• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek kesejahteraan masyarakat menjelaskan tentang perkembangan kesejahteraan Kabupaten Lingga, ditinjau dari sisi kesejahteraan masyarakat dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga.

a. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Gambaran umum ditinjau dari kesejahteraan masyarakat dan pemerataan ekonomi didasarkan atas indikator pertumbuhan ekonomi, PDRB perkapita dan pendapatan perkapita serta penduduk miskin. Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator ekonomi makro yang dapat menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lingga pada tahun 2009 adalah sebesar 6,63%, mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 6,65%.

1.23 0.24 0.82 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1990 2000 2010

Gambar. G-II.4

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingga Tahun 2005-2009

Sumber: LKPJ-AMJ Tahun Anggaran 2005-2010 Ket:

*) Angka Perbaikan **) Angka Sementara

Jika dilihat pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha pada tahun 2005-2009 hampir seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif. Bahkan untuk beberapa sektor laju pertumbuhannya mencapai lebih dari 10%. Namun, perlu diperhatikan bahwa walaupun secara persentase, kenaikan laju pertumbuhan beberapa sektor tersebut cukup besar namun secara besaran nominal nilainya masih sangat kecil.

Laju pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha untuk 3 sektor tertinggi adalah sektor Bangunan (13,16%), Pengangkutan dan Komunikasi (12,03%), dan Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (11,60%). Sektor bangunan terjadi pertumbuhan setiap tahunnya dikarena meningkatnya pembangunan fisik di Kabupaten Lingga, seperti pembangunan gedung sekolah, gedung perkantoran, pustu, polindes, pembangunan infrastruktur jalan, jembatan dan dermaga serta pembangunan fisik lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel. T-II.9 berikut ini.

6.05

6.5

6.71 6.65

6.63

Tabel. T-II.9.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingga Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 (%)

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008* 2009**

1. Pertanian 4,15 5,60 5,35 4,37 3,56

2. Pertambangan & Penggalian 7,47 10,07 10,67 10,72 10,73

3. Industri Pengolahan 6,13 (3,30) (1,19) (0.97) (0,08)

4. Listrik,Gas & Air Bersih 6,25 5,16 4,77 6,69 5,80

5. Bangunan 8,09 12,15 13,01 13,15 13,16

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 8,79 11,88 11,05 11,29 11,26

7. Pengangkutan & Komunikasi 9,28 13,16 11,46 12,06 12,03

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 7,44 13,42 11,25 11,66 11,60

9. Jasa-Jasa 4,71 10,81 10,43 10,67 10,66

PDRB 6,05 6,50 6,71 6,65 6,63

Sumber: LKPJ-AMJ Tahun Anggaran 2005-2010 Keterangan:

*) Angka Perbaikan **) Angka Sementara

Tabel. T-II.10 menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki peranan yang sangat besar dalam penciptaan nilai tambah pada perekonomian Kabupaten Lingga dalam kurun waktu empat tahun terakhir, dengan kontribusi diatas 37%, namun memiliki kecenderungan sumbangan yang terus menurun dari 41,63% pada tahun 2005 menjadi 37,01 pada tahun 2009. Subsektor yang memegang peranan penting pada sektor ini adalah perikanan. Kemudian kontributor terbesar kedua adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu 22,00%. Berbeda dengan sektor pertanian, sektor ini memiliki kecendrungan yang positif, yaitu 18,71% pada tahun 2005 menjadi 22,00% pada tahun 2009. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor ini masih menjanjikan untuk diminati oleh para pedagang karena wilayah Kabupaten Lingga merupakan daerah persimpangan atau transit perjalanan laut. Sub sektor perdagangan besar dan eceran merupakan kontributor terbesar terhadap pembentukan nilai tambah di sektor

ini. Sedangkan sektor yang paling kecil memberikan kontribusi pembentukan PDRB adalah sektor Listrik, Gas dan Air bersih yang hanya 0,22%.

Tabel. T-II.10.

Kontributor Pembentukan PDRB Kabupaten Lingga Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 (%)

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008* 2009**

1. Pertanian 41,63 40,41 39,26 38,16 37,01

2. Pertambangan & Penggalian 1,58 1,64 1,72 1,77 1,82

3. Industri Pengolahan 15,82 14,16 12,92 11,66 10,73

4. Listrik,Gas & Air Bersih 0,24 0,24 0,23 0,23 0,22

5. Bangunan 5,97 6,98 7,92 8,57 9,12

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 18,71 19,53 20,24 21,18 22,00

7. Pengangkutan & Komunikasi 7,98 8,60 8,95 9,49 9,88

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,60 3,79 3,90 3,98 4,13

9. Jasa-Jasa 4,46 4,66 4,86 4,97 5,09

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: LKPJ-AMJ Tahun Anggaran 2005-2010 Keterangan:

*) Angka Perbaikan **) Angka Sementara

Pengeluaran Rumah Tangga

Salah satu survei yang diselenggarakan BPS setiap tahun dan sangat dibutuhkan pemerintah sebagai alat monitoring program pembangunan khususnya bidang sosial adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Data yang dicakup pada kegiatan Susenas ini diantaranya adalah pengeluaran rumah tangga dan konsumsi rumah tangga yang dibedakan menjadi konsumsi makanan dan bukan makanan.

Data pengeluaran yang dibedakan menurut kelompok makanan dan bukan makanan ini dapat digunakan untuk melihat pola pengeluaran penduduk. Dari

data pengeluaran (sebagai proksi dari pendapatan) dapat pula dihitung tingkat ketimpangan pendapatan. Pada kondisi pendapatan terbatas, pemenuhan kebutuhan makanan akan menjadi prioritas utama sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan porsi pendapatan untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan untuk bukan makanan.

Secara umum, pengeluaran rata-rata perkapita di Kabupaten Lingga mengalami kenaikan, yaitu dari Rp 347.195 pada tahun 2009 menjadi Rp 367.094 pada tahun 2010. Dari data susenas 2010 tercatat bahwa penduduk Kabupaten Lingga menghabiskan sekitar 61.36% dari pendapatannya untuk belanja makanan, angka ini cenderung menurun dari tahun sebelumnya yang sebesar 64.19%. Sedangkan 38,64% sisanya digunakan untuk belanja non makanan yang jika dilihatpersentasenya cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun.

Distribusi Pendapatan

Salah satu indikator ekonomi makro untuk menilai tingkat ketidakmerataan (ketimpangan) pendapatan penduduk adalah dengan menggunakan Indeks Gini atau Gini ratio dan Kriteria Bank Dunia. Semakin kecil indeks Gini maka semakin kecil ketimpangan distribusi pendapatan. Pada tahun 2010, 40% penduduk yang berpengeluaran rendah menerima 21.53% dari seluruh pendapatan. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 21.28. Peningkatan juga terjadi pada kelompok penduduk berpengeluaran sedang yaitu dari 38.97 menjadi 39.49. Sedangkan pada kelompok penduduk berpengeluaran tinggi terjadi penurunan persentase yaitu dari 39.75 pada tahun 2009 menjadi 38.99 pada tahun 2010.

Indeks gini mengalami penurunan yaitu sebesar 0.308 pada tahun 2009 menjadi 0.303 pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa pola distribusi pengeluaran penduduk cenderung membaik.

Penduduk Miskin

Indikator jumlah danpersentase penduduk miskin merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk. Mengindentifikasi seseorang dikatakan miskin bukanlah hal yang mudah. Hal ini disebabkan karakteristik penduduk miskin antar daerah seringkali berbeda. Sementara di sisi lain, penentuan kriteria penduduk miskin juga menuntut agar keterbandingan antar daerah dapat dilakukan.

Berdasarkan data yang tersaji dalam Tabel. T-II.11 ini, jumlah rumah tangga miskin dan penduduk miskin di Kabupaten Lingga terjadi penurunan, dari 7.026 rumah tangga miskin menurun menjadi 6.810 rumah tangga miskin pada tahun 2009, begitu juga dengan jumlah penduduk miskin dari 24.352 jiwa turun menjadi 21.417 jiwa pada tahun 2009.

Tabel. T-II.11.

Banyaknya Rumah Tangga Miskin Dan Penduduk Miskin Menurut Kecamatan Di Kabupaten LinggaTahun 2005-2009

Kecamatan

Jumlah

Rumah Tangga Miskin Jumlah Penduduk Miskin

2005 2009 2005 2009 1. Singkep Barat 888 711 2.841 2.061 2. Singkep 1.223 1.165 3.750 3.108 3. Lingga 1.430 1.454 4.964 4.593 4. Lingga Utara 1.053 1.009 3.304 3.235 5. Senayang 2.432 2.471 9.493 8.420 Jumlah 7.026 6.810 24.352 21.417

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2008 dan 2009

b. Kesejahteraan Sosial

Pada fokus kesejahteraan soaial Kabupaten Lingga diukur dengan sejumlah indikator yang terkait dengan pendidikan, kesehatan, ekonomi dan

sosial. Bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi secara langsung terkait dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Sejak terbentuknya Lingga menjadi Kabupaten pada tahun 2003 dan dikeluarkannya nilai IPM tahun 2004, nilai IPM Kabupaten Lingga telah mencapai 67,7. Meskipun tergolong baru, tingkat pencapaian angka IPM tahun 2004 ini telah memposisikan Kabupaten Lingga pada peringkat ke-236 dari total sebanyak 434 Kabupaten/Kota Se-Indonesia.

Gambar. G-II.5

Nilai IPM Kabupaten Lingga Tahun 2004-2009

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2008 dan 2009

Jika dilihat pada Gambar. G-II.5 nilai IPM Kabupaten Lingga dari tahun 2004 s.d 2009 meningkat dari 67,7% tahun 2004, meningkat sebesar 69,4% tahun 2005, meningkat sebesar 69,6% pada tahun 2006, tahun 2007 meningkat sebesar 69,7%, dan meningkat sebesar 70,4% pada tahun 2008 serta meningkat sebesar 71.05 pada tahun 2009. Peningkatan angka IPM yang sangat signifikan diduga dipengaruhi oleh meningkatnya penduduk masuk ke Kabupaten Lingga yang berprofesi sebagai pegawai negeri dan tenaga pegawai daerah lainnya, utamanya dibagian

67.7

69.4 69.6 69.7

70.74 71.05

pemerintahan, pendidikan dan kesehatan. Selain itu, berbagai program pemerintah yang menyentuh masyarakat sudah mulai digulirkan.

Secara persentase, IPM Kabupaten Lingga meningkat dari tahun ke tahun, namun secara peringkat terjadi penurunan. Pada tahun 2008 dengan IPM sebesar 70,74. menempatkan Kabupaten Lingga berada pada peringkat lima diantara tujuh Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan untuk peringkat nasional, Kabupaten Lingga berada pada peringkat 220 diantara 440 Kabupaten/Kota di Indonesia, Sedangkan pada tahun 2009 dengan IPM sebesar 71,05 turun satu level ke peringkat 6 dari tujuh Kabupaten/Kota di Provinsi Riau, dan untuk nasional berada pada peringkat 231 dari 497 Kabupaten/Kota di Indonesia. Selengkapnya, IPM kabupaten Lingga dapat dilihat pada Tabel. T-II.12 berikut ini.

Tabel. T-II.12.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota/Propinsi Se-Kepulauan Riau, Dan Indonesia, Serta Peringkatnya Tahun 2009

Kabupaten/ Kota/Propinsi Angka Harapan Hidup (tahun) Angka Melek Huruf (persen) Rata2 Lama Sekolah (tahun) Rata2 Pengeluaran per Kapita Riil Disesuaikan (Rp 000) IPM Peringkat dari semua kabupaten/ kota/propinsi di Indonesia Karimun 69,86 95,19 7,81 636,34 73,15 133 Bintan 69,66 94,50 8,00 644,59 73,66 111 Natuna 68,21 95,92 6,93 615,21 70,11 290 Lingga 70,02 91,11 7,22 625,42 71,05 231 Kep. Anambas 67,23 90,00 5,35 626,35 67,94 393 Batam 70,76 98,85 10,71 648,13 77,51 16 Tanjungpinang 69,56 97,31 9,24 633,65 74,31 88 Prop. Kepri 69,75 96,08 8,96 641,63 74,54 6 Indonesia 69,21 92,58 7,72 631,50 71,76

-Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2009

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

Berdasarkan data yang bersumber dari Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009 menunjukkan bahwa jumlah penyandang masalah kesejahteraan

sosial yang ada di Kabupaten Lingga sebanyak 981 orang, terbanyak adalah dewasa cacat yaitu 288 orang, kemudian lansia terlantar berjumlah 249 orang, tuna daksa sebanyak 131 orang, dan 93 orang penyandang tuna netra.

Berdasarkan sebarannya, Kecamatan Singkep memiliki penyandang masalah kesejahteraan sosial terbanyak yaitu 307 orang, kemudian Kecamatan Lingga Utara sebanyak 230 orang, 187 orang di Kecamatan Lingga, Kecamatan Singkep Barat 138 orang dan 119 orang di Kecamatan Senayang.

Angkatan Kerja

Tenaga kerja adalah modal dasar bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Angkatan Kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja, sementara tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Penduduk berumur kurang dari 15 tahun meskipun telah melakukan pekerjaan guna memenuhi suatu kebutuhan hidup tidak dikategorikan sebagai angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan bagian dari aspek demografi penduduk yang mempunyai kecenderungan bertambah atau menurun sejalan dengan perubahan yang dialami oleh penduduk itu sendiri. Hal ini terjadi karena faktor alamiah sepeti kelahiran, kematian maupun perpindahan yang menyebabkan jadi bergesernya pola kependudukan secara keseluruhan.

Tabel. T-II.13.

Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama Dan Jenis Kelamin

Uraian Laki - laki Perempuan Lk + Pr

1. Angkatan Kerja 83,44 34,17 57,26

1. Bekerja 79,02 31,03 53,52

2. Mencari Pekerjaan 4,42 3,14 3,74

2. Bukan Angkatan Kerja 16,56 65,83 42,74

1. Sekolah 7,80 4,60 6,10

2. Mengurus Rumah Tangga 4,62 59,63 33,85

3. Lainnya 4,14 1,61 2,79

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Berdasarkan data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik, pada tahun 2009 terdapat 57,26% penduduk angkatan kerja dan 42,74% penduduk bukan angkatan kerja. Bila dibandingkan berdasarkan jenis kelamin, ditahui bahwa penduduk laki-laki yang bekerja sebanyak 79,02% sementara penduduk perempuan yang bekerja sebanyaj 31,03%.

Berdasarkan Tabel-II.14, penduduk di Lingga yang bekerja, sebagian besar bekerja di sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan (39,54%) dan sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan (20,34%) . Sementara lapangan kerja yang paling sedikit dijadikan mata pencaharian oleh penduduk Lingga yaitu sektor Listrik, gas dan air minum yaitu 0,15%.

Tabel. T-II.14.

Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Dan Jenis Kelamin

Lapangan Usaha

Laki-Laki Perempua n Lk + Pr 1

. Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 47,59 21,47 39,54

2

. Pertambangan dan Penggalian 5,18 0,55 3,76

3

. Industri Pengolahan 6,96 16,07 9,76

4

. Listrik, Gas dan Air Minum 0,22 0,00 0,15

5

. Konstruksi 5,56 0,00 3,85

6

. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan Dan Hotel 11,91 25,21 16,00

7

. Transportasi, Pergudangan dan komunikasi 6,55 3,57 5,64

8 .

Lembaga Keuangan, Real Estate,Usaha Persewaanan Jasa

9

. Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan 14,91 32,52 20,34

Jumlah 100,00 100,00 100,0

0 Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009

Dari jenis pekerjaan yang ada di Kabupaten Lingga, wiraswasta adalah yang paling banyak dijalankan oleh penduduk. Tabel. T-II.15 menunjukkan penduduk yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 4.161 jiwa atau 8,68 % dari keseluruhan jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Lingga. Kemudian diikuti oleh jenis pekerjaan sebagai buruh/nelayan perikanan sebanyak 3.989 jiwa atau 8,32 % dari keseluruhan jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Lingga.

Tabel. T-II.15.

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Di Kabupaten Lingga Tahun 2009 (Penduduk Usia Kerja/Usia 15 Tahun Ke Atas)

No Jenis Pekerjaan Jumlah Prosentase

1 Wiraswasta 4.161 8,68

2 Buruh/ Nelayan Perikanan 3.989 8,32

3 Nelayan/ Perikanan 3.687 7,69

4 Buruh Harian Lepas 2.049 4,27

5 Karyawan Swasta 981 2,05

6 Pegawai Negeri Sipil 639 1,33

7 Guru 575 1,20

8 Karyawan Honorer 525 1,10

9 Petani/ Pekebun 437 0,91

10 Pembantu Rumah Tangga 437 0,91

11 Lainnya 30.456 63,53

Jumlah 47.936 100,00

c. Seni Budaya dan Agama

Kabupaten Lingga adalah masyarakat melayu sehingga memiliki daya tarik yang kuat terhadap kesenian. Bahkan sampai sekarang banyak yang terus dikembangkan dan dikenalkan, seperti kesusastraan, seni tari rakyat, seni teater dan lainnya. Ada beberapa kesenian yang terdapat di Kabupaten Lingga diantaranya:

a) Gurindam

Bahasa Gurindam cukup dikenal dan tidak asing lagi bagi telinga masyarakat Melayu Lingga. Bahkan Gema Gurindam menerobos sampai lintas negara dari yang paling dekat sampai yang paling jauh. Gurindam merupakan karya yang berisikan petuah dan nasehat. Gurindam 12 ini adalah karya dari Raja Ali Haji, beliau merupakan pujangga Istana masa Kerajaan Lingga-Riau. Konstum yang dikenakan untuk melantunkan Gurindam ini adalah baju kurung melayu, dengan peralatan musiknya berupa serunai, kompang dan gong. Dipentaskan pada saat penyambutan tamu, hari besar nasional dan festival kebudayaan-kesenian.

b) Teater Bangsawan

Teater Bangsawan adalah salah satu seni pertunjukan tradisional komedi stambul dengan cerita seputar kehidupan istana, keseniaan ini juga dikenal dengan nama wayang Bangsawan. Seni pertunjukan ini adalah kesenian yang menggabungkan musik, lagu, tari dan laga, dengan iringan musik seperti: biola, akordion, gendang, gong dan tambur.

c) Joget

Joget adalah salah satu tarian tradisional masyarakat melayu. Joget diantaranya: Joget Tandak atau Joget Lambak, disebut tandak karena penarinya bisa menjadi “ebeng”, dengan laki-lakinya yang menbayar disebut “Pandak”. Joget ini dikenal sejak abad 17 dengan iringan musik seperti: drum, violin dan gong dengan lagu dondang sayang dan tarian bertabik. Joget akan ditutup lagu khusus yaitu Cik Milik.

d) Zapin

Sebenarnya kesenian tari Zapin ini berasal dari Arab yang mentradisi masyarakat Melayu. Kesenian ini dibawa oleh kaum laki-laki karena tarian ini memang bayak mengeluarkan tenaga (energik). Seiring perkembangan jaman tarian ini tidak hanya dimonopoli oleh kaum lelaki tetapi kaum wanita juga ikut menarikannya, bahkan kesenian ini menjadi tarian pergaulan masyarakat Melayu.

Selaras dengan asalnya, tarian ini tidak terlepas dari rohnya yang islami, yang tercermin dari konstumnya berupa teluk belanga dan baju kurung yang tidak memperlihatkan aurat. Zapi ini diiringi dengan alat musik gambus. Kreasi tarian zapin terbaru adalah Zapin Tali, Zapin Lambak, Zapin Pedang, Zapin Tepurung, Zapin Bengkalis, Zapin Silang, Zapin Ar-Rajul (Para Lelaki), Zapin Tembong, Zapin Tradisional dan lainnya. Sementara di Masyarakat Daik Lingga Bunda Tanah Melayu di kenal tarian Zapin Damnah yang merupakan tarian dengan diangkat dari kehidupan masyarakat sehari-hari.

e) Gazal

Kesenian ini juga berasal dari timur tengah. Gazal adalah bahasa Arab yang berarti Sajak. Kesenian ini masuk Melayu dari Malaysia tepatnya dari Muara ke Johor baru masuk Kepulaun Riau dan tumbuh subur di Pulau Penyengat.

Kesenian Gazal juga merupakan alat dakwah untuk penyebaran agama Islam, namun sekarang ini lebih berfungsi sebagai salah satu hiburan.

f) Kompang

Kompang adalah kesenian yang menyerupai hadrah dengan para pemain melantunkan syair berbahasa Arab-Parsi yang berisi puji-pujian terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diiringi dengan lantunan rebana. Kesenian ini biasanya diselenggarakan pada pesta perkawinan, khitanan, penyambutan tamu dan lainnya.

Kabupaten Lingga memiliki grup kesenian yang berjumlah 26 buah yang tersebar di beberapa Kecamatan, terbanyak terdapat di Kecamatan Singkep yaitu 10 buah, Kecamatan Lingga 6 buah, 4 buah di Kecamatan Lingga Utara dan Kecamatan Singkep Barat dan Kecamatan Lingga Utara masing-masing 4 buah, dan Kecamatan Senayang 2 buah.

Keagamaan

Pembangunan di bidang fisik harus diimbangi dengan pembangunan dibidang mental spiritual sehingga akan ada keseimbangan dan keserasian antara kepentingan duniawi dan ukhrawi. Kehidupan beragama yang harmonis antara umat beragama di Kabupaten Lingga telah terjalin dengan kokoh. Melaksanakan ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam. Jumlah jemaah haji dari Kabupaten Lingga yang diberangkatkan pada tahun 2010 adalah sebanyak 50 orang atau naik 11% dibandingkan dengan tahun 2009.

Dokumen terkait