• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

3.3. Kerangka Pendanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan blue print pembangunan saat ini dalam dimensi masa depan, mencerminkan kerangka politik yang memuat hak dan kewajiban pemerintah daerah serta hak dan kewajiban masyarakat. APBD juga merupakan alat kontrol bagi masyarakat terhadap pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mengelola keuangan negara/daerah,

yang pada prinsipnya merupakan uang yang rakyat. Oleh karenanya, penyusunan APBD harus memperhatikan norma dan prinsip transparansi dan akuntabilitas, disiplin anggaran, keadilan anggaran, serta efisiensi dan efektifitas anggaran.

Transparansi dan akuntabilitas anggaran daerah merupakan salah satu prasyarat utama untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan bertanggungjawab. Hal ini mengandung makna seluruh proses penyusunan anggaran semaksimal mungkin harus dapat menunjukkan latar belakang pengambilan keputusan dalam penetapan kebijakan umum, prioritas dan penetapan alokasi anggaran, serta distribusi sumber daya dengan melibatkan partisipasi masyarakat seluas-luasnya.

Partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan anggaran dilaksanakan sejak proses identifikasi masalah, yang dilakukan oleh unsur eksekutif dengan proses penjaringan aspirasi masyarakat melalui berbagai saluran dan mekanismenya maupun yang dilakukan oleh unsur legislatif. Selanjutnya partisipasi juga dilaksanakan dalam pelaksanaan anggaran dan pengawasannya. Pemerintah Kabupaten Lingga akan selalu mengevaluasi proses partisipasi masyarakat, dalam rangka meminimalkan adanya keluhan dari masyarakat mengenahi kebijakan yang dijalankan yang tidak sesuai dengan aspirasi yang disampaikan dan dalam rangka optimalisasi pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Sebagai instrumen kebijakan, APBD menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah. APBD digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya target pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa-masa yang akan datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk memotivasi para pegawai, dan alat koordinasi dalam pelayanan publik.

Dalam kaitan ini, proses penyusunan dan pelaksanaan APBD difokuskan pada upaya untuk mendukung pelaksanaan program dan aktivitas yang menjadi preferensi

Pemerintah Kabupaten sebagai cerminan kebutuhan masyarakat. Fungsi-fungsi dasar tersebut kemudian melandasi perumusan kebijakan fiskal baik dari sisi pendapatan, belanja maupun pembiayaan. Anggaran diperlukan karena kemampuan pendapatan yang terbatas sedangkan di sisi lain kebutuhan pendanaan relatif besar, sehingga diperlukan penyusunan skala prioritas. Pada posisi penentuan skala prioritas inilah diperlukan kompetensi dan kearifan pengambil kebijakan agar skala prioritas mencerminkan kebutuhan publik, bukan kepentingan pribadi atau golongan dan mencerminkan tingkat urgensi atas solusi suatu masalah, serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan pemahaman tersebut di atas maka kerangka pendanaan Kabupaten Lingga tahun 2010-2015 diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat wajib, antara lain belanja pegawai dan belanja bantuan keuangan pada pemerintah desa. Kemudian diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar pada masyarakat, yaitu pendidikan, kesehatan dan infrastruktur dasar permukiman. Pendidikan diprioritaskan untuk menuntaskan wajib belajar 9 tahun dan sekaligus merintis penuntasan pendidikan 12 tahun. Kesehatan diprioritaskan untuk memberikan jaminan kesehatan pada masyarakat, khususnya penduduk miskin melalui peningkatan pelayanan puskemas dan rumah sakit daerah. Infrastruktur dasar permukiman diprioritaskan untuk penyediaan air bersih, pembangunan IPAL, pembangunan saluran air limbah, dan penyehatan lingkungan permukiman. Tentunya beberapa prioritas tersebut dalam kerangka penanggulngan kemiskinan dan pencapaian tujuan pembangunan millenium. Kemudian pemenuhan kebutuhan lainnya adalah pengembangan ekonomi lokal pada sektor yang strategis, yaitu sektor yang menjadi lokomotif perekonomian daerah. Dengan pengembangan ekonomi lokal, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta penciptaan dan penyerapan lapangan kerja. Pengembangan ekonomi lokal diprioritaskan pada pemeliharaan dan

peningkatan infratruktur, pembangunan kepariwisataan, pembangunan pertanian, termasuk perikanan dan kelautan.

Bagaimana dengan sumber pembiayaan untuk mendanai belanja wajib dan belanja investasi, sumber pendapatan yang utama adalah dari Pemerintah melalui pendapatan Dana Perimbangan dan Pemerintah Propinsi melalui pendapatan Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak. Setelah itu pendapatan yang berasal dari PAD. Berdasarkan data-data yang ada, maka PAD masih dapat ditingkan baik dengan metode intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi dilakukan dengan memperbaiki manajemen pengelolaan, mereview beberapa perda yang perlu disesuaikan dengan perkembangan daerah, tetapi tetap diupayakan tidak menimbulkan ekonomi biaya tinggi sekaligus adanya insentif bagi pengusaha untuk berinvestasi. Ekstensifikasi dimulai dengan pendataan wajib pajak yang masih potensial dan belum terjangkau oleh pelayanan, tetapi juga disertai dengan perbaikan layanan pada para pelaku ekonomi.

Sehubungan dengan analisis APBD Tahun Anggaran 2007 sd 2010, maka selain pemenuhan kebutuhan belanja dan optimalisasi sumber-sumber pendapatan, yang tidak kalah pentingnya adalah memperbaiki struktur APBD yang sesuai dengan ketentuan pengelolaan keuangan daerah serta lebih realistis dalam penganggaran pendapatan maupun belanja. Pada awal tahun dan tahun-tahun berikutnya diupayakan optimalisasi pendapatan yang sesuai dengan potensi dan rasionalisasi jenis belanja, sehingga defisit anggaran tidak melebihi Rp 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah). Karena menurut Kementerian Keuangan angka defisit yang melebihi Rp 100.000.000.000,- daerah dimaksud memiliki kemampuan keuangan yang lebih tinggi.

Tabel. T-III.12.

Kerangka Pendanaan Tahun 2011-2015 (Dalam Ribuan Rupiah)

NO URAIAN 2011 2012 2013 2014 2015

I PENDAPATAN

1 . Pendapatan Asli Daerah 11,500,000 12,650,000 13,915,000 15,306,500 16,837,150

1 . 1 Pajak Daerah 2,500,000 2,750,000 3,025,000 3,327,500 3,660,250

1 . 2 Retribusi Daerah 1,182,800 1,301,080 1,431,188 1,574,307 1,731,737

1 . 3 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 7,817,200 8,598,920 9,458,812 10,404,693 11,445,163

2 Dana Perimbangan 399,331,141 419,297,698 440,262,583 462,275,712 485,389,498

2 . 1 Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak 193,575,000 203,253,750 213,416,438 224,087,259 235,291,622

2 . 2 Dana Alokasi Umum 200,941,641 210,988,723 221,538,159 232,615,067 244,245,821

2 . 3 Dana Alokasi Khusus 4,814,500 5,055,225 5,307,986 5,573,386 5,852,055

3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 69,185,469 47,114,029 49,469,731 51,943,217 54,540,378

3 . 1 Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi Lain dan 10,841,558 11,383,636 11,952,818 12,550,459 13,177,982

Pemerintah Daerah Lainnya

3 . 2 Dana Penyesuaian Otonomi Khusus 34,028,946 35,730,393 37,516,913 39,392,759 41,362,397

3 . 3 Bantuan Keuangan Propinsi 24,314,965 0 0 0 0

JUMLAH PENDAPATAN 480,016,610 479,061,727 503,647,314 529,525,429 556,767,026

2 . Belanja Tidak Langsung 187,057,000 195,581,000 204,516,000 213,709,000 223,342,000

2 . 1 Belanja Pegawai 145,252,000 152,515,000 160,141,000 168,148,000 176,555,000

2 . 2 Belanja Subsidi 585,000 585,000 585,000 585,000 585,000

2 . 3 Belanja Hibah 17,428,000 17,776,000 18,132,000 18,494,000 18,864,000

2 4 Belanja Bantuan Sosial 6,423,000 6,552,000 6,683,000 6,816,000 6,953,000

2 . 5 Belanja Bagi Hasil kepada Propinsi/Kabupaten/ 15,669,000 16,453,000 17,275,000 17,966,000 18,685,000

Kota dan Pemerintah Desa

2 . 6 Belanja Bantuan Keuangan kepada Propinsi/ Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa

2 . 7 Belanja Tidak Terduga 1,700,000 1,700,000 1,700,000 1,700,000 1,700,000

3 . Belanja Langsung 385,131,000 401,983,000 420,319,000 435,933,000 452,146,000

3 . 1 Belanja Pegawai 59,328,000 58,786,000 59,962,000 61,161,000 62,384,000

3 . 2 Belanja Barang dan Jasa 155,400,000 155,754,000 163,542,000 170,084,000 176,887,000

3 . 3 Belanja Modal 170,403,000 187,443,000 196,815,000 204,688,000 212,875,000

JUMLAH BELANJA 572,188,000 597,564,000 624,835,000 649,642,000 675,488,000

SURPLUS (DEFISIT) (92,171,390) (118,502,273) (121,187,686) (120,116,571) (118,720,974)

III PEMBIAYAAN

3 . Penerimaan Pembiayaan 97,567,390 119,947,273 122,426,686 121,439,571 122,128,974

3 . 1 Sisa lebih perhitungan Anggaran Daerah 97,567,390 119,947,273 122,426,686 121,439,571 122,128,974

Tahun Sebelumnya

4 . 1 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 5,396,000 1,445,000 1,239,000 1,323,000 3,408,000

4 . 2 Pembiayaan Pokok Utang

5 . Pembiayaan Netto 92,171,390 118,502,273 121,187,686 120,116,571 118,720,974

IV SISA LEBIH/KURANG PEMBIAYAAN ANGGARAN 0 0 0 0 0

Peningkatan kapasitas keuangan pemerintah Kabupaten Lingga ke depan harus terus dilakukan guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana perimbangan dan meningkatkan kapasitas keuangan, baik dari aspek sumber-sumber penerimaan daerah maupun dari aspek pemanfaatan dan pengelolaan keuangan daerah. Peningkatan kapasitas keuangan ini diarahkan untuk dapat mendanai pelayanan publik berdasarkan standar pelayanan minimal (SPM), dan untuk mendukung iklim usaha yang kondusif di Kabupaten Lingga. Upaya bagi peningkatan kapasitas keuangan juga diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pemerintah Kabupaten Lingga dalam mengelola sumber daya daerah dan meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan daerah. Oleh karena itu, akan terus dilakukan peningkatan kapasitas aparatur pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan keuangan pemerintah daerah secara profesional dan akuntabel, termasuk dalam penggunaan sistem akuntansi berbasis teknologi informasi.

Berdasarkan kerangka pendanaan selama lima tahun tersebut, kemudian kita dapat mencari kapasitas riilnya yaitu dengan menghitung belanja wajib dan mengikat, penghitungan kapasitas riil dirumuskan sebagai berikut:

Tabel. T-III.13.

Perkiraan Belanja Pegawai Tahun 2011-2015

URAIAN 2011 2012 2013 2014 2015

Prediksi Gaji

dan Tunjangan PNS (Belanja Pegawai) 145,252,0 00 152,515,0 00 160,141,0 00 168,148,0 00 176,555,0 00 Sumber: Hasil pengolahan data

Dari perkiraan belanja bagi tersebut dapat diketahui kapasitas riil keuangan daerah Kabupaten Lingga, dimana total penerimaan dikurangi belanja gaji dan tunjangan (belanja pegawai) dan belanja wajib dan mengikat. Adapun Tabel.

Dokumen terkait