan Pajak semuanya harus dicantumkan dalam SPT Berkala PPN.

c. Wajib Pajak yang mengikuti standar penghitungan: Menghitung volume edar selama tahun pajak yang berlaku.

8. PENYULUHAN PERPAJAKAN

Penyuluhan perpajakan adalah suatu sistem pemberian informasi, nasehat, dan penyuluhan kepada masyarakat secara berkala dalam rangka memperkuat pengetahuan, kesadaran, dan kemauannya untuk melaksanakan hak dan memenuhi kewajibannya (Pusat Penyuluhan, 1989:1). Administrasi perpajakan berkewajiban dan bertanggung jawab untuk melengkapi, membimbing, dan membina masyarakat agar mampu dan sadar melaksanakan kewajiban perpajakannya, sedangkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat menjadi salah satu hal yang dipercaya

(34)

penuh untuk melaksanakan undang-undang perpajakan, dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik. Oleh karena itu, hanya mereka yang memiliki kualitas yang diperlukan untuk dicalonkan atau ditunjuk sebagai instruktur yaitu instruktur yang profesional yang harus dipertimbangkan. Penyuluh fungsional ini diperlukan agar tujuan penyuluhan dapat terlaksana dengan baik melalui konsultasi dan bimbingan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan penerimaan perpajakan dengan meningkatkan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk mematuhi kewajiban perpajakannya.

1) Tujuan penyuluhan perpajakan

Direktorat Jenderal Pajak tentunya harus melakukan kegiatan penyuluhan perpajakan untuk memenuhi kewajiban hukumnya menghimpun dana dari masyarakat untuk membiayai pembangunan sesuai dengan APBN. Padahal dalam kenyataannya, karena pajak dipandang masyarakat sebagai sesuatu yang memberi dan dapat dikenakan karena berdasarkan undang - undang, maka setiap anggota masyarakat yang mendengar kata “pajak” umumnya memiliki kesan negatif. Hal ini karena apa yang telah terjadi di masyarakat dari zaman dahulu hingga sekarang. Karena keadaan ini, masyarakat memiliki persepsi yang kurang baik tentang pajak. Karena penyuluhan pajak sangat penting untuk mencapai pembangunan nasional pada umumnya dan pertumbuhan kota Soppeng pada khususnya, maka sangat penting untuk menciptakan kesan yang baik di masyarakat dan bahwa pemungut pajak adalah personifikasi dan dedikasi untuk memenuhi kewajiban perpajakan.

(35)

Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa tujuan pemberian penyuluhan wajib pajak adalah untuk:

a. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang fungsi pajak dalam perekonomian suatu negara secara keseluruhan dan kemampuan suatu daerah untuk melaksanakan pembangunan dan membangun masyarakat yang adil dan makmur.

b. Mendidik masyarakat tentang hak dan kewajiban perpajakan, yang juga merupakan hak dan kewajiban negara bagi warga negara.

c. Meningkatkan kesiapan masyarakat untuk menggunakan hak dan membayar pajaknya.

d. meningkatkan kepatuhan wajib pajak, termasuk pemungut pajak dan bendahara yang ditugasi memungut dan menyetor pajak.

e. Persepsi masyarakat tentang pajak perlu ditingkatkan dan dipertahankan karena selama ini mendengar istilah "pajak"

menimbulkan banyak ketakutan. Bagi rata - rata masyarakat yang tidak mengetahui tujuan pajak dalam pembangunan negara pada umumnya dan pembangunan daerah secara khusus, pajak dipandang cukup menakutkan.

2) Sasaran penyuluhan perpajakan

Untuk memberikan penyuluhan, anggota staf penyuluh harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan klien dan memahami kebutuhan mereka. Tiga kategori utama digunakan untuk mengkategorikan sasaran penyuluhan :

(36)

a. Sasaran Utama

1. Masyarakat Pada Umumnya

Penyuluhan diberikan untuk menumbuhkan iklim dan citra pajak yang baik sehingga anggota masyarakat akan mendukung bea pajak dalam arti membangun opini publik yang mengakuinya sebagai kewajiban pemerintah.

2. Wajib Pajak baik yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar Kelompok ini sebagian besar menerima penyuluhan untuk membantu mereka memenuhi kewajiban perpajakannya. Tata cara perpajakan, peraturan perundang - undangan perpajakan, dan ketentuan pelaksanaannya merupakan unsur pokok yang disusun.

3. Jika dilihat dari dua perspektif, tujuan utama penyuluhan, aparatur negara: 1) Aparatur itu sendiri, PNS wajib pajak Laporan Pajak Pajak Orang Pribadi (LP2P). 2) Peralatan yang digunakan oleh pemungut pajak, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), bank, bea dan cukai, badan usaha milik negara dan daerah, bendahara pemerintah, serta perum pas dan giro.

3) Metode Penyuluhan

Taktik penyuluhan adalah prosedur yang digunakan petugas penyuluhan untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat.

Biasanya ada 2 macam teknik penyuluhan:

(37)

a. Metode Informatif

Adalah teknik di mana penyuluh terlibat secara aktif dan komunikasi satu arah dilakukan. Metode ini melibatkan pengisian informasi program penyuluhan dengan ceramah atau kuliah, yang sangat membatasi keterlibatan untuk meminta klarifikasi atau mengajukan pertanyaan mengenai konsep yang masih belum jelas.

Yang termasuk Metode Informatif:

1. Pendekatan kuliah digunakan dalam bidang penyuluhan pajak untuk memberikan informasi yang menyeluruh dan seragam tentang undang - undang perpajakan dan memberikan analisis masalah pajak dalam waktu yang ditentukan.

2. Tujuan dari metode diskusi panel ini adalah untuk menyajikan kepada peserta berbagai sudut pandang tentang perpajakan.

Moderator yang terampil dapat membantu diskusi tetap pada topik dan mencakup topik yang lebih relevan.

3. Teknik Symposium melibatkan menghubungkan kuliah, penjelasan, atau makalah dengan topik yang berhubungan dengan pajak. Hal ini dijelaskan para peserta penyuluhan di hadapan orang - orang yang ahli di bidang perpajakan.

b. Metode partisipasif

Salah satu strategi yang secara aktif melibatkan peserta penyuluhan dalam metode partisipatif adalah penyadaran diri tanpa dukungan dari luar atau orang lain. Pendekatan partisipatif dipecah menjadi:

(38)

1. Di bidang perpajakan, ada tiga kategori pendekatan audio - visual: (a) Hanya visual, seperti gambar dan poster, (b) audio, khususnya cerita di kaset atau musik dengan saran pajak yang tersebar di dalamnya. (c) Benar -benar media audio-visual, termasuk wayang kulit, slide suara, film, dan kaset video.

Ini berusaha untuk membuat materi yang diperluas lebih menarik disajikan. Untuk memberikan materi penyuluhan kepada anggota masyarakat yang masih kurang paham dengan masalah ini.

2. Bagi kelompok yang rata - rata memiliki pemahaman yang baik tentang pajak, metode diskusi kelompok dapat digunakan sebagai penyuluhan.

3. Pendekatan studi kasus adalah teknik penyuluhan pajak yang melibatkan pemberian penjelasan secara menyeluruh kepada peserta tentang suatu masalah yang perlu diteliti, diproses, dan diselesaikan secara bersama - sama.

4. Wajib Pajak yang memiliki masalah dengan pajak mereka dapat menggunakan opsi konsultasi untuk menelepon kantor ekstensi secara langsung dan meminta penjelasan tentang masalah mereka.

4) Sarana penyuluhan

Sarana penunjang yang digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan harus lengkap dan memadai agar penyuluhan dapat efektif. Fasilitas yang digunakan di penyuluhan ini antara lain ruang konseling, laptop, materi perpajakan, dan lain yang dianggap perlu. Ini

(39)

adalah elemen yang sangat penting dan memiliki dampak signifikan pada apakah ekstensi berhasil atau tidak.

9. INSENTIF PAJAK

Insentif pajak menurut Ayu (2020) menyatakan bahwa insentif pajak merupakan kebijakan perpajakan dari pemerintah kepada Wajib Pajak tertentu baik individu atau badan, yang bertujuan memberikan keringanan atau kemudahan bagi Wajib Pajak agar patuh dalam kewajiban perpajakannya. Insentif Pajak menurut (Syanti Dewi dkk, 2020) merupakan sebuah penawaran dari pemerintah, melalui manfaat pajak, dalam suatu kegiatan tertentu, seperti kontribusi uang untuk kegiatan yang berkualitas. Insentif pajak dapat diartikan sebagai fasilitas pajak yang diberikan pemerintah yang memiliki tujuan di bidang perpajakan.

Winardi (2011) menegaskan bahwa pajak dengan tujuan memberikan keringinan atau stimulasi. Penggunaan pajak mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor tertentu dan tidak semata-mata dimaksudkan untuk menyediakan dana bagi pemerintah. Menurut Erly Suandy (2006), ada empat kategori utama insentif pajak: (a).

Pembebasan pajak, (b). pengurangan basis pajak, (c). pengurangan tarif pajak, (d). penangguhan pajak.

10. SURAT TEGURAN PAJAK

Makna surat teguran tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24/PMK.03/2008 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2010 membahas Pelaksanaan Penagihan Surat Paksa dan Tata Cara Penagihan Instan dan Serentak adalah surat yang dikirim oleh pejabat pemerintah untuk

(40)

mengingatkan atau memperingatkan masyarakat agar membayar pajak tepat waktu (PMK.Nomor 85 /PMK.03/ 2010).

Penerbitan Surat Teguran

1) Apabila surat teguran, atau surat lain yang sejenis dikirim setelah tujuh hari sejak tanggal jatuh tempo pembayaran, pemungutan pajak secara resmi dimulai (1 bulan sejak tanggal atau keputusan dikeluarkan).

2) Surat peringatan dikirimkan kepada wajib pajak untuk mengingatkan mereka agar membayar pajak.

3) Penanggung pajak yang telah diberikan izin untuk mencicil atau menunda pembayaran pajak tidak dikirimkan surat teguran pajak.

4) Sebelum menerbitkan Surat Paksa, penerbitan surat teguran yang merupakan langkah awal pelaksanaan penagihan harus diselesaikan.

5) Intinya, surat peringatan hanya dikirimkan satu kali.

6) Secara hukum, surat peringatan dikatakan tidak ada apabila Wajib Pajak belum pernah menerbitkan surat teguran sebelumnya (Mela Dwi Kartika,2019).

(41)

B. TINJAUAN EMPIRIS

Beberapa penelitian terdahulu yang telah melakukan penelitian tentang Insentif Pajak yang berkaitan dengan judul penelitian ini disajikan dalam tabel 2.1 dibawah ini :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No

Nama Penelitian dan Tahun

Penelitian

Judul Penelitian

Alat

Analisis Hasil Penelitian 1 Alif Faruqi

Febri Yanto, Rida Perwita Sari (2022)

Pengaruh Penyuluhan Wajib Pajak Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kpp Pratama Surabaya Mulyorejo

Kuantitatif 1. Penyuluhan pajak mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.

2. Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Adalah Sanksi Pajak.

Penyuluhan dan sanksi pajak yang dipimpin petugas pajak dapat meningkatkan

kepatuhan wajib pajak.

Penyuluhan pajak secara teratur akan membantu wajib pajak memahami nilai pembayaran pajak mereka dan dampak dari kegagalan untuk melakukannya, serta sanksi yang dapat diterapkan pada mereka jika tidak.

2 Agus Wahyudi (2021)

Pengaruh Penerapan Sistem E- Filing, Penerapan Sistem E- Biling, Kebijakan Insentif Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Kuantitatif Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik simpulan yakni:

1. Penerapan sistem e-filing berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi, artinya semakin

(42)

Orang Pribadi. tinggi penerapan sistem e-filing maka tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi semakin tinggi.

2. Penerapan sistem e-biling tidak berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi, artinya adanya penerapan sistem e-biling tidak mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

3. Kebijakan insentif pajak tidak berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi, artinya adanya kebijakan insentif pajak tidak mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

3 Eka Aprilia (2021).

Pengaruh Insentif Pajak, Kualitas Sumber Daya Manusia, dan Kepuasan Pelayanan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kota Sidoarjo.

Kuantitatif Peneliti dapat menarik kesimpulan dari rumusan masalah berdasarkan temuan analisis, dan

dimungkinkan untuk menunjukkan hipotesis penelitian berdasarkan temuan tes yang telah dijalankan sebagai berikut:

1. Insentif pajak meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Dengan demikian, semakin ringan beban pajak yang dihadapi, semakin banyak keuntungan

(43)

atau fasilitas pajak berupa tarif pajak yang lebih rendah yang diterima Wajib Pajak, akan

semakin mudah bagi Wajib Pajak untuk membayar pajak tepat waktu dan terhindar dari sanksi atau teguran.

2. Kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kota Sidoarjo dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusianya.

Hal ini menyiratkan bahwa kesadaran wajib pajak untuk mematuhi

kewajiban perpajakannya meningkat berbanding lurus dengan kualitas sumber daya manusia.

3. Kepatuhan wajib pajak orang pribadi dipengaruhi secara positif oleh

kepuasan pelayanan. Ini berarti bahwa wajib pajak diberitahu tentang kewajiban pembayaran pajak mereka yang sedang

berlangsung dan sadar bahwa mereka akan menghadapi peringatan, hukuman, dan hukuman pajak jika mereka melanggar undang - undang.

(44)

4 Salman Latief, Junaidin Zakaria, dan Mapparenta (2020).

Pengaruh Kepercayaan Kepada Pemerintah, Kebijakan Insentif Pajak dan Manfaat Pajak

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Kuantitatif Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa di KPP Pratama

Makassar Selatan, kepercayaan kepada pemerintah

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya persepsi wajib pajak terhadap kepercayaan pemerintah, demikian pula persepsi mereka tentang kepatuhan wajib pajak. Sistem hukum yang dianggap lemah oleh wajib pajak harus ditegakkan oleh pemerintah. Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan, insentif perpajakan memiliki dampak yang sangat menguntungkan dan cukup besar terhadap kepatuhan wajib pajak.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa insentif pajak yang ditawarkan oleh pemerintah dapat mendorong wajib pajak untuk mematuhi

undang - undang perpajakan dan meningkatkan pemahaman mereka tentang kewajiban ini.

Meskipun ada celah atau tabel diskusi mengenai masalah insentif pajak ini. Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan, dampak manfaat pajak

(45)

terhadap kepatuhan wajib pajak cukup baik dan cukup besar.

Menurut temuan studi tersebut, insentif pajak dapat membantu bisnis berkembang dan meningkatkan pengetahuan wajib pajak tentang

pentingnya membayar pajak tepat waktu jika mereka dapat

melakukan keduanya.

Jika keduanya dapat dilakukan, maka insentif pajak akan mendorong

perekonomian.

Meskipun ada celah atau tabel diskusi mengenai masalah insentif pajak ini.

5 Andy Wijaya, (2021)

Analisis Kesadaran Wajib Pajak, Penyuluhan Perpajakan Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di Kpp Pratama Batam

Deskriptif Kuantitatif

Temuan menunjukkan bahwa, dengan nilai uji T signifikan 0,00 kurang dari 0,05, variabel kesadaran wajib pajak memiliki pengaruh yang menguntungkan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Penyuluhan pajak memiliki nilai signifikansi uji T sebesar 0,034 yang lebih kecil dari 0,05 dan berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak.

Nilai signifikan uji T sebesar 0,00 lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa variabel sanksi perpajakan

berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Dengan nilai signifikansi uji F

(46)

0,00 kurang dari 0,05 maka faktor

pengetahuan, penyuluhan, dan sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa peningkatan kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Batam Selatan dipengaruhi oleh kesadaran wajib pajak, penyuluhan perpajakan, dan sanksi perpajakan.

6 Dewi Kusuma Wardani, Erma Wati,(2018)

Pengaruh Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Pengetahuan Perpajakan Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kpp

Pratama Kebumen)

Deskriptif Kuantitatif

Menurut temuan penelitian, dapat dikatakan bahwa:

1. Sosialisasi perpajakan

berpengaruh positif terhadap

pengetahuan perpajakan.

2. Pengetahuan perpajakan

berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.

3. Sosialisasi perpajakan

berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.

4. Sosialisasi perpajakaan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak melalui pengetahuan perpajakan.

7 Rini

Kurniawati, Rini Rahayu Kurniati, Dadang Krisdianto

Efektivitas Penyuluhan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Pelaporan Spt

Kuantitatif Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan mengenai efektivitas Penyuluhan Perpajakan terhadap kepatuhan pelaporan

(47)

(2020). Tahunan Pajak Penghasilan Pada

Direktorat Jenderal Pajak

SPT Tahunan Pajak Penghasilan pada Direktorat Jenderal Pajak, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kegiatan

Penyuluhan Perpajakan berdasarkan Manajemen Penyuluhan Perpajakan yang terdiri dari

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan kegiatan serta pemantauan (monitoring), evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan belum efektif dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak untuk melaporkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan.

2. Rata-rata tingkat efektivitas Penyuluhan Perpajakan

terhadap kepatuhan pelaporan SPT Tahunan Pajak Penghasilan keseluruhan.

8 Veny Septia Andini, Danny Wibowo (2020)

Pengaruh Pemahaman, Kesadaran, Motivasi, Ekonomi, Penyuluhan, Pelayanan, Pemeriksaan Dan Sp Terhadap

Deskriptif Dari hasil penelitian yang dilakukan berkaitan dengan pengaruh variabel tingkat pemahaman, kesadaran, motivasi, tingkat ekonomi, penyuluhan, pelayanan fiskus, pemeriksaan pajak dan sanksi pajak

(48)

Tingkat

Kepatuhan Wp

terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Surabaya Wonocolo. Maka dapat disimpulkan adalah: (a) Variabel tingkat

pemahaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Surabaya Wonocolo.

Semakin tinggi tingkat pemahaman wajib pajak maka akan semakin meningkat kepatuhan wajib pajak.

(b) Variabel kesadaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Surabaya Wonocolo.

Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka akan semakin meningkat kepatuhan wajib pajak. (c) Variabel motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Surabaya Wonocolo.

Semakin tinggi tingkat motivasi wajib pajak maka akan semakin mengingkat kepatuhan wajib pajak. (d)

Variabel tingkat ekonomi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Surabaya Wonocolo.

Semakin tinggi tingkat ekonomi setiap wajib pajak tidak

mempengaruhi

(49)

peningkatan kepatuhan wajib pajak. (5)

Variabel penyuluhan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Surabaya Wonocolo. Semakin tinggi intensitas penyuluhan pajak untuk masyarakat memberikan dampak positif terhadap kepatuhan wajib pajak namun tidak

memberikan pengaruh yang siginifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak. (6) Variabel pelayanan fiskus berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Surabaya Wonocolo. Semakin tinggi kualitas pelayanan fiskus terhadap masyarakat tidak memberikan dampak positif terhadap kepatuhan wajib pajak namun memberikan pengaruh yang siginifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak. (7) Variabel pemeriksaan pajak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Surabaya Wonocolo. Semakin tinggi tingkat

pemeriksaan pajak terhadap wajib pajak tidak memberikan dampak positif

(50)

terhadap kepatuhan wajib pajak namun memberikan pengaruh yang siginifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak. (8) Variabel sanksi pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Surabaya Wonocolo.

Semakin tinggi tingkat sanksi pajak terhadap wajib pajak maka akan semakin meningkat kepatuhan wajib pajak.

9 Romasi Lumban Gaol, Frederika Heleniwati Sarumaha (2022).

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, Penyuluhan Wajib Pajak, Pemeriksaan Pajak Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Petisah.

Kuantitatif 1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, Penyuluhan Wajib Pajak, Pemeriksaan Pajak dan Sanksi Pajak berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Medan Petisah,

2. Berdasarkan hasil penelitina

menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak Pelayanan Fiskus, Penyuluhan Wajib Pajak,

Pemeriksaan Pajak dan Sanksi Pajak maka akan semakin meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP

(51)

Pratama Medan Petisah.

10 Dian Kartika Zega, Suzy Noviyanti (2021).

Pengaruh Pelaksanaan Penyuluhan Peraturan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Kualitatif Berdasarkan temuan kajian dan perdebatan tersebut, dapat

dikatakan bahwa penyuluhan dan pelayanan KP2KP Gunungsitoli cukup berdampak terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak. Ada

beberapa faktor yang mempengaruhi seberapa baik Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya dan langkah apa saja yang dilakukan KP2KP Gunungsitoli untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, antara lain:

1. Kualitas pelayanan perpajakan KP2KP dan pemahaman wajib pajak terhadap peraturan

perpajakan merupakan faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Karena wilayahnya yang masih dalam wilayah dan informasi yang tidak menyebar dengan cepat, seringkali wajib pajak kurang memiliki kesadaran terhadap undang - undang perpajakan, khususnya wajib pajak orang pribadi yang menjalankan badan usaha. Selain itu, keyakinan bahwa keuntungan

(52)

yang tidak serta merta diperoleh wajib pajak atas pembayaran kewajiban perpajakannya berkontribusi

terhadap kepatuhan wajib pajak yang masih kurang patuh.

2. Bagi wajib pajak badan, KP2KP mengadakan seminar dengan menggunakan materi yang disediakan oleh pemerintah pusat untuk memastikan bahwa informasi diterima secara merata oleh seluruh wajib pajak badan.

Petugas KP2KP Gunungsitoli juga melakukan

kunjungan langsung ke tempat usaha wajib pajak orang pribadi sebagai bagian dari penyuluhan perpajakan dan prosedur konsultasi.

11. Hendro Lukman,Djeni Indrajati W, P.Helen Widjaja, Estralita T (2021).

Penyuluhan Daring Untuk Pelaporan E- Spt Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Barat.

Kualitatif Kegiatan penyuluhan secara daring bagi Wajib Pajak Orang Pribadi melalui platform zoom meeting yang digagas pihak Kantor Pelayanan Pajak dapat berjalan dengan cukup lancar. Wajib Pajak yang terdaftar di suatu

“KPP” akan dihubungi serta diberikan

kesempatan/jadual untuk bertanya seputar kesiapan untuk laporan SPT pribadinya. Para

(53)

Mahasiswa Relawan Pajak dengan

didampingi senior staff dari KPP akan

membantu menjelaskan

pertanyaan maupun pengisin SPT dan meng unggahnya di DJP online.

Walaupun tidak seramai ketika para wajib pajak bisa berkunjung secara phisik ke KPP, kegiatan ini dapat dinilai cukup berhasil sebagai suatu usaha pelayanan pihak KPP kepada Wajib

Pajaknya, juga kerjasama dan kesempatan edukasi melalui para

mahasiswa Relawan Pajak yang ikut dalam kegiatan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu mengacu pada penelitian dengan judul “Pengaruh Pelaksanaan Penyuluhan Peraturan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.” Dian Kartika Zega dkk, (2021) adalah objek, tempat, waktu, dan lokasi dilaksanakannya penelitian. Adapun tujuan penelitian ini yaitu mengetahui apakah Insentif Pajak Berupa Penyuluhan dapat menekan penerbitan Surat Teguran Pajak pada Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultan Perpajakan Watansoppeng.

(54)

C. KERANGKA KONSEP

Penelitian ini membahas tentang tinjauan Insentif Pajak berupa penyuluhan dalam menekan Penerbitan Surat Teguran Pajak pada Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan Watansoppeng. Salah satu kegiatan KP2KP Watansoppeng yaitu penerbitan Surat Ketetapan Perpajakan, salah satunya yaitu Surat Teguran Pajak dibawah naungan KPP Pratama Watampone. Maka tujuan dalam penelitian ini diharapkan dapat mengetahui apakah Insentif Pajak berupa penyuluhan dapat menekan penerbitan Surat Teguran Pajak. Sehingga dapat digambarkan alur penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Kabupaten Soppeng

Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultan Perpajakan Watansoppeng

(KP2KP Watansoppeng)

Insentif Pajak Berupa Penyuluhan

Surat Teguran Pajak

Kesimpulan dan Hasil

(55)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan deskriptif kualitatif. Sugiyono mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai studi di mana peneliti digunakan sebagai instrumen utama, banyak metode pengumpulan data yang digunakan, dan analisis data induktif digunakan.

(Sugiono, 2010 : 9). Pembenaran metode ini adalah bahwa penelitian kualitatif deskriptif lebih cocok digunakan karena peneliti bertujuan untuk memahami fenomena yang ada dan berada dalam situasi alamiah daripada dalam kondisi yang terkendali.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah insentif pajak berupa penyuluhan dapat mencegah diterbitkannya surat teguran pajak di Kabupaten Soppeng. Untuk mengatasi masalah ini, para peneliti menggunakan teknik kualitatif dengan meringkas data yang mereka temukan melalui penelitian mereka. Dengan menggunakan teknik ini, peneliti akan memperoleh data secara totalitas dan mampu menggambarkannya secara tepat, memastikan bahwa temuan penelitian secara akurat mencerminkan keadaan lapangan yang sebenarnya.

B. Fokus Penelitian

Agar peneliti tidak kewalahan dengan banyaknya data yang tersedia selama di lapangan, fokus penelitian berfungsi sebagai batasan pada objek penelitian yang dipilih. Tingkat informasi terbaru lebih dipertimbangkan saat memilih topik studi. Fokus penelitian adalah apakah Insentif Pajak berupa

(56)

penyuluhan dapat menekan penerbitan Surat Teguran Pajak di Kabupaten Soppeng.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk penelitian ini pada Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultan Perpajakan Watansoppeng yang berlokasi di Jl. Pemuda, Botto, Lalabata, Botto, Soppeng, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. Waktu penelitian yang dilakukan dimulai pada bulan februari 2022 sampai bulan mei 2022.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian menjadi pertimbangan penting karena akan mempengaruhi kualitas hasil penelitian.

Akibatnya, ketika memilih metode pengumpulan data, sumber data diperhitungkan. Banyak jenis dan sumber data penelitian ini meliputi:

1. Saat melakukan wawancara dengan orang - orang yang berpengetahuan di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultan Perpajakan Watansoppeng, peneliti menggunakan sumber primer untuk mengumpulkan informasi tentang Insentif Pajak dalam bentuk penyuluhan untuk mencegah penerbitan Surat Teguran Pajak.

2. Sumber sekunder adalah informasi yang peneliti peroleh atau kumpulkan dari sumber primer dalam bentuk bahan arsip yang relevan dengan topik penelitian mereka.

(57)

E. Informan Peneliti

Pegawai atau pemberi kerja yang dijadikan sebagai subjek penelitian atau sebagai sumber informasi atau data disebut sebagai informan. Individu yang paling mengetahui atau memiliki otoritas pada topik penelitian merupakan salah satu faktor yang diperhitungkan dalam memilih informan.

Agar para informan (pegawai atau pemberi kerja) dapat memberikan arahan kepada peneliti tentang tempat pengumpulan data. (sugiyono, 2008).

F. Metode Pengumpulan Data

Peneliti memanfaatkan berbagai strategi pengumpulan data dalam penelitiannya tentang insentif perpajakan berupa penyuluhan untuk mencegah diterbitkannya Surat Teguran Pajak ini agar dapat memberikan data yang lebih akurat. Berikut ini adalah metode pengumpulan data yang peneliti gunakan:

1. Observasi

Pengamatan dan catatan tentang kondisi atau perilaku objek sasaran dibuat sebagai bagian dari proses pengumpulan data yang dikenal sebagai observasi.

2. Wawancara

Salah satu metode pengumpulan data adalah melalui wawancara , yang melibatkan wawancara langsung dengan informan atau sumber informasi tentang topik penelitian.

3. Studi pustaka

Teknik pengumpulan data untuk bantuan penelitian dengan melakukan penelusuran menggunakan referensi dari buku, jurnal, makalah, dan

(58)

peraturan perundang - undangan terkait yang membahas subjek penelitian.

G. Metode Analisis Data

Menyimpulkan tindakan yang dilakukan antara lain dengan menganalisis dan mengkategorikan data yang diperoleh terhadap fakta yang ada di lokasi penelitian:

1. Reduksi data adalah proses memilih, memusatkan perhatian pada penyederhanaan , mengabstraksikan , dan memodifikasi data kasar yang dihasilkan dari catatan lapangan.

2. Menemukan data di lapangan yang akan digunakan untuk menjawab tantangan penelitian dikenal sebagai pengumpulan data.

3. Pengujian data adalah upaya untuk mengubah data mentah menjadi informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan operasi penelitian dan membuat kualitas atau sifat data menjadi jelas untuk dipahami.

4. Upaya untuk memperoleh pengetahuan atau memahami makna, keteraturan, pola, penjelasan, jalur kausal, atau pernyataan dikenal sebagai verifikasi atau penarikan kesimpulan.

(59)

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah KP2KP Watansoppeng

Direktorat Jenderal Pajak pada awalnya terdiri dari beberapa unit organisasi, antara lain:

a. Kantor Pelayanan Pajak bertugas melaksanakan pemungutan pajak sesuai dengan undang - undang dan melaksanakan tugas pemeriksaan dana bendahara pemerintah;

b. Biro Lelang yang bertugas menyelenggarakan lelang barang sitaan untuk melunasi utang pajak Negara;

c. Akuntan dari Biro Pajak bertanggung jawab membantu Kantor Pajak dengan pemeriksaan pajak atas catatan keuangan wajib pajak badan;

dan

d. Direktorat Pajak Hasil Bumi, yang sebelumnya dikenal sebagai Biro Pajak Hasil Bumi (Direktorat Iuran Pembangunan Daerah pada Ditjen Moneter) dan berganti nama menjadi Direktorat Iuran Pembangunan Daerah(IPEDA) pada tahun 1965, bertanggung jawab untuk memungut pajak hasil bumi dan pajak atas tanah.

Direktorat IPEDA dialihkan dari Direktorat Jenderal Moneter ke Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 1976, tanggal 27 Maret 1976. Direktorat IPEDA berubah nama menjadi Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada tanggal 27

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian analisis dan pembahasan serta temuan penelitian maka dapat ditarik simpulan bahwa “Tipologi Sintaksis Bahasa Karo” yang diteliti berdasarkan klasifikasi

a. Kecepatan absorpsi yang tinggi menguntungkan untuk obat lepas terus menerus. Kecepatan pelepasan ini merupakan tahap penentu kecepatan untuk keberadaan obat dalam tubuh.

Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Dzikir Asmaul Husna terhadap Aktualisasi Diri Jamaah Majelis Dzikir Asmaul Husna Masjid Jami’

Untuk memberikan layanan pendidikan terhadap anak-anak TKI, pemerintah Indonesia melalui Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar (P2TK Dikdas)

terhadap sifat fisik krim A/M yaitu dapat menurunkan pH, meningkatkan daya sebar, menurunkan daya lekat, menurunkan viskositas dan berpengaruh pada stabilitas

a) 2 kes merupakan individu yang disaring melalui pengesanan kes secara aktif kontak kepada kes positif COVID-19. c) 1 kes saringan individu balik dari kawasan berisiko

Begitu juga keberadaan asam oleat dan linoleat yang cukup tinggi dalam DALMS ternyata juga berdampak pada aroma tengik/ rancid dan aftertaste pahit dari beras

Tutkielman kielikäsitys pohjautuu funktionaaliseen näkökulmaan, jossa kieli nähdään sosi- aalisena ilmiönä ja vuorovaikutuksen välineenä. Kieltä luonnehtivat monitulkintaisuus ja