• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

2.1.8 Pencegahan

Menurut World Health Organization, pada tahun 2020, untuk mencegah terjadinya DM tipe 2 dapat dilakukan hal sebagai berikut:

1. Menyesuaikan dan mempertahankan berat badan normal (berat badan yang dinyatakan sehat)

2. Melakukan aktivitas fisik, paling sedikit 30 menit secara regular. Aktivitas bisa dilakukan lebih sering, sedangkan aktivitas yang lebih berat dibutuhkan untuk mengontrol berat badan

3. Pola makan yang sehat, hindari konsumsi gula dan lemak jenuh

4. Hindari penggunaan tembakau, merokok meningkatkan resiko diabetes dan penyakit kardiovaskular

International Diabetes Federation pada tahun 2020 merekomendasikan pola makan yang sehat yaitu:

1. Lebih baik mengonsumsi air, kopi, atau teh daripada sirup, minuman soda, atau minuman berpemanis lainnya

2. Mengonsumsi paling sedikit 3 hidangan sayuran setiap harinya, terutama sayuran berdaun hijau

3. Mengonsumsi 3 hidangan buah segar setiap hari

4. Untuk makanan ringan, lebih baik mengonsumsi kacang-kacangan, sepotong buah segar atau yoghurt

5. Membatasi konsumsi alkohol

6. Lebih baik mengonsumsi daging putih, daging unggas atau makanan laut daripada daging merah atau daging olahan

7. Lebih baik mengonsumsi selai kacang dibandingkan selai coklat 8. Mengonsumsi roti gandum, nasi atau pasta daripada roti putih

9. Memilih konsumsi lemak tak jenuh seperti minyak zaitun, minyak canola, minyak jagung atau minyak bunga matahari daripada lemak jenuh seperti mentega, lemak hewani, minyak kelapa atau minyak kelapa sawit

2.2 PENGETAHUAN

2.2.1 DEFINISI PENGETAHUAN

Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa, dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia didapat melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2014).

2.2.2 TINGKAT PENGETAHUAN

Menurut Notoadmojo (2014), pengetahuan tercakup dalam beberapa tingkatan yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Yang termasuk dalam tingkat ini yaitu mengingat kembali (recall) sesuatu

yang spesifik dan semua yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur seseorang tahu mengenai hal yang telah dipelajari adalah menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan dengan benar suatu objek yang telah diketahui dan dapat menginterpretasikan materi dengan benar. Seseorang yang telah memahami suatu objek atau materi harus mampu untuk menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang sudah dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata. Aplikasi dapat berupa aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam situasi lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan suatu objek atau materi ke dalam komponen-komponen yang masih berhubungan satu sama lain. Dapat dinilai dan diukur dengan menggunakan kata kerja seperti menggambarkan atau membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian menjadi suatu keseluruhan yang baru atau menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada. Sintesis dalam dinilai dari dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap rumusan atau teori yang telah ada.

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau menilai suatu materi atau objek berdasarkan kriteria yang dibuat sendiri ataupun kriteria yang sudah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan wawancara atau angket mengenai materi yang akan diukur dari responden (Notoadmojo, 2014).

2.2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN Menurut Budiman (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu:

1. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah usia maka semakin berkembang juga daya tangkap dan pola pikir seseorang. Sehingga pengetahuan yang diperoleh juga semakin membaik.

2. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu individu semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak juga pengetahuan yang dimiliki.

3. Pengalaman

Pengalaman merupakan suatu proses dalam memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang telah diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu.

4. Informasi / media massa

Informasi yang didapat dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menyebabkan perubahan dan peningkatan pengetahuan. Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

5. Sosial budaya dan ekonomi

Tradisi atau kebiasaan yang sering dilakukan oleh suatu individu tanpa melalui penalaran sehingga menambah pengetahuan walaupun tanpa

melakukan. Selain itu, status ekonomi juga dapat mempengaruhi pengetahuan dengan ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan.

6. Lingkungan

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap penyerapan pengetahuan yang berada di lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi yang akan dianggap sebagai pengetahuan bagi setiap individu.

2.3 SIKAP

2.3.1 DEFINISI SIKAP

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmojo, 2014).

2.3.2 TINGKAT SIKAP

Menurut Notoadmojo (2014), sikap dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu sebagai berikut:

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)

Merespon dapat berupa memberikan jawaban apabila ditanya, atau mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Menghargai (Valuing)

Menghargai ditunjukkan dengan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang sudah dipilihnya beserta semua resiko. Tingkatan ini merupakan tingkatan tertinggi dari sikap.

Sikap dapat diukur secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung misalnya dapat ditanyakan pendapat responden terhadap suatu hal. Secara tidak langsung adalah seperti memberikan pernyataan-pernyataan kemudian menanyakan pendapat responden dengan pilihan sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju (Notoadmojo, 2014).

2.3.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP

Menurut Sunaryo (2004), ada 2 faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengubahan sikap, yaitu:

1. Faktor internal

Faktor internal yaitu yang berasal dari diri individu itu sendiri. Dalam hal ini, individu tersebut menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu dari luar, serta menentukan mana yang akan diterima atau tidak diterima.

Sehingga individu itu sendiri menentukan pembentukan sikap. Faktor ini terdiri dari faktor motif, faktor psikologis, dan faktor fisiologis.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu, yang merupakan stimulus untuk mengubah dan membentuk sikap. Stimulus dapat bersifat langsung atau tidak langsung. Faktor ini terdiri dari faktor pengalaman, situasi, norma, hambatan, dan pendorong.

Menurut Riyanto (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu:

1. Pengalaman pribadi

Sesuatu yang pernah atau sedang dialami oleh suatu individu akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial.

Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Individu biasanya memiliki sikap yang searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting. Hal ini dilakukan juga untuk menghindari terjadinya konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana suatu individu hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan sikap.

4. Media massa

Media massa adalah sarana komunikasi. Berbagai bentuk media massa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan suatu individu. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama adalah hal yang mempengaruhi pembentukan sikap karena meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

6. Faktor emosional

Terkadang, suatu bentuk sikap adalah pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau penglihatan bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.4 TINDAKAN

2.4.1 DEFINISI TINDAKAN

Tindakan (praktik) adalah sikap yang diwujudkan menjadi perbuatan nyata yang didukung oleh kondisi yang memungkinkan seperti fasilitas (Notoadmojo, 2014).

2.4.2 TINGKAT TINDAKAN

Menurut Notoadmojo (2014), tindakan dibedakan menjadi beberapa tingkatan yaitu:

1. Respon terpimpin (Guided response)

Respon terpimpin diartikan sebagai dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai.

2. Mekanisme (Mechanism)

Mekanisme adalah pada saat suatu individu sudah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sudah merupakan suatu kebiasaan.

3. Adopsi (Adoption)

Adopsi merupakan suatu praktik atau tindakan yang telah berkembang dengan baik. Yang berarti, tindakan telah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Tindakan dapat diukur secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu dengan memperhatikan atau mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. Sedangkan secara tidak langsung yaitu dengan wawancara terhadap

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh responden beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall) (Notoadmojo, 2014).

2.5 KERANGKA TEORI

DM tipe 2

Farmakologi Definisi, Klasifikasi,

Faktor resiko

Tatalaksana Non farmakologi

dan pencegahan Komplikasi Pengetahuan, sikap, dan

tindakan terhadap pola hidup

Faktor yang mempengaruhi

perilaku

Gambar 2.2. Kerangka teori penelitian.

Gejala klinis

Diagnosis

2.6 KERANGKA KONSEP

Gambar 2.3. Kerangka konsep penelitian.

Pengetahuan, sikap dan tindakan

Pola makan dan aktivitas fisik terkait faktor resiko DM

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN 3.1.1 JENIS PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perilaku terhadap pola hidup mengenai faktor resiko diabetes melitus tipe 2 pada mahasiswa FK USU.

3.1.2 RANCANGAN PENELITIAN

Rancangan penelitian ini menggunakan metode cross sectional yang hanya dilakukan sekali pengambilan data pada setiap responden.

3.2 LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang beralamat di Jl. Dr. Mansyur No. 5, Padang Bulan, Kec. Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara, 20155.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1 POPULASI PENELITIAN

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017.

3.3.2 SAMPEL PENELITIAN

Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi

a. Bersedia menjadi sampel penelitian

b. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017

2. Kriteria eksklusi

a. Tidak mengisi data diri dan kuesioner dengan lengkap

3.3.3 ESTIMASI BESAR SAMPEL

Rumus besar sampel yang digunakan pada penelitian ini:

n = 𝑁 1+𝑁 (𝑑2) Keterangan:

n = besar sampel minimum N = jumlah populasi

d = ketepatan absolut yang dikehendaki = 0,1 Maka perhitungannya adalah:

n = 255 1+255 (0,12)

n = 71,83 (dibulatkan menjadi 72 orang)

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka diperoleh minimal sampel untuk penelitian ini adalah 72 orang.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode simple random sampling, kuesioner akan diberikan kepada seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017.

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya / responden. Setelah dipisahkan dengan kriteria inklusi dan eksklusi, responden yang masuk ke dalam kriteria inklusi akan diminta ketersediaannya untuk mengikuti penelitian. Setelah responden bersedia untuk mengikuti penelitian, responden akan diminta untuk mengisi dan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden / informed consent, data diri dan kuesioner.

Penelitian ini menggunakan kuesioner yang memuat pertanyaan mengenai pola makan dan aktivitas fisik yang terdiri atas aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dari penelitian Aethelstone (2017). Penelitian sebelumnya telah melakukan uji validasi terhadap kuesioner ini.

3.5 DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional dari seluruh variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1. Definisi operasional.

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur nilai 1, sedangkan jawaban salah diberi nilai 0 setuju diberi nilai 4, setuju diberi nilai 3, tidak setuju diberi nilai 2, dan sangat tidak setuju diberi nilai 1. Sedangkan pada pernyataan negative

(unfavourable), jawaban sangat setuju diberi nilai 1, setuju diberi nilai 2, tidak setuju diberi nilai 3, dan sangat tidak setuju diberi nilai 4 total 100%, kecuali poin nomor 3 dan 4 yang dipilih lebih dari satu jawaban oleh responden

Tindakan diberi nilai 3, c diberi nilai 5 2. Skor olahraga (nomor 3, 4,

16, 17, 18, 19) ≥ 12 diberi nilai 5, 8-12 diberi nilai 4, 4-8 diberi nilai 3, 0,01-4 diberi nilai 2, 0 diberi nilai 1, dan jika jawaban tidak diberi nilai 1

3. Jawaban a diberi nilai 0,76, b diberi nilai 1,26, dan c diberi nilai 1,76

4. Penilaian sama dengan nomor 3

5. Tidak pernah diberi nilai 1, jarang diberi nilai 2, kadang-kadang diberi nilai 3, sering diberi nilai 4, dan selalu diberi nilai 5 6. Penilaian sama seperti

nomor 5

7. Penilaian sama seperti nomor 5

8. Penilaian sama seperti nomor 5

9. Penilaian sama seperti nomor 5 jam diberi nilai 1,5, 2-3 jam diberi nilai 2,5, 3-4 jam diberi nilai 3,5, > 4 jam diberi nilai 4,5

17. Penilaian sama seperti nomor 16

18. < 1 bulan diberi nilai 0,04, 1-3 bulan diberi nilai 0,17, 4-6 bulan diberi nilai 0,42,

Ordinal

3.6 METODE ANALISIS DATA

Data yang telah terkumpul akan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Editing dilakukan dengan memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan semua bagian kuesioner telah lengkap terisi sesuai dengan petunjuk.

2. Coding

7-9 bulan diberi nilai 0,67, dan > 9 bulan diberi nilai 0.92

19. Penilaian sama dengan nomor 18

20. < 5 menit diberi nilai 1, 5-15 menit diberi nilai 2, 5- 15-30 menit diberi nilai 3, 15- 30-45 menit diberi nilai 4, dan

> 45 menit diberi nilai 5 21. Sangat berat diberi nilai 5,

berat diberi nilai 4, sama diberi nilai 3, ringan diberi nilai 2, sangat ringan diberi nilai 1

Work index + Sport index +Leisuring-time index Interpretasi hasil:

Aktivitas ringan : nilai indeks <

6,3

Aktivitas sedang : nilai indeks 6,3-7,1

Aktivitas berat : nilai indeks

≥ 7,2

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode tertentu oleh peneliti untuk mempermudah pada saat mengadakan tabulasi dan analisa.

3. Entry

Data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.

4. Cleaning

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

5. Saving & Analysis

Penyimpanan data dan siap untuk dianalisis.

Data dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentasi. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) dan data penelitian akan dianalisis secara univariat untuk mengetahui gambaran deskriptif perilaku terhadap pola hidup mengenai faktor resiko diabetes melitus tipe 2 pada mahasiswa FK USU angkatan 2017.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang beralamat di Jl. Dr. Mansyur No. 5, Padang Bulan, Kec. Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara, 20155. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara merupakan fakultas pertama yang didirikan di Universitas Sumatera Utara yaitu pada 20 Agustus 1952.

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 yang berjumlah 255 orang mahasiswa. Penelitian ini dilakukan pada bulan September dengan meminta responden untuk mengisi kuesioner online dan didapatkan jumlah responden 72 (tujuh puluh dua) mahasiswa yang telah memenuhi kriteria. Hasil data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin.

Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 36 50

Perempuan 36 50

Total 72 100

Dari tabel 4.1. di atas menunjukkan jumlah responden laki-laki dan perempuan adalah sama yaitu 36 orang dengan persentase masing-masing jenis kelamin adalah 50%.

Tabel 4.2. Karakteristik sampel penelitian berdasarkan usia.

Frekuensi (%) Rata-rata (mean) Standar Deviasi

19 2 (2,8%)

20,63 0,68

20 29 (40,3%)

21 35 (48,6%)

22 6 (8,3%)

Total 72 (100%)

Berdasarkan tabel 4.2. di atas diperoleh karakteristik responden berdasarkan usia dengan usia 19 tahun sebanyak 2 orang (2,8%), 20 tahun sebanyak 29 orang (40,3%), 21 tahun sebanyak 35 orang (48,6%), dan 22 tahun sebanyak 6 orang (8,3%). Dari data tersebut diperoleh rata-rata usia responden adalah 20,63 dengan standar deviasi 0,68.

Tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 mengenai pola makan terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2 yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu kategori baik, cukup, dan kurang.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada bulan September mengenai pengetahuan pola makan diperoleh jumlah paling banyak adalah responden dengan kategori pengetahuan baik yaitu 68 orang (94,4%), sedangkan kategori cukup sebanyak 3 orang (4,2%) dan yang paling sedikit yaitu kategori kurang 1 orang (1,4%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Manuntung (2019) yang dilakukan pada mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya dengan jumlah responden sebanyak 62 orang, diperoleh sebanyak 48 orang (77,4%) dengan pengetahuan pola makan baik dan sebanyak 14 orang (22,6%) dengan pengetahuan pola makan kurang baik. Pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2017 mengenai pola makan terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2 dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut ini.

Tabel 4.3. Pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 mengenai pola makan terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2.

Frekuensi Persentase (%)

Baik 68 94,4

Cukup 3 4,2

Kurang 1 1,4

Total 72 100

Selain pengetahuan pola makan, dalam penelitian ini juga terdapat penilaian pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 mengenai aktivitas fisik terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2. Pengetahuan mengenai aktivitas fisik ini juga dibagi menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu paling banyak mahasiswa dengan kategori pengetahuan aktivitas fisik baik dengan jumlah responden 70 orang (97,2%), kategori cukup 1 orang (1,4%), dan kategori kurang 1 orang (1,4%). Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Goenawan et al. (2018) yang dilakukan pada staf Perguruan Tinggi di Bandung dengan jumlah responden sebanyak 89 orang, diperoleh sebanyak 98,88% responden dengan pengetahuan benar mengenai pengertian dan manfaat aktivitas fisik untuk menjaga kesehatan. Pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 mengenai aktivitas fisik terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2 dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut.

Tabel 4.4. Pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 mengenai aktivitas fisik terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2.

Frekuensi Persentase (%)

Baik 70 97,2

Cukup 1 1,4

Kurang 1 1,4

Total 72 100

Sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 mengenai pola makan dan aktivitas fisik terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2 dibagi menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Tetapi pada penelitian ini tidak ada responden dengan sikap pola makan dan aktivitas fisik kurang. Sikap mahasiswa mengenai pola makan terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2 yang diperoleh dari penelitian ini yang digolongkan pada kategori baik yaitu sebanyak 42 orang (58,3%) dan kategori cukup 30 orang (41,7%). Dari penelitian sebelumnya oleh Manuntung (2019) yang dilakukan pada mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya dengan jumlah responden sebanyak 62 orang diperoleh hasil yang tidak sejalan yaitu sebanyak 28 orang (45,2%) dengan sikap pola makan positif dan sebanyak 34 orang (54,8%) dengan sikap pola makan negatif. Sedangkan sikap mahasiswa angkatan 2017 mengenai aktivitas fisik kategori cukup lebih banyak dibandingkan dengan kategori baik yaitu pada kategori baik berjumlah 24 orang (33,3%) dan kategori cukup sebanyak 48 orang (66,7%). Pada penelitian sebelumnya oleh Istiningtyas (2010) yang dilakukan pada mahasiswa di PSIK Undip Semarang dengan jumlah responden sebanyak 176 orang, diperoleh hasil yang kurang sejalan yaitu sebanyak 98 orang (55,7%) dengan sikap positif terhadap gaya hidup sehat dan sebanyak 78 orang (44,3%) dengan sikap negatif. Menurut Notoadmojo (2014), sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas tetapi masih merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku, masih berupa reaksi tertutup bukan reaksi terbuka ataupun tingkah laku terbuka. Hasil penelitian mengenai sikap pola makan dan aktivitas fisik mahasiswa angkatan 2017 dapat dilihat pada tabel 4.5. dan 4.6.

Tabel 4.5. Sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 mengenai pola makan terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2.

Frekuensi Persentase (%)

Baik 42 58,3

Cukup 30 41,7

Kurang 0 0

Total 72 100

Tabel 4.6. Sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 mengenai aktivitas fisik terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2.

Frekuensi Persentase (%)

Baik 24 33,3

Cukup 48 66,7

Kurang 0 0

Total 72 100

Tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 mengenai pola makan terkait faktor resiko diabetes melitus tipe 2 dinilai dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 13 pertanyaan mengenai jadwal, jenis, dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Dari penelitian ini diperoleh sebagian besar mahasiswa makan dengan teratur yaitu 3 kali sehari sebanyak 48 orang (66,7%), mahasiswa yang makan teratur lebih dari 3 kali sehari sebanyak 4 orang (5,6%), mahasiswa yang makan teratur 2 kali sehari 15 orang (20,8%), dan yang tidak teratur tiap harinya sebanyak 5 orang (6,9%). Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Sakamaki et al. (2005) di Cina, dengan jumlah responden sebanyak 540 orang mahasiswa berusia 19-24 tahun, diperoleh mayoritas mahasiswa (83,6%) makan dengan teratur dengan sebanyak 79%

makan 3 kali sehari.

Untuk sarapan pagi mahasiswa angakatan 2017, 30 orang (41,7%) melewatkan sarapan pagi sebanyak 3 kali atau lebih dalam seminggu, kurang dari 3 kali dalam seminggu sebanyak 22 orang (30,6%), dan paling sedikit responden yang tidak pernah melewatkan sarapan pagi yaitu 20 orang (27,8%). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Sakamaki et al. (2005) yang memperoleh hasil penelitian yaitu sebanyak 66,8% laki-laki dan 82,3% perempuan teratur mengonsumsi sarapan pagi setiap hari.

Untuk memenuhi kebutuhan gizi, mayoritas mahasiswa angkatan 2017 mengonsumsi nasi, lauk dan sayur setiap kali makan yaitu sebanyak 37 orang

(51,4%), 31 orang (43,1%) mengonsumsi nasi, lauk, sayur, dan buah, dan paling sedikit mahasiswa yang hanya mengonsumsi nasi dan lauk sebanyak 4 orang (5,6%).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang, tidak ada jenis makanan yang mencakup semua jenis zat gizi yang diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan pertahanan kesehatan, kecuali ASI (Air Susu Ibu) untuk bayi baru lahir sampai dengan usia 6 bulan. Contohnya yaitu nasi adalah sumber utama kalori tetapi rendah akan vitamin dan mineral, sayur dan buah-buahan kaya akan vitamin, mineral, dan serat tetapi miskin kalori dan juga protein, ikan sumber utama protein tetapi rendah kalori. Menurut Riskesdas tahun 2013, proporsi penduduk  10 tahun kurang makan sayur dan buah sebesar 93,5% yang tidak jauh berbeda dengan yang ditemukan pada tahun 2007 yaitu 93,6%.

Dari penelitian ini diperoleh berbagai jenis sumber protein hewani dan nabati

Dari penelitian ini diperoleh berbagai jenis sumber protein hewani dan nabati

Dokumen terkait