• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Teori 1 Antonim

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN BAHAS (2) (Halaman 193-198)

ANTONYMY IN THE LANGUAGE STYLE OF THE QURAN

2. Kerangka Teori 1 Antonim

Maksud antonimi di dalam kajian ini adalah

ϦϋΓέΎΒϋ

ϛΩϮΟϭ

ΩΎϬϟήΜϛ΄ϓϦϴΘϤϠ

ΓΩΎπΘϣΔϴϟϻ

(dua

buah kata atau lebih yang maknanya –dianggap- ber la wanan). Disebut –dianggap- karena sifat berla wanan dariduakata yang berantonimini kadang bersifat relatif (Fathurahman, 2008: 75). Dalam kajian antonimi, kita temukan adanya dua kata yang berlawanan secara mutlak, namun ada juga yang berlawanan secara relartif. Contoh yang bersifat mutlak adalah kata (dzakarun/laki- laki) berantonim dengan (untsâ/perem puan), kata (hayâtun/hidup) berantonim dengan kata (mautun/mati). Sedangkan yang bersifat relatif adalah kata (ba’îdun/jauh) berantonim dengan kata (qarîbun/dekat), juga kata (ghaniyyun/ kaya) berantonim dengan kata (faqîrun/fakir).

Para linguis berbeda pembahasan tentang klasifikasi antonimi, salah satunya ialah pen­ dapat al-Khammas dalam Fathurrahman (2008: 76­­77). Ia mengklasifikasikan antonimi menjadi empat, yaitu antonimi mutlak, antonimi ber- tingkat, antonim berlawanan, antonim garis samping, dan antonim garis lurus.

Antonimi mutlak ialah kata yang maknanya berlawanan tersebut bersifat mutlak. Pada anto- nimi model mutlak ini antara medan makna yang berlawanan tidak terdapat tingkatan atau level. Contoh kata (dzakar/laki-laki) berantonim dengan kata (untsâ/wanita). Kata (bâi’un/ pen jual) berantonim dengan kata (musytarî/ pembeli). Kata (yuhyî/menghidupkan) ber- antonim dengan kata (yumîtu/ mematikan). dan Kata (yuhyî/menghidupkan) berantonim dengan kata (yumîtu/ mematikan).

Antonimi bertingkat ialah makna yang saling berlawanan bersifat relatif. Pada antonimi model bertingkat ini, antara medan makna yang berlawanan masih terdapat tingkatan atau level. Contoh kata (sahlun/mudah) ber- antonim dengan kata (sha’bun/sulit). Antara kata (mudah) dan(sulit) masih ada tingkatan tertentu. Kata (Shihhatun/sehat) berantonim dengan kata (marîdhun/sakit). Antara kata (sehat) dan (sakit)

masih ada tingkatan tertentu. Kata (sarî’un/ cepat) berantonim dengan kata (mutamahhilun/ lamban). Antara kata (cepat) dan (lambat) masih ada tingkatan tertentu. Kata (hârun/panas) berantonim dengan kata (bâridun/dingin). Antara kata (panas) dan (dingin) masih ada tingkatan tertentu.

Antonimi berlawanan ialah dua kata yang berlawanan dan antara dua medan makna yang berlawanan tersebut bersifat lâzim atau lumrah. Contoh kata (abun/ayah) berantonim dengan kata (ummun/ibu).Kata (zaujun/suami) berantonim dengan kata (zaujatun/istri). Kata (a’thâ/memberi) berantonim dengan kata (akhadza/mengambil). kata (‘allama/mengajar) berantonim dengan kata (ta’alama/belajar). Kata (raîsun/pemimpin) berantonim dengan kata (marûsun/ yang dipimpin).

Antonimi garis samping ialah apabila dua kata yang berlawanan tersebut bersifat arah. Disebut garis samping karena dua kata yang berantonim tersebut bersifat menyamping. Seperti kata (syarqun/timur) berantonim dengan kata (janûbun/ selatan), kata (syimâlun/utara) berantonim dengan kata (gharbun/ barat). Se- dangkan antonim garis lurus adalah jika dua kata yang yang berlawanan tersebut bersifat arah. Disebut garis lurus karena dua kata yang berantonim tersebut bersifat lurus. Seperti kata (syarqun/timur) berantonim dengan kata (gharbun/ barat), kata (syimâlun/uatara) ber- antonim dengan kata (janûbun/ selatan). 2.2 Perbedaan Pendapat Para Linguis Arab

tentang Antonimi

Istilah antonimi dalam linguistik Arab sering disebut dengan

Ϊπϟ΍

(al-dhidu)bentuk tunggal, dalam bentuk jamaknya

Ω΍ΪοϷ΍

(al- adhdâdu).Farid ‘Audhi Haidar (1426 H/2005 H: 145 ) memberikan definisi at-tadhâdudengan

نيداضتم نيينعم ىلع لادلا ظفللا

Artinya :

yaitu lafadz yang mempunyai arti berlawanan.

Ada perbedaan pendapat di kalangan linguis Arab terkait dengan antonimi tersebut, yaitu pandangan linguis Arab tradisional danpandangan linguis Arab modern. Para linguis Arab tradisional berpendapat bahwa maksud pertentangan makna adalah satu kata yang mempunyai dua makna yang saling bertentangan, bukan dua kata yang makna nya bertentangan (Muhammad Daud, 2001: 193). Dalam pandangan linguis Arab tradisional ini, kata

ϞϳϮρ

(thawîlun/panjang) dan

ήϴμϗ

(qashîrun/ pendek) bukanlah disebut pertentangan makna. Karena terdiri dari dua kata, yang satu thawîl berarti panjang, dan yang lainnya qashîrun berarti pendek.

Pendapat linguis Arab tradisional tersebut dikemukakan oleh Muhammad Daud dalam bukunya al-‘Arabiyyatu wa ‘Ilmu al-Lughah al- Hadîtsah (2001: 194) sebagai berikut :

ىلع ظفللا قلطينأ ءامدقلادنع داضتلاب دصقي

هدضو ىنعملا

Artinya:

yang dimaksud dengan at-tadhâdu adalah adanya satu lafadz yang mempunyai makna dan kebalikannya.

6HSHUWL

ODIDG]ϥϮΠϟ΍DOM€QPHPSXQ\DLGXDPDNQD \DQJEHUODZDQDQ\DLWXξϴΑϷ΍DODE\DGKX SXWLKGDQΩϮγϷ΍DODVZDGXKLWDP ODIDG]˯ήϘϟ΍DOTXUXPHPSXQ\DLGXDPDNQD \DQJVDOLQJEHUODZDQDQήϬτϟ΍DWKWKXKUX VXFLGDQξϴΤϟ΍DOKDvGKNRWRU ODIDG] Νϭΰϟ΍ D]]DXMX PHPSXQ\DL GXD PDNQD \DQJ EHUODZDQDQ \DLWXήϛάϟ΍ DG] G]DNDUXODNLODNLGDQϰΜϧϷ΍DOXQWVkSHUHP SXDQ ODIDG]έΎμϧϷ΍ DODQVKkU PHPSXQ\DL GXD PDNQD\DQJEHUODZDQDQ\DLWXϝϮγήϟ΍έΎμϧ΃ DQVKkUDU5DV€OSHQRORQJUDVXOGDQϯέΎμϨϟ΍ DQQDVKkUkRUDQJQDVUDQLGDQ ODIDG]Ϧψϟ΍ DG]G]DQQD PHPSXQ\DL GXD PDNQD \DQJ EHUODZDQDQ \DLWXϦϴϘϴϟ΍DO \DTvQX\DNLQ GDQϚθϟ΍ DV\V\DNNXUDJX UDJX

Tradisi yang dijaga oleh para linguis Arab tradisional dalam kajian pertentangan makna tersebut, kurang diminati oleh para linguis Arab modern. Perhatikan statemen berikut ini (Faridh Iwad Haydar, 2001: 208-209)

نييوغللا نم ةرهاظلا هذه هتقلا ىذلا مامتهلاا نإف

مهمامتها نم لغشت مل امبرو لايئض ناك نيثدحملا

ةعضب لاإ مهتشقانم قرغتست ملو اريسي اردق لاإ

رطسأ

Artinya:

Sesungguhnya perhatian yang diberikan oleh para linguis bahasa Arab modern terhadap fenomena ini begitu sedikit, dan barang kali perhatian mereka terhadap pertentangan makna tradisionalis hanya sekedarnya saja. Manakala mereka mengadakan pembahasan, pembahasan mereka tidak mendalam dan hanya beberapa lembar saja.

Adapun sebab-sebab munculnya perten- tangan makna ini disebabkan oleh, antara lain, sebagai berikut.

3HUWDPD DGDQ\D VHEDE GDUL GDODP DVEkE

GkKLOL\DK6HPLVDONDWDωΎο\DQJEHUDUWL¶PH

Q\HPEXQ\LNDQ·GDQ¶PHQDPSDNNDQ·-LNDKXUXI

NHGXDGDULNDWDωΎοWHUVHEXWDGDODKDOLIPDND

EHUDUWL ¶PHQ\HPEXQ\LNDQ· VHGDQJNDQ ELOD KXUXINHGXDQ\D\DEHUDUWL¶PHQDPSDNNDQ·

.HGXD DGDQ\D VHEDE GDUL OXDU DVEkE NKkULML\DKVHPLVDONDWDϞϴϠΟ\DQJEHUDUWL¶EHVDU·

GDQ ¶NHFLO· 'DODP EDKDVD $UDE VWDQGDUMDOLO

GLDUWLNDQ·EHVDU·VHGDQJGLDOHN.XZDLWNHWLND PHQJDWDNDQ NDWDϞϴϠϗ EHUEXQ\LMDOvO GDQ EHU PDNQDNHFLO

2.3 Polisemi

Dalam kajian makna ada istilah polisemi, yang pengertiannya mirip dengan kajian antonimi. Dikatakan mirip karena memang antara atonimi dan polisemi berbeda. Taufiqurrahman (2008: 71) memberikan definisi polisemi dengan sebuah kata yang mempunyai makna lebih dari satu. Seperti kata (kepala) yang

mengandung konsep makna (1) anggota tubuh manusia atau hewan,(2) pemimpin/ ketua, (3) orang/jiwa, dan (4) bagian yang sangat penting. Istilah polisemi dalam linguistik Arab dikenal dengan nama

ϰѧѧϨόϤϟ΍ΩΪѧѧόΗ

(ta’adudul-maknâ), yaitu

XΓΪѧΣ΍ϭΔѧϤϠϛϦѧϋΓέΎѧΒϋϰѧϨόϣϦѧϣήѧΜϛ΃ΎѧϬϟ

(satu kata yang mempunyai makna lebih dari satu). Seperti kata

Ϊѧϳ

(yadun). Kata (yadun) mempunyai makna lebih dari satu, antara lain (1) tangan atau organ tubuh, (2) sifat dermawan, juga (3) kekuasaan.

Dengan keterangan dan beberapa contoh tersebut di atas dapat ditarik pengertian bahwa antonimi (at-tadhâdu: bahasa Arab) bukanlah polisemi (ta’adudul-makna: bahasa Arab). at- Tadhâdu adalah satu kata yang mempunyai makna dua yang berlawaan, sedangkan Ta’adudul-maknâ adalah satu kata yang mem- punyai makna lebih dari satu, bisa dua atau tiga, dan tidak berlawanan.

Penelitian ini akan fokus pada antonimi (at-tadhâdu: bahasa Arab) dan bukan polisemi (ta’adudul-makna: bahasa Arab) dalam gaya bahasa Alquran.

3. Metode Penelitian

Prosedur pengkajian tulisan ini dilakukan melalui tiga tahap sebagaimana yang dilakukan oleh Sudaryanto (1993: 31), yaitu penyediaan data, penganalisaan data, dan penyajian hasil analisis data.

Penelitian ini akan berupaya mendiskrip- sikan fenomena antonimi dalam gaya bahasa Alquran. Diduga bahwa antonimi di dalam Alquran tidak saja berupa dua kata yang ber- lawanan artinya, sebagaimana yang terdapat dalam ilmu linguistik pada umumnya. Namun terdapat model lain, yaitu satu kata yang mem- punyai dua makna yang saling berlawanan satu sama lainnya.

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah memberikan data terhadap kalimat ber- antonim yang ada dalam Alquran kemudian melakukan pencatatan. Langkah selanjutnya ialah menganalisis kalimat yang berantonim

tersebut dari aspek makna. Setelah itu menen- tukan bentuk antonnim yang ada dalam gaya bahasa Alquran. Apakah antonym dalam gaya bahasa Alquran tersebut berupa dua kata yang berlawanan arti atau ada bentuk lain, se- perti satu kata yang berarti dua makna yang saling berlawanan. Tehnik terakhir dilakukan pengambilan kesimpulan.

4. Hasil dan Pembahasan

1.1 Satu kata atau lafadz yang mempunyai makna berlawanan dalam satu kalimat 1.1.1 Kata (bai’un) mempunyai arti (bai’un/

menjual) dan (syirâ’/ membeli)

يِذَّلا ُموُقَي اَمَك َّلاِإ َنوُموُقَي َلا اَب ِّرلا َن ُولُكْأَي َنيِذَّلا

اَمَّنِإ اوُلاَق ْمُهَّنَأِب َكِلَذ ِّسَمْلا َنِم ُناَطْيَّشلا ُهُطَّبَخَتَي

نَمَف اَب ِّرلا َمَّرَح َو َعْيَبْلا ُالله َّلَحَأ َو اَب ِّرلا ُلْثِم ُعْيَبْلا

ُهُرْمَأ َو َفَلَس اَم ُهَلَف ىَهَتناَف ِهِّبَّر نِّم ُُةَظِع ْوَم ُهَءآَج

اَهيِف ْمُه ِراَّنلا ُباَحْصَأ َكِئَل ْوُأَف َداَع ْنَم َو ِالله ىَلِإ

َنوُدِلاَخ

Artinya:

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdiri- nya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari meng ambil riba), maka baginya apa yang telah diambil- nya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya (QS.al-Baqarah: 275)

Keterangan: Kata yang mempunyai dua makna yang saling berlawanan adalah kata

˴ϊ˸ϴ˴Β˸ϟ΍

/al-bai’a. Kata al-bai’a dalam ayat tersebut mungkin berarti; pertama menjualnya, dan

kemungkinan kedua adalah membelinya. Implikasi dari makna /menjualnya/ adalah bahwa aktifitas menjual dalam jual beli itu halal hukumnya, demikian juga diartikan / membelinya/, maka aktifitas membelinya itu juga halal. Antonimi antara (menjual) dan (membeli) tersebut dalam pengertian al- Khammas dinamakan antonimi berlawanan, karena diantara medan makna yang saling ber- lawanan bersifat lazim atau lumrah.Sedangkan dalam pengertian ilmu balaghah antonimi antara (menjual) dan (membeli) tersebut di- nama kan Thibâq Îjâb.

1.1.2 Kata (raibun) mempunyai arti (aiqana/ yakin) dan (syakkun/ragu-ragu)

ْمُتْبَت ْرا ِنِإ ْمُكِئآَسِّن نِم ِضي ِحَمْلا َنِم َنْسِئَي ىِئَّلاا َو

ُتَلا ْوُأ َو َنْض ِحَي ْمَل ىِئَّلاا َو ٍرُهْشَأ ُةَثَلاَث َّنُهُتَّدِعَف

َالله ِقَّتَي نَم َو َّنُهَلْم ِح َنْعَضَي نَأ َّنُهُلَجَأ ِلاَمْحَلأْا

ا ًرْسُي ِه ِرْمَأ ْنِم ُهَّل لَعْجَي

Artinya:

Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan- perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan- perempuan yang tidak haid. Dan perempuan- perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya (QS.ath-Thalâq: 4).

Keterangan: Kata yang mempunyai makna dua dalam ayat tersebut adalah kata

˸Ϣ˵Θ˸Β˴Η˸έ΍

/ irtabtum/ dari kata raiba. Dalam ayat tersebut kata /raiba/mempunyai dua arti. Pertama raiba ber arti

Ϛη

/syakk/ragu, dan arti kedua adalah

ϦϘϳ΃

/aiqana/ yakin, kedua arti tersebut ber- lawanan satu sama lainnya. Implikasi makna / raiba/ dengan ragu adalah bahwa jika kamu ragu-ragu masa ’iddahnya, maka masa ’iddah mereka adalah tiga bulan. Sedangkan implikasi

kata raiba berarti aiqana/yakin adalah bahwa masa iddah wanita itu sudah selesai, yaitu se- lama tiga bulan. Antonimi antara (yakin) dan (ragu) tersebut dalam pengertian al-Khammas dinamakan antonmi bertingkat, karena antara medan makna dua kata yang berlawanan ter sebut masih terdapat tingkatan atau level. Sedang kan dalam pengertian ilmu balaghah anto nimi antara (yakin) dan (ragu) tersebut dinamakan Thibâq Îjâb.

1.1.3 Kata (qurun) mempunyai arti (ath-thuh- ru/waktu suci) dan (al-haid/kotor)

ُّل ِحَيَلا َو ٍءوُرُق َةَثَلاَث َّنِهِسُفْنَأِب َنْصَّبَرَتَي ُتاَقَّلَطُمْلا َو

َّنُك نِإ َّنِهِماَح ْرَأ يِف ُالله َقَلَخاَم َنْمُتْكَي نَأ َّنُهَل

َّنِهِّد َرِب ُّقَحَأ َّنُهُتَلوُعُب َو ِر ِخَلأْا ِم ْوَيْلا َو ِللهاِب َّنِمْؤُي

يِذَّلا ُلْثِم َّنُهَل َو اًحَلاْصِإ اوُدا َرَأ ْنِإ َكِلَذ يِف

ُالله َو ٌةَج َرَد َّنِهْيَلَع ِلاَج ِّرلِل َو ِفوُرْعَمْلاِب َّنِهْيَلَع

ٌميِكَح ٌزي ِزَع

Artinya:

Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) itu menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS.al-Baqarah: 228).

Keterangan: Kata yang mempunyai makna dua dalam ayat tersebut adalah kata

˳˯ϭ˵ή˵ϗ

atau /qurun/. Makna pertama adalah waktu bersih/suci, dan makna kedua adalah waktu haid. Implikasi dari kata /qurun/ dengan arti masa bersih adalah bahwa wanita- wanita yang

ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali waktu bersih, setelah itu baru bolek mela kukan pernikahan. Sedangkan implikasi makna kata /qurun/ dengan masa haid adalah bahwa wanita- wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali waktu haid, setelah selesai waktu haid baru boleh mela kukan pernikahan lagi.Antonimi antara (suci) dan (kotor) tersebut dalam pengertian al-Khammas dinamakan antonimi bertingkat. Pada antonimi bertingkat ini, makna yang saling berlawanan bersifat relatif, antara medan makna dua kata yang berlawanan tersebut masih terdapat tingkatan atau level. Sedangkan dalam pengertian ilmu balaghah antonimi antara (suci) dan (kotor) tersebut dinamakan Thibâq Îjâb.

Demikia juga, beberapa ayat berikut ini, di dalamnya ada kata yang mempunyai makna dua, makna yang satu berbeda dengan makna yang lainya, serta membawa implikasi berbeda dalam memahami risalah Alquran.

1.1.4 Kata (radhiyyan) mempunyai arti (râdhin/yang rela) dan (mardhiyya/yang diridhai)

اًّي ِض َر ِّبَر ُهْلَعْجا َو َبوُقْعَي ِلاَء ْنِم ُث ِرَي َو يِنُث ِرَي

لَعْجَن ْمَل ىَيْحَي ُهُمْسا ٍمَلاُغِب َكُرِّشَبُن اَّنِإ آَّي ِرَكَزاَي }6{

}7{ اًّيِمَس ُلْبَق نِم ُهَّل

Artinya:

Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebaha- gian keluarga Ya`qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai” (QS.Maryam: 6).

Keterangan:Kata yang mempunyai dua makna adalah kata

Ύ˱˷ϴ˶ο˴έ

/radhiyya. Makna pertama adalah

ν΍έ

yang berarti yang rela, makna yang kedua adalah

ϰοήϣ

/mardhâ yang berarti yang diridhai. Implikasi dari makna / yang rela/râdhin adalah nabi Zakaria sangat mendambakan generasi penerus yang Allah rela/ridha terhadapnya, sedangkan implikasi makna/ yang diridhai/ mardhâ adalah Nabi

Zakaria mendambakan generasi/penerus yang diridhai oleh Allah Swt. Antonimi antara (yang ridha) dan (yang diridhai) tersebut dalam pengertian al-Khammas dinamakan antonimi berlawanan, karena di antara medan makna dua kata yang berlawanan tersebut bersifat lazim atau lumrah. Sedangkan dalam pengertian ilmu balaghah antonimi antara (yang ridha) dan (yang diridhai) tersebut dinamakan Thibâq Îjâb. 1.1.5 Kata (ayyâma) mempunyai arti (bikrun

lam tatazawwaj/ belumnikah) dan (mâta ‘anhâ zaujuhâ/meninggal suaminya)

ْمُكِداَبِع ْنِم َني ِحِلاَّصلا َو ْمُكنِم ىَماَيَلأْا اوُحِكنَأ َو

ُالله َو ِهِلْضَف نِم ُالله ُمِهِنْغُي َءآَرَقُف اوُنوُكَي نِإ ْمُكِئآَمِإ َو

ٌميِلَع ٌعِسا َو

Artinya:

Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antarakamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) darihamba-hambasahayamu yang lelaki dan hamba-hambasahayamu yang perem- puan. Jika mereka miskin Allah akan memam- pukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Menge- tahui (QS. an-Nûr: 32).

Keterangan:Kata yang mempunyai arti berlawanan pada ayat tersebut adalah kata

Ύ˴ϳ˴Ϸ˸΍

ϣ

ϰ

/ayyâmâ. Kata ayyâmâ mempunyai

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN BAHAS (2) (Halaman 193-198)