• Tidak ada hasil yang ditemukan

Onomatope yang Didahului Kata mak Bunyi Manusia

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN BAHAS (2) (Halaman 186-192)

JAVANESE ONOMATOPOEIA PRECEDED BY THE WORD MAK: LEXICAL MEANING STUDY

5. Bunyi Peristiwa Alam Sekitar

4.2 Onomatope yang Didahului Kata mak Bunyi Manusia

Onomatope yang didahului kata mak [maʔ] juga dapat menggambarkan bunyi yang ber- asal dari tingkah laku manusia. Bunyi yang di dahului kata mak [maʔ] berasal dari bunyi manusia seperti berikut ini.

(37) Saking gregeten pipine Wahyu ditapuk kancane mak plok [maʔ plOk].

‘Karena jengkel pipi Wahyu ditampar temannya dengan keras.’

(38) Saking gregeten Aang nampar pipine Agung mak plek [maʔ plək].

‘Karena jengkel Aang menampar pipi Agung agak keras.’

(39) Perangko ditempelke mak plek [maʔ plək] pas ana panggonane. ‘Perangko menempel dengan tepat pada tempatnya.’

(40) Amarga kesel dheweke tiba mak bek [maʔ bək].

‘Karena lelah dia jatuh seketika.’

Kata mak [maʔ] pada mak plok [maʔ plOk] contoh (3) menggambarkan onomatope perilaku manusia sehari-hari, yaitu menampar pipi se seorang dengan keras. Makna plek [plək] pada mak plek [maʔ plək] contoh (38) dan (39) menggambarkan onomatope perilaku manusia sehari-hari. Makna plek [plək] contoh (38) ialah menampar pipi seseorang dengan pelan. Makna plek [plək] contoh (39) menempelkan perangko dengan lem secara tepat. Kata bek [bək] pada mak bek [maʔ bək] Contoh kalimat (40) menggambarkan onomatope manusia, yaitu yang bermakna jatuh seketika. Contoh sejenis onomatope mak [maʔ] bunyi manusia seperti berikut.

(41) Agus gregetan krungu kirike jegok-jegok terus dikepruk mak prok [maʔ prOk]. ‘Agus jengkel mendengar anjing me- lolong terus dipukul dengan bambu (42) Hartini ngentut ana ngarepe kanca-kancane

mak prut [maʔ prut].

‘Hartini kentut di depan teman-teman- nya.’

(43) Wisnu ngentut ana ngarepe kanca-kancane mak thut [maʔ thut].

‘Wisnu kentut di depan teman-teman- nya.’

Kata mak [maʔ] pada mak prok [maʔ prOk] contoh (41) menggambarkan onomatope perilaku manusia sehari-hari, yaitu memukul binatang dengan bambu. Makna prut [prut] pada mak prut [maʔ prut] contoh (42) menggambarkan onomatope perilaku manusia sehari-hari, yaitu bunyi udara kejepit bersama air. Makna thut [thut] pada mak thut [maʔ thut] contoh (43), yaitu tingkah laku manusia kentut dengan berupa udara kejepit bersama air.

4.3 Onomatope yang Didahului Kata mak

[maʔ] Bunyi Peristiwa Alam Sekitar

Onomatope yang didahului kata mak [maʔ] juga dapat menggambarkan bunyi peristiwa alam sekitar. Jenis onomatope ini merupakan tiruan bunyi yang dihasilkan oleh peristiwa

alam, seperti suara debur ombak, desis angin, suara hujan dan lain-lain. Tiruan bunyi yang menunjukkan bunyi alam sekitar terlihat pada contoh berikut ini.

(44) Taline balon diuculi angine metu mak bus [maʔ bus].

‘Tali balon dilepas sehingga keluar angin- nya.’

(45) Srengenge kenthar-kenthar ujug-ujug udan mak bres [maʔ brəs].

‘Matahari bersinar terang tiba-tiba hujan deras.’

(46) Ing wayah udan gludhuke mak dhér [maʔ ḍEr] nyamber wit klapa.

‘Di Musim hujan petir menyambar pohon kelapa.’

Kalimat (44)—(46) terdapat satuan lingual mak bus [maʔ bus], mak bres [maʔ brəs], dan mak dhér [mak ḍEr] yang menggambarkan peristiwa bunyi alam sekitar. Kata bus [bus] pada mak bus [maʔ bus] contoh (44) merupakan onomatope suara angin. Kata bres [brəs] pada mak bres [maʔ brəs] contoh (45) merupakan tiruan bunyi seketika hujan deras. Kata dhér [ḍEr] pada mak dhér [maʔ ḍEr] contoh (46) merupakan tiruan bunyi suara petir menyambar.

5. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang sudah dipapar- kan di atas menghasilkan simpulan bahwa onomatope yang didahului kata mak [maʔ] dibagi menjadi tiga jenis, yaitu (1) bunyi benda, (2) bunyi manusia, (3) peristiwa alam sekitar. Onomatope yang didahului kata mak [maʔ] bunyi benda, yaitu (1) benda keras (mak bleg [maʔ bləg], mak breg [maʔ brəg], mak brug [maʔ brug] , mak prul [maʔ prul], mak gludhug [maʔ gluḍug], mak glodhag [maʔ gloḍag], mak gledheg [maʔ glEḍEg], dan mak kropyak [maʔ kropyak]), (2) benda keras bergesek dengan daun kering (mak kresek [maʔ krəsək], mak krosak [maʔ krosak], mak perketek [maʔ pərkətək]), (3) benda keras membentur benda keras (mak krompyang [maʔ krompyaŋ], mak kletek [maʔ klɛtɛk], mak klothak [maʔ kloṭak], mak kluthik [maʔ kluṭik], dan mak klethuk [maʔ kləṭuk] ).

Onomatope yang didahului kata mak [maʔ] benda ringan, yaitu mak pok [maʔ pOk], mak pluk [maʔ pluk], mak blung [maʔ bluG], dan mak krotog [maʔ krOtOk]. Onomatope yang didahului kata mak [maʔ] benda lunak, yaitu mak puk [maʔ puk], mak plenyek [maʔ plənyɛk], mak plenyok [maʔ plənyOk], dan mak ceprot [maʔ cəprOt]. Onomatope yang didahului kata mak [maʔ] benda cair, yaitu mak pyuh [maʔ pyuh], mak pyoh [maʔ pyOh], mak pyah [maʔ pyah], mak crut [maʔ crut], dan mak crot [maʔ crOt]. Onomatope yang didahului kata mak [maʔ] bunyi benda tajam, yaitu mak clep [maʔ cləp], mak blus [maʔ blus], mak cus [maʔ cus], dan mak nyos [maʔ nyOs]. Onomatope yang didahului kata mak [maʔ] bunyi manusia, yaitu mak plok [maʔ plOk], mak plek [maʔ plək], mak bek [maʔ bək], mak prok [maʔ prOk], mak prut [maʔ prut], mak thut [maʔ thut]. Onomatope yang didahului kata mak [maʔ] bunyi peristiwa alam sekitar, yaitu mak bus [maʔ bus], mak bres [maʔ brəs], dan mak dhér [maʔḍEr].

6. Daftar Pustaka

Aminuddin. 2003. Semantik Pengantar Studi Ten tang Makna. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. KBBI IV Daring. Jakarta: Kemendikbud RI.

Chaer, Abdul. 1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

---. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesi (Edisi Revisi). Jakarta: PT Rineka Cipta. Diyanti, Anita. 2000. “Kajian Semantik Wujud

Onomatope dalam Komik Serial Donal Bebek”. Skripsi S-1. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakul- tas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.

Djajasudarma, Fatimah. 1999. Semantik 1 Pengantar ke Arah Ilmu Makna. Bandung: PT REFIKA.

Keraf, Gorys. 1981. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia.

Waluyo, Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Nurdiyanto, Erwita dan Subandi. 2014. “Lek- sikon ‘Jatuh’ dalam Masyarakat Tutur Banyumas: Kajian Etnosemantik”. Dalam Prosiding Seminar Internasional PIBSI XXXVI, 11—12 Oktober 2014, hlm 375. Nurlina, Wiwin E.N. 2011. “Onomatope Bahasa

Jawa yang Berkonsep Makna Binatang dan Alat Musik” (Makalah SIBI). Bandung: Penerbit ITB.

Nuryantiningsih, Farida. 2014. “Medan Makna Verba Gerak Tangan dan Kaki dalam Bahasa Jawa”. Dalam Prosiding Seminar Internasional PIBSI XXXVI, 11—12 Oktober 2014, hlm 395.

Pateda, Mansoer. 1989. Semantik Leksikal. Ende Flores: Penerbit Nusa Indah.

Sudaryanto. 1981. “Beberapa Catatan Mengenai Kata Afektif dalam Bahasa Jawa”. Dalam Forum Linguistik, Laporan Pertemuan Ilmiah di Fakultas Sastra UI. Ende Flores: Penerbit Nusa Indah.

---. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana

Kebudayaan secara Linguistik. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.

Sugiarto, Anton. 2013. “Wujud Onomatope dalam Baoesastra Djawa Karya W.J.S. Poerwadarminta” (Skripsi). Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, Fakul- tas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.

Sujono. 1981. “Arti Umum Kata-Kata yang Ber- nilai Onomatope dalam Bahasa Jawa Baru” (Tesis). Yogyakarta: Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada. Suwandi, Sarwiji. 2008. Semantik Pengantar

Kajian Makna. Yogyakarta: Penerbit Media Perkasa.

Tarigan, Henry, Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: Penerbit Angkasa. Tim Penyusun Balai Bahasa Yogyakarta. 2001.

Kamus Basa Jawa (Bausastra Jawa). Yogya- karta: Penerbit Kanisius.

Wijana, Dewa Putu. 2010. Pengantar Semantik Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yuliati, Etik. 2012. Onomatope dalam Bahasa

Jawa. https://www.google.co.id/- makalah+etik+yuliati+onomatope. Di- unduh pada tanggal 10 Agustus 2016, pukul 20.00 WIB.

NOTULA PRESENTASI MAKALAH

SEMINAR HASIL PENELITIAN KEBAHASAAN DAN KESASTRAAN

kerja sama

BALAI BAHASA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

INDONESIA

dengan

FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI MULTIMEDIA “MMTC”

KEMENTERIAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI REPUBLIK

INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS GADJAH MADA

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta, 24—25 Agustus 2016

Judul : “Onomatope yang Didahului Kata Mak dalam Bahasa Jawa: Kajian Makna Leksikal”

Penyaji : Wening Handri Purnami Moderator : Edi Setiyanto

Narasumber : Prof. Dr. Praptomo Baryadi Isodarus Hari/tanggal : Rabu, 24 Agustus 2016

Waktu : 19.00—10.00

Pertanyaan/saran :

1. Wahyu Damayanti (Balai Bahasa Kalimantan Barat) Saran:

- Kajian pustaka sebaiknya dicantumkan dalam daftar pustaka. Tanggapan:

- Kajian pustaka sudah ada dan dimasukkan ke dalam daftar pustaka. 2. Sri Nardiati (Balai Bahasa DIY)

Saran:

- Makalah belum memasukkan kajian yang sudah dilakukkan. Padahal, sudah ada penelitian sebelumnya.

Tanggapan:

- Kajian tentang mak belum ada atau masih jarang dilaksanakan. 3. Widada (Balai Bahasa DIY)

Saran:

- Onomatope merupakan tiruan bunyi. Tiruan bunyi bukan mak tapi dor –nya sehingga analisisnya sebaiknya kajian bunyi onomatope tersebut.

Tanggapan:

1. Pendahuluan

Alquran adalah kalam Allah yang telah men capai derajat kesempurnaan, baik dari aspek kualitas (kamâl) maupun aspek kuantitas (tamâm), seperti yang telah disebut Allah Swt dalam firman­Nya

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN BAHAS (2) (Halaman 186-192)