• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EKONOMI USAHATANI PADI SEMI ORGANIK DAN ANORGANIK PADA PETANI PENGGARAP

DAFTAR LAMPIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Analisis Kelayakan

Merret (1989) dalam Sutojo (2006), mengungkapkan bahwa NPV adalah jumlah present value seluruh net cash flows tahunan selama masa tertentu dan

salvage value proyek, dikurangi jumlah investasi proyek. Dengan demikian, suatu proyek dikatakan layak atau bermanfaat untuk dilaksanakan jika NPV proyek tersebut sama atau lebih besar dari nol. NPV sama dengan nol, maka proyek akan mendapat modalnya kembali setelah diperhitungkan discount rate yang berlaku. Apabila NPV proyek tersebut lebih besar dari nol maka proyek dapat dilaksanakan dengan memperoleh keuntungan sebesar nilai NPV, sedangkan apabila NPV lebih kecil dari nol maka sebaiknya proyek tersebut tidak dilaksanakan dan mencari alternatif proyek lain yang pasti menguntungkan.

Gray (1985), menyebutkan terdapat dua cara perhitungan yang digunakan untuk menentukan B/C ratio yaitu net benefit cost ratio (Net B/C) yang dihitung dengan membandingkan jumlah semua NPVB-C yang bernilai positif dengan jumlah semua NPVB-C yang bernilai negatif dan gross benefit cost ratio (Gross B/C ratio) dimana nilainya merupakan perbandingan NPV manfaat dan NPV biaya sepanjang umur proyek. Kegiatan investasi layak jika mempunyai nilai B/C

ratio lebih besar atau sama dengan satu, sedangkan jika B/C ratio lebih kecil dari satu maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

20

3.1.2. Biaya dan Penerimaan Usahatani

Menurut Lipsey (1995), biaya produksi merupakan semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksinya. Apabila jumlah suatu faktor produksi yang digunakan selalu berubah-ubah, maka biaya produksi yang dikeluarkan juga berubah-ubah nilainya. Namun, apabila jumlah suatu faktor produksi yang digunakan adalah tetap, maka biaya produksi yang dikeluarkan untuk memperolehnya tidak berubah nilainya. Dengan demikian keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan produsen dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu biaya tetap dan biaya variabel (biaya yang berubah-ubah).

Menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani merupakan perkalian antara produksi dan harga jual. Macam penerimaan usahatani bisa lebih dari satu tergantung tanaman yang diusahakan. Oleh karena itu, dalam menghitung total penerimaan usahatani perlu dipisahkan antara analisis parsial usahatani dengan analisis keseluruhan usahatani.

3.1.3. Inovasi Pengurangan Pemakaian Pupuk Kimia

Perkembangan sistem usahatani baik dalam bentuk teknologi maupun inovasi sangat diperlukan untuk memajukan pertanian dalam hal peningkatan produktivitas nasional dan pendapatan pada petani. Tidak semua perkembangan pertanian dapat diterima dengan mudah oleh petani, mereka membutuhkan adaptasi atas sistem usahatani yang baru mereka terima karena kebiasaan mereka dalam menerapkan sistem pertanian yang telah terbiasa mereka lakukan. Pengurangan pupuk kimia dan menambahkan input pupuk organik kedalam

21

sistem usahatani sangat baik dilakukan untuk membangun tingkat kesuburan tanah. Namun, tidak semua petani bersedia melakukan kegiatan tersebut, meskipun dalam jangka panjang hal ini akan berdampak positif bagi lahan pertanian mereka dan diharapkan pupuk kimia dapat dikurangi penggunaanya secara bertahap hingga lahan bisa meninggalkan pemakaian pupuk kimia seutuhya.

Pembuatan model dalam situasi adopsi dan difusi inovasi adalah beragam sekali tergantung dari permasalahan yang diteliti, perlu dilakukan identifikasi permasalahan yang ada dan tujuan akhir bagi petani dalam melakukan

pengambilan keputusan adopsi dan difusi inovasi (Soekartawi, 2005). Jones (1975) dalam Soekartawi (2005), lima kategori aspek penting yang perlu diperhatikan dalam identifikasi permasalahan yang ada yaitu aspek-aspek seperti situasi lokal (luas usahatani), personal (umur, tingkat pendidikan, pendapatan), psikologis (sikap, motivasi), sosiologis (norma, kepercayaan, status sosial), aspek makro (kebijaksanaan pemerintah tentang pertanian, situasi ekonomi).

Y= Ln

1− = 0+ 1�1+ 2�2+⋯+ �

Faktor-faktor yang diduga berpengaruh akan diregresikan menggunakan regresi logit persamaan diatas merupakan persamaan logistik atau logit, dimana P merupakan kemungkinan bahwa Y=1. X1, X2 serta Xk adalah variabel independen dan β adalah koefisien regresi, metode estimasinya adalah Maximum Likelihood Estimation (MLE) dan koefisien yang didapatkan konsisten.

22

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Aktivitas pertanian pada petani sangat berpengaruh terhadap ketahanan pangan masyarakat, maka pertanian berkelanjutan sangat perlu direalisasikan agar produktivitas pertanian mampu dipertahankan atau ditingkatkan mengingat semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun. Penduduk yang meningkat akan menyebabkan permintaan pangan bertambah besar. Pertanian anorganik yang diterapkan pada petani di Indonesia menimbulkan keprihatinan karena dampak negatif jangka panjang yang ditimbulkan dari pemakaian zat-zat kimia pada lahan pertanian. Atas dasar keprihatinan tersebut pertanian organik mulai disosialisasikan pada petani di Indonesia, bahkan Kementerian Pertanian telah membuat program “Go Organic 2010”. Proses

sosialisasi ini membutuhkan kesabaran mengingat sulitnya mengubah pola perilaku petani dalam menjalani kegiatan pertaniannya.

Petani di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Bogor, telah mencoba menerapkan sistem pertanian yang mengarah pada pertanian organik pada komoditas padi sawahnya meskipun tidak secara penuh. Sistem usahatani padi yang dijalankan yaitu dengan mengurangi pemakaian pupuk kimia, menambahkan input pupuk organik pada usahatani dan bebas pestisida kimia. Berdasarkan studi kasus tersebut maka penelitian ini mencoba menelaah perbedaan usahatani semi organik tersebut dengan anorganik, hasil kedua nilai pendapatan pada sistem pertanian semi organik dan anorganik akan dibandingkan dan ditelaah, jenis sistem pertanian apa yang bisa menghasilkan pendapatan lebih menguntungkan dan layak dilaksanakan.

23

Keputusan petani untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia dan mengkonversinya dengan pemakaian pupuk organik akan dinalisis menggunakan regresi logistik. Sistem usahatani yang telah diterapkan pada beberapa wilayah di Indonesia ini dipercaya mampu mewujudkan pertanian yang sejalan dengan prinsip-prinsip konservasi lingkungan dan diharapkan dalam jangka mendatang pertanian organik bisa benar-benar diterapkan agar kondisi kesuburan lahan dapat dikonservasi lebih baik lagi.

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Operasional

Usahatani Padi Anorganik Usahatani Padi Semi

Organik Implikasi Kebijakan Kecamatan Cigombong yang Memiliki Potensi Pertanian Usahatani Padi Sawah Desa Ciburuy Kelayakan Usahatani Padi Semi Organik dan

Anorganik Petani Penggarap Usahatani Padi Sawah Desa Cisalada Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pengurangan Penggunaan Pupuk Kimia Struktur Biaya dan

Pendapatan Usahatani Padi Semi Organik dan

Anorganik Petani Penggarap

24

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara tertuju (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa Desa Ciburuy merupakan daerah yang telah mencoba melakukan penerapan usahatani padi sawah dengan mengurangi pemakaian pupuk kimia, menggunakan pupuk organik dan bebas pestisida kimia. Petani di desa ini telah menghasilkan produk padi sawah dengan merk SAE (Sehat, Aman, Enak). Usahatani padi semi organik ini akan dibandingkan dengan beberapa petani padi anorganik di Desa Cisalada. Desa ini dipilih karena terdapat dalam satu wilayah serta memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Desa Ciburuy. Khusus untuk pengambilan data primer di lapang dilaksanakan di bulan Juni - Juli 2011.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian meliputi data time series dan

cross section. Sumber data yang digunakan dalam penelitian meliputi data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasanya dilakukan oleh peneliti (Umar, 2005). Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan responden yang dilakukan pada petani, baik yang menerapkan sistem usahatani semi organik maupun anorganik. Wawancara dilakukan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan meliputi berbagai pertanyaan mengenai pelaksanaan kegiatan (input dan output) pertanian sesuai dengan tujuan penelitian. Data

25

sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram (Umar, 2005). Data sekunder diperoleh dari instansi dan literatur yang terkait dengan penelitian seperti Badan Pusat Statistik, Kementerian Pertanian, Kantor Desa dan literatur lain yang terkait dengan penelitian.

4.3. Metode Pengambilan Data

Pengambilan responden dilakukan melalui teknik purposive sampling

(dilakukan secara tertuju). Banyaknya jumlah respoden atau petani yang akan diwawancarai untuk analisis pendapatan dan logit yaitu 30 orang, terdiri dari 15 petani semi organik dan 15 petani padi anorganik. Penentuan pengambilan responden berdasarkan jumlah standar minimal penelitian survei yaitu 30 orang pada populasi menyebar normal. Pengambilan beberapa responden usahatani anorganik diambil dari Desa Cisalada karena jumlah petani anorganik di Desa Ciburuy sangat sedikit dan tidak mencukupi jumlah responden yang diinginkan. Pengambilan responden untuk analisis kelayakan diwakili oleh satu orang petani baik semi organik dan anorganik. Pemilihannya didasarkan bahwa petani tersebut menanam varietas padi yang sama dan telah menjalani usahataninya dengan baik. Responden dipilih berdasarkan keterangan awal dari ketua kelompok tani mengenai jumlah petani yang terdapat dalam desa, selanjutnya dipilih secara tertuju (purposive) petani yang akan diwawancarai untuk mendapatkan informasi dalam penelitian.

26

4.4. Metode Analisis Data

Pada tabel 5 akan diuraikan matrik analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian ini. Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan secara manual dan komputer yaitu menggunakan software Microsoft office Excel 2007, SPSS 16 dan Minitab Release 14.

Tabel 5. Matrik Metode Analisis Data

4.4.1. Analisis Kelayakan Usahatani Semi Organikdan Anorganik

Analisis NPV, Gross B/C ratio dapat dituliskan untuk menjelaskan kriteria layak atau tidaknya suatu usahatani. Menurut Soeharto (2001), NPV didasarkan atas konsep pendiskontoan seluruh arus kas ke nilai sekarang, dengan mendiskontokan semua arus kas masuk dan keluar selama umur investasi ke nilai sekarang kemudian menghitung angka bersihnya dan akan diketahui selisihnya dengan memakai dasar yang sama. Berarti sekaligus dua hal telah diperhatikan yaitu faktor nilai waktu dari uang dan selisih besarnya arus kas masuk dan keluar. Suatu proyek dinyatakan layak jika NPV > 0, yang artinya proyek tidak rugi. Menurut Soekartawi (1995), secara matematis NPV dituliskan sebagai berikut:

No. Tujuan penelitian Sumber data Analisis data

1 Menganalisis kelayakan sistem usahatani padi semi organik dan anorganik petani penggarap.

Data primer atau wawancara dengan petani

Analisis deskriptif dan kuantitatif dengan

Microsoft Office Excel

2007 2 Mengkaji tingkat biaya dan

pendapatan usahatani padi semi organik dan anorganik petani penggarap

Data primer atau wawancara dengan petani

Analisis deskriptif dan kuantitatif dengan

Microsoft Office Excel

2007 dan SPSS 16 3 Mengestimasi faktor-faktor

yang mendorong petani untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia.

Data primer atau wawancara dengan petani

Metode regresi logistik dan analisis deskriptif dengan Minitab Release 14

27

    n i i C B NPV t tt 1 (1 ) ) (

Analisis Gross Benefit-cost ratio (B/C) yaitu perbandingan (nisbah) antara penerimaan dengan biaya. Gross B/C ratio dalam kegiatan investasi dikatakan layak apabila bernilai ≥ 1 dan tidak layak jika bernilai < 1. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

 

     n i i C n i i B C GrossB t t t t 1 1 / 1 1 / Keterangan :

B = manfaat usahatani pada tahun ke-t C = biaya usahatani pada tahun ke-t i = suku bunga (%)

t = tahun kegiatan usahatani (t= 0,1,2,…,n) n = umur usahatani

4.4.2. Tingkat Biaya dan Pendapatan Usahatani Semi Organik dan

Anorganik

Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam usahatani, diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap yang didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit, jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya variabel yang didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya produksi, jika menginginkan produksi yang tinggi maka tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga perlu ditambah, dan lain sebagainya (Soekartawi, 1995).

28

Tabel 6. Struktur Biaya Usahatani Padi Sawah

No. Biaya Rincian Biaya Biaya (Rp)

1 Biaya Tetap Iuran pengairan/irigasi, alat pertanian, sewa traktor/kerbau.

2 Biaya Variabel Bibit/benih, pupuk, obat-obatan, biaya panen, tenaga kerja, bagi hasil.

Total Biaya

Biaya total merupakan penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel, maka berdasarkan pernyataan tersebut rumus total cost dapat dituliskan sebagai berikut:

TC = TFC + TVC Keterangan:

TC = Total biaya (Rp) TFC = Total biaya tetap (Rp) TVC = Total biaya variabel (Rp)

Soekartawi (1995) mengatakan bahwa pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya, perumusuannya adalah sebagai berikut:

Pd = TR – TC Keterangan:

Pd = Pendapatan Usahatani (Rp) TR = Total Penerimaan (Rp) TC = Total biaya (Rp)

Total penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual. Rumus penerimaan kegiatan pertanian adalah sebagai berikut:

29

Keterangan:

TR = Penerimaan usahatani (Rp) Q = Hasil produksi (kg)

P = Harga jual produk per unit (Rp/kg)

Besarnya pendapatan yang diperoleh dalam perhitungan akan diuji menggunakan statistika dengan menggunakan SPSS 16. Uji beda pendapatan dilakukan dengan uji nilai tengah rata-rata pendapatan usahatani padi semi organik dan anorganik per hektar per musim tanam dan pendapatan per kilogram output per musim tanamnya. Asumsi yang digunakan pada pengujian ini adalah sampel menyebar secara normal. Hipotesis H0 akan ditolak apabila P value < α, sehingga dapat dikatakan bahwa pendapatan usahatani padi semi organik lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan usahatani padi anorganik. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

H0 : Pendapatan petani padi organik = Pendapatan petani padi anorganik H1 : Pendapatan petani padi organik > Pendapatan petani padi anorganik

Menurut Lipsey (1995), biaya total rata-rata adalah biaya total untuk menghasilkan sejumlah output tertentu dibagi dengan jumlah output tersebut. Biaya total rata-rata dibagi menjadi dua, yaitu biaya tetap rata-rata dan biaya variabel rata-rata. Biaya tetap rata-rata sama dengan biaya total per satuan produk yang dapat diperoleh dengan cara membagi biaya tetap dengan kuantitas produksi, sedangkan biaya variabel rata-rata menggambarkan besarnya biaya variabel per satuan produk dan dapat diperoleh dengan membagi biaya variabel total dengan kuantitas produksinya. Biaya total rata-rata dapat dihitung dengan rumus:

30

Keterangan:

ATC = Biaya total rata-rata (Rp/kg) AFC = Biaya tetap rata-rata (Rp/kg) AVC = Biaya variabel rata-rata (Rp/kg)

Biaya rata-rata menggambarkan besarnya biaya per satuan produk. Biaya tetap rata-rata ini akan semakin menurun dengan semakin banyaknya output yang dihasilkan. Besarnya biaya tetap rata-rata per satuan produk (AFC) dapat dihitung dengan rumus:

AFC = TFC / Q Keterangan:

AFC = Biaya tetap rata-rata (Rp/kg) TFC = Biaya tetap total (Rp)

Q = Output yang dihasilkan (kg)

Biaya variabel rata-rata yang akan semakin menurun nilainya dengan semakin banyaknya output yang dihasilkan. Biaya variabel rata-rata adalah sebagai berikut:

AVC = TVC / Q Keterangan:

AVC = Biaya variabel rata-rata (Rp/kg) TVC = Biaya variabel total (Rp)

31

4.4.3. Estimasi Faktor-Faktor yang Mendorong Petani untuk Mengurangi

Pemakaian Pupuk Kimia

Faktor-faktor yang mendorong penerapan sistem usahatani organik akan ditentukan dalam penelitian ini. Tingkat pendidikan akan berpengaruh pada keputusan inovasi pertanian pengurangan pupuk kimia ini, dimungkinkan bahwa hubungannya berpengaruh positif artinya semakin tinggi pendidikan petani maka respon penerimaan informasi oleh petani akan manfaat pengurangan pupuk kimia juga semakin baik. Hal tersebut akan mendorong petani untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia. Luas usahatani dimungkinkan akan berpengaruh positif terhadap keputusan petani untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia, semakin besar luasan lahan yang dimiliki petani maka semakin mudah bagi petani untuk menerima inovasi ini.

Semakin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk mencari informasi apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi, maka diharapkan umur memberikan pengaruh yang negatif. Pendapatan merupakan faktor yang penting untuk penerimaan inovasi baru bagi petani. Nilai pendapatan yang tinggi akan memudahkan petani untuk mengadopsi inovasi pertanian untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia karena ketersediaan modal yang mereka miliki, maka diharapkan faktor ini akan berpengaruh positif.

Faktor berikutnya yaitu biaya pupuk, petani biasanya lebih mengarah pada usahatani yang memberikan nilai pupuk lebih efisien dari segi biaya. Oleh karena itu besaran biaya pupuk diduga akan mempengaruhi keputusan petani menerapkan pengurangan pemakaian pupuk kimia. Keberadaan informasi diperlukan untuk memberikan pengetahuan bagi petani akan manfaat pupuk organik dan

32

pengurangan pemakaian pupuk kimia sehingga memberikan peluang kepada mereka untuk mengadopsi sistem tersebut. Pemberian informasi diidentifikasi dari pernah atau tidak petani mengikuti penyuluhan tentang manfaat pengurangan bahan kimia termasuk pupuk kimia dan penambahan input pupuk organik dalam lahan pertanian.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka model logit yang digunakan adalah sebagai berikut (Juanda, 2009):

                 PDDKN LLHN UMR PDPT BPK d IFRM P P Z i i i 1 2 3 4 5 6 1 1 ln Keterangan:

Pi = peluang kesediaan petani mengurangi pemakaian pupuk kimia 1-Pi = peluang ketidaksediaan petani mengurangi pemakaian pupuk kimia Zi = keputusan petani

β1 = intersep

βi = parameter peubah Xi

PDDKN = lama pendidikan formal (tahun) LLHN = luas lahan (ha)

UMR = umur petani (tahun) PDPT = pendapatan petani (Rp/ha) BPK = biaya pupuk (Rp/ha)

IFRM = variabel dummy yaituada informasi (1) dan tidak ada informasi (0)

ε = galat/error

Peubah pi

(1−pi ) dalam persamaan diatas disebut odds, yang sering diistilahkan dengan resiko atau kemungkinan, yaitu rasio atau peluang terjadi

33

pilihan-1 (mengurangi pemakaian pupuk kimia) dan pilihan-0 (tidak mengurangi pemakaian pupuk kimia).

1. Uji Likelihood Ratio

Setelah dugaan model diperoleh, langkah selanjutnya adalah menguji apakah model logit tersebut secara keseluruhan dapat menjelaskan keputusan pilihan kualitatif (Juanda, 2009). Hipotesis statistik yang diuji dalam hal ini adalah :

H0: 2 3 ...k(model tidak dapat menjelaskan)

H1: minimal ada j 0, untuk j = 2, 3,…, k (model dapat menjelaskan)

Statistik uji yang digunakan adalah dengan likelihood ratio, yaitu rasio fungsi kemungkinan modelUR (lengkap) terhadap fungsi kemungkinan modelR (H0 benar). Statistik uji-G dibawah ini menyebar menurut sebaran Khi-kuadrat dengan derajat bebas (k-1). G =−2 ln ℎ _� � ℎ _� �� = 2 ln ℎ _� UR ℎ _� ≈ χ 2 (k−1) = 2 [ln(likelihood_ModelUR) – ln (likelihood_ModelR)]

Jika menggunakan taraf nyata α, hipotesis H0 ditolak (model signifikan),

jika statistik G > χ2

α,k-1. Jika H0 ditolak maka dapat disimpulkan bahwa minimal ada j 0.

2. Uji Wald

Untuk menguji faktor mana (j  0) yang berpengaruh nyata terhadap

pilihannya, perlu uji statistik lanjut. Dalam hal ini kita dapat menguji signifikansi dari parameter koefisien secara parsial dengan statistik uji wald (Juanda, 2009). Hipotesis statistik uji yang digunakan adalah:

34

H0: j 0, untuk j = 2, 3,…, k (peubah Xj tidak berpengaruh nyata) H1: j  0(peubah Xj berpengaruh nyata)

Statistik uji yang digunakan adalah : W = β j

Keterangan:

= koefisien regresi

= standard error of β(galat kesalahan dari β)

3. Odds Ratio

Setelah diperoleh dugaan model logit yang dianggap cocok dan dugaan koefisiennya (pengaruh peubahnya) signifikan secara statistik, maka kita dapat menarik kesimpulan-kesimpulan praktis dari koefisien dalam model. Salah satu ukuran asosiasi yang dapat diperoleh melalui analisis regresi logistik adalah odds ratio (Juanda, 2009). Secara matematis dapat dilihat seperti di bawah ini:

� =

(1− ) Keterangan:

Pi = peluang kejadian yang terjadi 1-Pi = peluang kejadian yang tidak terjadi

35

V. GAMBARAN UMUM

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, kedua desa tersebut merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Potensi pertanian kedua desa cukup besar, hal ini dapat dilihat dari luas sawah yang mereka usahakan untuk usahatani padi dan menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat.

Gambar 2. Peta Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Bogor

Gambaran umum Desa Ciburuy dan Desa Cisalada akan dijelaskan meliputi topografi, kependudukan, mata pencaharian masyarakat dan fasilitas- fasilitas penunjang kegiatan masyarakat. Gambaran umum lokasi penelitian di dua desa tersebut adalah sebagai berikut:

5.1.1. Gambaran Umum Desa Ciburuy

Desa Ciburuy merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Cigombong dengan luas wilayah sebesar 200,67 ha. Batas wilayah Desa Ciburuy yaitu sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Desa Ciadeg, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cigombong, sebelah timur

36

berbatasan dengan Desa Srogol, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Cisalada. Desa Ciburuy merupakan wilayah yang termasuk dataran rendah, berbukit-bukit dan terletak di daerah bantaran sungai. Tingkat kemiringan tanah di desa Ciburuy yaitu 16 derajat. Tabel berikut menjelaskan luas wilayah menurut penggunaannya:

Tabel 7. Luas Wilayah Menurut Penggunaan di Desa Ciburuy Tahun 2010

Peruntukan Lahan Luas wilayah (ha)

Luas permukiman 50

Luas persawahan 75

Luas kuburan 0,08

Luas taman 0,03

Perkantoran 0,06

Luas prasarana umum lainnya Tanah kering

0,05 55,7

Tanah perkebunan negara 13

Tanah fasilitas umum 6,75

Total luas 200,67

Sumber: Monografi Desa Ciburuy, 2010

Jumlah penduduk Desa Ciburuy secara keseluruhan yaitu berjumlah 12.005 jiwa. Penduduk di desa ini didominasi oleh penduduk berjenis kelamin laki-laki yaitu berjumlah 6.153 jiwa (51,25 %) sedangkan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan yaitu 5.852 jiwa (48,75 %) dari total penduduk. Jumlah kepala keluarga di Desa Ciburuy yaitu 2.480 kepala keluarga dengan kepadatan penduduk 75,03 per km.

Penduduk di wilayah ini yang memiliki mata pencaharian pada sektor pertanian berjumlah total 415 jiwa yang terdiri dari 135 jiwa petani dan 280 jiwa sebagai buruh tani. Mayoritas mata pencaharian penduduk yaitu sebagai karyawan perusahaan swasta sebanyak 550 jiwa. Karyawan perusahaan pemerintah berjumlah berjumlah 48 jiwa, pegawai negeri sipil berjumlah 35 jiwa, peternak

37

sebanyak 47 jiwa dan sisanya sebagai pengrajin, pedagang, pensiunan, TNI, Polri, pertukangan, bidan dan dokter.

Fasilitas dibangun untuk menunjang kegiatan masyarakat desa. Adapun salah satu fasilitas yang terdapat dalam desa ini yaitu ruang terbuka publik yang terdiri dari taman bermain seluas 2.000 m2, taman desa seluas 1.000 m2, taman kas desa seluas 2.000 m2. Prasarana kesehatan terdiri dari puskesmas pembantu sebanyak satu unit, poliklinik sebanyak empat unit, posyandu sebanyak 10 unit, rumah bersalin sebanyak sebanyak dua unit dan balai kesehatan ibu dan anak sebanyak satu unit. Prasarana terpenting di Desa Ciburuy yaitu sarana pendidikan yang terdiri dari gedung SLTA sebanyak dua buah, gedung SLTP sebanyak empat

Dokumen terkait