• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

6. Self Assessment System

Self Assessment System menurut Mardiasmo (2011) menyatakan bahwa suatu sistem dalam pemungutan pajak dimana Wajib Pajak diberi kepercayaan atau wewenang dalam menentukan sendiri besar pajak yang terutang. Ciri – cirinya yaitu:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri,

b. Wajib Pajak aktif mulai menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang,

c. Fiskus (aparat pajak) tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

Prinsip Self Assessment System yaitu semua Wajib Pajak berkewajiban membayar pajak terutangnya sesuai dengan ketentuan perundang – undangan perpajakan, serta tidak tergantung dengan adanya surat ketetapan pajak. Selanjutnya, menurut surat pemberitahuan yang disampaikan oleh Wajib Pajak mengenai jumlah pajak yang terutang merupakan jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.

7. SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN (SPT)

Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) menurut Mardiasmo (2011) adalah surat yang digunakan Wajib Pajak untuk melaporkan perhitungan atau pembayaran pajak, objek pajak dan bukan objek pajak, atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya dan untuk melaporkan tentang:

a. Pajak - pajak yang telah dibayar atau dilunasi selama satu tahun pajak yang telah dilakukan baik secara sendiri - sendiri maupun melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain.

b. Penghasilan yang dikenakan atau tidak dikenakan pajak.

c. Aset dan kewajiban.

d. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan perpajakan, pembayaran atas pemotongan atau pemungutan pajak dilakukan atas nama orang pribadi atau badan lain selama 1 ( satu ) masa pajak.

Bukti yang harus disertakan dalam SPT antara lain:

a. Untuk wajib pajak yang menyelenggarakan pembukuan: Laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi, berikut data tambahan yang diperlukan untuk menentukan berapa penghasilan kena pajak.

b. Besaran Pokok Pengenaan Pajak, besarnya Pajak Keluaran, besarnya Pajak Masukan yang dapat Dikreditkan, dan besarnya Defisit atau Kelebihan Pajak semuanya harus dicantumkan dalam SPT Berkala PPN.

c. Wajib Pajak yang mengikuti standar penghitungan: Menghitung volume edar selama tahun pajak yang berlaku.

8. PENYULUHAN PERPAJAKAN

Penyuluhan perpajakan adalah suatu sistem pemberian informasi, nasehat, dan penyuluhan kepada masyarakat secara berkala dalam rangka memperkuat pengetahuan, kesadaran, dan kemauannya untuk melaksanakan hak dan memenuhi kewajibannya (Pusat Penyuluhan, 1989:1). Administrasi perpajakan berkewajiban dan bertanggung jawab untuk melengkapi, membimbing, dan membina masyarakat agar mampu dan sadar melaksanakan kewajiban perpajakannya, sedangkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat menjadi salah satu hal yang dipercaya

penuh untuk melaksanakan undang-undang perpajakan, dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik. Oleh karena itu, hanya mereka yang memiliki kualitas yang diperlukan untuk dicalonkan atau ditunjuk sebagai instruktur yaitu instruktur yang profesional yang harus dipertimbangkan. Penyuluh fungsional ini diperlukan agar tujuan penyuluhan dapat terlaksana dengan baik melalui konsultasi dan bimbingan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan penerimaan perpajakan dengan meningkatkan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk mematuhi kewajiban perpajakannya.

1) Tujuan penyuluhan perpajakan

Direktorat Jenderal Pajak tentunya harus melakukan kegiatan penyuluhan perpajakan untuk memenuhi kewajiban hukumnya menghimpun dana dari masyarakat untuk membiayai pembangunan sesuai dengan APBN. Padahal dalam kenyataannya, karena pajak dipandang masyarakat sebagai sesuatu yang memberi dan dapat dikenakan karena berdasarkan undang - undang, maka setiap anggota masyarakat yang mendengar kata “pajak” umumnya memiliki kesan negatif. Hal ini karena apa yang telah terjadi di masyarakat dari zaman dahulu hingga sekarang. Karena keadaan ini, masyarakat memiliki persepsi yang kurang baik tentang pajak. Karena penyuluhan pajak sangat penting untuk mencapai pembangunan nasional pada umumnya dan pertumbuhan kota Soppeng pada khususnya, maka sangat penting untuk menciptakan kesan yang baik di masyarakat dan bahwa pemungut pajak adalah personifikasi dan dedikasi untuk memenuhi kewajiban perpajakan.

Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa tujuan pemberian penyuluhan wajib pajak adalah untuk:

a. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang fungsi pajak dalam perekonomian suatu negara secara keseluruhan dan kemampuan suatu daerah untuk melaksanakan pembangunan dan membangun masyarakat yang adil dan makmur.

b. Mendidik masyarakat tentang hak dan kewajiban perpajakan, yang juga merupakan hak dan kewajiban negara bagi warga negara.

c. Meningkatkan kesiapan masyarakat untuk menggunakan hak dan membayar pajaknya.

d. meningkatkan kepatuhan wajib pajak, termasuk pemungut pajak dan bendahara yang ditugasi memungut dan menyetor pajak.

e. Persepsi masyarakat tentang pajak perlu ditingkatkan dan dipertahankan karena selama ini mendengar istilah "pajak"

menimbulkan banyak ketakutan. Bagi rata - rata masyarakat yang tidak mengetahui tujuan pajak dalam pembangunan negara pada umumnya dan pembangunan daerah secara khusus, pajak dipandang cukup menakutkan.

2) Sasaran penyuluhan perpajakan

Untuk memberikan penyuluhan, anggota staf penyuluh harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan klien dan memahami kebutuhan mereka. Tiga kategori utama digunakan untuk mengkategorikan sasaran penyuluhan :

a. Sasaran Utama

1. Masyarakat Pada Umumnya

Penyuluhan diberikan untuk menumbuhkan iklim dan citra pajak yang baik sehingga anggota masyarakat akan mendukung bea pajak dalam arti membangun opini publik yang mengakuinya sebagai kewajiban pemerintah.

2. Wajib Pajak baik yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar Kelompok ini sebagian besar menerima penyuluhan untuk membantu mereka memenuhi kewajiban perpajakannya. Tata cara perpajakan, peraturan perundang - undangan perpajakan, dan ketentuan pelaksanaannya merupakan unsur pokok yang disusun.

3. Jika dilihat dari dua perspektif, tujuan utama penyuluhan, aparatur negara: 1) Aparatur itu sendiri, PNS wajib pajak Laporan Pajak Pajak Orang Pribadi (LP2P). 2) Peralatan yang digunakan oleh pemungut pajak, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), bank, bea dan cukai, badan usaha milik negara dan daerah, bendahara pemerintah, serta perum pas dan giro.

3) Metode Penyuluhan

Taktik penyuluhan adalah prosedur yang digunakan petugas penyuluhan untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat.

Biasanya ada 2 macam teknik penyuluhan:

a. Metode Informatif

Adalah teknik di mana penyuluh terlibat secara aktif dan komunikasi satu arah dilakukan. Metode ini melibatkan pengisian informasi program penyuluhan dengan ceramah atau kuliah, yang sangat membatasi keterlibatan untuk meminta klarifikasi atau mengajukan pertanyaan mengenai konsep yang masih belum jelas.

Yang termasuk Metode Informatif:

1. Pendekatan kuliah digunakan dalam bidang penyuluhan pajak untuk memberikan informasi yang menyeluruh dan seragam tentang undang - undang perpajakan dan memberikan analisis masalah pajak dalam waktu yang ditentukan.

2. Tujuan dari metode diskusi panel ini adalah untuk menyajikan kepada peserta berbagai sudut pandang tentang perpajakan.

Moderator yang terampil dapat membantu diskusi tetap pada topik dan mencakup topik yang lebih relevan.

3. Teknik Symposium melibatkan menghubungkan kuliah, penjelasan, atau makalah dengan topik yang berhubungan dengan pajak. Hal ini dijelaskan para peserta penyuluhan di hadapan orang - orang yang ahli di bidang perpajakan.

b. Metode partisipasif

Salah satu strategi yang secara aktif melibatkan peserta penyuluhan dalam metode partisipatif adalah penyadaran diri tanpa dukungan dari luar atau orang lain. Pendekatan partisipatif dipecah menjadi:

1. Di bidang perpajakan, ada tiga kategori pendekatan audio - visual: (a) Hanya visual, seperti gambar dan poster, (b) audio, khususnya cerita di kaset atau musik dengan saran pajak yang tersebar di dalamnya. (c) Benar -benar media audio-visual, termasuk wayang kulit, slide suara, film, dan kaset video.

Ini berusaha untuk membuat materi yang diperluas lebih menarik disajikan. Untuk memberikan materi penyuluhan kepada anggota masyarakat yang masih kurang paham dengan masalah ini.

2. Bagi kelompok yang rata - rata memiliki pemahaman yang baik tentang pajak, metode diskusi kelompok dapat digunakan sebagai penyuluhan.

3. Pendekatan studi kasus adalah teknik penyuluhan pajak yang melibatkan pemberian penjelasan secara menyeluruh kepada peserta tentang suatu masalah yang perlu diteliti, diproses, dan diselesaikan secara bersama - sama.

4. Wajib Pajak yang memiliki masalah dengan pajak mereka dapat menggunakan opsi konsultasi untuk menelepon kantor ekstensi secara langsung dan meminta penjelasan tentang masalah mereka.

4) Sarana penyuluhan

Sarana penunjang yang digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan harus lengkap dan memadai agar penyuluhan dapat efektif. Fasilitas yang digunakan di penyuluhan ini antara lain ruang konseling, laptop, materi perpajakan, dan lain yang dianggap perlu. Ini

adalah elemen yang sangat penting dan memiliki dampak signifikan pada apakah ekstensi berhasil atau tidak.

9. INSENTIF PAJAK

Insentif pajak menurut Ayu (2020) menyatakan bahwa insentif pajak merupakan kebijakan perpajakan dari pemerintah kepada Wajib Pajak tertentu baik individu atau badan, yang bertujuan memberikan keringanan atau kemudahan bagi Wajib Pajak agar patuh dalam kewajiban perpajakannya. Insentif Pajak menurut (Syanti Dewi dkk, 2020) merupakan sebuah penawaran dari pemerintah, melalui manfaat pajak, dalam suatu kegiatan tertentu, seperti kontribusi uang untuk kegiatan yang berkualitas. Insentif pajak dapat diartikan sebagai fasilitas pajak yang diberikan pemerintah yang memiliki tujuan di bidang perpajakan.

Winardi (2011) menegaskan bahwa pajak dengan tujuan memberikan keringinan atau stimulasi. Penggunaan pajak mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor tertentu dan tidak semata-mata dimaksudkan untuk menyediakan dana bagi pemerintah. Menurut Erly Suandy (2006), ada empat kategori utama insentif pajak: (a).

Pembebasan pajak, (b). pengurangan basis pajak, (c). pengurangan tarif pajak, (d). penangguhan pajak.

10. SURAT TEGURAN PAJAK

Makna surat teguran tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24/PMK.03/2008 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2010 membahas Pelaksanaan Penagihan Surat Paksa dan Tata Cara Penagihan Instan dan Serentak adalah surat yang dikirim oleh pejabat pemerintah untuk

mengingatkan atau memperingatkan masyarakat agar membayar pajak tepat waktu (PMK.Nomor 85 /PMK.03/ 2010).

Penerbitan Surat Teguran

1) Apabila surat teguran, atau surat lain yang sejenis dikirim setelah tujuh hari sejak tanggal jatuh tempo pembayaran, pemungutan pajak secara resmi dimulai (1 bulan sejak tanggal atau keputusan dikeluarkan).

2) Surat peringatan dikirimkan kepada wajib pajak untuk mengingatkan mereka agar membayar pajak.

3) Penanggung pajak yang telah diberikan izin untuk mencicil atau menunda pembayaran pajak tidak dikirimkan surat teguran pajak.

4) Sebelum menerbitkan Surat Paksa, penerbitan surat teguran yang merupakan langkah awal pelaksanaan penagihan harus diselesaikan.

5) Intinya, surat peringatan hanya dikirimkan satu kali.

6) Secara hukum, surat peringatan dikatakan tidak ada apabila Wajib Pajak belum pernah menerbitkan surat teguran sebelumnya (Mela Dwi Kartika,2019).

B. TINJAUAN EMPIRIS

Beberapa penelitian terdahulu yang telah melakukan penelitian tentang Insentif Pajak yang berkaitan dengan judul penelitian ini disajikan dalam tabel 2.1 dibawah ini :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No

Analisis Hasil Penelitian 1 Alif Faruqi

Kuantitatif 1. Penyuluhan pajak mempengaruhi

Kuantitatif Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik simpulan yakni:

1. Penerapan sistem e-filing berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi, artinya semakin

Orang Pribadi. tinggi penerapan

2. Penerapan sistem e-biling tidak

3. Kebijakan insentif pajak tidak

Kuantitatif Peneliti dapat menarik kesimpulan dari temuan tes yang telah dijalankan sebagai

atau fasilitas pajak

2. Kepatuhan wajib pajak orang pribadi

3. Kepatuhan wajib pajak orang pribadi

4 Salman

Kuantitatif Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa di lemah oleh wajib pajak harus ditegakkan oleh insentif pajak ini. Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan, dampak manfaat pajak

terhadap kepatuhan wajib pajak cukup baik dan cukup besar. pajak tepat waktu jika mereka dapat bahwa, dengan nilai uji T signifikan 0,00 lebih kecil dari 0,05 dan berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak.

Nilai signifikan uji T sebesar 0,00 lebih kecil dari 0,05 menunjukkan nilai signifikansi uji F

0,00 kurang dari 0,05 wajib pajak di KPP Pratama Batam

Kuantitatif Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan mengenai efektivitas Penyuluhan Perpajakan terhadap kepatuhan pelaporan

(2020). Tahunan Pajak

2. Rata-rata tingkat efektivitas

Deskriptif Dari hasil penelitian yang dilakukan pajak dan sanksi pajak

Tingkat

Kepatuhan Wp

terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Surabaya

peningkatan kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Surabaya wajib pajak pada KPP Pratama Surabaya wajib pajak pada KPP Pratama Surabaya

terhadap kepatuhan wajib pajak maka akan semakin meningkat

Kuantitatif 1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis

2. Berdasarkan hasil penelitina

Pratama Medan

Kualitatif Berdasarkan temuan kajian dan perdebatan langkah apa saja yang dilakukan KP2KP Gunungsitoli untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, antara lain:

1. Kualitas pelayanan perpajakan KP2KP

yang tidak serta

Kualitatif Kegiatan penyuluhan secara daring bagi yang terdaftar di suatu

“KPP” akan dihubungi

Mahasiswa Relawan Pajak yang ikut dalam kegiatan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu mengacu pada penelitian dengan judul “Pengaruh Pelaksanaan Penyuluhan Peraturan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.” Dian Kartika Zega dkk, (2021) adalah objek, tempat, waktu, dan lokasi dilaksanakannya penelitian. Adapun tujuan penelitian ini yaitu mengetahui apakah Insentif Pajak Berupa Penyuluhan dapat menekan penerbitan Surat Teguran Pajak pada Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultan Perpajakan Watansoppeng.

C. KERANGKA KONSEP

Penelitian ini membahas tentang tinjauan Insentif Pajak berupa penyuluhan dalam menekan Penerbitan Surat Teguran Pajak pada Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan Watansoppeng. Salah satu kegiatan KP2KP Watansoppeng yaitu penerbitan Surat Ketetapan Perpajakan, salah satunya yaitu Surat Teguran Pajak dibawah naungan KPP Pratama Watampone. Maka tujuan dalam penelitian ini diharapkan dapat mengetahui apakah Insentif Pajak berupa penyuluhan dapat menekan penerbitan Surat Teguran Pajak. Sehingga dapat digambarkan alur penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Kabupaten Soppeng

Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultan Perpajakan Watansoppeng

(KP2KP Watansoppeng)

Insentif Pajak Berupa Penyuluhan

Surat Teguran Pajak

Kesimpulan dan Hasil

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan deskriptif kualitatif. Sugiyono mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai studi di mana peneliti digunakan sebagai instrumen utama, banyak metode pengumpulan data yang digunakan, dan analisis data induktif digunakan.

(Sugiono, 2010 : 9). Pembenaran metode ini adalah bahwa penelitian kualitatif deskriptif lebih cocok digunakan karena peneliti bertujuan untuk memahami fenomena yang ada dan berada dalam situasi alamiah daripada dalam kondisi yang terkendali.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah insentif pajak berupa penyuluhan dapat mencegah diterbitkannya surat teguran pajak di Kabupaten Soppeng. Untuk mengatasi masalah ini, para peneliti menggunakan teknik kualitatif dengan meringkas data yang mereka temukan melalui penelitian mereka. Dengan menggunakan teknik ini, peneliti akan memperoleh data secara totalitas dan mampu menggambarkannya secara tepat, memastikan bahwa temuan penelitian secara akurat mencerminkan keadaan lapangan yang sebenarnya.

B. Fokus Penelitian

Agar peneliti tidak kewalahan dengan banyaknya data yang tersedia selama di lapangan, fokus penelitian berfungsi sebagai batasan pada objek penelitian yang dipilih. Tingkat informasi terbaru lebih dipertimbangkan saat memilih topik studi. Fokus penelitian adalah apakah Insentif Pajak berupa

penyuluhan dapat menekan penerbitan Surat Teguran Pajak di Kabupaten Soppeng.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk penelitian ini pada Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultan Perpajakan Watansoppeng yang berlokasi di Jl. Pemuda, Botto, Lalabata, Botto, Soppeng, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. Waktu penelitian yang dilakukan dimulai pada bulan februari 2022 sampai bulan mei 2022.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian menjadi pertimbangan penting karena akan mempengaruhi kualitas hasil penelitian.

Akibatnya, ketika memilih metode pengumpulan data, sumber data diperhitungkan. Banyak jenis dan sumber data penelitian ini meliputi:

1. Saat melakukan wawancara dengan orang - orang yang berpengetahuan di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultan Perpajakan Watansoppeng, peneliti menggunakan sumber primer untuk mengumpulkan informasi tentang Insentif Pajak dalam bentuk penyuluhan untuk mencegah penerbitan Surat Teguran Pajak.

2. Sumber sekunder adalah informasi yang peneliti peroleh atau kumpulkan dari sumber primer dalam bentuk bahan arsip yang relevan dengan topik penelitian mereka.

E. Informan Peneliti

Pegawai atau pemberi kerja yang dijadikan sebagai subjek penelitian atau sebagai sumber informasi atau data disebut sebagai informan. Individu yang paling mengetahui atau memiliki otoritas pada topik penelitian merupakan salah satu faktor yang diperhitungkan dalam memilih informan.

Agar para informan (pegawai atau pemberi kerja) dapat memberikan arahan kepada peneliti tentang tempat pengumpulan data. (sugiyono, 2008).

F. Metode Pengumpulan Data

Peneliti memanfaatkan berbagai strategi pengumpulan data dalam penelitiannya tentang insentif perpajakan berupa penyuluhan untuk mencegah diterbitkannya Surat Teguran Pajak ini agar dapat memberikan data yang lebih akurat. Berikut ini adalah metode pengumpulan data yang peneliti gunakan:

1. Observasi

Pengamatan dan catatan tentang kondisi atau perilaku objek sasaran dibuat sebagai bagian dari proses pengumpulan data yang dikenal sebagai observasi.

2. Wawancara

Salah satu metode pengumpulan data adalah melalui wawancara , yang melibatkan wawancara langsung dengan informan atau sumber informasi tentang topik penelitian.

3. Studi pustaka

Teknik pengumpulan data untuk bantuan penelitian dengan melakukan penelusuran menggunakan referensi dari buku, jurnal, makalah, dan

peraturan perundang - undangan terkait yang membahas subjek penelitian.

G. Metode Analisis Data

Menyimpulkan tindakan yang dilakukan antara lain dengan menganalisis dan mengkategorikan data yang diperoleh terhadap fakta yang ada di lokasi penelitian:

1. Reduksi data adalah proses memilih, memusatkan perhatian pada penyederhanaan , mengabstraksikan , dan memodifikasi data kasar yang dihasilkan dari catatan lapangan.

2. Menemukan data di lapangan yang akan digunakan untuk menjawab tantangan penelitian dikenal sebagai pengumpulan data.

3. Pengujian data adalah upaya untuk mengubah data mentah menjadi informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan operasi penelitian dan membuat kualitas atau sifat data menjadi jelas untuk dipahami.

4. Upaya untuk memperoleh pengetahuan atau memahami makna, keteraturan, pola, penjelasan, jalur kausal, atau pernyataan dikenal sebagai verifikasi atau penarikan kesimpulan.

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah KP2KP Watansoppeng

Direktorat Jenderal Pajak pada awalnya terdiri dari beberapa unit organisasi, antara lain:

a. Kantor Pelayanan Pajak bertugas melaksanakan pemungutan pajak sesuai dengan undang - undang dan melaksanakan tugas pemeriksaan dana bendahara pemerintah;

b. Biro Lelang yang bertugas menyelenggarakan lelang barang sitaan untuk melunasi utang pajak Negara;

c. Akuntan dari Biro Pajak bertanggung jawab membantu Kantor Pajak dengan pemeriksaan pajak atas catatan keuangan wajib pajak badan;

dan

d. Direktorat Pajak Hasil Bumi, yang sebelumnya dikenal sebagai Biro Pajak Hasil Bumi (Direktorat Iuran Pembangunan Daerah pada Ditjen Moneter) dan berganti nama menjadi Direktorat Iuran Pembangunan Daerah(IPEDA) pada tahun 1965, bertanggung jawab untuk memungut pajak hasil bumi dan pajak atas tanah.

Direktorat IPEDA dialihkan dari Direktorat Jenderal Moneter ke Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 1976, tanggal 27 Maret 1976. Direktorat IPEDA berubah nama menjadi Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada tanggal 27

Desember 1985, sesuai dengan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1985.

Demikian pula Kantor Dinas Luar Negeri Ipeda menjadi Kantor Dinas Luar Negeri PBB, sedangkan divisi kantor wilayah yang sebelumnya bernama Inspeksi Ipeda menjadi Inspeksi Pajak Bumi dan Bangunan. Beberapa kantor Inspektorat Pajak Daerah ( ItDa ) didirikan di Jakarta dan berbagai daerah, termasuk Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia Timur, untuk mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan di daerah. Belakangan, Inspektorat Daerah ini berganti nama menjadi yang sekarang , Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.

a. Berdasarkan Staatsblad 1924 No. 576 Pasal 3 Departemen Van Financien , Djawatan Padjak didirikan pada tahun 1924.

b. Djawatan Padjak under Zaimubu in 1942 (Djawatan Padjak, Customs and Production Padjak).

c. Berdasarkan Keputusan Pemerintah No.2/SD Tahun 1945 Bagian Pajak Departemen Keuangan bertugas menangani urusan kepabeanan.

d. Djawatan Pajak di bawah Direktur Iuran Negara tahun 1950.

e. Djawatan Padjak ditempatkan tegak lurus pada tahun 1958.

f. Di bawah arahan Menteri Pendapatan Negara , Djawatan Padjak menjadi Direktorat Pajak pada tahun 1964.

g. Tahun 1965 berdirinya Direktorat IPEDA di lingkungan Direktorat Jenderal Moneter.

h. Direktorat Pajak menjadi Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 1966.

i. 1976 melihat pengalihan Direktorat IPEDA ke Direktorat Jenderal Pajak.

j. Self Assessment dilaksanakan sebagai bagian dari Reformasi Perpajakan I tahun 1983.

k. IPEDA menjadi Direktorat PBB pada tahun 1985.

l. 1991 Undang - Undang Perpajakan direvisi, menyederhanakan banyak jenis pajak.

m. Tahun 2000 menjadi saksi penetapan visi dan misi DJP serta reformasi birokrasi.

n. 2002 melihat modernisasi sistem pajak.

Moderenisasi administrasi perpajakan dilakukan sebagai bagian dari reformasi birokrasi Perpajakan. Moderenisasi perpajakan dilakukan dalam beberapa tahap dan sudah dimulai sejak tahun 2002. Unit kantor operasional dan unit kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak dipisahkan.

Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat, dan Jabatan Reviewer membentuk Kantor Pusat. Unit kantor operasional dibentuk sejak tahun 2002 terdiri atas Kantor Wilayah DJP (Kanwil DJP), Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP), Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan (PPDDP), dan Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan (KPDDP).

Pada tahun 2007 tahapan moderenisasi yang telah dilakukan dengan membentuk KPP diberbagai daerah. KPP merupakan hasil peleburan tiga jenis kantor yaitu Kantor Pelayanan Pratama (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (karikpa).

Merujuk pada Organisasi dan Tata Kerja Badan Vertikal Direktur Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 62/PMK.01/2010 tanggal 1 April 2010. Selain itu, Pasal 63 mengatur bahwa KP2KP bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, termasuk konseling dan nasihat perpajakan, serta mendukung Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Sebelum berdiri menjadi kantor KP2KP Watansoppeng semula

Sebelum berdiri menjadi kantor KP2KP Watansoppeng semula

Dokumen terkait