• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu sentra komoditi cabai merah di Jawa Barat. Pada penelitian ini akan diambil komoditas cabai merah karena komoditas ini merupakan komoditas unggulan. Dalam menjalankan usahatani, para petani cabai merah di Kecamatan Sukabumi menghadapi risiko produksi. Risiko produksi terjadi karena fakrot iklim dan cuaca, pengaruh hama dan penyakit, tingkat kesuburan tanah, efektivitas penggunaan input, keterampilan sumberdaya manusia yang kurang. Faktor-faktor risiko pada kegiatan produksi cabai merah tersebut berpotensi menimbulkan kerugian.

Sebagaimana teori penawaran, perilaku penawaran suatu komoditas dipengaruhi oleh tingkat produksinya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran suatu komoditas, yaitu harga output, harga input produksi, teknologi, harga produk lain, jumlah produsen, dan harapan produsen dimasa yang akan datang. Sebagai salah satu daerah sentra cabai di Sukabumi, Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi menjadi salah satu pemasok di Kabupaten Sukabumi dan nasional. Oleh karena itu, perlu diketahui sejauh mana tingkat risiko produksi di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan analisis mengenai tingkat risiko produksi dan perilaku penawaran cabai merah di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi. Dengan mengetahui besarnya tingkat risiko produksi, maka petani dapat mengetahui seberapa besar potensi keuntungan dan kerugian yang mungkin diperoleh dari usahatani cabai merah. Dalam penelitian ini, faktor –faktor yang mempengaruhi penawaran cabai merah yang akan dianalisis meliputi variabel harga, biaya input produksi, dan harapan produsen di masa yang akan datang, serta aspek risiko produksi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan risiko produksi seperti harga faktor produksi, pengaruh hama dan penyakit tanaman, serta faktor iklim dan cuaca. Kemudian melihat bagaimana perilaku penawaran cabai merah dengan mengkaitkan faktor-faktor yang mempengaruhinya termasuk aspek risiko, yaitu nilai variasi harga dan produksi cabai merah. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional

Fluktuasi Produksi, harga faktor produksi dan pengaruh hama dan penyakit tanaman cabai merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi

Analisis Risiko Produksi Cabai Merah

Perilaku penawaran cabai merah di pasar

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran:  Biaya Ponska  Biaya Kompos  Biaya Kapur  Biaya Benih  Biaya Obat

 Nilai variasi produksi  Harga Cabai Merah

Analisis perilaku penawaran cabai merah di Desa Perbawati Kecamatan Sukabumi

Risiko Produksi

Tingkat Risiko Produksi Cabai Merah di Desa

Perbawati

Analisis sumber- sumber risiko cabai

merah di Desa Perbawati Analisis deskriptif  Expected value Standart deviation Coefficient variation Regresi Linier Berganda dengan double log

IV.

METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai risiko produksi cabai merah ini dilakukan di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih secara purposive karena Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu sentra cabai merah di Jawa Barat dan Kecamatan Sukabumi merupakan salah satu daerah penghasil cabai merah yang cukup besar pasokannya di pasaran, sedangkan desa dipilih karena salah satu penghasil cabai terbesar di Kecamatan Sukabumi. Pengambilan data dilakukan dalam waktu tiga bulan, yaitu 24 Desember 2011 hingga 10 Februari 2012. Waktu tersebut digunakan untuk memperoleh data dan wawancara dengan petani dan data-data lain dari instansi terkait.

4.2. Metode Penentuan Responden

Metode pengambilan responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah sensus (meneliti segala komponen yang ada pada populasi). Populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel. Responden yang menjadi objek penelitian ini adalah 23 petani cabai merah yang merupakan populasi petani cabai merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi. Penentuan responden dengan menggunakan metode sensus ini digunakan karena petani cabai yang ada di Desa Perbawati jumlahnya terbatas. 4.3. Data dan Instrumentasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner dan wawancara dengan petani cabai merah di lokasi penelitian. Sementara itu, data sekunder diperoleh dari Direktorat Jenderal Hortikultura, BPS (kontribusi komoditi hortikultura terhadap PDB; Luas Panen, produktivitas, dan produksi cabai merah di Jawa Barat), BP3K, internet, dan buku.

4.4. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan software

Minitab 14 dan Microsoft Excel. Adapun metode analisis yang digunakan meliputi analisis risiko dan analisis regresi linier berganda dengan natural log. Dalam penelitian ini data yang digunakan bersifat determinan atau non-stokastik dan merupakan data rasio.

4.4.1. Analisis Risiko Produksi

Analisis risiko dilakukan dengan melihat penyimpangan yang terjadi antara nilai yang diharapkan dengan nilai yang terjadi. Untuk menilai tingkat risiko tersebut, beberapa ukuran yang digunakan yaitu nilai variance, standar deviation, dan coefficient variation. Nilai variance menunjukkan adanya penyimpangan, standar deviation diperoleh dari nilai kuadrat nilai variance, dan

coefficient variance diperoleh dari rasio standar deviation dengan nilai yang diukur (Elton dan Gruber 1995).

Dalam menganalisis risiko produksi dilakukkan analisis mengenai faktor- faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh petani. Dalam hal ini, faktor eksternal yang dimaksud adalah faktor iklim dan cuaca, tingkat kesuburan lahan dan serangan hama penyakit. Analisis terhadap faktor eksternal ini dilakukan dengan melihat dari beberapa besar kemungkinan terjadinya (probabilitas keadian) dari faktor-faktor eksternal yang dianalisis dan seberapa besar kerugian yang disebabkannya. Semakin besar probabilitas kejadian eksternal yang merugikan maka semakin besar pula tingkat risiko yang mungkin dihadapi petani. Pengukuran probabilitas pada setiap kejadian diperoleh dari frekuensi setiap kejadian yang dibagi dengan jumlah periode musim tanam.

Secara matematis, pengukuran probabilitas tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

P = f/T

Keterangan: f = frekuensi kejadian

4.4.1.1.Expected Value Produksi

Dalam menentukan seberapa besar output produksi yang diharapkan, maka dapat dilakukan denngan penjumlahan dari setiap probabilitas dikalikan dengan tingkat output produksinya. Penentuan estimasi produksi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

E (Q) = dimana :

E (Q) = output produksi yang diharapkan Pi = probabilitas ke-i

Qi = output produksi

I = kondisi (tertinggi, normal, terendah) 4.4.1.2.Standart Deviation

Standard deviation dari output produksi menggambarkan perbedaan atau selisih antara output produksi dengan output yang diharapkan. Semakin besar nilai

standard deviation maka semakin besar pula tingkat risiko yang dihadapi dalam kegiatan produksi. Secara matematis, standard deviation dari output produksi dapat dituliskan sebagai berikut :

∂Q = dimana :

∂Q : Standard deviation

σi2 : Variance

4.4.1.3. Coefficient Variation

Coefficient variation dari output diukur dari rasio standard deviation dari output dengan output yang diharapkan. Semakin kecil coefficient variation maka semakin rendah risiko yang dihadapi. Secara matematis, coefficient variation

dapat dituliskan sebagai berikut : CV = ⁄ E(Q ) dimana

CV : Coefficient variation

E(Q) : Expected value

4.4.2. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis perilaku penawaran cabai merah di Kecamatan Sukabumi. Sebagaimana teori penawaran bahwa suplai atau penawaran suatu komoditas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu teknologi, harga input, harga produk yang lain, jumlah produsen, dan harapan produsen terhadap harga produksi di masa mendatang. Maka faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran cabai merah yang digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian ini meliputi:

X1 = Biaya pupuk ponska X2 = Biaya pupuk kompos X3 = Biaya kapur

X4 = Biaya benih cabai merah X5 = Biaya obat-obatan X6 = Harga Cabai Merah X7 = Nilai Variasi produksi

Selanjutnya setelah ditentukan variabel independen kemudian disusun suatu model untuk menduga hubungan antara variabel independen dengan variable dependen yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini digunakan dengan analisis regresi linier. Secara matematis model tersebut dapat ditulis seperti berikut:

Y = f (X1, X2, ...., Xn)

Y = a0 + a1X1+a2X2+ .... +anXn+e dimana:

Y = produksi/penawaran cabai merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi a0 = koefisien intersep

an = parameter peubah ke-n, dimana n=1,2,...,11,

dengan hipotesis : a1,a12 > 0

a2,a3,a4,a5,a6,a7,a8,a9,a10,a11 < 0

X2 = Biaya pupuk kompos X3 = Biaya kapur

X4 = Biaya benih cabai merah X5 = Biaya obat-obatan X6 = Harga Cabai Merah X7 = Nilai Variasi produksi e = unsur galat (eror)

Model regresi yang digunakan diduga dengan menggunakan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) yang didasarkan pada asumsi - asumsi berikut (Juanda 2008).

1. Nilai rata-rata kesalahan pengganggu sama dengan nol, yaitu E (ei) = 0, untuk i = 1,2,...n

2. Varian (ej) = E (ej) = σ , sama untuk semua kesalahan pengganggu (asumsi homoskedasititas)

3. Tidak ada autokorelasi antara kesalahan pengganggu berarti covarian

(ei,ej) = 0, i ≠ j

4. Variabel bebas X1, X2, ..., Xn konstan dalam sampling yang terulang dan bebas terhadap kesalahan pengganggu, E (Xi, ei) = 0 5. Tidak ada kolinearitas ganda diantara variabel bebas X

6. Ei ≈ N (0 ; σ2 ), artinya kesalahan pengganggu mengikuti distribusi normal dengan rata-rata nol dengan varian σ.

4.4.2.1. Model Double Log

Model double log adalah suatu model yang mentransformasikan variabel dependen dan variabel independen ke dalam ln atau natural log sebelum dilakukan pengolahan ke dalam regresi linier berganda. Penggunaan model ini digunakan untuk mengetahui persentase perubahan variabel dependen terhadap variabel dependen (Harmini 2009).

4.4.2.2. Pengujian terhadap Model Penduga

Pengujian terhadap model penduga ini digunakan untuk mengetahui apakah model penduga tersebut sudah tepat dalam menduga parameter dan fungsi. Adapun hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : a1 = a2 = .... = a5 = 0

H1 : minimal ada satu an ≠ 0

dan uji statistik yang digunakan adalah uji F, dimana F-hitung secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

F – hitung dimana:

R2 = koefisien determinasi K = jumlah parameter

N = jumlah pengamatan (contoh) dengan kriteria uji yang digunakan adalah:

- Apabila F-hitung > F-tabel (k-1, n-k) maka tolak H0

- Apabila F-hitung < F-Tabel (k-1, n-k) maka terima H0

Apabila H0 ditolak maka berarti paling sedikit terdapat satu variabel independen

(X) yang digunakan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, sehingga model yang digunakan tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan variabel dependen (Y). Sebaliknya, apabila H0 diterima, maka tidak ada variable

independen yang digunakan berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan dan model yang digunakan tidak dapat digunakan untuk memperkirakan variabel dependen (Y).

Untuk melihat sejauh mana variasi variabel dependen (Y) dijelaskan oleh variable independen (X) dapat dilihat dari besarnya nilai koefisein determinasi (R2). Secara matematis, koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut:

R2 = 1 – R2 = dimana:

SST = jumlah kuadrat total SSE = jumlah kuadrat galat/eror

SSR = jumlah kuadrat regresi

Nilai R2 bergerak antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R2 ≤ 1). Apabila R2 sama dengan satu berarti bahwa sumbangan variabel independen secara bersamasama terhadap variasi variabel dependen adalah seratus persen. Hal ini berarti bahwa seluruh variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh model (Gujarati 2003).

4.4.2.3 Pengujian terhadap Koefisien Regresi

Tujuan pengujian terhadap koefisien regresi adalah untuk mengetahui apakah setiap variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Secara statistik, pengujian terhadap koefisien regresi ini dilakukan dengan melihat nilai t-hitung. Apabila t-hitung lebih besar dari t-tabel atau P-value lebih kecil dari α (P-value<α), berarti variabel independen yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Begitu pula sebaliknya (Gujarati 2003).

Adapaun hipotesis yang digunakan adalah: H0 : bn = 0

H1 : bn > 0 ; n = 1,2,...,5

dan uji statistik yang digunakan adalah uji t, dimana t-hitung secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

t − hitung =

dengan kriteria uji yang digunakan adalah:

- Apabila t-hitung > t-tabel (α, n-k) maka tolak H0

- Apabila t-hitung < t-Tabel (α, n-k) maka terima H0

Jika H0 ditolak, artinya variabel Xn berpengaruh signifikan terhadap variable

dependen Y. Sebaliknya, jika H0 diterima maka variabel independen Xn tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel dependen Y. 4.4.2.4 Pengujian terhadap asumsi

Untuk mendapatkan model regresi linier yang baik maka perlu dilakukan pengujian terhadap asumsi-asumsi yang diperlukan, yaitu meliputi

nonmulticollienearity, homoscedasticity, dan non-autocorrelation.

praktis, adanya indikasi multicollinearity terjadi apabila nilai VIF ≥ 10 (Kleinbaum et al 1988 dalam Modul Harmini 2009). Sementara autocorrelation

dapat dilihat dari nilai statistik dari uji Durbin Watson. Nilai statistik Durbin Watson berada pada kisaran 0-4, dan jika nilainya mendekati dua maka menunjukkan tidak ada autokorelasi pada orde kesatu. Adapun homoscedasticity

dapat dilihat dengan Grafik, uji Goldfeld-Quandt, uji Breusch-Pagan, dan uji White (Juanda 2009).

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian

Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas wilayah Desa Perbawati secara administrative adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Taman Nasional Gede Pangrango Sebelah Selatan : Desa Karawang, Kecamatan Sukabumi

Sebelah Barat : Desa Unrur Binangun, Kecamatan Kadudampit Sebelah Timur : Desa Sudajaya Girang, Kecamatan Sukabumi

Luas wilayah Desa Perbawati sebesar 503,6125 Ha dengan ketinggian 900 Mdpl di atas permukaan laut. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan Sukabumi adalah 3 Km, sedangkan jarak dari Kabupaten Sukabumi adalah 60 Km. Jumlah dusun yang dimiliki oleh Desa Perbawati sebanyak empat dusun, yaitu Dusun Babakan Situ, Dusun Nagrok, Dusun Bobojong, dan Dusun Tenjolaya.

Keadaan alam Desa Perbawati adalah dingin dan basah, serta lembab. Desa Perbawati memiliki beberapa jenis tanah, yaitu tanah sawah, tanah basah, tanah kering, tanah tandus, dan tanah pasir. Tanah sawah terdiri dari lima kategori, yaitu irigasi teknis seluas 52 Ha, irigasi sederhana seluas 22 Ha, sawah tadah hujan seluas 30 Ha, dan tegalan atau kebun seluas 136 Ha. Tanah kering terbagi menjadi dua kategori, yaitu pekarangan seluas 64,7 Ha, hutan primer seluas 201,23 Ha, hutan sekunder seluas 90,21 Ha, tanah perkebunan Negara seluas 224 Ha, dan perkebunan swasta 5 Ha. Tanah basah yaitu balong/ empang/ kolam seluas 3 Ha. Tanah tandus dan pasir seluas 9,9 Ha.

Penggunaan lahan terbesar di Desa Perbawati adalah persawahan yang digunakan untuk menanam tanaman pangan, buah-buahan, dan kebun seluas 241 Ha. Luas wilayah yang dipergunakan untuk pemukiman seluas 64,7 Ha dan untuk prasaran umum lainnya seluas 9 Ha.

Iklim di Desa Perbawati terbagi atas dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Jumlah bulan hujan di Desa Perbawati adalah enam bulan dengan curah hujan 208 Mm/bulan. Suhu udara rata-rata desa yaitu 18 - 250C. Sementara, rata-rata curah hujan di Kecamatan Sukabumi 276.24 mm per bulan.

Gambaran mengenai curah hujan di Kecamatan Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7: Curah Hujan di Kecamatan Sukabumi per Bulan Tahun 2009-2011 5.2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Jumlah penduduk Desa Perbawati sebesar 6.675 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 3.451 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 3.224 jiwa. Jumlah kepala keluarga di Desa Perbawati sebanyak 1.967 kepala keluarga.

Faktor usia mempengaruhi tingkat produktivitas seseorang karena termasuk kedalam golongan usia angkatan kerja. Komposisi sebaran penduduk berdasarkan usia di Desa Perbawati dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Komposisi Sebaran Penduduk Berdasarkan Usia di Desa Perbawati Tahun 2011-2012

Usia (tahun) Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)

< 13 1344 20,13 13 – 18 693 10,38 19 – 24 628 9,41 25 – 55 3174 47,55 > 56 836 12,52 Jumlah 6675 100,00

Sumber: Desa Perbawati 2011-2012

Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa sebesar 56,96 persen jumlah penduduk di Desa Perbawati termasuk ke dalam golongan angkatan kerja produktif. Sementara golongan dibawah umur hanya sebesar 20,13 persen.

Mata pencaharian penduduk Desa Perbawati beragam mulai dari petani, pengusaha, perajin industri, buruh bangunan, buruh perkebunan, buruh tani, buruh tambang, pedagang, jasa angkutan, Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI/ POLRI,

pensiunan, dan peternak. Mayoritas penduduk bekerja sebagai petani. Hal ini yang menjadi salah satu pertimbangan pemilihan lokasi penelitian. Tabel 13 menunjukkan keberagaman mata pencaharian di Desa Perbawati.

Berdasarkan data potensi Desa Perbawati tahun 2011, matapencaharian terbesar penduduk adalah sebagai petani. Petani di Desa Perbawati dibagi menjadi tiga, yaitu petani tanaman hias, petani sayuran, dan padi. Tanaman sayuran memiliki luas panen terbesar dibandingkan luas panen padi dan tanaman hias, yaitu 52 Ha dan 9,9 Ha. Hal ini yang membuat banyak penduduk memillih menjadi petani.

Tabel 13. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Perbawati Tahun 2011-2012

No Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang)

1 Petani 538 2 Pengusaha 1 3 Perajin Industri 147 4 Buruh Bangunan 329 5 Buruh Perkebunan 160 6 Pedagang 359 7 Jasa Angkutan 223 8 PNS 45 9 POLRI 5 10 Pensiunan 29 11 Peternak 61 Jumlah 1897

Sumber: Desa Perbawati

5.3. Karakteristik Petani Responden

Petani yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 23 orang. Responden dalam penelitian ini adalah petani cabai di Desa Perbawati yang merupakan populasi petani cabai. Walaupun tanaman sayuran memiliki luas panen terbesar, namun petani yang membudidayakan tanaman cabai hanya 4,28 persen dari jumlah petani di Desa Perbawati. Petani cabai di Desa Perbawati memiliki berbagai karakteristik yang berbeda-beda. Beberapa karakteristik yang dinilai penting mencakup usia, pendidikan, luas lahan, dan kepemilikan lahan. 5.3.1. Usia

Usia responden berkisar antara 20 hingga 60+ tahun. Presentase usia tertinggi berada pada kelompok usia 35-39 tahun sebesar 26,09 persen. Kelompok

usia dapat mempengaruhi kinerja usahatani dan kelompok usia dengan presentase tertinggi termasuk kedalam angkatan kerja. Hal ini dikarenakan dengan usia muda dan produktif maka seseorang akan dan masih kuat untuk melakukan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Karakteristik Petani Cabai Berdasarkan Usia di Desa Perbawati Tahun 2011-2012

Kelompok Umur Jumlah Responde Persentase

(Orang) (%) 20 - 24 1 4.35 25 - 29 0 0.00 30 - 34 3 13.04 35 - 39 6 26.09 40 - 44 4 17.39 45 - 49 3 13.04 50 - 54 2 8.70 55 - 59 1 4.35 60 + 3 13.04 Total 23 100.00 5.3.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan petani responden di Desa Perbawati tergolong rendah, yaitu rata-rata mereka berpendidikan Sekolah Dasar (SD). Awalnya mereka adalah seorang buruh perkebunan teh, kemudian setelah pensiun menjadi petani cabai. Meskipun tingkat pendidikan petani rendah, namun petani telah memiliki teknik budidaya cabai yang baik. Hal ini petani peroleh dari pengalaman dan penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan penyuluh lapang dari Badan Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) ataupun dari Dinas Pertanian. Tabel 15 menunjukkan karakteristik petani berdasarkan tingkat pendidikannya.

Tabel 15. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Perbawati Tahun 2011-2012

Tingkat Pendidikan Petani (Orang) Presentase (%)

Tamat SD 13 56,52

Tamat SMP 1 4,35

Tamat SMA 8 34,78

Tamat PT 1 4,35

5.3.3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Dilihat dari jumlah tanggungan keluarga, rata-rata responden memiliki tanggungan keluarga nol hingga tiga anggota keluarga. Jumlah tanggungan keluarga terbesar mencapai delapan orang. Besarnya jumlah tanggungan keluarga petani responden ini menunjukkan beban ekonomi yang harus ditanggung oleh petani responden. Maka dapat terlihat bahwa beban ekonomi yang harus ditanggunng oleh petani responden tidak besar. Adapun jumlah tanggungan keluarga petani responden dijelaskan pada Tabel 16.

Tabel 16. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Petani Cabai di Desa Perbawati Tahun 2011-2012

Jumlah tanggungan Jumlah responden (orang) Presentase (%)

0 - 3 14 60,8

4 - 7 8 34,7

8+ 1 4,3

Total 23 100,00

5.3.4. Pengalaman Bertani

Sebagian besar petani cabai yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki pengalaman bertani yang belum lama. Petani ini pada mulanya adalah seorang buruh tani, kemudian setelah mempunyai cukup modal akhirnya petani ini mengusahakan sendiri, sehingga pengalaman mereka belum cukup lama. Namun, 21 persen dari petni cabai ini telah memiliki pengalaman bertani selama lebih dari 20 tahun. Presentase terbesar adalah petani responden dengan pengalaman bertani cabai lebih dari 30 tahun, namun mereka awalnya adalah buruh tani yang saat ini telah menggarap sendiri. Adapun lama pengalaman bertani petani cabai merah dijelaskan pada Tabel 17.

Tabel 17. Pengalaman Bertani Cabai Merah oleh Responden Petani Cabai Merah di Desa Perbawati Tahun 2011-2012

Pengalam bertani

Jumlah Responden Persentase (%)

(tahun) <5 1 4,35 5 – 10 4 17,39 11 – 20 1 4,35 21 – 30 5 21,74 31 – 40 12 52,17 Total 23 100,00

5.3.5. Status Usahatani Cabai

Pekerjaan petani yang menganggap usahatani cabai sebai pekerjaan sampingan umumnya memiliki pekerjaan lain, yaitu sebagai pengusaha, buruh perkebunan teh, pedagang, dan buruh bangunan. Hal ini dikarenakan hasil dari pekerjaan utama tidak mencukupi dan usahatani cabai memberikan tambahan pendapatan yang baik. Namun, sebagian besar petani cabai di Desa Perbawati menjadikan usahatani cabai sebagai pekerjaan utama. Pengelompokan pekerjaan ini didasarkan pada lamanya waktu bekerja dalam satu minggu. BPS menyatakan bahwa, apabila dalam satu minggu bekerja lebih dari 35 jam maka dapat dikatakan

fulltime atau kegiatan yang dilakukan menjadi pekerjaan utama. Sementara, ika kurang dari 35 jam per minggu maka dikatakan kegiatan yang dilakukan adalah pekerjaan sampingan. Hal ini terlihat pada Tabel 18, presentase terbesar yang menjadikan usahatani cabai sebagai pekerjaan utama, yaitu sebesar 69,57 persen. Tabel 18. Status Usahatani Petani Responden di Desa Perbawati Tahun 2011-

2012

Status Usahatani Petani (Orang) Presentase (%)

Pekerjaan Utama 16 69,57

Pekerjaan Sampingan 7 30,43

Total 23 100,00

5.3.6. Luas Lahan

Penguasaan lahan di Desa Perbawati untuk usahatani cabai merupakan salah satu terbesar di Kabupaten Sukabumi dibandingkan dengan daerah penghasil cabai lainnya, seperti di Goalpara dan Sukaraja. Hal ini menjadi salah satu alasan pemilihan lokasi penelitian. Semakin besar lahan yang digunakan atau dimiliki untuk usahatani cabai, maka hasil yang akan diperoleh juga akan semakin besar. Petani yang memiliki lahan yang luas akan mendapatkan hasil cabai yang besar, jika petani cabai menjalankan budidaya cabai dengan baik dan benar. Selain itu, cuaca juga mempengaruhi hasil yang didapatkan oleh petani. Saat musim hujan maka hasil yang diperoleh lebih rendah dibandingkan musim kemarau, sedangkan musim yang paling baik untuk memperoleh hasil panen yang tinggi adalah saat musim kemarau.

Tabel 19. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan yang Digunakan untuk Usahatani Cabai Tahun 2011-2012

Luas Lahan (Ha) Petani (Orang) Persentase (%)

< 0,25 8 34,78

0,25 - 0,5 8 34,78

0,6 - 1,0 3 13,04

> 1,0 4 17,39

Total 23 100,00

5.3.7. Status Kepemilikan Lahan

Status kepemilikan lahan di Desa Perbawati terbagi atas tiga kategori, yaitu milik sendiri, menyewa, dan milik sendiri dan menyewa. Namun, sebagian besar petani menyewa lahan untuk melakukan usahatani cabai. Hal ini terjadi karena tingginya harga lahan, sehingga petani memillih untuk menyewa, dengan menyewa sisa modal dapat digunakan untuk musim tanam berikutnya.

Tabel 20. Karakteritik Petani Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Tahun 2011 – 2012

Status Kepemilikan Lahan Petani (Orang) Persentase (%)

Milik sendiri 1 4,35

Menyewa 21 91,30

Milik sendiri dan menyewa 1 4,35

Total 23 100,00

Karakteristik petani cabai di Desa Perbawati yang dijadikan responden sebagian besar berada pada usia produktif dengan tingkat pendidikan yang rendah.