• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku hidup bersih seperti kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar juga ikut mempengaruhi penularan atau penyebaran penyakit diare (Suririnah 2007). Selain itu, menurut Dinkes (2003) penyakit diare juga dapat ditularkan melalui beberapa cara diantaranya pemakaian botol susu yang tidak bersih, menggunakan sumber air yang tercemar, buang air besar bukan pada tempatnya dan pencemaran makanan oleh serangga (kecoa, lalat) atau oleh tangan yang kotor.

Menurut Saroso (2007) penyebab diare diantaranya yaitu virus, bakteri, parasit (jamur, cacing, protozoa), keracunan makanan atau minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia, alergi terhadap susu, kurang gizi dan daya tahan tubuh rendah. Menurut Suharyono (1986) faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diare seperti; faktor gizi, faktor makanan yang terkontaminasi pada masa sapih, faktor sosial-ekonomi dan faktor lingkungan.

Kesembuhan penyakit diare pada anak dapat dilakukan dengan pengobatan (rehidrasi dan antibiotik) dan penatalaksanaan diet yang baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempercepat kesembuhan diare adalah dengan pemberian tempe.

Variabel tidak diteliti Hubungan yang tidak dianalisis Variabel yang diteliti Hubungan yang dianalisis

Diare Pada Anak Virus,bakteri, parasit

Status Gizi

Daya tahan tubuh Higiene

Pengobatan Intervensi Tempe

Sanitasi Lingkungan

Kebiasaan makan Faktor sosial-ekonomi

Orang tua dan anak yang berkunjung ke Puskesmas Kampung Manggis dan Puskesmas Ciampea yang masuk kriteria inklusi diberikan kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian dan dijelaskan. Setelah mendapat penjelasan tentang penelitian dan orang tua anak menandatangani informed consent, maka anak diikutsertakan sebagai unit percobaan penelitian. Penentuan jumlah anak minimal dilakukan dengan menggunakan minimum sample size for estimating difference mean between groups (Lameshow et al. 1997). Dengan rumus sebagai berikut:

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian utama oleh Dewi et al

(2010) yang berjudul “Intervensi Bubuk Susu Tempe untuk Mempercepat Penyembuhan Penderita Diare”. Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 2 – 5 tahun yang menderita penyakit diare. Sedangkan anak penelitian adalah anak usia 2 – 5 tahun yang datang ke Puskesmas Kampung Manggis dan Puskesmas Ciampea yang ditentukan dalam kurun waktu penelitian dan dipilih dengan kriteria inklusi: 1) laki-laki atau perempuan usia 2 – 5 tahun; 2) didiagnosa menderita diare oleh dokter yang memeriksa; 3) orang tua anak bersedia ikut penelitian dan menandatangani informed consent. Adapun kriteria eksklusinya adalah 1) balita menderita penyakit berat dan dalam kondisi dehidrasi berat menurut pemeriksaan dokter; 2) orang tua tidak bersedia mengikuti penelitian; 3) pengisian kuisioner yang tidak lengkap.

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental study

yaitu percobaan lapang (field experiment) dengan menggunakan rancangan

randomized treatment trial design karena adanya intervensi yang diberikan. Disain penelitian tersebut digunakan untuk melihat pengaruh pemberian tempe terhadap gejala klinis diare pada anak balita. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, dimulai dari bulan Mei 2010 – Juli 2010 di Puskesmas Kampung Manggis, Kecamatan Dramaga dan di Puskesmas Ciampea, Kecamatan Ciampea yang terletak di wilayah Kabupaten Bogor.

Jumlah dan Cara Pemilihan Anak Desain, Waktu dan Tempat

n = 2 (σ2) (Zα + Zβ)

METODOLOGI

Keterangan:

α = salah jenis pertama

β = salah jenis kedua

Zα = nilai peubah acak normal baku sehingga P(Z> Zα) = α

Zβ = nilai peubah acak normal baku sehingga P(Z> Zβ) = β σ2 = ragam dari frekuensi BAB

Jika menggunakan α = 0,05, power test = 1 – β = 0,8, diasumsikan σ = 1,75 dan δ = 3, maka diperoleh nilai n = 10 artinya jumlah anak minimal untuk setiap perlakuan adalah sebanyak 10 orang. Dalam penelitian ini dilakukan tiga pelakuan yaitu perlakuan intervensi tempe (25 gram), intervensi tempe (50 gram) dan kontrol, sehingga anak yang digunakan yaitu sebesar 30 orang.

Pada penelitian ini anak balita diberikan intervensi berupa tempe mentah oleh peneliti dan diolah sesuai keadaan selera anak. Tempe yang diberikan sebanyak 25 gram/potong dan 50 gram/potong setiap kelompok. Penentuan dosis ditentukan berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Sudigbia (2001), bahwa formula makanan yang menggunakan tempe kedelai sebanyak 40-50 gram, lebih efektif mempercepat penyembuhan diare. Sementara itu, pada penelitian utama yang ditetapkan bubuk tempe maksimum digunakan 25 gram dan setengah dari dosis maksimum. Sehingga dosis yang ditentukan adalah 25 gram tempe dan 50 gram tempe.

Pengambilan anak secara purposive dibagi ke dalam tiga perlakuan masing-masing 10 orang. Perlakuan kontrol tanpa intervensi tempe, sedangkan dua perlakuan lainnya mendapatkan tempe 25 gram/hari dan 50 gram/hari yang diberikan selama 2 hari, sehingga jumlah tempe yang diberikan menjadi 50 gram dan 100 gram kepada masing-masing kelompok perlakuan. Ketiga kelompok perlakuan tersebut mendapatkan pengobatan rawat jalan standar untuk diare. Orang tua anak diberikan tempe mentah (25 gram atau 50 gram) yang diperoleh dari Agromart, Kelurahan Dramaga, Kabupaten Bogor dan diminta memberikan tempe tersebut kepada anak dengan diare selama dua hari yang diolah sesuai selera anak. Hari pertama tempe diberikan di puskesmas dan hari kedua tempe diberikan di rumah pasien. Selain itu, pada hari pertama orang tua anak diberikan dan diminta mengisi kuisioner perkembangan penyakit dan food record

yang harus diisi setiap hari selama 5 hari pengamatan sampai gejala klinis berkurang atau sembuh. Pemberian tempe dan pengisian kuisioner diawasi

selama 2 kali, pada hari ke-2 pemberian tempe dan hari ke-6 setelah 5 hari pengamatan. Pada hari ke-6 dilakukan wawancara dengan orang tua pasien.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis-jenis data yang pada penelitian ini diantaranya data karakteristik anak dan keluarga, status gizi, pola konsumsi, kebiasaan makanan, sanitasi lingkungan, higiene anak. Cara pengumpulan data dilihat pada tabel 5.

Tabel 5 Variabel dan cara pengumpulan data penelitian

No Data Cara Pengumpulan Data

1 Karakteristik anak (umur dan jenis kelamin) dan keluarga anak (besar keluarga, pendapatan, umur ibu)

Wawancara dengan anak atau orang tua anak

2 Status Gizi (BB/TB, BB/U, TB/U) Pemeriksaan fisik (TB, BB, dan Umur) oleh peneliti

3 Konsumsi pangan anak (Energi dan protein)

Pengisian formulir food record oleh orang tua pasien

4 Kebiasaan makanan Wawancara dengan anak atau orang tua anak

5 Sanitasi lingkungan Wawancara dengan anak atau orang tua anak dan observasi langsung

6 Higiene anak Wawancara dengan sampel atau orang tua sampel

7 Perkembangan diare anak (Lama diare dan frekuensi BAB)

Pengisian formulir oleh orang tua pasien

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data primer dilakukan dengan beberapa tahapan meliputi

entry data, editing dan coding untuk mengecek konsistensi informasi. Data yang telah diverifikasi diolah menggunakan software Microsoft Excell dan dianalisis dengan menggunakan software SPSS v.16.0 for Windows.

Besar kelurga dikelompokkan menjadi keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5 – 7 orang) dan keluarga besar (≥ 8 orang) (Hurlock 1998).

Pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita keluarga dikategorikan menjadi dua yaitu keluarga miskin dan tidak miskin berdasarkan garis kemiskinan Jawa Barat tahun 2009 yaitu Rp 191.985,00 (BPS 2009).

Umur Ibu dikelompokkan menjadi remaja (<20 tahun), dewasa awal (20 – 40 tahun), dewasa tengah (41 – 65 tahun) dan dewasa akhir (≥ 65 tahun) (Papalia & Old 1986).

Umur anak yang berpartisipasi dalam penelitian ini berumur 2 – 5 tahun. Umur anak dikelompokkan menjadi 2 – 3 tahun dan 4 – 5 tahun berdasarkan

kelompok umur dalam penggolongan umur pada angka kecukupan gizi yaitu 1 – 3 tahun dan 4 – 6 tahun.

Status gizi anak. Status gizi anak dinilai berdasarkan indeks berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB), tinggi badan terhadap umur (TB/U) dan berat badan terhadap umur (BB/U) dengan menggunakan software antropometri 2005. Status gizi anak berdasarkan indeks BB/TB, TB/U dan BB/U dikategorikan menjadi empat menurut standar baku Depkes RI 2008, yaitu:

Tabel 6 Klasifikasi status gizi berdasarkan WHO-NCHS

Indeks yang dipakai Batas Pengelompokan Sebutan Status Gizi BB/U < -3 SD Gizi buruk - 3 s/d <-2 SD Gizi kurang - 2 s/d +2 SD Gizi baik > +2 SD Gizi lebih TB/U < -3 SD Sangat Pendek

- 3 s/d <-2 SD Pendek - 2 s/d +2 SD Normal > +2 SD Tinggi BB/TB < -3 SD Sangat Kurus - 3 s/d <-2 SD Kurus - 2 s/d +2 SD Normal > +2 SD Gemuk Sumber : Depkes RI 2008

Konsumsi energi dan protein dibandingkan dengan angka kecukupan rata-rata yang dianjurkan oleh Departemen Kesehatan tahun 2004 untuk orang indonesia. Angka kecukupan energi dan protein anak umur 1 – 3 tahun yaitu 1000 Kal dan 25 gram, sedangkan angka kecukupan energi dan protein anak umur 4 – 6 tahun yaitu 1550 Kal dan 39 gram. Menurut Gibson (1993) konsumsi energi digolongkan kedalam empat katagori, yaitu; lebih (≥ 100% kecukupan), baik (85% - 100% kecukupan), cukup (70% - 84,9% kecukupan) dan kurang (<70% kecukupan). Sedangkan tingkat konsumsi protein digolongkan menjadi dua katagori, yaitu; baik (≥ 75% kecukupan) dan kurang (<75% kecukupan).

Kebiasaan makan. Data kebiasaan makan diukur berdasarkan skor jawaban, kemudian diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu; baik (> 80%), cukup (60% - 80%) dan kurang (<60%) berdasarkan total skor maksimum dari 9 pertanyaan.

Sanitasi lingkungan. Data sanitasi lingkungan diukur berdasarkan skor jawaban, kemudian diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu; baik (> 80%),

cukup (60% - 80%) dan kurang (<60%) berdasarkan total skor maksimum dari 18 pertanyaan.

Higiene. Data higiene diukur berdasarkan skor jawaban, kemudian diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu; baik (> 80%), cukup (60% - 80%) dan kurang (<60%) berdasarkan total skor maksimum dari 5 pertanyaan.

Penentuan analisis data berdasarkan analisis normalitas data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Variabel yang terdistribusi normal (Umur ibu, status gizi, konsumsi energi dan protein, kebiasaan makan, sanitasi, dan higiene) menggunakan uji beda One-Way ANOVA. Sedangkan variabel yang tidak terdistribusi normal (besar keluarga, pendapatan dan lama diare) menggunakan uji beda Mann-Whitney. Analisis data yang dilakukan untuk menghubungkan antara variabel karakteristik keluarga, status gizi, kebiasaan makan, sanitasi lingkungan, higiene anak dengan frekuensi BAB menggunakan korelasi Rank Spearman. Analisis pengaruh pemberian tempe terhadap diare menggunakan uji duncan yang merupakan hasil lanjut dari uji ANOVA.

Definisi Operasional Tempe adalah pangan olahan kedelai yang difermentasi

Anak adalah anak usia 2–5 tahun yang memenuhi kriteria inklusi yang berpartisipasi dalam penelitian

Besar keluarga adalah banyaknya orang yang hidup dalam satu bangunan rumah dan makan pendapatan yang sama. Besar keluarga diklasifikasikan menjadi tiga kategori: yaitu keluarga kecil (≤4 orang), keluarga sedang (5-7 orang) dan keluarga besar (≥8 orang)

Pendapatan keluarga adalah jumlah penerimaan perkapita perbulan yang diperoleh ayah, ibu, atau anggota keluarga lain yang dinilai dalam bentuk uang (rupiah) setiap satu bulan

Diare adalah kondisi buang air besar dengan konsistensi yang lembek sampai encer, bahkan dapat berupa air saja, yang terjadi lebih sering dari biasanya

Penyakit diare anak adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi yang lebih lembek atau cair

Lama diare adalah periode diare anak sebelum melakukan pemeriksaan ke puskesmas

Frekuensi BAB anak adalah rata-rata intensitas buang air besar anak selama lima hari pengamatan

Status gizi anak adalah tingkat kesehatan balita yang diukur dengan menggunakan BB/TB, BB/U, dan TB/U

Tingkat konsumsi energi dan protein adalah perbandingan antara konsumsi energi dan protein rata-rata selama 5 hari dengan kecukupan yang dianjurkan dan dinyatakan dalam bentuk persentase

Kebiasaan makan anak adalah tingkah laku anak dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang melalui sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan

Sanitasi lingkungan adalah pengamatan tentang kondisi yang berkenaan dengan sumber air minum, tempat buang air besar, sampah rumah tangga dan jarak sumber air dengan tempat pembuangan limbah

Higiene adalah suatu pencegahan penyakit yang menitik beratkan pada kesehatan perorangan meliputi kebiasaan mencuci tangan, membersihkan diri (mandi, sikat gigi, potong kuku) dan kebersihan pakaian.

Kecamatan Ciampea merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Kecamatan ini memiliki luas wilayah seluas 53,6 kilometer persegi. Kecamatan Ciampea terbagi menjadi 13 desa seperti: Bojong Jengkol, Bojong Rangkas, Benteng, Ciampea Udik, Ciampea, Cibadak, Cibanteng, Cibuntu, Cicadas, Cihideung Ilir, Cihideung Udik, Cinangka dan Tegal Waru. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ranca Bungur dan Kemang, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tenjolaya, sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Cibungbulang dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Dramaga.

Kecamatan Dramaga memiliki 10 desa yaitu Babakan, Ciherang, Cikarawang, Dramaga, Neglasari, Petir, Purwasari, Sinar Sari, Suka Damai dan Sukawening dengan jumlah keluarga sebesar 22.143 KK atau 310 Rukun Tetangga. Berdasarkan karakteristik wilayah desa, desa dibagi menjadi kota dan desa. Kecamatan Dramaga memiliki perbandingan desa dan kota yang sama yaitu 5 desa termasuk kota dan 5 desa yang termasuk desa. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kampung Manggis yang terletak di desa Dramaga.

Kecamatan Dramaga merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 2.437.636 ha. Sebagian besar tanah yaitu 972 ha digunakan untuk sawah, 1.145 ha untuk lahan kering (pemukiman, pekarangan, kebun), 49,79 ha lahan basah (rawa, danau, tambak, situ), 20,30 ha lapangan olahraga dan pemakaman umum. Kecamatan Dramaga mempunyai batas wilayah sebelah utara dengan Kecamatan Rancabungur, sebelah selatan dengan Kecamatan Tamansari/Ciomas, sebelah barat dengan Kecamatan Ciampea dan sebelah timur dengan Kecamatan Bogor Barat. Curah hujan di Kecamatan Dramaga 1000 – 1500 mm/tahun, dengan ketinggian 500 m dari permukaan laut. Jarak Kecamatan Dramaga dari ibukota Kabupaten Bogor adalah 12 km, dari ibukota Propinsi Jawa Barat adalah 180 km. Jumlah penduduk sebanyak 100.652 jiwa dengan jumlah laki-laki sebesar 50.995 jiwa dan perempuan 49.657 jiwa (BPS 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait