BAB I : PENDAHULUAN
F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
Kerangka teori adalah bagian penting dalam penelitian. Artinya, teori hukum harus dijadikan dasar dalam memberikan deskripsi atau penilaian apa yang seharusnya memuat hukum. Teori juga bisa digunakan untuk menjelaskan fakta dan peristiwa hukum yang terjadi. Teori hukum dalam penelitian berguna sebagai pisau analisis pembahasan tentang peristiwa atau fakta hukum yang diajukan dalam masalah penelitian.15 Teori yang digunakan dalam penelitian ini, yakniteori kepastian hukum.16
Teori kepastian hukum (legal certainty) meliputi dua hal, yaitu pertama, kepastian dalam perumusan norma dan prinsip hukum yang tidak bertentangan antara satu dengan yang lainnya baik dari pasal-pasal undang-undang itu secara keseluruhan maupun kaitannya dengan pasal-pasal lainnya yang berada di luar undang-undang tersebut. Kedua, kepastian dalam melaksanakan norma-norma dan prinsip-prinsip hukum undang-undang tersebut.17
15 Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif Dan Empiris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 146
16 Kepastian adalah perihal (keadaan) yang pasti, ketentuan atau ketetapan. Hukum secara hakiki harus pasti dan adil. Pasti sebagai pedoman kelakukan dan adil karena pedoman kelakuan itu harus menunjang suatu tatanan yang dinilai wajar. Hanya karena bersifat adil dan dilaksanakan dengan pasti hukum dapat menjalankan fungsinya. Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara normatif bukan sosiologi. Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari: Memahami Dan Memahami Hukum, (Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2010), hal. 59
17 Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia, (Bandung: Alumni, 2004), hal. 117. Menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian, yaitu: pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Kedua, berupa keamanan hukum bagi indibvidu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh
Perumusan norma dan prinsip hukum itu sudah memiliki kepastian hukum tetapi hanya berlaku secara yuridis saja dalam arti hanya demi undang-undang semata-mata, menurut Tan Kamello berarti kepastian hukum itu tidak pernah menyentuh kepada masyarakatnya.18 Dengan perkataan lain, menurutnya peraturan hukum yang demikian disebut dengan norma hukum yang mati (doodregel) atau hanya sebagai penghias yuridis dalam kehidupan manusia.19
Argumentasi yang didasarkan pada asas-asas, dan norma-norma, serta ketentuan-ketentuan hukum sesungguhnya memiliki argumentatif yang didasarkan pada kepastian hukum. Sebagaimana Menurut Mahfud MD mengatakan demikian sebenarnya kedua belah pihak yang berhadapan dalam kontroversi hukum hanya mendasarkan pada pandangan dan argumentasi menurut logika pilihannya sendiri, bukan menurut undang-undang.20
2. Kerangka Konsep
Penggunaan konsep dalam suatu penelitian adalah untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap kerangka konsep yang dipergunakan dalam
negara terhadap individu. Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1992), hal. 23
18 Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi tafsir) dan logis. Jelas dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma. Kepastian hukum menunjuk kepada pemberlakuan hukum yang jelas, tetap, konsisten dan konsekuen yang pelaksanaannya tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang sifatnya subjektif, kepastian dan keadilan bukanlah sekedar tuntutan moral, melainkan secara faktual mencirikan hukum. Suatu hukum yang tidak pasti dan tidak mau adil bukan sekedar hukum yang buruk. CST. Kansil et.al, Kamus Istilah Hukum, (Jakarta: Jala Permata Aksara, 2009), hal. 385
19 Ibid, hal. 118
20 Moh Mahfud MD, “Mendudukkan soal Ultra Petita”, Kompas, Tanggal 5 Februari 2007.
merumuskan konsep dengan menggunakan model definisi operasional.21 Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
a. Wanprestasi adalah tidak memenuhi kewajiban sebagaimana diterapkan perikatan atau perjanjian, tidak dipenuhinya kewajiban dalam suatu perjanjian, dapat disebabkan dua hal, yaitu kesalahan debitur baik disengaja maupun karena kelalaian dan karena keadaan memaksa (overmacht/force majure).22
b. Prestasi adalah suatu utang atau kewajiban kontraktual yang harus dilaksanakan oleh para pihak dalam kontrak yang berasal dari perjanjian yang diadakan para pihak atau peraturan perundang-undangan atau kepatutan atau kebiasaan.23
c. Kreditur adalah pihak yang memiliki hak atas pemenuhan suatu prestasi dari debitornya.24
d. Debitur adalah pihak yang memiliki kewajiban untuk melaksanakan suatu prestasi.25
e. Tindak pidana adalah suatu tindakan pada tempat, waktu dan keadaan tertentu, yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh
21 Universitas Sumatera Utara, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis, (Medan:
Universitas Sumatera Utara, 2009), hal. 72
22 Djaja S. Meliala, Hukum Perikatan dalam Prespektif BW, (Bandung: Nuansa Aulia, 2012), hal. 175
23 Suhendro, Wanprestasi Dan Perbuatan Melawan Hukum Dalam Kontrak Di Indonesia, (Yogyakarta: Disertasi (S3) Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, 2014), hal. 42
24 Ibid
25 Ibid
undang-undang, bersifat melawan hukum serta dengan kesalahan yang dilakukan oleh seseorang yang mampu beratnggung jawab.26
f. Tindak pidana penggelapan adalah penyalahgunaan hak atau penyalahgunaan kepecayaan oleh seseorang yang mana kepercayaan tersebut diperolehnya dengan adanya unsur melawan hukum.27
g. Hakim adalah hakim pada Mahkamah Agung dan hakim pada badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan hakim pada pengadilan khusus yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut.28
h. Putusan Pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dan segala tuntutan hukum hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.29