BAB I PENDAHULUAN
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat mencakup pengetahuan tentang penggunaan insentif pajak dalam menekan penerbitan surat teguran pajak. Manfaat yang dapat peneliti berikan adalah:
1. Manfaat Teoritis
Studi ini dapat membantu masyarakat untuk lebih memahami akuntansi pajak dan mempelajari lebih lanjut tentang insentif pajak berupa penyuluhan dalam menekan penerbitan surat teguran pajak khususnya.
2. Manfaat Kebijakan
Sebagai masukan dalam menekan penerbitan Surat Teguran Pajak melalui pemberian insentif Pajak.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI 1. PAJAK
Pajak adalah pungutan yang diberikan kepada negara berdasarkan Undang – Undang baik dari orang pribadi maupun badan atau perusahaan untuk kepentingan negara dan kesejahteraan masyarakat. Definisi pajak menurut Mardiasmo (2011) menyatakan pajak ialah iuran rakyat kepada kas negara yang dapat dipaksakan berdasarkan Undang – Undang dan tidak mendapat jasa timbal langsung. Dengan adanya pajak maka akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan tentunya akan berdampak pula pada negara sebagaimana dengan fungsi pajak. Fungsi pajak sebagai sumber dana pemerintah yaitu untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah dan juga pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Karena pada dasarnya untuk dapat menjalankan dan melaksanakan pembangunan negara bersumber pada pajak yang dibayarkan kepada negara.
Menurut Mustaqiem (2014), ada empat macam fungsi yang membentuk fungsi pajak:
a) Fungsi Anggaran (Budgetair)
Pajak berfungsi sebagai sumber pendapatan pemerintah dan membantu membayar pengeluaran publik. Negara membutuhkan biaya untuk melakukan tugas - tugas negara dan untuk melaksanakan
pembangunan. Hasil pajak dapat digunakan untuk membayar biaya ini. Saat ini, pajak digunakan untuk keuangan reguler seperti biaya tenaga kerja, biaya komoditas, biaya pemeliharaan, dan sebagainya.
Yang dikeluarkan dari tabungan pemerintah untuk pembiayaan pembangunan adalah penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan yang terus meningkat, tabungan pemerintah dari tahun ke tahun harus ditingkatkan, dan hal ini paling diantisipasi dari sektor pajak.
b) Fungsi Mengatur (regulerend)
Melalui kebijakan perpajakan, pemerintah dapat mengendalikan pertumbuhan ekonomi. Pajak memiliki kemampuan untuk mengatur, menjadikannya alat untuk mencapai tujuan. Contoh Berbagai kemudahan ditawarkan berupa pengurangan pajak untuk mendorong investasi baik domestik maupun internasional. Pemerintah mengenakan pajak impor yang tinggi atas barang - barang asing untuk melindungi produksi dalam negeri.
c) Fungsi Stabilitas
Melalui pajak, pemerintah mampu menerapkan kebijakan stabilitas harga dan mengendalikan inflasi. Hal ini antara lain dapat dilakukan melalui pengelolaan arus uang di masyarakat, pemungutan pajak, dan penerapan perpajakan yang efektif dan efisien.
d) Fungsi Redistribusi Pendapatan
Negara akan menggunakan pajak yang telah dikumpulkan untuk mendanai semua kepentingan publik, termasuk pembangunan yang
akan menghasilkan lebih banyak kesempatan kerja dan upah yang lebih tinggi untuk semua orang.
Pengelompokan pajak menurut golongannya terbagi atas dua bagian yaitu Pajak Langsung yang berarti pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Dan Pajak Tidak Langsung yaitu pajak yang dapat dibayarkan atau dibebankan kepada orang lain.
Menurut Mardiasmo (2011), syarat - syarat berikut harus dipenuhi agar pemungutan pajak dapat berjalan tanpa kesulitan atau pertentangan:
a) Penagihan pajak yang adil (Syarat Keadilan)
Hukum dan bagaimana penerapannya harus adil untuk memenuhi tujuan hukum yang dimaksudkan untuk mencapai keadilan. Adil dalam hukum, termasuk menerapkan pajak secara merata dan umum yang disesuaikan dengan kemampuan masing- masing orang. Adil dalam penerapannya, termasuk ketentuan bahwa wajib pajak memiliki pilihan untuk mengajukan pengaduan, menunda pembayaran, dan mengajukan banding atas keputusannya kepada majelis pertimbangan pajak.
b) Peraturan perundang - undangan harus menjadi dasar pemungutan pajak (Syarat Yuridis)
Pasal 23 Ayat 2 Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengatur tentang pajak. Hal ini memberikan jaminan hukum kepada negara dan penduduknya untuk menegakkan keadilan.
c) Bukan halangan bagi perekonomian (Syarat Ekonomis)
Untuk mencegah penurunan ekonomi lokal, pemungutan tidak boleh menghalangi operasi produksi dan perdagangan yang efisien.
d) Penagihan pajak yang efektif diperlukan (Syarat Finansiil)
Biaya pemungutan pajak harus diturunkan agar lebih kecil dari hasil pemungutan sesuai dengan fungsi anggaran.
e) Sistem pajak harus sederhana
Mekanisme pemungutan yang lugas akan memudahkan dan memotivasi masyarakat untuk membayar pajaknya. Undang - undang perpajakan yang baru telah memenuhi kriteria ini.
2. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara menurut Anwar Sadat (2022) menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia yang menjadi rincian daftar yang dibuat secara sistematis berisi rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran. APBN kemudian digunakan sebagai sumber pendanaan bagi pelaksanaan trilogi pembangunan yang mencakup: pertumbuhan, pemerataan, dan stabilitas ekonomi.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersumber pada pajak negara. Pajak negara bagian berikut ini masih berlaku:
a. PPh (Pajak Penghasilan)
Undang -Undang Nomor 7 Tahun 1984 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang - Undang Nomor 36 Tahun - Undang - Tahun 2008, menjadi landasan hukum penerapan pajak penghasilan. UU Pajak Perseroan Tahun 1925 , UU Pajak Pendapatan 1944 , dan UU
PBDR 1970 semuanya dicabut dengan UU PPh, yang mulai berlaku tahun 1984.
b. PPN & PPnBM (Pajak pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah)
Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang - Undang Nomor 42 Tahun 2009, menjadi landasan hukum pengenaan PPN dan PPnBM. UU PPN & PPnBM menggantikan UU Pajak Penjualan tahun 1951 dan mulai berlaku pada tanggal 1 April 1985.
c. Bea Materai
Undang - Undang Nomor 13 Tahun 1985 menjadi landasan hukum pemberlakuan bea meterai. Pada tanggal 1 Januari 1986, Undang - Undang dan peraturan Bea Materai baru mulai berlaku, menggantikan undang - undang sebelumnya (Aturan Bea Materai 1921).
d. PBB (Pajak Bumi dan Bangunan)
Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1985, sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1994, menjadi dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan. Undang - undang Pajak Bumi dan Bangunan adalah pengganti yang mulai berlaku pada 1 Januari 1986:
1) Peraturan Pajak Rumah Tangga 1908.
2) Peraturan Verponding Indonesia tahun 1923.
3) Peraturan Pajak Kekayaan tahun 1932.
4) Peraturan Verponding tahun 1928.
5) Peraturan Pajak Jalan tahun 1942.
3. WAJIB PAJAK
Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meluputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan. Sebagaimana telah diketahui ada sebagian Wajib Pajak terdaftar yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu ada beberapa istilah seperti Wajib Pajak Efektif dan Wajib Pajak Non Efektif. Adapun pengertian Wajib Pajak Efektif adalah Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakannya, berupa memenuhi kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa dan/atau Tahunan sebagaimana mestinya. Sedangkan Wajib Pajak Non Efektif adalah Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.
Wajib Pajak dibedakan atas dua bagian yaitu Orang Pribadi adalah mereka yang telah mempunyai penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sesuai batasan PTKP telah ditentukan oleh Undang – Undang Pajak Penghasilan. Yang selanjutnya adalah Badan adalah sekumpulan orang dan modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha. Berikut Kewajiban dan Hak Wajib Pajak yaitu:
a. Kewajiban Wajib Pajak
a) Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP.
b) Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.
c) Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.
d) Mengisi dengan benar SPT dan memasukkan ke Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan.
e) Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan.
f) Jika diperiksa Wajib Pajak memperlihatkan buku atau catatan yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh.
g) Dalam hal Wajib Pajak diharuskan untuk menjaga kerahasiaan informasi pada saat memberikan pembukuan, maka permintaan untuk menjaga kerahasiaan tersebut dihilangkan dengan permintaan untuk alasan pemeriksaan.
b. Hak – hak Wajib Pajak
a) Menulis surat keberatan dan banding.
b) Mendapatkan tanda terima SPT.
c) Lakukan perubahan pada SPT yang dimasukkan.
d) Kirim permintaan untuk menunda penyampaian SPT.
e) Kirim permintaan perpanjangan atau pembayaran angsuran pajak.
f) Mengirimkan permintaan penghitungan pajak yang ditentukan dalam surat ketetapan pajak.
g) Meminta pengembalian pajak yang telah dibayar lebih.
h) Mengirimkan permintaan penghapusan dan pelonggaran sanksi, serta permintaan untuk memperbaiki surat ketetapan pajak yang tidak benar.
i) Memberdayakan individu untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.
j) Meminta dokumen bukti pemungutan atau pemotongan pajak.
k) Ajukan keberatan dan banding.
4. TUNGGAKAN PAJAK
Tunggakan pajak adalah jumlah piutang pajak yang belum dapat dibayar oleh Wajib Pajak dalam masa tagihan pajak berdasarkan peraturan perundang – undangan perpajakan. Direktorat Jenderal Pajak dapat mengenakan sanksi administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan sebagaimana dimaksud dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau surat yang sejenis.
Faktor – faktor yang yang menyebabkan Tunggakan yaitu:
a. Ketidaktahuan dari Wajib Pajak
Ketidaktahuan Wajib Pajak mengenai masa jatuh tempo pajak terutang yang menyebabkan adanya tunggakan pajak.
b. Kurangnya pegawasan oleh Wajib Pajak
Kurangnnya pengawasan dalam hal pelunasan pajak akan menyebabkan kelalaian dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Jika tidak dilakukan pengawasan secara optimal terhadap kewajiban perpajakan maka akan adanya utang pajak dan tentunnya tunggakan pajak.
c. Kelalaian Wajib Pajak
Kelalaian administrasi pajak adalah kelalaian umum yang sering dilakukan oleh Wajib Pajak. Hal ini mengarah pada keterlambatan penyetoran dan pembayaran pajak sehingga akan adanya utang pajak dan tentunya tunggakan pajak.
5. EFEKTIVITAS
Efektivitas berasal dari istilah efektif, yang menunjukkan keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Efektivitas berkorelasi dengan hasil yang diharapkan dan aktual, sesuai dengan definisi efektivitas dari berbagai sumber, termasuk:
Hubungan antara output dan tujuan menentukan efektivitas;
semakin tinggi kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, semakin efektif organisasi, program, atau kegiatan (Muhmudi, 2010:103).
Efektivitas adalah keadaan atau situasi di mana memilih tujuan yang akan dicapai dan alat atau metode untuk mencapainya dapat memberikan hasil yang baik. Gagasan efektivitas umumnya menggambarkan sejauh mana tujuan yang ditentukan pertama kali dicapai (Rahardjo, 2011:170).
Efektivitas adalah kemampuan untuk melaksanakan tujuan.
Efektivitas Dikaitkan dengan Terminologi Melakukan Hal yang Benar Ketika sesuatu dilakukan dengan benar, itu Dikenal sebagai Berhasil Secara Berurutan (Wijayanto, 2012:17).
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa efektivitas mengacu pada pengukuran pencapaian yang benar potensi yang harus diwujudkan dalam jangka waktu tertentu.
Jika realisasi penerimaannya dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan, program atau kegiatan tersebut disebut efektif.
1. Faktor penentu efektivitas
Efektivitas didasarkan pada sejumlah variabel. Menurut Munir (2004:
418), variabel-variabel yang menentukan efektivitas adalah sebagai berikut:
a. Tenaga kerja, kemampuan kerja, dan sumber daya fisik termasuk alat kerja, tempat kerja, dan sumber daya keuangan.
b. Komposisi posisi yang stabil, baik struktural maupun fungsional, merupakan aspek struktur organisasi.
c. Penggunaan teknologi dalam pelaksanaan pekerjaan atau tugas.
d. Faktor-faktor dari pimpinan dan masyarakat yang mendukung aparatur dan pelaksanaan peran utamanya dan fungsi.
Menurut definisi di atas, ada 4 (Empat) kriteria yang menentukan seberapa baik surat kekuatan dapat memungut pajak, secara khusus komponen sumber daya manusia yang bertindak sebagai komponen struktural dan fungsional dalam pembagian kegiatan yang terlibat dalam pelaksanaan pemungutan pajak, untuk memudahkan juru sita pajak dalam melakukan tugasnya, aspek teknis mendukung pelaksanaan aparatur dan pelaksana yang relevan, dan elemen kepemimpinan berkontribusi pada implementasi tujuan dan sasaran pemungutan pajak yang dipenuhi lebih cepat.
6. SELF ASSESSMENT SYSTEM
Self Assessment System menurut Mardiasmo (2011) menyatakan bahwa suatu sistem dalam pemungutan pajak dimana Wajib Pajak diberi kepercayaan atau wewenang dalam menentukan sendiri besar pajak yang terutang. Ciri – cirinya yaitu:
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri,
b. Wajib Pajak aktif mulai menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang,
c. Fiskus (aparat pajak) tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
Prinsip Self Assessment System yaitu semua Wajib Pajak berkewajiban membayar pajak terutangnya sesuai dengan ketentuan perundang – undangan perpajakan, serta tidak tergantung dengan adanya surat ketetapan pajak. Selanjutnya, menurut surat pemberitahuan yang disampaikan oleh Wajib Pajak mengenai jumlah pajak yang terutang merupakan jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.
7. SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN (SPT)
Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) menurut Mardiasmo (2011) adalah surat yang digunakan Wajib Pajak untuk melaporkan perhitungan atau pembayaran pajak, objek pajak dan bukan objek pajak, atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya dan untuk melaporkan tentang:
a. Pajak - pajak yang telah dibayar atau dilunasi selama satu tahun pajak yang telah dilakukan baik secara sendiri - sendiri maupun melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain.
b. Penghasilan yang dikenakan atau tidak dikenakan pajak.
c. Aset dan kewajiban.
d. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan perpajakan, pembayaran atas pemotongan atau pemungutan pajak dilakukan atas nama orang pribadi atau badan lain selama 1 ( satu ) masa pajak.
Bukti yang harus disertakan dalam SPT antara lain:
a. Untuk wajib pajak yang menyelenggarakan pembukuan: Laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi, berikut data tambahan yang diperlukan untuk menentukan berapa penghasilan kena pajak.
b. Besaran Pokok Pengenaan Pajak, besarnya Pajak Keluaran, besarnya Pajak Masukan yang dapat Dikreditkan, dan besarnya Defisit atau Kelebihan Pajak semuanya harus dicantumkan dalam SPT Berkala PPN.
c. Wajib Pajak yang mengikuti standar penghitungan: Menghitung volume edar selama tahun pajak yang berlaku.
8. PENYULUHAN PERPAJAKAN
Penyuluhan perpajakan adalah suatu sistem pemberian informasi, nasehat, dan penyuluhan kepada masyarakat secara berkala dalam rangka memperkuat pengetahuan, kesadaran, dan kemauannya untuk melaksanakan hak dan memenuhi kewajibannya (Pusat Penyuluhan, 1989:1). Administrasi perpajakan berkewajiban dan bertanggung jawab untuk melengkapi, membimbing, dan membina masyarakat agar mampu dan sadar melaksanakan kewajiban perpajakannya, sedangkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat menjadi salah satu hal yang dipercaya
penuh untuk melaksanakan undang-undang perpajakan, dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik. Oleh karena itu, hanya mereka yang memiliki kualitas yang diperlukan untuk dicalonkan atau ditunjuk sebagai instruktur yaitu instruktur yang profesional yang harus dipertimbangkan. Penyuluh fungsional ini diperlukan agar tujuan penyuluhan dapat terlaksana dengan baik melalui konsultasi dan bimbingan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan penerimaan perpajakan dengan meningkatkan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk mematuhi kewajiban perpajakannya.
1) Tujuan penyuluhan perpajakan
Direktorat Jenderal Pajak tentunya harus melakukan kegiatan penyuluhan perpajakan untuk memenuhi kewajiban hukumnya menghimpun dana dari masyarakat untuk membiayai pembangunan sesuai dengan APBN. Padahal dalam kenyataannya, karena pajak dipandang masyarakat sebagai sesuatu yang memberi dan dapat dikenakan karena berdasarkan undang - undang, maka setiap anggota masyarakat yang mendengar kata “pajak” umumnya memiliki kesan negatif. Hal ini karena apa yang telah terjadi di masyarakat dari zaman dahulu hingga sekarang. Karena keadaan ini, masyarakat memiliki persepsi yang kurang baik tentang pajak. Karena penyuluhan pajak sangat penting untuk mencapai pembangunan nasional pada umumnya dan pertumbuhan kota Soppeng pada khususnya, maka sangat penting untuk menciptakan kesan yang baik di masyarakat dan bahwa pemungut pajak adalah personifikasi dan dedikasi untuk memenuhi kewajiban perpajakan.
Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa tujuan pemberian penyuluhan wajib pajak adalah untuk:
a. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang fungsi pajak dalam perekonomian suatu negara secara keseluruhan dan kemampuan suatu daerah untuk melaksanakan pembangunan dan membangun masyarakat yang adil dan makmur.
b. Mendidik masyarakat tentang hak dan kewajiban perpajakan, yang juga merupakan hak dan kewajiban negara bagi warga negara.
c. Meningkatkan kesiapan masyarakat untuk menggunakan hak dan membayar pajaknya.
d. meningkatkan kepatuhan wajib pajak, termasuk pemungut pajak dan bendahara yang ditugasi memungut dan menyetor pajak.
e. Persepsi masyarakat tentang pajak perlu ditingkatkan dan dipertahankan karena selama ini mendengar istilah "pajak"
menimbulkan banyak ketakutan. Bagi rata - rata masyarakat yang tidak mengetahui tujuan pajak dalam pembangunan negara pada umumnya dan pembangunan daerah secara khusus, pajak dipandang cukup menakutkan.
2) Sasaran penyuluhan perpajakan
Untuk memberikan penyuluhan, anggota staf penyuluh harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan klien dan memahami kebutuhan mereka. Tiga kategori utama digunakan untuk mengkategorikan sasaran penyuluhan :
a. Sasaran Utama
1. Masyarakat Pada Umumnya
Penyuluhan diberikan untuk menumbuhkan iklim dan citra pajak yang baik sehingga anggota masyarakat akan mendukung bea pajak dalam arti membangun opini publik yang mengakuinya sebagai kewajiban pemerintah.
2. Wajib Pajak baik yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar Kelompok ini sebagian besar menerima penyuluhan untuk membantu mereka memenuhi kewajiban perpajakannya. Tata cara perpajakan, peraturan perundang - undangan perpajakan, dan ketentuan pelaksanaannya merupakan unsur pokok yang disusun.
3. Jika dilihat dari dua perspektif, tujuan utama penyuluhan, aparatur negara: 1) Aparatur itu sendiri, PNS wajib pajak Laporan Pajak Pajak Orang Pribadi (LP2P). 2) Peralatan yang digunakan oleh pemungut pajak, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), bank, bea dan cukai, badan usaha milik negara dan daerah, bendahara pemerintah, serta perum pas dan giro.
3) Metode Penyuluhan
Taktik penyuluhan adalah prosedur yang digunakan petugas penyuluhan untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
Biasanya ada 2 macam teknik penyuluhan:
a. Metode Informatif
Adalah teknik di mana penyuluh terlibat secara aktif dan komunikasi satu arah dilakukan. Metode ini melibatkan pengisian informasi program penyuluhan dengan ceramah atau kuliah, yang sangat membatasi keterlibatan untuk meminta klarifikasi atau mengajukan pertanyaan mengenai konsep yang masih belum jelas.
Yang termasuk Metode Informatif:
1. Pendekatan kuliah digunakan dalam bidang penyuluhan pajak untuk memberikan informasi yang menyeluruh dan seragam tentang undang - undang perpajakan dan memberikan analisis masalah pajak dalam waktu yang ditentukan.
2. Tujuan dari metode diskusi panel ini adalah untuk menyajikan kepada peserta berbagai sudut pandang tentang perpajakan.
Moderator yang terampil dapat membantu diskusi tetap pada topik dan mencakup topik yang lebih relevan.
3. Teknik Symposium melibatkan menghubungkan kuliah, penjelasan, atau makalah dengan topik yang berhubungan dengan pajak. Hal ini dijelaskan para peserta penyuluhan di hadapan orang - orang yang ahli di bidang perpajakan.
b. Metode partisipasif
Salah satu strategi yang secara aktif melibatkan peserta penyuluhan dalam metode partisipatif adalah penyadaran diri tanpa dukungan dari luar atau orang lain. Pendekatan partisipatif dipecah menjadi:
1. Di bidang perpajakan, ada tiga kategori pendekatan audio - visual: (a) Hanya visual, seperti gambar dan poster, (b) audio, khususnya cerita di kaset atau musik dengan saran pajak yang tersebar di dalamnya. (c) Benar -benar media audio-visual, termasuk wayang kulit, slide suara, film, dan kaset video.
Ini berusaha untuk membuat materi yang diperluas lebih menarik disajikan. Untuk memberikan materi penyuluhan kepada anggota masyarakat yang masih kurang paham dengan masalah ini.
2. Bagi kelompok yang rata - rata memiliki pemahaman yang baik tentang pajak, metode diskusi kelompok dapat digunakan sebagai penyuluhan.
3. Pendekatan studi kasus adalah teknik penyuluhan pajak yang melibatkan pemberian penjelasan secara menyeluruh kepada peserta tentang suatu masalah yang perlu diteliti, diproses, dan diselesaikan secara bersama - sama.
4. Wajib Pajak yang memiliki masalah dengan pajak mereka dapat menggunakan opsi konsultasi untuk menelepon kantor ekstensi secara langsung dan meminta penjelasan tentang masalah mereka.
4) Sarana penyuluhan
Sarana penunjang yang digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan harus lengkap dan memadai agar penyuluhan dapat efektif. Fasilitas yang digunakan di penyuluhan ini antara lain ruang konseling, laptop, materi perpajakan, dan lain yang dianggap perlu. Ini
adalah elemen yang sangat penting dan memiliki dampak signifikan pada apakah ekstensi berhasil atau tidak.
9. INSENTIF PAJAK
Insentif pajak menurut Ayu (2020) menyatakan bahwa insentif pajak merupakan kebijakan perpajakan dari pemerintah kepada Wajib Pajak tertentu baik individu atau badan, yang bertujuan memberikan keringanan atau kemudahan bagi Wajib Pajak agar patuh dalam kewajiban perpajakannya. Insentif Pajak menurut (Syanti Dewi dkk, 2020) merupakan sebuah penawaran dari pemerintah, melalui manfaat pajak, dalam suatu kegiatan tertentu, seperti kontribusi uang untuk kegiatan yang berkualitas. Insentif pajak dapat diartikan sebagai fasilitas pajak yang diberikan pemerintah yang memiliki tujuan di bidang perpajakan.
Winardi (2011) menegaskan bahwa pajak dengan tujuan memberikan keringinan atau stimulasi. Penggunaan pajak mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor tertentu dan tidak semata-mata dimaksudkan untuk menyediakan dana bagi pemerintah. Menurut Erly Suandy (2006), ada empat kategori utama insentif pajak: (a).
Pembebasan pajak, (b). pengurangan basis pajak, (c). pengurangan tarif pajak, (d). penangguhan pajak.
10. SURAT TEGURAN PAJAK
Makna surat teguran tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24/PMK.03/2008 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2010 membahas Pelaksanaan Penagihan Surat Paksa dan Tata Cara Penagihan Instan dan Serentak adalah surat yang dikirim oleh pejabat pemerintah untuk
mengingatkan atau memperingatkan masyarakat agar membayar pajak tepat waktu (PMK.Nomor 85 /PMK.03/ 2010).
Penerbitan Surat Teguran
1) Apabila surat teguran, atau surat lain yang sejenis dikirim setelah tujuh hari sejak tanggal jatuh tempo pembayaran, pemungutan pajak secara resmi dimulai (1 bulan sejak tanggal atau keputusan dikeluarkan).
2) Surat peringatan dikirimkan kepada wajib pajak untuk mengingatkan mereka agar membayar pajak.
3) Penanggung pajak yang telah diberikan izin untuk mencicil atau menunda pembayaran pajak tidak dikirimkan surat teguran pajak.
4) Sebelum menerbitkan Surat Paksa, penerbitan surat teguran yang
4) Sebelum menerbitkan Surat Paksa, penerbitan surat teguran yang