• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Kerangka Konsep

Gambar 2.3. Kerangka konsep penelitian.

Pengetahuan, sikap dan tindakan

Pola makan dan aktivitas fisik terkait faktor resiko DM

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN 3.1.1 JENIS PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perilaku terhadap pola hidup mengenai faktor resiko diabetes melitus tipe 2 pada mahasiswa FK USU.

3.1.2 RANCANGAN PENELITIAN

Rancangan penelitian ini menggunakan metode cross sectional yang hanya dilakukan sekali pengambilan data pada setiap responden.

3.2 LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang beralamat di Jl. Dr. Mansyur No. 5, Padang Bulan, Kec. Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara, 20155.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1 POPULASI PENELITIAN

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017.

3.3.2 SAMPEL PENELITIAN

Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi

a. Bersedia menjadi sampel penelitian

b. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017

2. Kriteria eksklusi

a. Tidak mengisi data diri dan kuesioner dengan lengkap

3.3.3 ESTIMASI BESAR SAMPEL

Rumus besar sampel yang digunakan pada penelitian ini:

n = 𝑁 1+𝑁 (𝑑2) Keterangan:

n = besar sampel minimum N = jumlah populasi

d = ketepatan absolut yang dikehendaki = 0,1 Maka perhitungannya adalah:

n = 255 1+255 (0,12)

n = 71,83 (dibulatkan menjadi 72 orang)

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka diperoleh minimal sampel untuk penelitian ini adalah 72 orang.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode simple random sampling, kuesioner akan diberikan kepada seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017.

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya / responden. Setelah dipisahkan dengan kriteria inklusi dan eksklusi, responden yang masuk ke dalam kriteria inklusi akan diminta ketersediaannya untuk mengikuti penelitian. Setelah responden bersedia untuk mengikuti penelitian, responden akan diminta untuk mengisi dan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden / informed consent, data diri dan kuesioner.

Penelitian ini menggunakan kuesioner yang memuat pertanyaan mengenai pola makan dan aktivitas fisik yang terdiri atas aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dari penelitian Aethelstone (2017). Penelitian sebelumnya telah melakukan uji validasi terhadap kuesioner ini.

3.5 DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional dari seluruh variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1. Definisi operasional.

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur nilai 1, sedangkan jawaban salah diberi nilai 0 setuju diberi nilai 4, setuju diberi nilai 3, tidak setuju diberi nilai 2, dan sangat tidak setuju diberi nilai 1. Sedangkan pada pernyataan negative

(unfavourable), jawaban sangat setuju diberi nilai 1, setuju diberi nilai 2, tidak setuju diberi nilai 3, dan sangat tidak setuju diberi nilai 4 total 100%, kecuali poin nomor 3 dan 4 yang dipilih lebih dari satu jawaban oleh responden

Tindakan diberi nilai 3, c diberi nilai 5 2. Skor olahraga (nomor 3, 4,

16, 17, 18, 19) ≥ 12 diberi nilai 5, 8-12 diberi nilai 4, 4-8 diberi nilai 3, 0,01-4 diberi nilai 2, 0 diberi nilai 1, dan jika jawaban tidak diberi nilai 1

3. Jawaban a diberi nilai 0,76, b diberi nilai 1,26, dan c diberi nilai 1,76

4. Penilaian sama dengan nomor 3

5. Tidak pernah diberi nilai 1, jarang diberi nilai 2, kadang-kadang diberi nilai 3, sering diberi nilai 4, dan selalu diberi nilai 5 6. Penilaian sama seperti

nomor 5

7. Penilaian sama seperti nomor 5

8. Penilaian sama seperti nomor 5

9. Penilaian sama seperti nomor 5 jam diberi nilai 1,5, 2-3 jam diberi nilai 2,5, 3-4 jam diberi nilai 3,5, > 4 jam diberi nilai 4,5

17. Penilaian sama seperti nomor 16

18. < 1 bulan diberi nilai 0,04, 1-3 bulan diberi nilai 0,17, 4-6 bulan diberi nilai 0,42,

Ordinal

3.6 METODE ANALISIS DATA

Data yang telah terkumpul akan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Editing dilakukan dengan memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan semua bagian kuesioner telah lengkap terisi sesuai dengan petunjuk.

2. Coding

7-9 bulan diberi nilai 0,67, dan > 9 bulan diberi nilai 0.92

19. Penilaian sama dengan nomor 18

20. < 5 menit diberi nilai 1, 5-15 menit diberi nilai 2, 5- 15-30 menit diberi nilai 3, 15- 30-45 menit diberi nilai 4, dan

> 45 menit diberi nilai 5 21. Sangat berat diberi nilai 5,

berat diberi nilai 4, sama diberi nilai 3, ringan diberi nilai 2, sangat ringan diberi nilai 1

Work index + Sport index +Leisuring-time index Interpretasi hasil:

Aktivitas ringan : nilai indeks <

6,3

Aktivitas sedang : nilai indeks 6,3-7,1

Aktivitas berat : nilai indeks

≥ 7,2

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode tertentu oleh peneliti untuk mempermudah pada saat mengadakan tabulasi dan analisa.

3. Entry

Data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.

4. Cleaning

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

5. Saving & Analysis

Penyimpanan data dan siap untuk dianalisis.

Data dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentasi. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) dan data penelitian akan dianalisis secara univariat untuk mengetahui gambaran deskriptif perilaku terhadap pola hidup mengenai faktor resiko diabetes melitus tipe 2 pada mahasiswa FK USU angkatan 2017.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang beralamat di Jl. Dr. Mansyur No. 5, Padang Bulan, Kec. Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara, 20155. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara merupakan fakultas pertama yang didirikan di Universitas Sumatera Utara yaitu pada 20 Agustus 1952.

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 yang berjumlah 255 orang mahasiswa. Penelitian ini dilakukan pada bulan September dengan meminta responden untuk mengisi kuesioner online dan didapatkan jumlah responden 72 (tujuh puluh dua) mahasiswa yang telah memenuhi kriteria. Hasil data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin.

Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 36 50

Perempuan 36 50

Total 72 100

Dari tabel 4.1. di atas menunjukkan jumlah responden laki-laki dan perempuan adalah sama yaitu 36 orang dengan persentase masing-masing jenis kelamin adalah 50%.

Tabel 4.2. Karakteristik sampel penelitian berdasarkan usia.

Frekuensi (%) Rata-rata (mean) Standar Deviasi

19 2 (2,8%)

20,63 0,68

20 29 (40,3%)

21 35 (48,6%)

22 6 (8,3%)

Total 72 (100%)

Berdasarkan tabel 4.2. di atas diperoleh karakteristik responden berdasarkan usia dengan usia 19 tahun sebanyak 2 orang (2,8%), 20 tahun sebanyak 29 orang (40,3%), 21 tahun sebanyak 35 orang (48,6%), dan 22 tahun sebanyak 6 orang (8,3%). Dari data tersebut diperoleh rata-rata usia responden adalah 20,63 dengan standar deviasi 0,68.

Tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 mengenai pola makan terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2 yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu kategori baik, cukup, dan kurang.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada bulan September mengenai pengetahuan pola makan diperoleh jumlah paling banyak adalah responden dengan kategori pengetahuan baik yaitu 68 orang (94,4%), sedangkan kategori cukup sebanyak 3 orang (4,2%) dan yang paling sedikit yaitu kategori kurang 1 orang (1,4%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Manuntung (2019) yang dilakukan pada mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya dengan jumlah responden sebanyak 62 orang, diperoleh sebanyak 48 orang (77,4%) dengan pengetahuan pola makan baik dan sebanyak 14 orang (22,6%) dengan pengetahuan pola makan kurang baik. Pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2017 mengenai pola makan terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2 dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut ini.

Tabel 4.3. Pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 mengenai pola makan terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2.

Frekuensi Persentase (%)

Baik 68 94,4

Cukup 3 4,2

Kurang 1 1,4

Total 72 100

Selain pengetahuan pola makan, dalam penelitian ini juga terdapat penilaian pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 mengenai aktivitas fisik terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2. Pengetahuan mengenai aktivitas fisik ini juga dibagi menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu paling banyak mahasiswa dengan kategori pengetahuan aktivitas fisik baik dengan jumlah responden 70 orang (97,2%), kategori cukup 1 orang (1,4%), dan kategori kurang 1 orang (1,4%). Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Goenawan et al. (2018) yang dilakukan pada staf Perguruan Tinggi di Bandung dengan jumlah responden sebanyak 89 orang, diperoleh sebanyak 98,88% responden dengan pengetahuan benar mengenai pengertian dan manfaat aktivitas fisik untuk menjaga kesehatan. Pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 mengenai aktivitas fisik terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2 dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut.

Tabel 4.4. Pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 mengenai aktivitas fisik terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2.

Frekuensi Persentase (%)

Baik 70 97,2

Cukup 1 1,4

Kurang 1 1,4

Total 72 100

Sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 mengenai pola makan dan aktivitas fisik terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2 dibagi menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Tetapi pada penelitian ini tidak ada responden dengan sikap pola makan dan aktivitas fisik kurang. Sikap mahasiswa mengenai pola makan terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2 yang diperoleh dari penelitian ini yang digolongkan pada kategori baik yaitu sebanyak 42 orang (58,3%) dan kategori cukup 30 orang (41,7%). Dari penelitian sebelumnya oleh Manuntung (2019) yang dilakukan pada mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya dengan jumlah responden sebanyak 62 orang diperoleh hasil yang tidak sejalan yaitu sebanyak 28 orang (45,2%) dengan sikap pola makan positif dan sebanyak 34 orang (54,8%) dengan sikap pola makan negatif. Sedangkan sikap mahasiswa angkatan 2017 mengenai aktivitas fisik kategori cukup lebih banyak dibandingkan dengan kategori baik yaitu pada kategori baik berjumlah 24 orang (33,3%) dan kategori cukup sebanyak 48 orang (66,7%). Pada penelitian sebelumnya oleh Istiningtyas (2010) yang dilakukan pada mahasiswa di PSIK Undip Semarang dengan jumlah responden sebanyak 176 orang, diperoleh hasil yang kurang sejalan yaitu sebanyak 98 orang (55,7%) dengan sikap positif terhadap gaya hidup sehat dan sebanyak 78 orang (44,3%) dengan sikap negatif. Menurut Notoadmojo (2014), sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas tetapi masih merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku, masih berupa reaksi tertutup bukan reaksi terbuka ataupun tingkah laku terbuka. Hasil penelitian mengenai sikap pola makan dan aktivitas fisik mahasiswa angkatan 2017 dapat dilihat pada tabel 4.5. dan 4.6.

Tabel 4.5. Sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 mengenai pola makan terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2.

Frekuensi Persentase (%)

Baik 42 58,3

Cukup 30 41,7

Kurang 0 0

Total 72 100

Tabel 4.6. Sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 mengenai aktivitas fisik terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2.

Frekuensi Persentase (%)

Baik 24 33,3

Cukup 48 66,7

Kurang 0 0

Total 72 100

Tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 mengenai pola makan terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2 dinilai dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 13 pertanyaan mengenai jadwal, jenis, dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Dari penelitian ini diperoleh sebagian besar mahasiswa makan dengan teratur yaitu 3 kali sehari sebanyak 48 orang (66,7%), mahasiswa yang makan teratur lebih dari 3 kali sehari sebanyak 4 orang (5,6%), mahasiswa yang makan teratur 2 kali sehari 15 orang (20,8%), dan yang tidak teratur tiap harinya sebanyak 5 orang (6,9%). Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Sakamaki et al. (2005) di Cina, dengan jumlah responden sebanyak 540 orang mahasiswa berusia 19-24 tahun, diperoleh mayoritas mahasiswa (83,6%) makan dengan teratur dengan sebanyak 79%

makan 3 kali sehari.

Untuk sarapan pagi mahasiswa angakatan 2017, 30 orang (41,7%) melewatkan sarapan pagi sebanyak 3 kali atau lebih dalam seminggu, kurang dari 3 kali dalam seminggu sebanyak 22 orang (30,6%), dan paling sedikit responden yang tidak pernah melewatkan sarapan pagi yaitu 20 orang (27,8%). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Sakamaki et al. (2005) yang memperoleh hasil penelitian yaitu sebanyak 66,8% laki-laki dan 82,3% perempuan teratur mengonsumsi sarapan pagi setiap hari.

Untuk memenuhi kebutuhan gizi, mayoritas mahasiswa angkatan 2017 mengonsumsi nasi, lauk dan sayur setiap kali makan yaitu sebanyak 37 orang

(51,4%), 31 orang (43,1%) mengonsumsi nasi, lauk, sayur, dan buah, dan paling sedikit mahasiswa yang hanya mengonsumsi nasi dan lauk sebanyak 4 orang (5,6%).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang, tidak ada jenis makanan yang mencakup semua jenis zat gizi yang diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan pertahanan kesehatan, kecuali ASI (Air Susu Ibu) untuk bayi baru lahir sampai dengan usia 6 bulan. Contohnya yaitu nasi adalah sumber utama kalori tetapi rendah akan vitamin dan mineral, sayur dan buah-buahan kaya akan vitamin, mineral, dan serat tetapi miskin kalori dan juga protein, ikan sumber utama protein tetapi rendah kalori. Menurut Riskesdas tahun 2013, proporsi penduduk  10 tahun kurang makan sayur dan buah sebesar 93,5% yang tidak jauh berbeda dengan yang ditemukan pada tahun 2007 yaitu 93,6%.

Dari penelitian ini diperoleh berbagai jenis sumber protein hewani dan nabati yang sering dikonsumsi oleh mahasiswa FK USU angkatan 2017 lebih dari 3 kali dalam seminggu. Beberapa sumber protein hewani yang sering dikonsumsi oleh mahasiswa angkatan 2017 lebih dari 3 kali seminggu yaitu telur sebanyak 59 orang (81,9%), daging ikan 56 orang (77,8%), dan daging ayam dengan kulit 46 orang (63,9%). Sedangkan pada sumber protein nabati, mahasiswa angkatan 2017 paling banyak yang memilih tempe yaitu 66 orang (91,7%), 60 orang (83,3%) memilih tahu, dan 35 orang (48,6%) memilih kacang tanah. Dari penelitian sebelumya oleh Mokoginta et al. (2016) yang dilakukan pada remaja di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan jumlah responden sebanyak 40 orang, diperoleh sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi pada daerah tersebut adalah ikan segar yaitu sebanyak lebih dari 1 kali setiap harinya, ikan asin, dan udang. Daging sapi lebih jarang dikonsumsi yaitu 1-3 kali setiap bulan, hal ini berbeda dengan ayam yang lebih sering dikonsumsi yaitu sebanyak 1-3 kali setiap minggu. Selain sumber protein hewani, pada penelitian oleh Mokoginta et al. (2016) juga diperoleh sumber protein nabati yang sering dikonsumsi yaitu yang terbanyak dikonsumsi adalah tahu yaitu lebih dari 1 kali

setiap harinya. Selain tahu, tempe dan kacang tanah juga sering dikonsumsi yaitu 1 kali setiap harinya, kacang hijau dikonsumsi 1-3 kali setiap minggu. Jenis sumber protein hewani dan nabati yang dikonsumsi oleh responden lebih dari 3 kali dalam seminggu dapat dilihat pada gambar 4.1. dan gambar 4.2.

Gambar 4.1. Jenis sumber protein hewani yang sering dikonsumsi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 lebih dari 3 kali dalam seminggu.

Gambar 4.2. Jenis sumber protein nabati yang sering dikonsumsi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 lebih dari 3 kali dalam seminggu.

Selain itu, makanan selingan (snack) yang sering dikonsumsi oleh responden juga dinilai dalam penelitian ini. Paling banyak responden yang memilih kue/ roti manis sebagai makanan selingan yang sering dikonsumsi, yaitu sebanyak 34 orang (47,2%), 31 orang (43,1%) memilih buah-buahan, dan hanya 7 orang (9,7%) yang memilih kacang-kacangan. Dari penelitian sebelumya oleh Mokoginta et al. (2016) yang dilakukan pada remaja di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan jumlah responden sebanyak 40 orang, diperoleh hasil yang sejalan yaitu roti juga merupakan makanan selingan/ jajanan yang paling sering dikonsumsi.

Jenis pengolahan makanan yang sering dikonsumsi setiap orang juga pasti berbeda-beda, masakan yang digoreng merupakan yang paling disukai oleh responden yaitu sebanyak 42 orang (58,3%), masakan yang ditumis/ dikukus/

direbus sebanyak 17 orang (23,6%), masakan dengan kuah lemak/ kaldu sebanyak 9 orang (12,5%), dan yang paling sedikit dikonsumsi yaitu masakan dengan santan hanya 4 orang (5,6%). Sebanyak 38 orang responden (52,8%) mengonsumsi makanan dengan cara digoreng sebanyak 3 kali atau lebih dalam seminggu, sebanyak 41 orang (56,9%) mengonsumsi makanan manis (kue/ roti) atau makanan ringan sebanyak kurang dari 3 kali dalam seminggu, dan 25 orang (34,7%) mengonsumsi minuman berpemanis kurang dari 1 kali dalam sehari. Pada penelitian sebelumnya oleh Mokoginta et al. (2016) yang dilakukan pada remaja di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan jumlah responden sebanyak 40 orang, minuman berkarbonasi/ soft drink sering dikonsumsi yaitu lebih dari 1 kali setiap hari. Makanan cepat saji dikonsumsi mahasiswa angkatan 2017 kurang dari 3 kali dalam seminggu oleh 36 responden (50%), kurang dari 1 kali oleh 26 orang (36,1%) dan lebih dari 3 kali dalam seminggu sebanyak 10 orang (13,9%). Pada penelitian sebelumnya oleh Widyantara et al. (2014) di Universitas Lampung dengan jumlah responden sebanyak 125 orang, diperoleh sebanyak 73 orang (58,4%) sering mengonsumsi makanan cepat saji dan 52 orang (41,6%) jarang mengonsumsi makanan cepat saji. Jenis makanan dan frekuensi makan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7. Jenis makanan dan frekuensi makan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017.

Jenis makanan Frekuensi makan Frekuensi (%)

Sayur Lebih dari 2 porsi dalam sehari 21 (29,2%)

2 porsi dalam sehari 25 (34,7%)

1 porsi dalam sehari 19 (26,4%)

Kurang dari 1 porsi dalam sehari 7 (9,7%) Buah-buahan 2 kali atau lebih dalam sehari 20 (27,8%)

Kurang dari 2 kali dalam sehari 33 (45,8%) Kurang dari 1 kali dalam sehari 19 (26,4%) Makanan cepat saji

(fast food)

Lebih dari 3 kali dalam seminggu 10 (13,9%) Kurang dari 3 kali dalam seminggu 36 (50%) Kurang dari 1 kali dalam seminggu 26 (36,1%) Makanan yang

digoreng

Lebih dari 1 kali dalam sehari 17 (23,6%)

1 kali dalam sehari 7 (9,7%)

3 kali atau lebih dalam seminggu 38 (52,8%) Kurang dari 3 kali dalam seminggu 10 (13,9%) Makanan manis

(kue/roti) atau makanan ringan

3 kali atau lebih dalam seminggu 21 (29,2%) Kurang dari 3 kali dalam seminggu 41 (56,9%) Kurang dari 1 kali dalam seminggu 10 (13,9%) Minuman

mengandung pemanis

3 kali atau lebih dalam sehari 8 (11,1%) Kurang dari 3 kali dalam sehari 17 (23,6%)

1 kali dalam sehari 22 (30,6%)

Kurang dari 1 kali dalam sehari 25 (34,7%)

Pada penelitian sebelumnya oleh Sakamaki et al. (2005) diperoleh sebanyak 47,9% responden mengonsumsi sayur-sayuran seperti sayur bayam dan wortel, dan sebanyak 32,5% responden mengonsumsi buah setiap harinya.

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan yang dilakukan tubuh yang diakibatkan oleh kerja otot rangka dan meningkatkan pengeluaran tenaga serta energi. Secara umum, aktivitas fisik dibagi menjadi 3 kategori yaitu aktivitas fisik ringan, aktivitas fisik sedang, dan aktivitas fisik berat (Kemenkes RI, 2019). Mayoritas dari mahasiswa FK USU angkatan 2017 melakukan aktivitas fisik berat sebanyak 59 orang (81,9%), aktivitas sedang sebanyak 6 orang (8,3%), dan aktivitas ringan sebanyak 7 orang (9,7%). Sedangkan pada penelitian sebelumnya oleh Padmapriya et al. (2013) yang dilakukan pada mahasiswa kedokteran di Bangalore, India, dengan jumlah responden sebanyak 259 orang, diperoleh

sebanyak 41,3% melakukan aktivitas fisik berat, 43,2% melakukan aktivitas fisik sedang dan 15,4% melakukan aktivitas fisik ringan. Hasil penelitian mengenai tindakan aktivitas fisik mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8. Tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 mengenai aktivitas fisik terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2.

Frekuensi Persentase (%)

Berat 59 81,9

Sedang 6 8,3

Ringan 7 9,7

Total 72 100

Tabel 4.9. Jenis olahraga yang sering dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017.

Frekuensi (%) Tingkat rendah: billiard, bowling, golf 10 (13,9%) Tingkat sedang: badminton, bersepeda, menari, berenang, tenis 40 (55,6%) Tingkat berat: bela diri, bola basket, sepak bola, mendayung 9 (12,5%)

Tidak berolahraga 13 (18,1%)

Dari tabel 4.9. dapat dilihat bahwa olahraga yang paling sering dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 adalah olahraga tingkat sedang (badminton, bersepeda, menari, berenang, tenis) yaitu sebanyak 40 orang (55,6%), olahraga tingkat rendah (billiard, bowling, golf) sebanyak 10 orang (13,9%), olahraga tingkat berat (bela diri, bola basket, sepak bola, mendayung) sebanyak 9 orang (12,5%), dan tidak berolahraga sebanyak 13 orang (18,1%).

Beberapa manfaat dari aktivitas fisik yaitu meingkatkan keseimbangan;

mengendalikan stres, mengurangi kecemasan, dan depresi; mengurangi resiko diabetes; mengoptimalkan tumbuh kembang; meningkatkan fleksibilitas, memelihara tulang, otot, dan sendi yang sehat; mencegah penyakit tidak menular;

mengurangi resiko kematian dini; mengurangi resiko tekanan darah tinggi;

meningkatkan kerja/ mengurangi resiko, dan fungsi jantung; meningkatkan kerja otot jantung paru; mengurangi resiko penyakit kanker usus besar; mengendalikan berat badan ideal; meningkatkan metabolisme tubuh; dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan tubuh (Kemenkes RI, 2018).

Keterbatasan pada penelitian ini yaitu penelitian ini harus dilakukan secara online dan tidak dapat dilakukan secara offline karena adanya pandemi COVID-19. Hal tersebut dapat menyebabkan hasil dari pengisian kuesioner tidak akurat dikarenakan tidak adanya batasan waktu untuk responden mengisi kuesioner tersebut. Selain itu, kemungkinan responden telah mencari jawabannya dari sumber lain ataupun mendiskusikannya dengan orang sekitarnya. Oleh karena itu, hasil penelitian mengenai pengetahuan, sikap, dan tindakan pola makan dan aktivitas fisik terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2 ini mungkin bukan hasil yang sesungguhnya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan:

1. Pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 mengenai pola makan dan aktivitas fisik terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2 berada dalam kategori baik.

2. Sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 mengenai pola makan terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2 dikategorikan baik. Sedangkan sikap mengenai aktivitas fisik dikategorikan cukup.

3. Tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 mengenai pola makan terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2 makan dikategorikan cukup. Sedangkan tindakan mengenai aktivitas fisik dikategorikan baik.

5.2 SARAN

Setelah melewati seluruh proses penelitian, peneliti memiliki beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Bagi tenaga kesehatan untuk selalu memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pola hidup terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2.

2. Bagi subjek penelitian agar dapat menerapkan pengetahuan mengenai pola hidup terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2 dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat dilakukan penelitian secara offline agar hasil yang didapatkan lebih akurat dan juga bisa memberikan edukasi kepada responden yang membutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

Aethelstone, M. I. 2017, ‘Pola Makan dan Aktivitas Fisik Terkait Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 pada Remaja di Kecamatan Gedongtengen

Yogyakarta’. Available at:

https://repository.usd.ac.id/11723/2/138114049_full.pdf

Al-Qahtani, M.H. 2016, ‘Dietary habits of Saudi medical students at University of Dammam’, International Journal of Health Sciences, 10(3), p.353.

American Diabetes Association, 2019, ‘Diabetes Care’, The Journal of Clinical

American Diabetes Association, 2019, ‘Diabetes Care’, The Journal of Clinical

Dokumen terkait