BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.8 Kerangka Pikir
Berdasarkan permasalahan dan uraian landasan teori yang diajukan, maka kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan berikut ini.
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Ketersediaan Tenaga Kesehatan
untuk kesiapan dalam menghadai era JKN di BLUD RSU Tgk Chik
kesiapan dalam menghadai era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli:
1. Prasarana rumah sakit
2. Sarana Peralatan medis rumah sakit
3. Obat di rumah sakit
(Permenkes RI Nomor 56 Tahun 2014)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Metode ini dianggap relevan dan sesuai dengan topik penelitian ini yang bertujuan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dan secara detail tentang ketersediaan tenaga kesehatan dan kecukupan infrastruktur dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie di Era JKN.
Sesuai dengan yang diungkapkan Creswell (1994) “Qualitative research focuses on the process that is occurring as well as the product or outcome.
Researchers are particulars interested in understanding how things occurs.”
Didefinisikan bahwa pendekatan kualitatif lebih menekankan perhatian pada proses dan makna yang bersifat deskriptif didapat melalui kata atau gambar serta bersifat induktif.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie, yaitu sebuah rumah sakit kelas B. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah:
1. Rumah sakit ini merupakan salah rumah sakit pemerintah yang melaksanakan program JKN untuk masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Sebelumnya tidak pernah dilakukan penelitian dengan topik yang sama dengan topik penelitian ini.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian diawali dari proses pembuatan proposal yang dimulai sejak bulan Januari 2015. Proses pengumpulan data dilakukan pada bulan April 2015.
3.3 Sumber Informasi
Dalam penelitian ini penentuan sumber informasi baik sumber informasi kunci maupun sumber informasi tambahan dilakukan dengan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2009) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data pertimbangan tertentu yakni sumber data dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, sehingga mempermudah peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang sedang diteliti, yang menjadi kepedulian dalam pengambilan sampel penelitian kualitatif adalah tuntasnya pemerolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada, bukan pada banyak sumber data.
Sumber informasi dalam penelitian ditetapkan sebanyak 9 orang yang diambil dari pihak-pihak yang terkait dengan kesiapan BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli di era JKN yaitu:
Tabel 3.1 Kriteria Sumber Informasi
BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli
1 Kepala Sub Bidang Rawat Inap dan Rawat Jalan.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Pada penelitian kualitatif, instrumen utama penelitiannya adalah peneliti sendiri dengan menggunakan alat bantu pedoman wawancara. Menurut Sugiyono (2009) dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri menjadi instrumen penelitian dan berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih sumber informasi, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menganalisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Oleh karena itu, tahap ini tidak boleh salah dan harus dilakukan dengan cermat sesuai prosedur dan ciri-ciri penelitian kualitatif. Sebab, kesalahan atau ketidaksempurnaan dalam metode pengumpulan data akan berakibat kurang akuratnya hasil penelitiannya atau bias.
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam secara terstruktur dengan para informan.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari data-data dan laporan-laporan yang terkait dengan data tenaga kesehatan, infrastruktur dan kesiapan BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli dalam melayani pasien di era JKN.
Adapun teknis atau cara dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Wawancara mendalam (depth interview)
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada informan. Wawancara mendalam dilakukan secara bebas terkontrol artinya wawancara dilakukan secara bebas. Sehingga data yang diperoleh adalah data yang luas dan mendalam, tetapi masih memperhatikan unsur terpimpin yang memungkinkan masih terpenuhinya prinsip-prinsip komparabilitas dan reliabilitas secara langsung dapat diarahkan dan
digunakan dalam wawancara ini, akan tetapi dalam pelaksanaannya wawancara dibuat bervariasi dan disesuaikan dengan situasi yang ada, sehingga tidak kaku. Hasil wawancara direkam dan dicatat untuk menghindari terjadinya kesesatan “recording”.
Disamping itu peneliti juga menggunakan teknik recall (ulangan) yaitu menggunakan pertanyaan yang sama tentang suatu hal. Ini dimaksudkan untuk memperoleh kepastian jawaban dari informan. Apabila hasil jawaban pertama dan selanjutnya sama, maka data dapat disebut sudah final.
2. Studi Dokumentasi
Dalam penelitian ini teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekunder dari dokumen-dokumen arsip dan catatan lain yang dianggap perlu dalam penelitian ini. Dokumen dimaksud diantaranya adalah: data rekam medik, foto-foto dan profil rumah sakit. Data yang diambil dalam dokumen tersebut dilakukan dengan cara dikutip secara langsung dan tidak langsung.
3.6 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini disusun berdasarkan permasalahan dan kerangka pikir yang dibuat yaitu:
1. Ketersediaan tenaga kesehatan adalah keberadaan tenaga kesehatan mencakup dokter, perawat, apoteker dan tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian medis, tenaga keteknisian medis baik kuantitas maupun kualitas yang dibutuhkan untuk kesiapan BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie di era JKN.
2. Kecukupan infrastruktur adalah kecukupan prasarana rumah sakit seperti gedung/bangunan, kecukupan sarana kesehatan seperti peralatan medis, dan kecukupan obat untuk mendukung kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli.
3. Kesiapan adalah keseluruhan kondisi BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli yang membuat rumah sakit ini siap untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di bidang pelayanan kesehatan di era JKN.
4. JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah jaminan perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran/iurannya dibayar oleh pemerintah.
3.7 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan tehnik menghubungkan data yang diperoleh peneliti pada masa sebelum, selama dan setelah kegiatan di lapangan (lokasi penelitian), sesuai teori dari Cresswell (1994) dengan tahapan:
1. Reduksi data; yaitu mengumpulkan data yang didapat dan menyederhanakan informasi tersebut, memilih hal-hal pokok dan memfokuskannya pada hal-hal penting, mencari tema atau pola dari laporan atau data yang didapat di lapangan.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, di samping mempermudah peneliti untuk mencari data yang diperlukan.
2. Display (penyajian data); yaitu menyajikan berbagai informasi dari data yang telah dianalisis sehingga memberikan gambaran seluruhnya atau bagian-bagian tertentu dari penelitian yang dilakukan.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi; merupakan kegiatan analisis data yang dimaksudkan untuk mencari makna dan membuat kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul dan hipotesis kerja. Pada mulanya kesimpulan tersebut tentunya masih sangat tentatif, kabur dan diragukan. Akan tetapi, dengan bertambahnya data dan melalui verifikasi yang terus dilakukan selama penelitian berlangsung maka kesimpulan tersebut menjadi lebih mendalam dan akurat.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli 1. Sejarah BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli
BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli berlokasi di Jalan Prof.A.Madjid Ibrahim Sigli, yang merupakan Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Kabupaten Pidie.
Sebelum tahun 1980/1981 RSU Sigli berlokasi di Jalan RSU Lama Desa Benteng Kecamatan Kota Sigli yang merupakan peninggalan kolonial Belanda ANNO 1916.
Namun pada tahun 1981/1982 RSU Sigli dibangun berdasarkan Crass Program di atas tanah persawahan desa Lampeudeu Baroh seluas 29.649 m2 dan baru ditempati atau difungsikan bulan Februari 1986 dengan type kelas D. Dengan terjadinya perkembangan dimana pelayanan spesialisasi yang diberikan semakin komplit, disamping RSU Sigli dijadikan sebagai pusat rujukan kasus di Kabupaten Pidie, juga digunakan sebagai lahan praktek bagi mahasiswa kesehatan, maka dengan Keputusan Menkes R.I. No.009.A/Menkes/SK/I/1993 RSU-Sigli berubah status menjadi rumah sakit kelas C dan diresmikan oleh Menkes R.I. Dr.Adhyatma, MPH pada tanggal 11 Februari 1993.
Selanjutnya dengan pemberlakuan PP. Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, telah terjadi penggabungan maupun perampingan SKPD menyebabkan perubahan organisasi dan tata kerja yang diberi nama Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie disingkat dengan RSU Kabupaten Pidie.
Selanjutnya sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU), maka setelah melalui proses, Rumah Sakit Umum Daerah (RSU) Tgk Chiek Ditiro Sigli merupakan salah satu rumah sakit di Kabupaten Pidie yang menerapkan status pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) penuh sesuai Surat Keputusan Bupati Pidie Nomor 546 Tahun 2012.
Pada tahun 2014, BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli berubah status menjadi rumah sakit kelas B dengan penetapan Keputusan Menkes R.I. Nomor:
HK.02.03/1/2029/2014 tanggal 12 Agustus 2014.
2. Visi, Misi dan Motto BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli
Dalam melaksanakan operasionalnya di wilayah Kabupaten Pidie, BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli menetapkan visi yaitu “Terwujudnya Pelayanan Yang Prima, Efektif, Profesional dengan Nurani yang Islami serta Terjangkau bagi Masyarakat Kabupaten Pidie”. Visi tersebut tertuang dalam misi sebagai berikut:
1) Menjadikan rumah sakit rujukan di Kabupaten Pidie.
2) Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi sumber daya manusia sesuai dengan standar.
3) Memberdayakan karyawan secara profesional sehingga tercapai pelayanan yang bermutu dan Islami.
4) Memberikan pelayanan yang berorientasi kepada kepentingan pelanggan yang bisa dipertanggung jawabkan secara medik maupun secara moral dengan pelayanan yang berdasarkan hati nurani.
Motto BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli adalah “Dengan nurani mewujukan kesehatan.”
3. Tugas Pokok dan Fungsi BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli
Adapun tugas pokok rumah sakit termasuk BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mendukung pelaksanaan tugas ini, rumah sakit mempunyai fungsi:
1) Pelayanan Medis
2) Pelayanan penunjang medis dan non medis 3) Pelayanan asuhan keperawatan
4) Pelayanan rujukan
5) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan 6) Pelaksanaan penelitian dan pelatihan 7) Pengelolaan administrasi dan keuangan.
4. Tujuan BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli
Adapun tujuan BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie terangkum dalam aspek-aspek berikut:
1) Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui program peningkatan mutu pelayanan secara efektif dan efisien agar tercapainya derajat kesehatan yang optimal.
2) Memberikan pelayanan kesehatan secara efektif dan efisien melalui optimalisasi tenaga, sarana dan prasarana.
3) Memberikan pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien.
4) Memanfaatkan teknologi, hasil penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan.
5. Fasilitas Pelayanan di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli
Untuk tersedianya fasilitas dan terselenggaranya kegiatan pelayanan, pendidikan dan pelatihan dibentuk instalasi-instalasi yang merupakan unit-unit pelaksana pelayanan. Pembentukan instalasi ditetapkan oleh Direktur. Instalasi dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur serta bertanggung jawab kepada Direktur melalui Kepala Bidang. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Instalasi dibantu oleh tenaga-tenaga fungsional dan atau tenaga non medis; baik pegawai negeri sipil maupun non pegawai negeri sipil. Pembentukan dan perubahan instalasi didasarkan atas analisis organisasi dengan mengingat sumber daya yang tersedia di rumah sakit; meliputi sumber daya manusia, sarana prasarana dan memperhatikan kebutuhan masyarakat. Instalasi yang ada di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli:
1) Instalasi Gawat Darurat 2) Instalasi Rawat Jalan:
a) Poliklinik Anak
b) Poliklinik Penyakit Dalam c) Poliklinik Bedah
d) Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan e) Poliklinik Mata
f) Poliklinik THT g) Poliklinik Saraf
h) Poliklinik Kulit dan Kelamin i) Poliklinik Endokrin
j) Poliklinik Gigi 3) Instalasi Rawat Inap
a) Ruang Rawat Kelas Utama b) Ruang Rawat PDP
c) Ruang Rawat PDW d) Ruang Rawat Saraf e) Ruang Rawat Anak f) Ruang Rawat Kebidanan g) Ruang Rawat Bedah h) Ruang Rawat Perinatologi i) Ruang Rawat Mata/THT j) Kamar Bersalin
5) Unit Haemodialisa
6) Instalasi Bedah Sentral (IBS) 7) Pelayanan Penunjang Medik
a) Instalasi Radiologi b) Instalasi Laboratorium c) Instalasi Farmasi d) Instalasi Gizi
e) Instalasi Rehabilitasi Medik
f) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit g) Instalasi Kamar Jenazah
h) UTD RS
8) Fasilitas Umum RS : Kantin, Koperasi, Tempat Parkir 9) Mushalla.
6. SDM di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli
Berdasarkan data profil BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie, rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari puskesmas terutama pasien JKN pemegang kartu BPJS. Rumah sakit ini termasuk besar dengan 239 tempat tidur, lebih banyak dibanding setiap rumah sakit di Aceh yang tersedia rata-rata 83 tempat tidur inap.
Adapun SDM di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli baik tenaga medis dan tenaga non medis sebagaimana tabel berikut.
Tabel 4.1. Sumber Daya Manusia di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli
No Jenis Tenaga Status Kepegawaian
Total PNS Honor Kontrak Magang
A. Tenaga Medis 42 2 1 45
1. Dokter spesialis Bedah 3 - - - 3
2. Dokter spesialis Penyakit Dalam
2 2 - - 4
3. Dokter spesialis Anak 2 - - - 2
4. Dokter spesialis Obgyn 3 - - - 3
5. Dokter spesialis Patologi Klinik
13. Dokter spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin
Sumber: Bagian Kepegawaian BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, 2015
Tabel 4.1 (Lanjutan)
No Jenis Tenaga Status Kepegawaian
Total
Sumber: Bagian Kepegawaian BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, 2015
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah dokter yang tersedia 45 orang terdiri dari 26 dokter spesialis, 15 dokter umum dan 4 dokter gigi. Jumlah tenaga keperawatan termasuk bidan sebanyak 281 orang. Jumlah tenaga kesehatan masyarakat 30 orang. Jumlah tenaga kefarmasian 23 orang. Jumlah tenaga gizi 7 orang. Jumlah tenaga keterapian fisik 11 orang. Jumlah tenaga keteknisian medik 45 orang. Jumlah tenaga non medis sebanyak 77 orang.
Jumlah tenaga dokter di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sudah memenuhi dari segi jumlah untuk rumah sakit kelas B. Namun jumlah tenaga keperawatan masih kurang apalagi jika dikalkulasikan perbandingan jumlah perawat dengan jumlah tempat tidur untuk rawat inap.
7. Jumlah Tempat Tidur
Berdasarkan data profil BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie, rumah sakit ini memiliki 239 tempat tidur, 219 diantaranya termasuk di kamar kelas III. Dikaitkan dengan persyaratan rumah sakit kelas menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit pasal 20 bahwa pelayanan rawat inap harus dilengkapi dengan fasilitas jumlah tempat tidur perawatan Kelas III paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah, maka jumlah ini sudah melebihi.
8. Kunjungan Pasien
Berdasarkan data profil BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie, rumah sakit ini memiliki tingkat kesibukan yang tinggi dalam melayani pasien. Setiap tahun 152.185 pasien menjenguk rumah sakit ini. Bila dirinci jenis kunjungan pasien untuk rawat inap rata-rata sebanyak 16.018 orang/tahun, rawat jalan 122.810 orang/tahun dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) 13.357 orang/tahun.
9. Tingkat Efektivitas (Kinerja Rumah Sakit)
Berdasarkan data Profil BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie (2014), rumah sakit ini memiliki tingkat efektivitas dengan indikator:
1) Bed Occupancy Ratio (BOR); yaitu angka penggunaan tempat tidur. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%. BOR BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sebesar 96,54%.
2) BTO (Bed Turn Over) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus : BTO = Jumlah pasien dirawat (hidup + mati) / jumlah tempat tidur. BTO BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli pada 239 tempat tidur 67 kali.
3) Turn Over Interval (TOI); yaitu rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. TOI BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli pada kisaran 0,13.
4) Gross Death Rate (GDR); yaitu angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. GDR BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sebesar 4‰.
5) Net Death Rate (NDR); yaitu angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap 1000 penderita keluar. NDR BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sebesar 1‰.
6) Average Length of Stay (ALOS); yaitu rata-rata lama rawat seorang pasien.
Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi rumah sakit. Nilai ALOS yang ideal di antara 6-9 hari. ALOS BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli selama 4 hari.
4.2 Karakteristik Sumber informasi
Hasil dari data sekunder yang dilakukan di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie diketahui karakteristik sumber informasi berdasarkan umur, sumber informasi memiliki rentang usia 39-51 tahun. Berdasarkan jenis kelamin mayoritas laki-laki. Berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas sarjana strata S-1. Berdasarkan jabatan mayoritas pimpinan baik pimpinan rumah sakit, pimpinan instalasi dan pimpinan poli. Lebih jelas sebagaimana tabel berikut ini.
Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Sumber informasi No. Sumber
informasi Jabatan Umur Jenis
Kelamin Pendidikan
4.3 Penyajian Data Hasil Wawancara
Hasil wawancara dengan sumber informasi yang dilakukan oleh peneliti dicatat dalam bentuk transkrip dan kemudian disederhanakan dengan memilih dan memfokuskan pada hal-hal yang penting untuk mendapatkan gambaran yang lebih tajam. Selanjutnya dikelompokkan berdasarkan ketersediaan tenaga kesehatan dan kecukupan infrastruktur untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli.
4.3.1 Ketersediaan Tenaga Kesehatan untuk Kesiapan dalam Menghadapi Era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie
Wawancara yang dilakukan kepada sumber informasi mengenai ketersediaan tenaga kesehatan untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, dikelompokkan dalam beberapa kategori yaitu ketersediaan dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan masyarakat, apoteker dan tenaga teknis kefarmasian, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis sebagaimana diuraikan berikut ini.
1. Ketersediaan Dokter Spesialis
Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang ketersediaan dokter spesialis untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, diperoleh informasi bahwa ketersediaan dokter spesialis sebanyak 26 dokter.
Namun untuk dokter spesialis bedah saraf, spesialis jantung, subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik subspesialis dan dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis gigi mulut belum ada. Kekurangan ini diatasi dengan cara
melakukan kerjasama dengan rumah sakit/instansi terkait lainnya yang ada di sekitar wilayah Kabupaten Pidie seperti RSUZA Banda Aceh dan Fakultas Kedokteran Unsyiah Banda Aceh. Seperti diungkapkan berikut ini:
“SDM kita untuk dokter spesialis sudah memenuhi standar Tipe B. Namun untuk subspesialis dan spesialis gigi mulut kita masih ada kekurangan. Untuk menyikapi kekurangan beberapa sub spesialis pihak manajemen RS melakukan kerjasama dengan RSUZA Banda Aceh dan Fakultas Kedokteran Unsyiah Banda Aceh. Dikarenakan jarak tempuh Sigli Banda Aceh hanya 100 km, dibenarkan oleh tim dari Kemenkes untuk melakukan kerjasama tersebut.
Walaupun kita juga lagi menyiapkan spesialis kita untuk mengambil sub di setiap bidangnya.” (Sumber Informasi I)
“Memang ada beberapa kasus besar yang harus kita rujuk ke RSUZA seperti kasus trauma kepala karena kita belum punya spesialis bedah saraf dan keluhan jantung karena kita belum punya spesialis jantung”. (Sumber Informasi I)
Sumber informasi berikutnya mengungkapkan bahwa semua poli sudah dilayani oleh dokter spesialis walaupun beberapa subspesialis sebagai dipersyaratkan untuk tipe rumah sakit kelas B belum ada.
Sebagaimana diungkapkan berikut ini:
“RS kami ada Poli Penyakit Dalam, Poli Endokrin, Poli Mata, Poli THT, Poli Saraf, Poli Bedah, Poli Bedah Ortoped, poli Urologi, Poli Jiwa, Poli Kulit Kelamin, Poli Obgyn, Poli Anestesi, Poli Gigi. Semua poliklinik dilayani oleh dokter spesialis.” (Sumber Informasi III)
“Iya kebutuhan dokter spesialis di semua poli sudah terpenuhi. Walaupun ada beberapa subspesialis yang disyaratkan tipe B belum ada yang definitif. Tetapi kita sudah adakan penjanjian kerjasama dengan RSUZA dan FK Unsyiah untuk memenuhi kekurangan Sub spesialis kita.” (Sumber Informasi III)
Sumber informasi lain menegaskan bahwa jika dari segi jumlah dokter spesialis sudah mencukupi, sedangkan untuk dokter spesialis bedah saraf dan subspesialis memang belum ada. Sebagaimana diungkapkan berikut ini:
Sumber informasi lain menegaskan bahwa jika dari segi jumlah dokter spesialis sudah mencukupi, sedangkan untuk dokter spesialis bedah saraf dan subspesialis memang belum ada. Sebagaimana diungkapkan berikut ini: