• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebagai landasan berpikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan bahan referensi dalam penelitian.

I.5.1. Strategi

Penggunaan istilah strategi pada awalnya lebih memperoleh tempat dikalangan militer pada akhir abab ke-18, ketika peperangan masih relatif sederhana dan terbatas. Kala itu istilah strategi lebih poluler dikalangan perwira dalam menghadapi musuhnya (salusu, 1996:86). Namun pada dekade berikutnya, faktor militer telah bercampur dengan faktor politik, teknologi, ekonomi dan psikologi. Seperti pengertian strategi adalah ilmu siasat perang; muslihat untuk mencapai sesuatu (kamus modern bahasa Indonesia). Dan hal inilah yang semakin

berkembang dan telah digunakan diberbagai sektor dalam meningkatkan lingkungan organisasi yang bersangkutan.

Hakekat pengertian strategi adalah penyesuaian institusi, organisasi atau badan pemerintahan terhadap perubahan lingkungan eksternalnya. Institusi atau organisasi yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan eksternalnya akan mengalami kemunduran atau kegagalan (Tangkilisan, 2003:53).

Menurut Summer, strategi merupakan suatu jaringan kebijaksanaan yang luas, komprehensif, dan holistic yang menggambarkan tentang produk barang dan jasa yang akan ditawarkan ketengah masyarakat; kebijaksanaan itu secara logis berkaitan dengan jaringan sumber daya dalam organisasi yang diperlukan untuk menghasilkan produk barang dan jasa (Salusu, 1996:91)

Strategi merupakan terminology yang digunakan luas oleh organisasi laba

(profit oriented) yang kemudian dalam perkembangannya digunakan pula oleh

organisasi nirlaba atau organisasi publik lainnya, baik di sektor birokrasi pemerintah maupun oleh kalangan organisasi voluntir (NGO = Non Govermental

Organization) atau lebih dikenal sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat.

(Tangkilisan, 2003:54)

Strategi dapat dikatakan sebagai alat untuk mencapai tujuan, dalam perkembangannya konsep mengenai strategi terus berkembang. Strategi biasanya dikembangkan guna menghadapi isu strategi dengan cara membuat garis besar tanggapan organisasi terhadap pilihan kebijakan fundamental dan strategi pada umumnya akan mengalami kegagalan apabila tidak mempersiapkan langkah spesifik untuk menginplementasikan strategi tersebut.

Dalam strategi diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang nantinya pertimbangan tersebut akan dijadikan landasan dalam pembuatan strategi dalam organisasi. Oleh sebab itu menurut Hofer dan scheldel (1978) mangajukan empat komponen strategi yang perlu dipertimbangkan yaitu: (Tangkilisin,2003:54)

1. Ruang lingkup (Scope), yaitu ruang gerak interaksi antara organisasi atau institusi dengan lingkungan eksternalnya, baik masa kini maupun masa yang akan datang

2. Pengarahan sumber daya (Resource deployments), yaitu pola pengarahan sumber daya dan kemampuan untuk mencapai tujuan atau sasaran organisasi atau instansi.

3. Keunggulan kompetitif (Competitive advantage), yaitu posisi unik yang dikembangkan institusi atau organisasi

4. Sinergi, yaitu efek bersama dari pengerahan sumber daya atau keputusan seluruh komponen yang ada mampu begerak secara terpadu dan efektif.

Menurut Hatten (1988) ada beberapa petunjuk dalam strategi agar strategi tersebut dapat dilaksanakan dan dapat berjalan sukses sesuai dengan mandat, visi, dan misi dari organisasi tersebut adalah (Salusu, 1996:108):

1. Strategi haruslah konsinten dengan lingkungannya. Jangan membuat strategi yang melawan arus. Ikutilah arus perkembangan dalam masyarakat, dalam lingkungan yang memberi peluang untuk bergerak maju.

2. Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi. Hal ini harus tergantung pada ruang lingkup kegiatannya dan hendaknya diserasikan satu sama lainya.

3. Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumber daya dan tidak menceraiberaikan satu dengan yang lain. Persaingan tidak sehat antara barbagai unit kerja dalam suatu organisasi sering kali mengklaim sumber dayanya, membiarkan terpisah dari unit kerja lainnya sehingga kekuatan-kekuatan yang tidak menyatu itu justru merugikan posisi organisasi.

4. Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya. Setiap strategi yang dibuat harus mengetahui lingkungan dalam organisasi baik itu kekuatan dan kelemahan yang sangat mempengaruhi kinerja dari organisasi tersebut.

5. Sumber daya adalah sesuatu yang kristis. Artinya strategi harus mampu melihat sesuatu yang memang layak dikerjakan dalam organisasi.

6. Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar. Setiap sesuatu pasti memiliki resiko, namun resiko tersebut dapat diminimalisir dengan mengetahui lingkungan internal maupun lingkungan eksternal dalam organisasi dan haruslah hati-hati dalam menetapkan strategi.

7. Strategi hendaknya disusun diatas landasan keberhasilan yang telah dicapai. Hal ini dimaksudkan agar suatu keberhasilan tersebut menjadi

landasan organisasi untuk menjadikan strategi berikutnya menjadi suatu keberhasilan yang lebih.

8. Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya

dukungan dari pihak-pihak yang terkait. Pihak-pihak yang dimaksud adalah seluruh yang ada dalam organisasi tersebut dan juga stakehonder yang ada dalam organisasi tersebut.

Proses perencanaan strategi sudah barang tentu memerlukan kerangka kerja gabungan dari berbagai tingkat manajer atau pimpinan dengan harapan bahwa masing-masing dari mereka dapat mengemukakan apa yang menjadi permasalahannya, sehingga dapat ditemukan strategi pemecahan yang tepat dan memiliki implikasi luas dan berjangka panjang. Salah satu model kerangka kerja

(frame work) yang dapat digunakan melalui adaptasi perencanaan strategic adalah

Bagan 1.

Perencanaan Strategik Untuk Sektor Publik Model Bryson (1988)

Lingkungan internal dan eksternal merupakan dua hal yang sangat berkaitan satu sam lain. Hal inilah yang sangat dijadikan sebagai dasar dalam mengidentifikasikan isu-isu strategi dalam suatu organisasi. Dalam lingkungan internal terdapat kekuatan dan kelemahan yang ada dalam ruang lingkup organisasi, dimana organisasi tersebut menemukan apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam organisasi tersebut sehingga organisasinya dapat mengenal diri sendiri sebelum melakukan tindakan. Lingkungan internal ini terdiri dari sumber daya yang ada dalam organisasi tersebut baik itu sumber daya manusia maupun sumber daya fisik berupa sarana dan prasarananya. Sedangkan untuk lingkungan eksternal merupakan factor-faktor yang terdiri dari luar organisasi

Mandat Organisasi Visi Misi Analisis Matrik SWOT Temuan isu atau Faktor Strategis Strategi Peningkatan Kinerja Organisasi Publik Lingkungan Eksternal: 1. Aspek Pelanggan 2. Aspek Kolaborator 3. Aspek Kompetitor Lingkungan Internal: 1. Aspek Sumber Daya Manusia 2. Aspek Sumber Daya Keuangan 3. Aspek Kultur Organisasi Kekuatan Kelemahan Ancaman Peluang

yaitu peluang dan ancaman. Lingkungan eksternal ini terdiri dari beberapa factor yaitu perkembangan social yang ada pada lingkungan di luar organisasi, factor ekonomi maupun factor politik. Dengan kedua lingkungan inilah perencanaan strategi yang di lakukan dapat berhasil sesuai dengan yang di harapkan kemasa depan organisasi tersebut.

Menurut Bryson (1988) dalam perencanaan strategik ada beberapa pendekatan dasar yang dapat dipergunakan untuk mengenali isu strategis (dalam Tangkilisan, 2003: 51)

1. Pendekatan Langsung (direct approach), yaitu pendekatan yang akan bekerja sangat baik bagi senagian besar lembaga pemerintah dan lembaga public. Pendekatan langsung meliputi jalan lurus dari ulasan terhadap mandat, misi dan SWOT (Kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman) hingga identifikasi isu-isu strategis.

2. Pendekatan Tidak Lansung (indirect approach), yaitu pendekatan yang secara khusus digunakan ketika isu utama harus diarahkan kembali.

3. Pendekatan Sasaran (goals approach), yaitu pendekatan yang lebih sejalan dengan teori perencanaan konvensional, yang menetapkan bahwainstitusi atau organisasi harus menciptakan sasaran dan tujuan bagi dirinya sendiri dan kemudian mengembangkan strategi untuk mencapainya.

4. Pendekatan Visi Keberhasilan (vision of success), yaitu pendekatan yang mengembangkan suatu gambar yang terbaik atau ideal mengenai institusi atau organisasi diwaktu yang akan datang sebagai organisasi yang sangat berhasil mememnuhi misinya.

I.5.2. Perumahan dan Permukiman

Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang mempunyai peran strategis dalam pembentukan dan kepribadian bangsa. Ada beberapa unsur pokok yang terkait erat dengan perumahan dan permukiman, antara lain (Alvi Syahrin, 2003: 120): Pertama, Adanya tempat hunian yang bersifat perlindungan dan sosialisasi manusia sebagai individu dalam lingkungan terkecil. Kedua, Tempat hunian yang berfungsi lebih luas yang memperhatikan adanya kaitan unsur-unsur lainnya seperti sosial, ekonomi, budaya dan lainnya. Ketiga, Adanya jaringan pelayanan yang memungkinkan manusia sebagai individu atau masyarakat menjalankan kehidupan dan penghidupannya.

Keempat, Adanya unsur perbatasan yang terkait dengan tingkah laku manusia

sebagai individu dan masyarakat dalam menjalankan kehidupan dan penghidupannya.

I.5.2.1. Pengertian Perumahan

Berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukman (UUPP), perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

I.5.2.2. Pengertian Permukiman

Dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (UUPP), permukiman mengandung pengertian sebagai bagian lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau

lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Permukiman yang dimaksud dalam Undang-undang ini mempunyai lingkup tertentu yaitu kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan, dan tempat kerja yang memberikan pelayanan dan kesempatan kerja terbatas untuk mendukung perikehidupan dan penghidupan sehingga fungsi permukiman tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna (UUPP Pasal 3)

Kata permukiman merupakan sebuah istilah yang tidak hanya berasal dari satu kata, namun jika ditinjau dari struktur katanya, kata permukiman terdiridari dua kata yang mempunyai arti yang berbeda, yaitu: pertama, isi yaitu mempunyai implementasi yang menunjukkan kepada manusia sebagai penghuni maupun masyarakat dilingkungan sekitarnya dan yang kedua, wadah yaitu menunjuk pada fisik hunian yang terdiri dari alam dan elemen-elemen buatan manusia.

I.5.3. Pembangunan Perumahan dan Pemukiman

I.5.3.1. Pembangunan

I.5.3.1.1. Pengertian Pembangunan

Myndal memberikan arti bahwa (dalam Agus Suryono, 2001: 56):

Pembangunan harusnya merupakan suatu proses yang saling terkait antara proses partumbuhan ekonomi, perubahan sosial, dan demokrasi politik yang terjadi dalam lingkaran sebab akibat kumulatif (circular cumulative

causation)

Pembangunan sudah menjadi kata kunci bagi segala hal. Secara umum, kata pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warga Negaranya (Arif Budiman, 1995:1)

I.5.3.1.2. Alat Ukur Pembangunan

Menurut Arif Budiman dalam bukunya Teori Pembangunan Dunia Ketiga, diuraikan indicator-indikator pembangunan. Indicator tersebut adalah (Arif Budiman, 1995: 2)

a. Kekayaan Rata-Rata. Kemajuan ekonomi masyarakat biasanya ditandai degan pemerataan pendapatan. Berdasarkan hal tersebut kemajuan ekonomi menjadi hal yang signifikan dalam pembangunan.

b. Pemerataan. Bangsa atau Negara yang berhasil melakukan

pembangunan adalah mereka yang disamping tingginya produktivitasnya, penduduknya juga makmur dan sejahtera secara relatif merata.

c. Kualitas Kehidupan. Kualitas yang dimaksud adalah rata-rata harapan hidup, rata-rata jumlah kematian bayi, dan rata-rata presentasi buta huruf.

d. Kerusakan Lingkungan. Pembangunan tidak akan jauh

pengaruhnya terhadap lingkungan sebagai objek yang sangat dekat dengan pembangunan.

e. Keadilan Sosial dan Kesinambungan. Adanya pembangunan yang berkelanjutan adalah bukti bahwa pembangunan tersebut akan berhasil.

I.5.3.2. Pembangunan Perumahan dan Pemukiman

Dalam Keputusan Presiden (kepres) No. 63 Tahun 2000 Tentang Badan Kebijakan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Pemukiman Nasional

tertulis bahwa pembangunan perumahan dan permukiman merupakan kegiatan yang bersifat lintas sektoral, yang pelaksanaannya perlu memperhatikan aspek-aspek prasarana dan sarana lingkungan, rencana tata ruang, pertanahan, industri bahan, jasa kontruksi dan rancang bangun, pembiayaan, sumber daya manusia, kemitraan antar pelaku, peraturan perundang-undangan, dan aspek penunjang lainnya.

Dokumen terkait