• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun"

Copied!
244
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Pemerintah berkewajiban untuk menyusun perencanaan pembangunan, baik jangka panjang (20 tahun), jangka menengah (5 tahun) dan perencanaan tahunan; baik untuk pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Perencanaan tersebut bertujuan untuk mengintegrasikan perencanaan pembangunan nasional dan daerah dalam suatu sistem yang utuh dan terpadu. Sejalan dengan itu, pasal 150 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pembangunan daerah disusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional.

Selanjutnya, untuk melaksanakan ketentuan Pasal 154 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, diterbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut mengamanatkan kepada Pemerintah Daerah untuk menyusun dokumen perencanaan pembangunan daerah, yang salah satunya adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Dokumen RPJMD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun yang merupakan penjabaran visi, misi, dan program kepala daerah yang berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) serta memerhatikan RPJM Nasional. RPJMD selanjutnya menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja

(3)

Pemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD).

RPJMD Kabupaten Lingga 2010-2015 disusun berdasarkan visi, misi, dan program pembangunan Bupati/Wakil Bupati, berkedudukan dan sekaligus berfungsi sebagai dokumen perencanaan yang mengakomodir berbagai aspirasi masyarakat Kabupaten Lingga untuk jangka waktu lima tahun dan satu tahun transisi ke depan guna mengarahkan semua sumber daya yang dimiliki dan mengupayakan keterlibatan sumber daya lain (swasta) dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan dan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. RPJMD Kabupaten Lingga 2010-2015 merupakan tahapan kedua dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Lingga Tahun 2005-2025.

Dalam penyusunan RPJMD Kabupaten Lingga 2010-2015 selain berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lingga Tahun 2005-2025 juga diselaraskan dengan RPJMN 2010-2014. Diharapkan, terjadi sinergitas pencapaian tujuan pembangunan nasional dengan rencana pembangunan daerah.

Penyusunan RPJMD Kabupaten Lingga 2010-2015 dilakukan melalui urutan kegiatan sebagai berikut:

1) Penyusunan Rancangan Awal RPJMD

Rancangan awal RPJMD sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati/Wakil Bupati ke dalam strategi, arah kebijakan, dan program pembangunan daerah disiapkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).

2) Penyusunan Rancangan RPJMD

Rancangan RPJMD disusun berdasarkan Rancangan Awal RPJMD yang telah diselaraskan dengan Rancangan Renstra SKPD

(4)

3) Pelaksanaan Musrenbang RPJMD

Musrenbang RPJMD diselenggarakan oleh Bappeda yang diikuti oleh unsur-unsur pemerintah daerah, masyarakat dan pemangku kepentingan pada umumnya dengan materi Rancangan RPJMD.

4) Penyusunan Rancangan Akhir dan Penetapan RPJMD

Berdasarkan hasil Musrenbang RPJMD, Bappeda menyusun Rancangan Akhir RPJMD.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah disebutkan bahwa RPJMD ditetapkan dengan peraturan daerah setelah berkonsultasi dengan Menteri Dalam Negeri, dan jangka waktu penetapannya paling lambat 6 bulan setelah kepala daerah dilantik. Dengan demikian, RPJMD 2010 – 2015 Kabupaten Lingga disusun dan ditetapkan sebelum 6 bulan setelah Bupati dan Wakil Bupati dilantik pada tanggal 11 Agustus 2010.

1.2. Dasar Hukum Penyusunan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015 ini disusun dengan landasan hukum peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

a. Undang-Undang:

Dasar hukum undang-undang yang digunakan dalam penyusunan dokumen RPJMD Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut:

1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4341);

(5)

2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 4421);

6) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1137); sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7) Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438).

(6)

b. Peraturan Pemerintah dan Peraturan Daerah

Dasar hukum Peraturan Pemerintah yang digunakan dalam penyusunan dokumen RPJMD Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut:

1) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

2) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);

3) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

5) Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010- 2014;

6) Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

(7)

Nasional dan Menteri Keuangan Nomor 28 Tahun 2010, Nomor 0199/M.PPN/04/2010, Nomor PMK 95/PMK07/2010 tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014;

7) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

Dasar hukum Peraturan Daerah yang digunakan dalam penyusunan dokumen RPJMD Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut:

1) Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 8 Tahun 2007 tentang Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah; 2) Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Program Jangka

Panjang Daerah Provinsi Kepulauan Tahun 2005-2025.

1.3. Hubungan Antar-Dokumen Perencanaan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga mempunyai kedudukan sebagai pedoman umum bagi Aparatur Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Organisasi Politik, Organisasi Sosial Kemasyarakatan, Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi Profesi, Lembaga Pendidikan, Dunia Usaha, dan tokoh masyarakat, serta seluruh lapisan masyarakat di Kabupaten Lingga dalam melaksanakan pembangunan daerah mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2015.

Dalam penyusunan secara hierarki memerhatikan RPJMD/Renstra Propinsi Kepulauan Riau sebagai acuan Rencana Program Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Lingga, dengan memerhatikan hal tersebut diatas, bahwa dokumen

(8)

perencanaan tingkat Nasional dan Provinsi menjadi pedoman dalam penyusunan dokumen Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015, bertitik tolak dari hal tersebut diatas maka keberadaan Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015 yang merupakan satu bagian yang utuh dari manajemen kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lingga dalam menjalankan agenda pembangunan yang telah tertuang baik dalam Rencana Program Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan diselaraskan dengan Rencana Program Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014. Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD) menjadi pedoman bagi Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) untuk menyusun Renstra SKPD Selanjutnya, setiap tahun, RPJM Daerah akan dilaksanakan atau dijabarkan dalam bentuk RKPD. Rencana Kerja Pemerintah Daerah tersebut selanjutnya akan menjadi acuan bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk menyusun Renja SKPD. Renja-SKPD disusun dengan berpedoman pada Renstra Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD), yang harus disusun dalam rangka memenuhi target capaian masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai perwujudan kinerja yang berlandaskan kepada anggaran (budget).

Selanjutnya, dalam kaitan dengan sistem keuangan negara sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, RPJMD yang dijabarkan ke dalam RKPD setiap tahun, selanjutnya dijadikan pedoman dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Lingga.

Gambaran tentang hubungan antara RPJMD Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015 dengan dokumen perencanaan lainnya baik dalam kaitan dengan sistem perencanaan pembangunan maupun dengan sistem keuangan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar. G-I.1.

(9)

Gambar. G-I.1

Hubungan Antar Dokumen

1.4. Maksud dan Tujuan

Penyusunan RPJMD Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015 dimaksudkan sebagai pedoman bagi pelaksanaan rencana pembangunan daerah 5 (lima) tahun mendatang dan sekaligus acuan penentuan pilihan-pilihan program tahunan daerah yang akan dibahas dalam rangkaian Musrenbang di Kabupaten Lingga secara berjenjang. Dengan telah tersedianya acuan ini maka akan mempermudah untuk mengarahkan semua sumber daya yang dimiliki untuk terlibat di dalam pelaksanaan segenap program dan kegiatan pembangunan guna mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang sudah ditetapkan.

Adapun tujuan penyusunan RPJMD Kabupaten Lingga Tahun 2010–2015 adalah untuk:

1. Menjabarkan visi dan misi Bupati/Wakil Bupati Lingga Tahun 2010-2015 ke dalam program prioritas pembangunan daerah dan menjadikannya sebagai acuan bagi Pemerintah Daerah dan DPRD dalam menyusun RKP Daerah.

(10)

2. Menjadikan visi dan misi Bupati/Wakil Bupati Lingga Tahun 2010-2015 sebagai bahan acuan penyusunan Renstra SKPD dan bahan evaluasi kinerja SKPD.

3. Membantu jajaran Pemerintah Daerah dan DPRD dalam menyelaraskan program kegiatan pembangunan secara terpadu dan terarah serta untuk mengevaluasi pencapaian kegiatan operasional dalam lima tahun ke depan.

1.5. Sistematika Penulisan

Berdasarkan Permendagri Nomor 54 Tahun 2010, penyusunan RPJMD Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015 ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang penyusunan RPJMD, landasan hukum, hubungan RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnya, maksud dan tujuan penyusunan, serta sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Bab ini menguraikan statistik dan gambaran umum kondisi daerah yang mencakup aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum dan aspek daya saing daerah.

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

Dalam bab ini diuraikan kinerja keuangan masa lalu, kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu, analisis pembiayaan dan kerangka pendanaan.

(11)

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Bab ini mencakup identifikasi terhadap permasalahan pembangunan dan isu-isu strategis yang harus dikelola dengan baik oleh daerah dalam periode perencanaan.

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Bab ini dimulai dengan perumusan visi dan kemudian diturunkan (diderivasi) menjadi misi, tujuan, dan sasaran.

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Dalam bab ini diuraikan strategi (cara mencapai tujuan dan sasaran) pembangunan daerah yang kemudian dituangkan dalam bentuk arah kebijakan pembangunan daerah.

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

Dalam bab ini diuraikan hubungan antara kebijakan umum yang berisi arah kebijakan pembangunan berdasarkan strategi yang dipilih dengan program pembangunan daerah.

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN KEBUTUHAN PENDANAAN

Pada bab ini diuraikan hubungan urusan pemerintahan dengan SKPD terkait beserta program yang menjadi tanggung jawab SKPD dengan kebutuhan pendanaannya.

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Dalam bab ini disajikan indikator kinerja daerah untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah pada akhir periode masa jabatan. Indikator kinerja daerah sebagai tolok ukur kinerja melalui pengukuran pencapaian sasaran yang telah ditetapkan.

(12)

BAB X PEDOMAN MASA TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

Berisi prinsip-prinsip pedoman masa transisi pada saat pergantian masa jabatan serta kaidah pelaksanaan, mekanisme pelaksanaan, pemantauan, pengendalian dan evaluasi hasil RPJMD.

BAB XI PENUTUP

Bab ini berisi uraian mengenai pedoman transisi guna menjembatani kekosongan dokumen perencanaan jangka menengah pada akhir masa jabatan kepala daerah. Selain itu juga diuraikan mengenai kaidah pelaksanaan.

(13)

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Gambaran Umum kondisi daerah Kabupaten Lingga memberikan gambaran awal tentang kondisi daerah dan capaian pembangunan Kabupaten Lingga secara umum. Gambaran umum tersebut menjadi pijakan awal penyusunan rencana pembangunan 5 (lima) tahun kedepan melalui pemetaan secara objektif kondisi daerah dari aspek geografi dan demografi, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

Sebagaimana kita ketahui bersama, Kabupaten Lingga telah dikenal beberapa abad silam sebagai Kerajaan Melayu Lingga dan mendapat julukan “Negeri Bunda Tanah Melayu”. Pada kurun waktu 1722-1911, terdapat dua Kerajaan Melayu yang berkuasa dan berdaulat yaitu Kerajaan Riau Lingga yang pusat kerajaan dan Kerajaan Melayu Riau di Pulau Bintan.

Sebelum ditandatanganinya Treaty of London, maka kedua Kerajaan Melayu tersebut dilebur menjadi satu sehingga kerajaan tersebut menjadi semakin kuat. Wilayah kekuasaannya pun tidak hanya terbatas di Kepulauan Riau saja, tetapi telah meliputi daerah Johor dan Malaka (Malaysia), Singapura, dan sebagian kecil wilayah Indragiri Hilir. Pusat kerajaan terletak di wilayah Pulau Penyangat dan menjadi terkenal di seluruh wilayah nusantara dan juga kawasan Sepenanjung Malaka. Setelah Sultan Riau meninggal pada tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda menempatkan amir-amirnya sebagai Districh

Thoarden untuk daerah yang besar dan Onder Districh Thoarden untuk daerah

yang agak kecil. Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menyatukan wilayah Riau Lingga dengan Indragiri untuk dijadikan sebuah karesidenan yaitu: Afdelling Tanjungpinang yang meliputi Kepulauan Riau-Lingga, Indragiri Hilir, dan Kateman yang kedudukannya berada di wilayah Tanjungpinang dan sebagai penguasanya ditunjuk seorang Residen.

(14)

Berdasarkan Surat Keputusan dari delegasi Republik Indonesia (RI) maka Provinsi Sumatera Tengah pada tanggal 18 Mei 1950 menggabungkan diri ke dalam Republik Indonesia dan Kepulauan Riau diberi status daerah Otonom Tingkat II yang dikepalai oleh Bupati sebagai kepala daerah dengan membawahi empat daerah kewedanan sebagai berikut:

1. Kewedanan Tanjungpinang meliputi wilayah Kecamatan Bintan Selatan (termasuk Kecamatan Bintan Timur, Galang, Tanjungpinang Barat, dan Tanjungpinang Timur sekarang).

2. Kewedanan Karimun meliputi wilayah Kecamatan Karimun, Kundur, dan Moro. 3. Kewedanan Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Kecamatan Singkep,

dan Kecamatan Senayang.

4. Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai, Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2000, Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan menjadi 3 kabupaten yang terdiri dari: Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten Karimun dan Kabupaten Natuna. Wilayah Kabupaten Kepulauan Riau hanya meliputi 9 kecamatan saja, meliputi: Kecamatan Singkep, Kecamatan Lingga, Kecamatan Senayang, Kecamatan Teluk Bintan, Kecamatan Bintan Utara, Kecamatan Bintan Timur, Kecamatan Tambelan, Kecamatan Tanjungpinang Barat, dan Kecamatan Tanjungpinang Timur. Kemudian dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 5 tahun 2001, maka Kota Administratif Tanjungpinang berubah menjadi Kota Tanjungpinang yang mana statusnya sama dengan kabupaten yang membawahi Kecamatan Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur. Dengan demikian, maka Kabupaten Kepulauan Riau hanya meliputi Kecamatan Singkep, Lingga, Senayang, Teluk Bintan, Bintan Utara, Bintan Timur dan Tambelan. Pada akhir tahun 2003 dibentuklah Kabupaten Lingga sesuai dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003, yang mana memiliki wilayah Kecamatan Singkep, Singkep Barat, Lingga, Lingga Utara dan Senayang.

(15)

2.1. Aspek Geografis dan Demografi

Aspek geografi dan demografi mengambarkan karateristik lokasi wilayah pengembangan wilayah, kerentanaan wilayah dan domegrafi Kabupaten Lingga.

Kabupaten Lingga terletak di antara 0 derajat 20 menit Lintang Utara dengan 0 derajat 40 menit Lintang Selatan dan 104 derajat Bujur Timur dan 105 derajat Bujur Timur. Luas wilayah daratan dan lautan mencapai 45.456,7162 km persegi dengan luas daratan 2.117,72 km persegi dan lautan 43.338,9962 km persegi. Wilayahnya terdiri dari 531 buah pulau besar dan kecil. Tidak kurang dari 95 buah diantaranya sudah dihuni, sedangkan sisanya 436 buah walaupun belum berpenghuni sebagiannya sudah dimanfaatkan untuk berbagai aktifitas kegiatan pertanian, khususnya pada usaha perkebunan.

Kabupaten Laingga secara administrasi berbatasan dengan: Sebelah Utara : Kota Batam dan laut Cina Selatan; Sebelah Selatan : Laut Bangka dan Selat Berhala; Sebelah Barat : Laut Indragiri Hilir;

(16)

Gambar. G-II.1

Peta Wilayah Kabupaten Lingga

Sumber: Dokumen LPPD Kab. Lingga, 2010

2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Karateristik lokasi dan wilayah pada sub bab ini menjelaskan tentang luas dan batas wilayah serta letak dan kondisi geografis Kabupaten Lingga.

a. Luas dan Batas Wilayah

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau, Kabupaten Lingga mempunyai luas wilayah daratan dan lautan mencapai 211,772 km2

(17)

Tabel. T-II.1.

Pembagian Dan Luas Wilayah Kabupaten Lingga

No Kecamatan Banyaknya Luas Daratan

Km2 Kelurahan Desa 1 Singkep Barat 1 8 337,10 2 Singkep 2 9 491,90 3 Lingga 1 17 609,51 4 Lingga Utara 1 7 283,21 5 Senayang 1 10 396,00 Jumlah 6 51 2.177,72

Sumber : BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009.

Gambar. G-II.2

Luas Daratan Menurut Kecamatan di Kabupaten Lingga

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009

Dari Kecamatan yang ada di Kabupaten Lingga, terluas adalah Kecamatan Lingga yaitu 609,51 km2(29% dari total luas daratan) yang terdiri dari 17 Desa dan 1 Kelurahan, kemudian Kecamatan Singkep yaitu 491,90 km2 (23% dari total luas daratan) yang terdiri dari 9 Desa dan 2 Kelurahan. Tabel. T-II.2. berikut ini menunjukkan jumlah Desa/Kelurahan yang ada dimasing-masing Kecamatan.

(18)

Tabel. T-II.2.

Desa/Kelurahan Yang Ada di Kabupaten Lingga

No Kecamatan Desa/Kelurahan

1 Singkep Barat Raya Sungai Buluh

Bakong Sungai Raya

Kuala Raya Sungai Harapan

Marok Tua Jagoh

Posek

2 Singkep Dabo Berhala

Dabo Lama Tanjung Harapan

Berindat Batu Berdaun

Kote Batu Kacang

Lanjut Sedamai

Marok Kecil

3 Lingga Daik Panggak Darat

Pekajang Panggak Laut

Kelombok Musai

Mapar Kerandi

Penuba Pekaka

Selayar Keton

Kelumu Sei Pinang

Mentuda Bukit Langkap

Merawang Kudung

4 Lingga Utara Pancur Resun

Bukit Harapan Sekanah

Duara Teluk

Limbung Linau

5 Senayang Senayang Mensanak

Mamut Tanjung Kelit

Pasir Panjang Pulau Batang

Rejai Benan

Temiang Batu Belubang

Pulau Medang Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009

(19)

b. Letak dan Kondisi Geografis

Secara Geografis Kabupaten Lingga terletak di antara 0° 00’ - 1° 00’ Lintang Selatan dan 103° 30’ - 105°00’ Bujur Timur.

Topografi

Jika dilihat dari topografinya, sebagian besar daerah di Kabupaten Lingga adalah berbukit-bukit. Berdasarkan data dari Badan Pertanahan Nasional (BPN), terdapat 73.947 ha yang berupa daerah berbukit-bukit, sementara daerah datarnya hanya sekitar 11.015 ha. Pada dasarnya, wilayah Kebupaten Lingga memiliki kemiringan yang ideal untuk dikembangkan sebagai kawasan perkotaan, karena hampir mencapai 65 %, wilayah Kabupaten Lingga berada dalam kemiringan 0-2 %, disusul oleh wilayah dengan kemiringan di atas 40 % yaitu mencapai hampir 17 %. Hal ini dapat dilihat pada Tabel. T-II.3 dan Error! Reference source not found.berikut ini:

Tabel. T-II.3.

Tinggi Rata-Rata Dari Permukaan Laut Menurut Kecamatan

No Kecamatan Tinggi (m dpl) 1. Singkep Barat 0-415 2. Singkep 0-519 3. Lingga 0-1.272 4. Lingga Utara 0-800 5. Senayang 0-200

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Lingga pada umumnya adalah podsolik merah kuning, litosol, dan organosol. Adapun lapisan tanahnya berstruktur remah sampai gumpal. Sedangkan lapisan bawahnya berselaput liat dan teguh. Sementara untuk jenis batu-batuannya, batuan Pluton Asam (Acid

Pluton) yang berupa batuan sejenis granit tersebar pada kawasan Gunung Daik di

bagian barat Pulau Lingga, selain itu terdapat juga batuan endapan dari Zaman Prateseiser yang tersebar di seluruh Pulau Lingga.

(20)

Tabel. T-II.4.

Kelas Lereng Dengan Luas Penyebaran Di Kabupaten Lingga N o Kecamata n 0 - 2% 2 - 15% 15 - 40% > 40% Jumlah (Ha) Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % 1 Singkep Barat 13,810. 34 40. 97 4,790. 96 14. 20 11,203 .17 33. 18 3,905. 53 11. 56 33,798. 34 10 0 2 Singkep 31,250. 60 63. 53 13,696 .30 27. 81 3,726. 88 7.5 6 516.22 1.0 5 49,288. 90 10 0 3 Lingga 35,281. 80 57. 89 1,421. 89 2.3 3 3,354. 13 5.5 0 20,893 .18 34. 24 61,016. 71 10 0 4 Lingga Utara 16,571. 13 58. 51 - -1,478. 35 5.2 1 10,271 .52 36. 19 28,384. 72 10 0 5 Senayang 39,247. 41 99. 11 - - 352.59 0.8 9 - -39,700. 00 10 0 Jumlah 136,161 .28 64. 30 19,909 .15 9.3 9 20,115 .12 9.4 8 35,586 .45 16. 77 212,188 .68 10 0 Sumber: Bakosurtanal dan Hasil Analisis, 2009

Geomorfologi

Berdasarkan bentuk bentang alam dan sudut lerengnya, daerah penyelidikan dapat dibagi menjadi 6 (enam) satuan morfologi, yaitu:

1) Dataran

Merupakan daerah dataran aluvial sungai dengan kemiringan lereng medan antara 0-5% (0-30), ketinggian wilayah antara 18-45 meter di

atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi sangat rendah. Penyebaran satuan ini adalah di bagian timur daerah pemetaan, yaitu sekitar Kecamatan Senayang, Kecamatan Lingga Utara, dan sebagian di Kecamatan Singkep Barat.

(21)

2) Perbukitan berelief halus

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus dengan kemiringan lereng medan 5-15% (3-80), ketinggian

wilayah antara 45-144 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk ke dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi rendah. Penyebaran satuan ini antara lain menempati daerah sebagian di Kecamatan Singkep Barat dan Kecamatan Singkep.

3) Perbukitan berelief sedang

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sedang dengan kemiringan lereng medan 15-30% (8-170) dengan ketinggian wilayah 150-400 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi rendah sampai menengah. Penyebaran satuan ini antara lain di daerah sekitar sebagian di Kecamatan Singkep Barat dan Kecamatan Singkep serta sebagian di Kecamatan Lingga.

4) Perbukitan berelief agak kasar

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang agak kasar dengan kemiringan lereng 30-50% (17-270), dengan ketinggian wilayah 200-550 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi menengah. Penyebaran satuan ini antara lain di daerah sekitar Kecamatan Singkep, dan sebagian kesil terdapat di Kecamatan Singkep Barat, Kecamatan Lingga dan Kecamatan Lingga Utara.

5) Perbukitan berelief kasar

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang kasar dengan kemiringan lereng 50-70% (27-360), dengan ketinggian

wilayah 225-644 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi tinggi. Penyebaran satuan ini antara lain sebagian besar di Kecamatan Lingga

(22)

dan sebagian kecil di Kecamatan Lingga Utara serta sebagian kecil di sekitar Kecamatan Singkep.

6) Perbukitan berelief sangat kasar sampai hampir tegak

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sangat kasar dengan kemiringan lereng lebih besar dari 70% (>360),

dengan ketinggian wilayah 262-815 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi sangat tinggi, terutama erosi vertikalnya. Penyebaran satuan ini antara lain terdapat di sekitar di Kecamatan Lingga dan sebagian kecil di Kecamatan Lingga Utara serta sebagian kecil di sekitar Kecamatan Singkep.

Iklim dan Hidrologi

Kabupaten Lingga mempunyai iklim tropis dan basah dengan variasi curah hujan rata-rata 216,7 mm sepanjang tahun 2009. Setiap bulannya curah hujan cenderung bervariasi. Sementara pada bulan desember merupakan bulan dengan curah hujan paling banyak.

Berdasarkan data-data yang ada maka dapat diketahui bahwa iklim di daerah Lingga mempunyai sifat-sifat yaitu suhu rata-rata 26,8 ⁰C; kelembaban relatif rata-rata 84%; Kecepatan angin rata-rata 5 knot; tekanan udara rata-rata 1009,4 millibar; jumlah curah hujan rata-rata 13,5 mm/hari. Kabupaten Lingga dialiri oleh sungai-sungai yang menjadi potensi sumber air bagi pemenuhan kebutuhan air baik bagi pertanian ataupun kegiatan yang lainnnya. Di Kabupaten Lingga mempunyai potensi air yang surplus sepanjang tahun, dengan jumlah curah hujan yang berkisar antara 2000-3500 mm/thn dengan kondisi air surplus maka potensi sumber daya air cukup besar yang dapat dimanfaatkan, berikut merupakan uraian potensi ketersediaan air lahan.

(23)

Tabel. T-II.5.

Potensi Ketersediaan Air Lahan Di Kabupaten Lingga Nama Daerah Curah Hujan

(mm/th) Air Tersedia (mm) Kondisi Air (mm/th) Defisit Surplus Lingga 2600,7 64 0 968 Singkep 2600,7 82,2 0 968 Senayang 2600,7 62,7 0 968

Sumber: Hasil Analisis, 2009

Kemampuan Lahan

Berbagai aspek geologi tata lingkungan yang ditemui di Kabupaten Lingga antara lain, kemampuan lahan hidrogeologi, kemampuan lahan morfologi, kestabilan lereng, kemampuan lahan pertambangan, dan kemampuan lahan bencana alam. Sebagai dasar dalam melakukan analisis kemampuan lahan digunakan sebagai pedoman adalah peta geologi kuarter yang merupakan peta geologi yang memperlihatkan proses pembentukan alam pada periode kuarter sampai sekarang sehingga informasi yang diperoleh akan lebih relevan. Karakteristik lahan mencerminkan potensi, kendala dan limitasi yang berperan sebagai faktor penunjang dan penghambat dalam pengembangan pola tataguna lahan, yaitu:

a. Lahan yang dapat dikembangkan (disebut wilayah kemungkinan), merupakan wilayah yang mempunyai kendala relatif kecil. Kemungkinan kesuaian lahan wilayah ini antara lain kesesuaian lahan untuk permukiman serta kesesuaian lahan pertanian lahan basah dan kering. b. Lahan yang mungkin dikembangkan dengan berbagai konsekuensi

ekonomi dan fisik (Wilayah Kendala). Wilayah kendala dalam pemanfaatan lahan sebaiknya diprioritaskan sebagai kawasan hutan produksi, perkebunan, dan persawahan.

c. Lahan yang tidak mungkin dikembangkan, karena merupakan limitasi mutlak yang berkonsekuensi luas secara ekonomi maupun fisik (Wilayah

(24)

Limitasi). Wilayah ini harus dikonservasi atau dikembangkan sebagai kawasan lindung.

Tabel. T-II.6.

Karakteristik Lahan Berdasarkan Kawasan URAIAN

KAWASAN DAYA DUKUNG LAHAN (Ha)

SINGKEP BARAT SINGKEP LINGGA LINGGA UTARA SENAYANG TOTAL Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) %

KAWASAN LINDUNG 9,230.30 28.01 2,038.02 6.19 14,421.67 43.77 2,817.10 8.55 4,441.41 13.48 32,948.50 16 Hutan Lindung 6,204.19 27.53 2,038.02 9.04 13,202.66 58.59 1,088.41 4.83 - - 22,533.28 68.39 Hutan Bakau 3,026.10 13.43 - - 1,219.01 - 1,728.69 - 4,441.41 - 10,415.22 46.22 KAWASAN BUDIDAYA 24,479.70 13.69 47,151.98 26.37 46,529.34 26.02 25,503.89 14.26 35,158.59 19.66 178,823.50 50 Hutan Produksi 8,091.89 35.91 16,160.03 71.72 22,216.53 98.59 12,489.93 55.43 - - 58,958.38 55.69 Pesawahan 475.15 2.11 2,351.17 10.43 1,589.73 7.06 1,205.35 5.35 6,508.59 28.88 12,129.99 11.46 Perkebunan 3,492.56 15.50 799.37 3.55 7,881.25 34.98 1,205.35 5.35 21,394.98 94.95 34,773.51 32.85 Permukiman 1,017.10 4.51 554.15 2.46 266.57 1.18 476.31 2.11 73.02 0.32 2,387.15 3.27 Pertanian Lahan Basah 4,483.00 19.90 15,357.26 68.15 10,071.26 44.70 3,198.00 14.19 4,908.00 21.78 38,017.52 52.11 Pertanian Lahan Kering 6,920.00 30.71 11,930.00 52.94 4,504.00 19.99 6,928.95 30.75 2,274.00 10.09 32,556.95 44.62 T O T A L 33,710.00 15.92 49,190.00 23.23 60,951.00 28.78 28,321.00 13.37 39,600.00 18.70 211,772.00 100

Sumber: Hasil Analisis, 2009

a) Kemampuan Lahan Morfologi-Kestabilan Lereng

Kestabilan lereng erat kaitannya dengan morfologi dan sifat batuan/tanah. Untuk wilayah Kabupaten Lingga, sifat tanah/batuan pada umumnya juga dapat dikatakan stabil, kecuali wilayah yang terdiri dari endapan lempung laut (M), serta endapan sungai yang muda.

b) Kemampuan Lahan Sumber Air

Kemampuan lahan hidrogeologi didasarkan kondisi topografi (morfologi), jenis batuan dan pola aliran sungai, juga kenampakannya di lapangan. Kemampuan lahan hidrogeologi Kabupaten Lingga adalah kemampuan

(25)

lahan mata air, kemampuan lahan air tanah dangkal dan kemampuan lahan air daerah pantai.

c) Kemampuan Lahan Mata Air

Suatu wilayah yang berfungsi sebagai tempat munculnya mata air di permukaan. Biasanya pada lereng punggung perbukitan, dicirikan oleh mulai berkembangnya sungai di beberapa tempat dapat pula dikontrol oleh perselingan litologi.

Pola aliran meandering mulai sedikit tampak tetapi disini proses sedimentasi umumnya belum terjadi kecuali pada sungai-sungai yang agak besar, kemampuan lahan mata air berpengaruh regional dalam kesetimbangan air khususnya air permukaan.

Wilayah di Kabupaten Lingga yang memiliki kemampuan sebagai lahan mata air adalah diantaranya Sungai Sergang di Kecamatan Singkep, Pelakak Kecamatan Singkep, Pulau Penuba Kecamatan Lingga, Kampung Putus Kecamatan Lingga, sekitar Sungai Keton Kecamatan Lingga, Kudung Kecamatan Lingga, Teluk tebing Kecamatan Lingga Utara, dan sekitar Limbong dan Sungai Limbong Kecamatan Lingga Utara.

d) Kemampuan Lahan Air Tanah Bebas

Kemampuan lahan air tanah bebas adalah suatu wilayah yang didominasi oleh kedalaman muka air tanah bebas sampai dangkal. Biasanya pada daerah landaian sampai dataran, dicirikan oleh pola aliran sungai yang kadang meandering dengan diisi oleh proses sedimentasi fluvial. Proses erosi lateral sudah nyata berkembang membentuk penampang sungai U. Kemampuan lahan air tanah bebas mempunyai pengaruh atas ketersedian air tanah dangkal yang sangat bermanfaat untuk kehidupan. Litologi di daerah ini berupa endapan aluvial yaitu endapan limpah banjir dan endapan sungai muda (sungai aktif). Batuan di daerah zona air tanah bebas ini umumnya telah lapuk menjadi lempung (tanah liat) berwarna abu-abu kecoklatan. Sebagian besar wilayah di Kabupaten Lingga mempunyai zona lahan air tanah bebas (zona air tanah dangkal).

(26)

e) Kemampuan Lahan Hidrologi Pantai

Kemampuan lahan hidrologi pantai adalah suatu wilayah yang berfungsi sebagai daerah pantai serta fungsi pelestarian air tanah tawar. Fisiografinya datar serta litologinya aluvium pantai. Bentuk sungai menganyam dan dimuaranya terbentuk endapan delta ataupun tidak. Proses sedimentasi kuat dan arus lemah.

Kemampuan lahan hidrologi pantai sangat mempengaruhi tata air dengan fungsi penahan intrusi air laut dan abrasi air laut, yang termasuk kawasan pantai adalah sepanjang pantai timur dan utara Lingga termasuk Kecamatan Lingga Utara, Kecamatan Lingga bagian Selatan. Kemampuan lahan hidrologi pantai ini dibagi dua zona, yaitu zona pantai sendiri dan zona rawa.

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

Kabupaten Lingga memiliki sejumlah potensi yang perlu dikembangkan demi kesejahteraan masyarakat serta kemajuan pembangunan Kabupaten Lingga itu sendiri, salah satunya adalah potensi sektor pertanian. Luas wilayah daratan Kabupaten Lingga untuk potensi lahan pertanian dan perkebunan pada tahun 2008 adalah seluas 78.232 ha. Potensi lahan pertanian terdiri potensi lahan sawah seluas 2.250 ha, potensi lahan perkebunan seluas 46.112 ha dan potensi lahan pertanian seluas 29.870 ha, sedangkan potensi lahan yang sudah dimanfaatkan baru seluas 21.610 ha yang terdiri dari perkebunan seluas 15.477 ha dan pertanian seluas 6.133 ha. Sisa lahan seluas 56.622 ha belum dimanfaatkan secara optimal.

Sekarang ini yang sudah dikembangkan adalah pertanian tanaman pangan yang terdiri dari tanaman palawija dan hortikultura. Setelah mengalami penurunan produksi pada tahun 2006, pada tahun-tahun berikutnya sebagian besar jenis komoditi memperlihatkan tren peningkatan yang cukup siginifikan. Produksi terbesar dan merupakan jenis komoditi yang merupakan unggulan daerah adalah ubi kayu, ubi jalar, dan jagung.

(27)

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan pemenuhan kebutuhan pangan di masyarakat, Pemerintah Kabupaten Lingga antara lain mengembangkan pembudidayaan jagung di daerah transmigrasi pada tahun 2008. Hasil penanaman jagung di daerah transmigrasi Bukit Langkap dan sekitarnya seluas 40 Ha menunjukkan tingkat produktifitas sebesar 3 Ton/Ha jagung pipilan. Hal ini memberikan harapan pengembangan produksi jagung hibrida di Kabupaten Lingga yang cukup besar dengan memanfaatkan lahan potensial yang mencapai luas 17.300 Ha.

Pada sektor komoditas sayur-sayuran, luas tanam sayur-sayuran pada tahun 2009 seluas 140 ha dengan rata-rata produksi sebanyak 35,97 ton/ha. Rata-rata produksi sayur-sayuran terbesar adalah cabe dengan luas tanam 13 ha dan rata-rata produksi sebanyak 13 ton/ha. Kedua adalah kacang panjang dengan luas tanam 13 ha dan rata-rata produksi sebanyak 9,1 ton/ha. Dan ketiga adalah ketimun dengan luas tanam 24 ha dan rata-rata produksi sebanyak 3,32 ton/ha. Komoditas sayur-sayuran lainnya mempunyai rata-rata produksi kurang dari 3 ton/ha. Beberapa kendala yang dihadapi para petani selain disebabkan kendala produksi adalah karena sulitnya pemasaran produk hasil pertanian. Meskipun demikian upaya peningkatan dan pengembangan produktivitas sayur-mayur di Kabupaten Lingga terus dilaksanakan.

Beberapa produksi buah-buahan di Kabupaten Lingga mempunyai potensi untuk dikembangkan di masa mendatang yaitu buah durian, dimana pada tahun 2009 sebesar 31,40 ton pertahun dan pada tahun 2008 produktivitasnya mencapai 3-4 Ton/Ha permusimnya dan dapat memenuhi permintaan durian di seluruh Kabupaten Lingga. Luas lahan yang telah dimanfaatkan untuk penanaman Durian di Kabupaten Lingga mencapai 538 Ha. Komoditas buah-buahan lainnya yang cukup berkembang antara lain nangka/cempedak yang bisa menghasilkan 141 Ton/Tahun, rambutan yang bisa menghasilkan 99 Ton/Tahun dan beberapa buah-buahan lainnya. Pemerintah Kabupaten Lingga juga mengembangkan budidaya tanaman salak pondoh. Luas lahan yang telah dimanfaatkan untuk pengembangan salak pondoh seluas 165 Ha. Beberapa desa

(28)

yang telah mengembangkan salak pondoh antara lain Kelurahan Dabo, Desa Kuala Raya, Desa Resun, Desa Merawang dan telah menghasilkan salak pondoh dengan produktifitas 9,37 Ton/Ha. adalah durian yang seluruhnya menghasilkan produksi sebanyak 3.848 Ton serta buah cempedak dengan hasil produksi seluruhnya 450 Ton.

Potensi perkebunan di Kabupaten Lingga didominasi oleh komoditas sagu yang luas lahannya mencapai 1.323 Ha dengan produksi yang dihasilkan seluruhnya adalah 12.439,564 Ton pada tahun 2009. Potensi perkebunan lainnya yang menjadi unggulan yaitu karet dengan luas lahan perkebunan mencapai 9.275,15 Ha dengan hasil produksi perkebunan karet seluruhnya sebanyak 3.118,082 Ton. Kemudian kelapa dengan luas lahan perkebunan mencapai 2.787,46 Ha dengan hasil produksi perkebunan kelapa sebanyak 1.160,698 Ton. Pada tahun 2009 pemerintah Kabupaten Lingga juga mulai mengembangkan tanaman Lada. Luas lahan yang telah digunakan seluas 73,87 Ha dan telah berproduksi sebesar 31.542 ton.

Potensi peternakan juga memiliki peluang pengembangan yang cukup besar di Kabupaten Lingga. Pada tahun 2009, populasi ternak sapi dan kambing telah dihasilkan 1.300 ekor sapi dan 624 ekor kambing dan telah tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Lingga. Sedangkan populasi babi mencapai 320 ekor babi. Untuk jenis ternak kecil/unggas yaitu ayam buras dan itik, populasinya menyebar diseluruh kecamatan dengan rincian populasi ayam buras sebanyak 72.412 ekor ayam buras dan itik sebanyak 1.847 ekor itik, sedangkan ayam ras pedaging populasinya sebanyak 31.200 ekor ayam ras.

Untuk potensi Potensi perikanan di Kabupaten Lingga didominasi oleh perikanan laut, baik itu penangkapan maupun budidaya laut (keramba jaring apung). Sektor perikanan laut merupakan sektor andalan di Kabupaten Lingga. Tahun 2009, produksi hasil penangkapan mencapai 19.245,946 ton, sedangkan hasil budidaya laut mencapai 164,979 ton. Meningkatnya hasil produksi perikanan di Kabupaten Lingga dari tahun ke tahun tidak bisa terlepas dari usaha Pemerintah Kabupaten Lingga dalam meningkatkan sarana dan prasarana sektor

(29)

perikanan. Pada tahun 2009, jumlah alat penangkapan ikan mencapai 9.768 unit, kapal motor berjumlah 2.691 unit, motor tempel berjumlah 99 unit, perahu tanpa motor berjumlah 1.745 unit, keramba berjumlah 1.021 kantong, kolam, 2,7 ha, dan rumpul laut 29 ha.

Potensi kehutanan yang masih terdapat di Kabupaten Lingga adalah hutan seluas 168.412 Ha yang menurut fungsinya terdiri dari hutan lindung 29.903 Ha atau 17,76 %, hutan produksi terbatas 14.423 Ha atau 8,56 % dan hutan produksi konversi seluas 124.086 Ha atau 73,68 % dari luas hutan yang ada di Kabupaten Lingga.

Untuk pengembangan pariwisata dan panorama alam, Kabupaten Lingga mempunyai tempat-tempat peninggalan sejarah yang layak untuk pengembangan pariwisata dan panorama alam yang indah yang berbukit dan terjal. Daerah ini mempunyai nilai-nilai budaya sebagai inti peradaban masyarakat yang kuat yang dapat dijadikan objek wisata. Objek wisata di Kabupaten Lingga seluruhnya ada 32 objek wisata yang terdapat di Kecamatan Singkep 7 objek wisata, Kecamatan Singkep Barat 2 objek wisata, Kecamatan Lingga 19 objek wisata, Kecamatan Lingga Utara 2 objek wisata dan Kecamatan Senayang 2 objek wisata.

Selain potensi sumber daya alam Kabupaten Lingga tersebut, potensi pengembangan wilayah juga menjelaskan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Lingga yang merupakan peruntukan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah Kabupaten Lingga untuk melaksanakan cita-cita pembangunan, yang meliputi peruntukkan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukkan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Lingga dijelaskan pada Tabel. T-II.7 berikut ini:

(30)

Tabel. T-II.7.

Rencana Pola Ruang Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031 No POLA RUANG

RINCIAN LUASAN TIAP KECAMATAN (Ha)

TOTAL

(Ha) %

LINGGA LINGGA

UTARA SENAYANG SINGKEP

SINGKEP BARAT I KAWASAN LINDUNG 1.Hutan Lindung 18.859 - - 5.573 957 25.389 11,99 2.Hutan bakau 2,788 2.308 13.518 1.331 8.648 28.593 13,50 3.Perlindungan Setempat 1.046 177 208 2.540 331 2.765 1,31 4.Resapan Air 1.801 - - 2.540 1.259 5.600 2,64 5.Hutan Kota 1.674 - - 315 - 1.989 0,94 6.Cagar Budaya 157 - - - - 157 0,07 7.Kawasan Lindung Lainnya 96,00 3,00 305,00 11,00 68,00 483 0,23 LUAS KAWASAN LINDUNG 64.977 30,68 II KAWASAN BUDIDAYA 1.Hutan Produksi Terbatas 4.415 3.172 4.747 1.968 1.169 15.471 7,31 2.Hutan Produksi Konversi 3.457 4.292 369 - - 8.118 3,83 3.Hutan Tanaman Rakyat 3.698 802 3.022 163 4.453 12.138 5,73 4.Industri 164 - - - 384 548 0,26 5.Pusat Pemerintah 121 - - - - 121 0,06 6.Pemukiman Perkotaan 5.156 164 779 3.056 643 9.798 4,63 7.Pemukiman Pedesaan 1.210 1.599 1.515 1.400 1.073 6.797 3,21 8.Perkebunan 9.845 12.755 20.493 15.660 18.247 77.000 36,36 9.Perikanan 538 74 267 - 443 1.322 0,62

(31)

10. Tanaman Pangan 3.647 40 - - 2.001 5.688 2,69 11. Hortikultura 860 1.489 - - 2.874 5.223 2,47 12. Peternakan 121 - 1.355 614 381 2.471 1,17 13. Pariwisata 706 269 788 549 45 2.357 1,11 14. TNI AL - - - 200 - 200 0,09 15. TPST 5 - - 5 - 10 0,00 16. TPU 7 - - 4 - 11 0,00 17. PLTGB - - - - 6 6 0,00 LUAS KAWASAN BUDIDAYA 147.278 69,55 JUMLAH TOTAL 211.772 100,00

Sumber: RTRW Kab. Lingga 2011-2031

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Di beberapa wilayah Kabupaten Lingga yang meliputi Kecamatan Lingga dan sebagian kecil di Kecamatan Lingga Utara serta Kecamatan Singkep, terindikasi termasuk wilayah rawan bencana, terutama wilayah yang memiliki kemiringan lereng lebih besar dari 70% (>360), ketinggian wilayah 262-815 meter

di atas permukaan laut, dan tingkat erosi sangat tinggi terutama erosi vertikalnya. Dengan rasio luas daratan 2.117,72 km2 (1 %) dan lautan 209,654

km2 (99%). Dapat dipastikan ancaman abrasi laut didukung dengan perubahan

cuaca yang ekstrim dapat saja terjadi.

Aktivitas penambangan timah, pembabatan hutan dan pembangunan yang terus meningkat, akan menuntut dibukanya jaringan jalan lintas wilayah perkotaan pedesaan dan fasilitas publik lainnya, sehingga dapat dipastikan jika tidak dilakukan pengendalian secara baik maka akan mempercepat kerusakan ekosistem lingkungan hidup. Kerusakan ekosistem dengan mengeksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali akan cenderung menimbulkan bencana longsor dan banjir.

Bencana gempa bumi, air pasang, angin ribut walaupun tidak dapat diprediksi kejadiannya juga masih menjadi tantangan di masa 20 tahun

(32)

mendatang, sehingga upaya-upaya penanggulangan bencana dan penyadaran masyarakat bahwa wilayah Kabupaten Lingga merupakan daerah yang rawan bencana harus terus dilakukan.

2.1.4. Demografi

Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari suatu pembangunan. Pembangunan yang dilaksanakan adalah dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Untuk itu, maka pemerintah pusat telah melaksanakan berbagai usaha dalam rangka untuk memecahkan masalah kependudukan. Masalah kependudukan apabila tidak diantisipasi secara dini maka akan menjadi bumerang bagi pemerintah Indonesia, khususnya Kabupaten Lingga.

Berdasarkan data penduduk tahun 2009, penduduk Kabupaten Lingga berjumlah 91.600 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki 50.180 jiwa (51,66 %) dan jenis kelamin perempuan 46.964 jiwa (48,34 %) dengan jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Singkep (30.503 jiwa) sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Lingga Utara (11.517 jiwa), dengan jumlah rumah tangga (Kepala Keluarga) sebanyak 19.344 Kepala Keluarga (KK). Jumlah penduduk Kabupaten Lingga tersebar di 5 Kecamatan dan 51 Desa dan 6 Kelurahan di Kabupaten Lingga.

Dilihat dari jumlah rumah tangga, Kecamatan Singkep merupakan kecamatan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) terbanyak karena kecamatan ini merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak. Jumlah rumah tangga di Kecamatan Singkep adalah sebanyak 6.228 Kepala Keluarga dan Kecamatan yang jumlah rumah tangganya paling sedikit adalah Kecamatan Lingga Utara dengan jumlah rumah tangga sebanyak 2.675 Kepala Keluarga. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk dan rumah tangga di Kabupaten Lingga dapat dilihat pada Tabel. T-II.8.

(33)

Tabel. T-II.8.

Jumlah Penduduk Dan Kepala Keluarga Kabupaten Lingga

No Kecamatan

Luas Wilayah daratan (Km2)

Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Kepala Keluarga (KK) Rata-rata Angka Kelahiran

Laki-laki*) Perempuan*) Total

1 Singkep Barat 337,10 8,268 7,817 16,085 2,628 6 2 Singkep 491,90 15,228 14,520 29,748 6,228 5 3 Lingga 609,51 8,673 8,015 16,688 3,884 4 4 Lingga Utara 283,21 5,849 5,427 11,276 2,675 4 5 Senayang 396,00 10,383 9,603 19,986 3,929 5 Jumlah 22.117,72 48,401 45,382 93,783 19,344 5

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga dalam Angka tahun 2009 dan Hasil Analisis, 2009. *) Data Aggregat Kependudukan tahun 2009

Jumlah penduduk di Kabupaten Lingga meningkat yaitu sebesar 3,04% bila dibandingkan tahun 2004, dimana pada tahun 2009 berjumlah 93,783 jiwa, sedangkan pada tahun 2004 berjumlah 80,289 jiwa. Dengan tingkat kepadatan penduduk 44 jiwa per km2.

Jumlah penduduk yang begitu besar dan terus bertambah setiap tahun tidak diimbangi dengan persebaran penduduk. Menurut hasil Sensus Penduduk 2010 penduduk dari Kabupaten Lingga tercatat 86.244 jiwa dengan kepadatan penduduk 41 jiwa per km2. Dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk tahun

(34)

Gambar. G-II.3

LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK KABUPATEN LINGGA, 1990 - 2010

Sumber: Data dalam Angka Kab. Lingga, 2011

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Aspek kesejahteraan masyarakat menjelaskan tentang perkembangan kesejahteraan Kabupaten Lingga, ditinjau dari sisi kesejahteraan masyarakat dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga.

a. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Gambaran umum ditinjau dari kesejahteraan masyarakat dan pemerataan ekonomi didasarkan atas indikator pertumbuhan ekonomi, PDRB perkapita dan pendapatan perkapita serta penduduk miskin. Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator ekonomi makro yang dapat menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lingga pada tahun 2009 adalah sebesar 6,63%, mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 6,65%.

1.23 0.24 0.82 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1990 2000 2010

(35)

Gambar. G-II.4

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingga Tahun 2005-2009

Sumber: LKPJ-AMJ Tahun Anggaran 2005-2010 Ket:

*) Angka Perbaikan **) Angka Sementara

Jika dilihat pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha pada tahun 2005-2009 hampir seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif. Bahkan untuk beberapa sektor laju pertumbuhannya mencapai lebih dari 10%. Namun, perlu diperhatikan bahwa walaupun secara persentase, kenaikan laju pertumbuhan beberapa sektor tersebut cukup besar namun secara besaran nominal nilainya masih sangat kecil.

Laju pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha untuk 3 sektor tertinggi adalah sektor Bangunan (13,16%), Pengangkutan dan Komunikasi (12,03%), dan Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (11,60%). Sektor bangunan terjadi pertumbuhan setiap tahunnya dikarena meningkatnya pembangunan fisik di Kabupaten Lingga, seperti pembangunan gedung sekolah, gedung perkantoran, pustu, polindes, pembangunan infrastruktur jalan, jembatan dan dermaga serta pembangunan fisik lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel. T-II.9 berikut ini.

6.05

6.5

6.71 6.65

6.63

(36)

Tabel. T-II.9.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingga Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 (%)

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008* 2009**

1. Pertanian 4,15 5,60 5,35 4,37 3,56

2. Pertambangan & Penggalian 7,47 10,07 10,67 10,72 10,73

3. Industri Pengolahan 6,13 (3,30) (1,19) (0.97) (0,08)

4. Listrik,Gas & Air Bersih 6,25 5,16 4,77 6,69 5,80

5. Bangunan 8,09 12,15 13,01 13,15 13,16

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 8,79 11,88 11,05 11,29 11,26

7. Pengangkutan & Komunikasi 9,28 13,16 11,46 12,06 12,03

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 7,44 13,42 11,25 11,66 11,60

9. Jasa-Jasa 4,71 10,81 10,43 10,67 10,66

PDRB 6,05 6,50 6,71 6,65 6,63

Sumber: LKPJ-AMJ Tahun Anggaran 2005-2010 Keterangan:

*) Angka Perbaikan **) Angka Sementara

Tabel. T-II.10 menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki peranan yang sangat besar dalam penciptaan nilai tambah pada perekonomian Kabupaten Lingga dalam kurun waktu empat tahun terakhir, dengan kontribusi diatas 37%, namun memiliki kecenderungan sumbangan yang terus menurun dari 41,63% pada tahun 2005 menjadi 37,01 pada tahun 2009. Subsektor yang memegang peranan penting pada sektor ini adalah perikanan. Kemudian kontributor terbesar kedua adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu 22,00%. Berbeda dengan sektor pertanian, sektor ini memiliki kecendrungan yang positif, yaitu 18,71% pada tahun 2005 menjadi 22,00% pada tahun 2009. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor ini masih menjanjikan untuk diminati oleh para pedagang karena wilayah Kabupaten Lingga merupakan daerah persimpangan atau transit perjalanan laut. Sub sektor perdagangan besar dan eceran merupakan kontributor terbesar terhadap pembentukan nilai tambah di sektor

(37)

ini. Sedangkan sektor yang paling kecil memberikan kontribusi pembentukan PDRB adalah sektor Listrik, Gas dan Air bersih yang hanya 0,22%.

Tabel. T-II.10.

Kontributor Pembentukan PDRB Kabupaten Lingga Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 (%)

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008* 2009**

1. Pertanian 41,63 40,41 39,26 38,16 37,01

2. Pertambangan & Penggalian 1,58 1,64 1,72 1,77 1,82

3. Industri Pengolahan 15,82 14,16 12,92 11,66 10,73

4. Listrik,Gas & Air Bersih 0,24 0,24 0,23 0,23 0,22

5. Bangunan 5,97 6,98 7,92 8,57 9,12

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 18,71 19,53 20,24 21,18 22,00

7. Pengangkutan & Komunikasi 7,98 8,60 8,95 9,49 9,88

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,60 3,79 3,90 3,98 4,13

9. Jasa-Jasa 4,46 4,66 4,86 4,97 5,09

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: LKPJ-AMJ Tahun Anggaran 2005-2010 Keterangan:

*) Angka Perbaikan **) Angka Sementara

Pengeluaran Rumah Tangga

Salah satu survei yang diselenggarakan BPS setiap tahun dan sangat dibutuhkan pemerintah sebagai alat monitoring program pembangunan khususnya bidang sosial adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Data yang dicakup pada kegiatan Susenas ini diantaranya adalah pengeluaran rumah tangga dan konsumsi rumah tangga yang dibedakan menjadi konsumsi makanan dan bukan makanan.

Data pengeluaran yang dibedakan menurut kelompok makanan dan bukan makanan ini dapat digunakan untuk melihat pola pengeluaran penduduk. Dari

(38)

data pengeluaran (sebagai proksi dari pendapatan) dapat pula dihitung tingkat ketimpangan pendapatan. Pada kondisi pendapatan terbatas, pemenuhan kebutuhan makanan akan menjadi prioritas utama sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan porsi pendapatan untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan untuk bukan makanan.

Secara umum, pengeluaran rata-rata perkapita di Kabupaten Lingga mengalami kenaikan, yaitu dari Rp 347.195 pada tahun 2009 menjadi Rp 367.094 pada tahun 2010. Dari data susenas 2010 tercatat bahwa penduduk Kabupaten Lingga menghabiskan sekitar 61.36% dari pendapatannya untuk belanja makanan, angka ini cenderung menurun dari tahun sebelumnya yang sebesar 64.19%. Sedangkan 38,64% sisanya digunakan untuk belanja non makanan yang jika dilihatpersentasenya cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun.

Distribusi Pendapatan

Salah satu indikator ekonomi makro untuk menilai tingkat ketidakmerataan (ketimpangan) pendapatan penduduk adalah dengan menggunakan Indeks Gini atau Gini ratio dan Kriteria Bank Dunia. Semakin kecil indeks Gini maka semakin kecil ketimpangan distribusi pendapatan. Pada tahun 2010, 40% penduduk yang berpengeluaran rendah menerima 21.53% dari seluruh pendapatan. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 21.28. Peningkatan juga terjadi pada kelompok penduduk berpengeluaran sedang yaitu dari 38.97 menjadi 39.49. Sedangkan pada kelompok penduduk berpengeluaran tinggi terjadi penurunan persentase yaitu dari 39.75 pada tahun 2009 menjadi 38.99 pada tahun 2010.

Indeks gini mengalami penurunan yaitu sebesar 0.308 pada tahun 2009 menjadi 0.303 pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa pola distribusi pengeluaran penduduk cenderung membaik.

(39)

Penduduk Miskin

Indikator jumlah danpersentase penduduk miskin merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk. Mengindentifikasi seseorang dikatakan miskin bukanlah hal yang mudah. Hal ini disebabkan karakteristik penduduk miskin antar daerah seringkali berbeda. Sementara di sisi lain, penentuan kriteria penduduk miskin juga menuntut agar keterbandingan antar daerah dapat dilakukan.

Berdasarkan data yang tersaji dalam Tabel. T-II.11 ini, jumlah rumah tangga miskin dan penduduk miskin di Kabupaten Lingga terjadi penurunan, dari 7.026 rumah tangga miskin menurun menjadi 6.810 rumah tangga miskin pada tahun 2009, begitu juga dengan jumlah penduduk miskin dari 24.352 jiwa turun menjadi 21.417 jiwa pada tahun 2009.

Tabel. T-II.11.

Banyaknya Rumah Tangga Miskin Dan Penduduk Miskin Menurut Kecamatan Di Kabupaten LinggaTahun 2005-2009

Kecamatan

Jumlah

Rumah Tangga Miskin Jumlah Penduduk Miskin

2005 2009 2005 2009 1. Singkep Barat 888 711 2.841 2.061 2. Singkep 1.223 1.165 3.750 3.108 3. Lingga 1.430 1.454 4.964 4.593 4. Lingga Utara 1.053 1.009 3.304 3.235 5. Senayang 2.432 2.471 9.493 8.420 Jumlah 7.026 6.810 24.352 21.417

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2008 dan 2009

b. Kesejahteraan Sosial

Pada fokus kesejahteraan soaial Kabupaten Lingga diukur dengan sejumlah indikator yang terkait dengan pendidikan, kesehatan, ekonomi dan

(40)

sosial. Bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi secara langsung terkait dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Sejak terbentuknya Lingga menjadi Kabupaten pada tahun 2003 dan dikeluarkannya nilai IPM tahun 2004, nilai IPM Kabupaten Lingga telah mencapai 67,7. Meskipun tergolong baru, tingkat pencapaian angka IPM tahun 2004 ini telah memposisikan Kabupaten Lingga pada peringkat ke-236 dari total sebanyak 434 Kabupaten/Kota Se-Indonesia.

Gambar. G-II.5

Nilai IPM Kabupaten Lingga Tahun 2004-2009

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2008 dan 2009

Jika dilihat pada Gambar. G-II.5 nilai IPM Kabupaten Lingga dari tahun 2004 s.d 2009 meningkat dari 67,7% tahun 2004, meningkat sebesar 69,4% tahun 2005, meningkat sebesar 69,6% pada tahun 2006, tahun 2007 meningkat sebesar 69,7%, dan meningkat sebesar 70,4% pada tahun 2008 serta meningkat sebesar 71.05 pada tahun 2009. Peningkatan angka IPM yang sangat signifikan diduga dipengaruhi oleh meningkatnya penduduk masuk ke Kabupaten Lingga yang berprofesi sebagai pegawai negeri dan tenaga pegawai daerah lainnya, utamanya dibagian

67.7

69.4 69.6 69.7

70.74 71.05

(41)

pemerintahan, pendidikan dan kesehatan. Selain itu, berbagai program pemerintah yang menyentuh masyarakat sudah mulai digulirkan.

Secara persentase, IPM Kabupaten Lingga meningkat dari tahun ke tahun, namun secara peringkat terjadi penurunan. Pada tahun 2008 dengan IPM sebesar 70,74. menempatkan Kabupaten Lingga berada pada peringkat lima diantara tujuh Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan untuk peringkat nasional, Kabupaten Lingga berada pada peringkat 220 diantara 440 Kabupaten/Kota di Indonesia, Sedangkan pada tahun 2009 dengan IPM sebesar 71,05 turun satu level ke peringkat 6 dari tujuh Kabupaten/Kota di Provinsi Riau, dan untuk nasional berada pada peringkat 231 dari 497 Kabupaten/Kota di Indonesia. Selengkapnya, IPM kabupaten Lingga dapat dilihat pada Tabel. T-II.12 berikut ini.

Tabel. T-II.12.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota/Propinsi Se-Kepulauan Riau, Dan Indonesia, Serta Peringkatnya Tahun 2009

Kabupaten/ Kota/Propinsi Angka Harapan Hidup (tahun) Angka Melek Huruf (persen) Rata2 Lama Sekolah (tahun) Rata2 Pengeluaran per Kapita Riil Disesuaikan (Rp 000) IPM Peringkat dari semua kabupaten/ kota/propinsi di Indonesia Karimun 69,86 95,19 7,81 636,34 73,15 133 Bintan 69,66 94,50 8,00 644,59 73,66 111 Natuna 68,21 95,92 6,93 615,21 70,11 290 Lingga 70,02 91,11 7,22 625,42 71,05 231 Kep. Anambas 67,23 90,00 5,35 626,35 67,94 393 Batam 70,76 98,85 10,71 648,13 77,51 16 Tanjungpinang 69,56 97,31 9,24 633,65 74,31 88 Prop. Kepri 69,75 96,08 8,96 641,63 74,54 6 Indonesia 69,21 92,58 7,72 631,50 71,76

-Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2009

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

Berdasarkan data yang bersumber dari Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009 menunjukkan bahwa jumlah penyandang masalah kesejahteraan

(42)

sosial yang ada di Kabupaten Lingga sebanyak 981 orang, terbanyak adalah dewasa cacat yaitu 288 orang, kemudian lansia terlantar berjumlah 249 orang, tuna daksa sebanyak 131 orang, dan 93 orang penyandang tuna netra.

Berdasarkan sebarannya, Kecamatan Singkep memiliki penyandang masalah kesejahteraan sosial terbanyak yaitu 307 orang, kemudian Kecamatan Lingga Utara sebanyak 230 orang, 187 orang di Kecamatan Lingga, Kecamatan Singkep Barat 138 orang dan 119 orang di Kecamatan Senayang.

Angkatan Kerja

Tenaga kerja adalah modal dasar bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Angkatan Kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja, sementara tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Penduduk berumur kurang dari 15 tahun meskipun telah melakukan pekerjaan guna memenuhi suatu kebutuhan hidup tidak dikategorikan sebagai angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan bagian dari aspek demografi penduduk yang mempunyai kecenderungan bertambah atau menurun sejalan dengan perubahan yang dialami oleh penduduk itu sendiri. Hal ini terjadi karena faktor alamiah sepeti kelahiran, kematian maupun perpindahan yang menyebabkan jadi bergesernya pola kependudukan secara keseluruhan.

Tabel. T-II.13.

Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama Dan Jenis Kelamin

Uraian Laki - laki Perempuan Lk + Pr

1. Angkatan Kerja 83,44 34,17 57,26

1. Bekerja 79,02 31,03 53,52

2. Mencari Pekerjaan 4,42 3,14 3,74

2. Bukan Angkatan Kerja 16,56 65,83 42,74

1. Sekolah 7,80 4,60 6,10

2. Mengurus Rumah Tangga 4,62 59,63 33,85

3. Lainnya 4,14 1,61 2,79

Jumlah 100,00 100,00 100,00

(43)

Berdasarkan data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik, pada tahun 2009 terdapat 57,26% penduduk angkatan kerja dan 42,74% penduduk bukan angkatan kerja. Bila dibandingkan berdasarkan jenis kelamin, ditahui bahwa penduduk laki-laki yang bekerja sebanyak 79,02% sementara penduduk perempuan yang bekerja sebanyaj 31,03%.

Berdasarkan Tabel-II.14, penduduk di Lingga yang bekerja, sebagian besar bekerja di sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan (39,54%) dan sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan (20,34%) . Sementara lapangan kerja yang paling sedikit dijadikan mata pencaharian oleh penduduk Lingga yaitu sektor Listrik, gas dan air minum yaitu 0,15%.

Tabel. T-II.14.

Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Dan Jenis Kelamin

Lapangan Usaha

Laki-Laki Perempua n Lk + Pr 1

. Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 47,59 21,47 39,54

2

. Pertambangan dan Penggalian 5,18 0,55 3,76

3

. Industri Pengolahan 6,96 16,07 9,76

4

. Listrik, Gas dan Air Minum 0,22 0,00 0,15

5

. Konstruksi 5,56 0,00 3,85

6

. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan Dan Hotel 11,91 25,21 16,00

7

. Transportasi, Pergudangan dan komunikasi 6,55 3,57 5,64

8 .

Lembaga Keuangan, Real Estate,Usaha Persewaanan Jasa

(44)

9

. Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan 14,91 32,52 20,34

Jumlah 100,00 100,00 100,0

0 Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009

Dari jenis pekerjaan yang ada di Kabupaten Lingga, wiraswasta adalah yang paling banyak dijalankan oleh penduduk. Tabel. T-II.15 menunjukkan penduduk yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 4.161 jiwa atau 8,68 % dari keseluruhan jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Lingga. Kemudian diikuti oleh jenis pekerjaan sebagai buruh/nelayan perikanan sebanyak 3.989 jiwa atau 8,32 % dari keseluruhan jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Lingga.

Tabel. T-II.15.

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Di Kabupaten Lingga Tahun 2009 (Penduduk Usia Kerja/Usia 15 Tahun Ke Atas)

No Jenis Pekerjaan Jumlah Prosentase

1 Wiraswasta 4.161 8,68

2 Buruh/ Nelayan Perikanan 3.989 8,32

3 Nelayan/ Perikanan 3.687 7,69

4 Buruh Harian Lepas 2.049 4,27

5 Karyawan Swasta 981 2,05

6 Pegawai Negeri Sipil 639 1,33

7 Guru 575 1,20

8 Karyawan Honorer 525 1,10

9 Petani/ Pekebun 437 0,91

10 Pembantu Rumah Tangga 437 0,91

11 Lainnya 30.456 63,53

Jumlah 47.936 100,00

(45)

c. Seni Budaya dan Agama

Kabupaten Lingga adalah masyarakat melayu sehingga memiliki daya tarik yang kuat terhadap kesenian. Bahkan sampai sekarang banyak yang terus dikembangkan dan dikenalkan, seperti kesusastraan, seni tari rakyat, seni teater dan lainnya. Ada beberapa kesenian yang terdapat di Kabupaten Lingga diantaranya:

a) Gurindam

Bahasa Gurindam cukup dikenal dan tidak asing lagi bagi telinga masyarakat Melayu Lingga. Bahkan Gema Gurindam menerobos sampai lintas negara dari yang paling dekat sampai yang paling jauh. Gurindam merupakan karya yang berisikan petuah dan nasehat. Gurindam 12 ini adalah karya dari Raja Ali Haji, beliau merupakan pujangga Istana masa Kerajaan Lingga-Riau. Konstum yang dikenakan untuk melantunkan Gurindam ini adalah baju kurung melayu, dengan peralatan musiknya berupa serunai, kompang dan gong. Dipentaskan pada saat penyambutan tamu, hari besar nasional dan festival kebudayaan-kesenian.

b) Teater Bangsawan

Teater Bangsawan adalah salah satu seni pertunjukan tradisional komedi stambul dengan cerita seputar kehidupan istana, keseniaan ini juga dikenal dengan nama wayang Bangsawan. Seni pertunjukan ini adalah kesenian yang menggabungkan musik, lagu, tari dan laga, dengan iringan musik seperti: biola, akordion, gendang, gong dan tambur.

c) Joget

Joget adalah salah satu tarian tradisional masyarakat melayu. Joget diantaranya: Joget Tandak atau Joget Lambak, disebut tandak karena penarinya bisa menjadi “ebeng”, dengan laki-lakinya yang menbayar disebut “Pandak”. Joget ini dikenal sejak abad 17 dengan iringan musik seperti: drum, violin dan gong dengan lagu dondang sayang dan tarian bertabik. Joget akan ditutup lagu khusus yaitu Cik Milik.

(46)

d) Zapin

Sebenarnya kesenian tari Zapin ini berasal dari Arab yang mentradisi masyarakat Melayu. Kesenian ini dibawa oleh kaum laki-laki karena tarian ini memang bayak mengeluarkan tenaga (energik). Seiring perkembangan jaman tarian ini tidak hanya dimonopoli oleh kaum lelaki tetapi kaum wanita juga ikut menarikannya, bahkan kesenian ini menjadi tarian pergaulan masyarakat Melayu.

Selaras dengan asalnya, tarian ini tidak terlepas dari rohnya yang islami, yang tercermin dari konstumnya berupa teluk belanga dan baju kurung yang tidak memperlihatkan aurat. Zapi ini diiringi dengan alat musik gambus. Kreasi tarian zapin terbaru adalah Zapin Tali, Zapin Lambak, Zapin Pedang, Zapin Tepurung, Zapin Bengkalis, Zapin Silang, Zapin Ar-Rajul (Para Lelaki), Zapin Tembong, Zapin Tradisional dan lainnya. Sementara di Masyarakat Daik Lingga Bunda Tanah Melayu di kenal tarian Zapin Damnah yang merupakan tarian dengan diangkat dari kehidupan masyarakat sehari-hari.

e) Gazal

Kesenian ini juga berasal dari timur tengah. Gazal adalah bahasa Arab yang berarti Sajak. Kesenian ini masuk Melayu dari Malaysia tepatnya dari Muara ke Johor baru masuk Kepulaun Riau dan tumbuh subur di Pulau Penyengat.

Kesenian Gazal juga merupakan alat dakwah untuk penyebaran agama Islam, namun sekarang ini lebih berfungsi sebagai salah satu hiburan.

f) Kompang

Kompang adalah kesenian yang menyerupai hadrah dengan para pemain melantunkan syair berbahasa Arab-Parsi yang berisi puji-pujian terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diiringi dengan lantunan rebana. Kesenian ini biasanya diselenggarakan pada pesta perkawinan, khitanan, penyambutan tamu dan lainnya.

Gambar

Tabel Penetapan Indikator Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

Ruangan ini dapat di definisikan sebagai pusat rumah dan juga rnenyatakan peran utama rumah sebagai ternpat rnenetap sekaligus rne1estarikan kehidupan (dalam tidur dan

CV Ashifa Jati Indofurni tidak melakukan impor bahan baku/produk kayu, bahan baku seluruhnya berasal dari pemasok domestik. Verifier 2.1.2.(f) Rekomendasi

Mesin S80ME-C7 milik MAN yang bermesin diesel mengkonsumsi 155 grams (5.5 oz) bahan bakar per kWh dan menghasilkan efisiensi sebesar 54.4%, sehingga

Sebagai naskah Sunda Kuno, Fragmen Carita Parahyangan merupakan salah satu naskah Sunda dari abad XVI Masehi yang berbahan lontar dan ditulis dalam bahasa serta aksara Sunda

Susu impor yang didatangkan dari luar negeri merupakan susu olahan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan susu sapi segar sangat tergantung dari produksi susu nasional di

Puncak populasi Daphnia yang dibudi- daya dengan memakai media kotoran ayam ter- jadi pada hari ke tujuh, dengan jumlah individu yang hanya mencapai antara 20.8 – 30.7% dari

[r]

Seiring perkembangan perbankan syariah di Indonesia, kajian-kajian dan penelitian-penelitian mengenai perbankkan syariah umumnya dan perilaku kinerja keuangan secara