• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pembangunan Perumahan dan Permukiman Dalam Meminimalisir Permukiman Kumuh di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Pembangunan Perumahan dan Permukiman Dalam Meminimalisir Permukiman Kumuh di Kota Medan"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMBANGUNAN

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DALAM

MEMINIMALISIR PERMUKIMAN KUMUH

DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

ALEX CANDRO SIDABUTAR

(040903038)

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh S-1

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:

Nama : Alex Candro Sidabutar

NIM : 040903038

Departemen :Ilmu Administrasi Negara

Judul : STRATEGI PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN

PERMUKIMAN DALAM MEMINIMALISIR PERMUKIMAN

KUMUH DI KOTA MEDAN

Medan, 11 September 2008

Ketua Departemen

Dosen Pembimbing Ilmu Administrasi Negara

Hatta Ridho, S.Sos, M.SP Dr. Marlon Sihombing, M.A

NIP. 132 316 817 NIP. 131 568 391

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(3)

KATA PENGANTAR

Satu hal yang pasti adalah ucapan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus Sang

Juru Slamat atas segala karunia-Nya yang sangat berlimpah kepada kita semua.

Terima kasih Tuhan atas kesempatan yang telah Engkau berikan kepada kami

terkhusus kepada penulis atas skripsi yang telah selesai.

Dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang

sebanyak-banyaknya kepada:

1. Bapak Prof DR.Arif Nasution,MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs.Humaizi,MA.selaku Pembantu Dekan I fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak DR.Marlon Sihombing,MA,selaku Ketua Departemen Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

4. Ibu Dra.Beti Nasution,Msi.selaku Sekretaris Deaprtemen Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

5. Bapak Hatta Ridho, S.Sos, M.SP selaku Dosen Pembimbing yang rela

memberikan waktu, tenaga, pikiran untuk membantu, membimbing

dan mengarahkan penulis dengan sabar hingga selesainya penulisan

skripsi ini.

6. Seluruh Staf dan dosen di Departemen Ilmu Admnistrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan bekal

(4)

menimba ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

7. Kepada seluruh pegawai Bagian Hubungan Antar Kota dan Daerah

dan staf Asosiasi Kota Bersaudara yang telah banyak membantu

penulis dalam memberikan informasi dan data yang penulis butuhkan

dalam penulisan skrispsi ini.

8. Kepada seluruh teman-teman Jurusan Administrasi Negara angkatan

2004 terimakasih atas kebersamaannya.

9. Kepada rekan-rekan GMKI Kom’s FISIP USU atas sgala

dukungannya.

10.Kepada rekan-rekan kost Citra Camp, kita akan tetap saudara.

Akhir kata penulis berharap laporan ini bisa berguna bagi pihak-pihak yang

terkait dan dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Terima kasih.

Medan, 15 September 2008

(5)

DAFTAR ISI 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

1.5 Kerangka Teori ... 11

1.5.1 Strategi ... 11

1.5.2 Perumahan dan Permukiman ... 18

1.5.2.1.Pengertian Perumahan ………...……… 18

1.5.2.2.Pengertian Permukiman………… ... 18

1.5.3. Pembangunan Perumahan dan Permukiman ... 19

I.5.3.1.Pembanguna……… ... 19

I.5.3.1.1.Pengertian Pembangunan……… ... 19

I.5.3.1.2.Alat Ukur Pembangunan……… ... 20

I.5.3.2.Pembangunan Perumahan dan Permukiman……… ... 20

1.5.4. Permukiman Kumuh……… .... 28

1.6 Defenisi Konsep ... 30

1.7 Defenisi Operasional ... 31

1.8 Sistematika Penulisan ... 33

BAB II. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian... 34

(6)

2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 35

2.5 Teknik Analisa Data ... 36

2.6 Kerangka Berpikir ... 38

BAB III. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Medan ... 40

B. Gambaran Umum Dinas Perumahan dan Permukiman ... 45

BAB IV. PENYAJIAN DATA A. Visi dan Misi Perumahan dan Permukiman Nasional ... 52

B. Visi dan Misi Perumahan dan Permukiman Kota Medan ... 55

C. Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP)... 56

D. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah ... 58

E. Lingkungan Internal ... 60

F. Lingkungan Eksternal ... 74

BAB V. ANALISA DATA A. Analisi SWOT ... 77

A.1. Lingkungan Internal ... 77

A.2. Lingkungan Eksternal ... 81

B. Ringkasan SWOT (SWOR Summary) ... 85

C. Matrik SWOT ... 87

BAB VI.PENUTUP A.Kesimpulan ... 92

B.Saran/ Rekomendasi ... 93

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Eselon, Fungsional dan

Staf Tahun 2005 ... 49

Tabel 2 : Jumlah Pegawai Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan Berdasarkan Jenjang Pendidikan Tahun 2005 ... 50

Tabel 3 : Jumlah Pegawai Dinas Perumahan dan Permukiman berdasarkan Golonga ... 51

Tabel 4 : Presentase Jenjang Pendidikan ... 61

Tabel 5 : Kepadatan Penduduk Berdasarkan Kecamatan Tahun 2004 ... 63

Tabel 6 : Perbandingan Kepadatan Penduduk 1999-2004 ... 64

(8)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 : Perencanaan Strategik Untuk Sektor Publik Model Bryson (1988) ... 16

Bagan 2 : Matrik SWOT ... 37

Bagan 3 : Kerangka Berpikir Dalam Strategi Pembangunan Perumahan dan

Permukiman ... 39

Bagan 4 : Ringkasan SWOT, Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal ... 85

Bagan 5 : Matrik SWOT Pembangunan Perumahan dan Permukiman Dalam

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Struktur Organisasi Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan

Lampiran II : Surat Persetujuan Judul Skripsi

Lampiran III : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

Lampiran IV : Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Rancangan Usul Penelitian (RUP) Mahasiswa FISIP-USU

Lampiran V : Jadwal Seminar Proposal

Lampiran VI : Surat Keterangan/ Izin Penelitian Pemko Medan

(10)

ABSTRAK

STRATEGI PEMBAGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DALAM MEMINIMALISIR PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA MEDAN

Nama : Alex Candro Sidabutar

NIM : 040903038

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univesitas : Universitas Sumatera Utara Pembimbing : Hatta Ridho, S.Sos, M.SP

Pembangunan perumahan dan permukiman akan selalu menjadi masalah dalam kehidupan yang ditandai dengan kesenjangan perekonomian, sosial dan budaya. Pembangunan berkelanjutan menjadi fokus utama dalam setiap pembangunan dengan melihat kondisi lingkungan yang ada. Peran pemerintah yang telah diberikan wewenang kepada Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan dalam menyelesaikan masalah perumahan dan permukiman serta melakukan koordinasi dengan instansi dan pihak terkait menjadika perlunya suatu tahap perencanaan yang baik. Perencanaan yang melihat lingkungan internal dan eksternal merupakan salah satu tahap dalam penentuan strategi dalam organisasi. Permukiman kumuh yang tidak akan terlepas dari permasalah permukiman menyebabkan strategi pembangunan yang dilakukan oleh Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan mempertimbangkannya dan menercemahkan kedalam suatu strategi berupa kebijakan yang urgen.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pembangunan perumahan dan permukiman dalam meminimalisis permukiman kumuh di Kota Medan serta mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan dari segi internal serta peluang dan ancaman dari aspek eksternal dalam mengimplementasikan strategi pembengunan perumahan dan permukiman di Kota Medan.

Untuk Mengarahkan penelitian, maka metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu dengan menggambarkan/ melukiskan keadaan objektif penelitian pada saat sekarang, berdasrkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaiman adanya, yang kemudian analisis data yang diambil dalam penelitian ini menggunakan analisis SWOT dengan melihat kekuatan dan kelemahan yang dilihat berdasarkan aspek internal dan peluan serta ancaman yang dilihat dari aspek eksternal. Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan, Kepala Sub Dinas Bina Pemeliharaan, Kepala Sub Dinas Program, dan Kepala Seksi Monitoring dan beberapa orang pegawai yang dapat memberikan data-data yang dibutuhkan.

(11)
(12)

ABSTRAK

STRATEGI PEMBAGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DALAM MEMINIMALISIR PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA MEDAN

Nama : Alex Candro Sidabutar

NIM : 040903038

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univesitas : Universitas Sumatera Utara Pembimbing : Hatta Ridho, S.Sos, M.SP

Pembangunan perumahan dan permukiman akan selalu menjadi masalah dalam kehidupan yang ditandai dengan kesenjangan perekonomian, sosial dan budaya. Pembangunan berkelanjutan menjadi fokus utama dalam setiap pembangunan dengan melihat kondisi lingkungan yang ada. Peran pemerintah yang telah diberikan wewenang kepada Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan dalam menyelesaikan masalah perumahan dan permukiman serta melakukan koordinasi dengan instansi dan pihak terkait menjadika perlunya suatu tahap perencanaan yang baik. Perencanaan yang melihat lingkungan internal dan eksternal merupakan salah satu tahap dalam penentuan strategi dalam organisasi. Permukiman kumuh yang tidak akan terlepas dari permasalah permukiman menyebabkan strategi pembangunan yang dilakukan oleh Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan mempertimbangkannya dan menercemahkan kedalam suatu strategi berupa kebijakan yang urgen.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pembangunan perumahan dan permukiman dalam meminimalisis permukiman kumuh di Kota Medan serta mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan dari segi internal serta peluang dan ancaman dari aspek eksternal dalam mengimplementasikan strategi pembengunan perumahan dan permukiman di Kota Medan.

Untuk Mengarahkan penelitian, maka metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu dengan menggambarkan/ melukiskan keadaan objektif penelitian pada saat sekarang, berdasrkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaiman adanya, yang kemudian analisis data yang diambil dalam penelitian ini menggunakan analisis SWOT dengan melihat kekuatan dan kelemahan yang dilihat berdasarkan aspek internal dan peluan serta ancaman yang dilihat dari aspek eksternal. Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan, Kepala Sub Dinas Bina Pemeliharaan, Kepala Sub Dinas Program, dan Kepala Seksi Monitoring dan beberapa orang pegawai yang dapat memberikan data-data yang dibutuhkan.

(13)
(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Rumah dan pemukiman tidak akan pernah berhenti sebagai sumber

masalah dalam sejarah kehidupan manusia. Sejak jaman manusia purba hidup di

gua-gua, kurang lebih sebelas ribu tahun yang lalu, sampai jaman orang masa kini

hidup di udara, dalam kapsul gedung pencakar langit atau rumah-rumah susun,

masalah pemukiman selalu muncul. Bahkan semakin rumit dan kompleks.

Perkembangan tuntutan manusia yang tak pernah terpuaskan inilah yang

menyebabkan selalu munculnya berbagai masalah baru dalam proses

pembangunan perumahan dan permukiman, terutama pada kota-kota besar yang

sangat pesat perkembangannya baik itu tingginya laju pertumbuhan penduduk,

aspek ekonomi, aspek politik, aspek teknologi dan budaya.

Gerakan Penanganan Pemukiman Kumuh dalam sayembara/lomba foto

menyatakan bahwa (Direktorat Jenderal Cipta Karya dan Departemen Pekerjaan

Umum dalam penyelenggaraan sayembara/lomba foto, pada tanggal 19 september

2005)

(15)

Kompleksitas masalah pemukiman masih saja masalah yang belum dapat

diselesaikan. Abdulrahman Wahid menyatakan ada empat alasan masalah

pemukiman di wilayah perkotaan (dalam Budiharjo, 1998:24)

Pertama, karena daerah perkotaan merupakan titik rawa terbesar dalam

dislokasi sosial, seperti terbukti dari meningkatnya kejahatan didalamnya. Perubahan ini juga terjadi dengan semakin beratnya masalah pencemaran lingkungan yang dihadapi serta cepatnya perubahan yang terjadi dalam pola-pola demografisnya yang semakin memusatnya penguasaan tanah pemukiman. Kedua, daerah perkotaan merupakan wilayah pemukiman yang sudah terjamah oleh perencanaan yang terperinci, ditunjang oleh sarana keuangan dan organisasi yang memungkinkan pengembangan inisiatif.

Ketiga, daerah perkotaan bagaimanapun juga akan merupakan konsentrasi

penduduk terbesar di kemudian hari, bila dibandingkan dengan daerah pedesaan. Hal ini akan memudarkan ikatan-ikatan tradisional di pedesaan sebagai akibat perubahan mandasar dalam pola kehidupan di dalamnya.

Keempat, secara sosiologi dapat dikemukakan bahwa daerah perkotaan

merupakan sumber pengembangan manusia atau sebaliknya sumber kemungkinan konflik sosial massa, yang akan merubah seluruh hubungan antar lapisan masyarakat di perkotaan.

Sejalan dengan perkembangan waktu, persoalan pemukiman kumuh akan

semakin kompleks, baik dilihat dari aspek sosial, ekonomi maupun secara fisik

seperti kenyamanan hidup, kesehatan, keamanan dan kesempurnaan hidup.

Sementara itu dalam makna luas, pemukiman harus mampu membuka jalan dan

memberikan saluran bagi kecenderungan, kebutuhan, aspirasi, dan keinginan

manusia secara penuh, menuju perbaikan taraf hidup dan kesejahteraan manusia.

Secara teoritis, pelaku dalam pembangunan perumahan dan pemukiman

dapat dibagi dalam tiga pihak, yaitu: pemerintah, swasta (pengembang), dan

masyarakat. Ketiga pihak ini mempunyai tugas dan fungsinya sendiri-sendiri,

serta mempunyai kepentingannya masing-masing. Pada dasarnya tanggung jawab

(16)

diarahkan untuk mengurangi kemiskinan dan melaksanakan pemerataan

pendapatan dan kesejahteraan.

Dari segi empiris, pembangunan pemukiman hanya terpola sebagai

kelanjutan struktur kota lama atau usaha pembangunan secara partial, seperti

program perbaikan kampung, peremajaan kota, atau pembangunan kawasan

kawasan perumahan. Kondisi ini rupanya berjalan terus, dan lagi pula ditambah

cepatnya pertumbuhan penduduk kota, baik secara alamiah maupun karena

migrasi, yakni perpindahan penduduk dari desa ke kota. Keadaan jumlah

penduduk dengan pertumbuhan penduduk kota yang tidak diimbangi dengan

pembangunan pemukiman dan jumlah rumah yang layak huni, menyebabkan

banyak tumbuhnya hunian liar atau pemukiman kumuh, baik dilihat dari kualitas

lingkungan, kualitas tata ruang, maupun kualitas manusia penghuninya.

Kenyataan yang ada tidak semua perumahan dan pemukiman memiliki

sarana dan prasarana serta fasilitas umum dan sosial yang memadai. Sehingga

keberadaannya tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan sebagai perumahan

dan pemukiman yang sehat dan layak huni. Pemukiman ini lazim disebut sebagai

pemukiman kumuh (slum area), dan diantaranya ada yang disebut sebagai

pemukiman liar (squatter’s settlement).

Peran pemerintah dalam pembangunan perumahan dan pemukiman sudah

dituangkan dalam Undang-Undang N0. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan

Permukiman dimana dengan peningkatan pembangunan perumahan dan

pemukiman masyarakat pada umumnya dan terkhusus pada masyarakat yang

(17)

layak huni. Dalam Undang-Undang tersebut diuraikan secara jelas pada pasal 30

UUPP yaitu:

1) Pemerintah malakukan pembinaan dibidang perumahan dan permukiman

dalam bentuk pengaturan dan pembimbingan, pemberi bantuan dan

kemudahan, penelitian dan pengembangan, perencanaan dan pelaksanaan,

serta pengawasan dan pengendalian

2) Pemerintah melakukan pembinaan badan usaha dibidang perumahan dan

permukiman

3) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur

dengan Peraturan Pemerintah.

Peraturan perundang-undangan yang dituangkan dalam Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman yang mulai berlaku

pada tanggal 10 maret 1992 dan memiliki 41 pasal menjadi landasan pemerintah

pusat pada umumnya dan pemerintah daerah pada khususnya dalam merancang

pembangunan perumahan dan pemukiman. Pembangunan perumahan dan

pemukiman sebagai bagian dari program pembangunan nasional sebetulnya sudah

dicanangkan semenjak masa pemerintahan Orde Baru dalam Program Jangka

Panjang Tahap I, dengan target terpenuhinya kebutuhan akan sarana dan prasarana

dasar serta meningkatkannya mutu lingkungan perumahan dan pemukiman baik

perkotaan maupun pedesaan dan inilah nantinya akan dibentuk dalam suatu

rencana strategis yang akan dilakukan terkhusus pada dinas yang bersangkutan

untuk mengimplementasikan program yang sudah terencana.

Pembangunan perumahan dan permukiman yang telah direncanakan

(18)

permukiman terutama pada permukiman kumuh (slum area). Sesuai rencana

strategis Kementerian Negara Perumahan Rakyat disiapkan program fasilitasi,

subsidi, dan stimulasi pembangunan pembangunan rumah baru layak huni

1.265.000 unit, Rusunawa 60.000 unit, dan Rusunami 25.000 unit sampai dengan

2009

dalam suat kebijakan dalam pembanguan perumahan dan permukiman.

Permukiman tidak hanya berbicara secara fisik dari bangunan, akan tetapi juga

harus memperhatikan dan mempertimbangkan faktor manusianya sebagaipelaku

kehidupan yang utama.

Untuk menciptakan lingkungan permukiman yang memenuhi persyaratan

keamanan, kesehatan, kenyamanan, kepadatan bangunan sangat tinggi, prasarana

lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan rawan serta dapat membahayakan

kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni, dapat ditetapkan Pemerintah

Kabupaten/Kota sebagai permukiman kumuh (Alvi Syahrin, 2003: 46)

Berdasarkan Inpres No. 5 tahun 1990 dalam pelaksanaan program

peremajaan permukiman kumuh ada beberapa tujuan peremajaan permukiman

kumuh. Salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu kehidupan dan

penghidupan, harkat dan derajat martabat masyarakat penghuni permukiman

kumuh terutama golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah guna

memperoleh perumahan yang layak dalam lingkungan yang sehat dan teratur. Hal

inilah wujud pemerintah dalam meminimalisir permukiman kumuh. Namun

dengan segala keadaan yang ada dalam suatu pemerintah terkhusus pada

(19)

Kondisi perumahan dan permukiman di Indonesia pada saat ini masih

ditandai oleh (1) belum mantapnya sistem penyelenggaraan termasuk sistem

kelembagaab yang diperlukan; (2)rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan

perumahan yang layak dan terjangkau; dan (3) menurunnya kualitas lingkungan

permukiman, dimana secara fungsional kualitas pelayanan sebagian besar

perumahan dan permukiman yang ada masih terbatas dan belum memenuhi

standar pelayanan yang memadai. Tingginya kebutuhan perumahan yang layak

dan terjangkau masih belum dapat diimbangi dengan kemampuan penyediaan baik

oleh masyarakat, dunia usaha maupun pemerintah. Secara nasional kebutuhan

perumahan masih relatif besar. Sebagai gambaran status kebutuhan perumahan

pada saat ini meliputi: Pertama, kebutuhan rumah yang belum terpenuhi (backlog)

sebanyak 4,3 juta unit rumah,Kedua, pertumbuhan kebutuhan rumah baru setiap

tahunnya sebesar 800 ribu unit rumah; serta Ketiga, kebutuhan peningkatan

kualitas perumahan yang tidak memenuhi persyaratan layak huni sebanyak 13 juta

unit rumah (25%). Dari segi kualitas pelayanan prasarana dan sarana dasar

lingkungan, masih terdapat banyak kawasan yang tidak dilengkapi dengan

berbagai prasarana dan sarana pendukung, fasilitas sosial dan fasilitas umum.

Secara fisik lingkungan, masih banyak ditemui kawasan perumahan dan

permukiman yang telah melebihi daya tampung dan daya dukung lingkungan.

Dampak dari semakin terbatas atau menurunnya daya dukung lingkungan di

antaranya adalah meningkatnya lingkungan permukiman kumuh pertahunnya,

sehingga pada saat ini luas lingkungan permukiman kumuh telah mencapai 47.500

(20)

Seperti yang tertulis pada Harian Kompas kamis, 24 januari 2008 (Rumah

untuk Rakyat Hanya Jadi Jargo) tertulis pembangunan perumahan semakin lama

semakin berkembang namun, hal ini selalau ditandai dengan kondisi Indonesia

yang selalu memburuk baik itu pada kondisi perekonomian. Ditengah situasi yang

memburuk tersebut, Grup Podomoro melakukan gebrakan dengan memecahkan

kebuntuan. Kelompok usaha yang banyak membangun apartemen, pusat

pembelanjaan, dan perumahan ini segara membangun 14 menara rumah susun

sederhana. Menara setinggi 22 lantai tersebut seluruhnya akan berjumlah 6.000

unit. Sebagian terdiri dari rusun dua kamar (lebih kurang Rp. 144 juta) dan

sebagian lagi rusun satu kamar (lebih kurang Rp. 90 juta).

Dalam suatu lokakarya nasional bidang perumahan dan pemukiman telah

di rumuskan beberapa issue pokok dalam bidang perumahan dan pemukiman

wilayah barat, tengah dan timur yaitu (Lokakarya Nasional Bidang Perumahan

dan Pemukiman, Jakarta 29 Oktober 2002)

1. Aspek tata ruang dan pertanahan :

a. Ketersediaan data dan skenario pengembangan perumahan dan permukiman

b.Skenario yang dikembangkan dalam bentuk kebijakan dan strategi

penanganannya di daerah sesuai rencana detail tata ruang di daerah dengan

kawasan siap bangun sebagai rinciannya

c. Penerapan kebijakan pertanahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

2. Aspek kelembagaan :

a. Lembaga yang secara structural tepat ditetapkan untuk menangani

(21)

b. Forum Perumahan dan Permukiman sebagai bentuk jejaring Forum Kota/

Kabupaten

c. Mekanisme koordinasi dan sinkronisasi yang diselenggarakan secara

terpadu antar lembaga/ instansi terkait serta stakeholder lainnya pada tingkat

Provinsi/ Kabupaten/Kota

d. Penguatan wadah informasi dan komunikasi bidang peruma han dari

permukiman

3. Aspek pembiayaan perumahan dan permukiman :

a. Pengembangan dan perumahan/ Housing Fund untuk skala Provinsi/

Kabupaten/ Kota

b. Pengembangan program bantuan perumahan untuk masyarakat

berpenghasilan tetap dan atau tidak tetap

c. Sistem kemitraan dalam pemupukan dana perumahan dan permukiman

sebagai upaya terselenggaranya subsidi silang antara pengusaha dan pekerja

d. Sistem sewa perumahan bagi masyarakat luas dengan adanya kemudahanan

dan fasilitasi yang mampu diberikan oleh Pemerintah Kabuhaten/ Kota

4. Aspek teknologi perumahan dan permukiman serta bahan bangunan lokal :

a. Pemanfaatan teknologi lokal, dalam rangka efisiensi sumber daya, melalui

database teknologi dan sosialisasi teknologi

b. mengangkat arsitektur lokal sebagai ciri khas daerah

Kota Medan sebagai salah satu kota yang padat di Indonesia, merupakan

suatu masalah yang kompleks dimana beragamnya sosial dan kultur yang ada

akan semakin kompleksnya masalah yang akan dihadapai. Ada beberapa daerah

(22)

Daerah-daerah yang rawan dengan permukiman kumuh adalah daerah yang

berada pada daerah aliran sungai, terkhusus pada daerah aliran sungai deli. Data

menunjukkan bahwa jumlah penghuni pemukiman kumuh pada kelurahan

Kampung Baru, Kelurahan Hamdan, Kelurahan Sukaraja adalah 8.285 jiwa atau

1.506 kepala keluarga (hhtp//litagama.org). Masyarakat yang berpenghasilan

rendah banyak mendirikan bangunan yang kurang layak pada pinggiran sungai,

hal ini disebabkan karena kurangnya koordinasi pemerintah dengan masyarakat

untuk mendirikan pemukiman bagi para masyarakat yang berpenghasilan rendah.

Adanya indikasi-indikasi tersebut membuat pemerintah dalam hal ini Dinas

Perumahan dan Permukiman Kota Medan melakukan kebijakan dalam hal

pembangunan perumahan dan permukiman dalam meminimalisir permukiman

kumuh.

Melalui Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2001 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tetakerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan

Pemerintah Kota Medan, maka berdirilah Dinas Perumahan dan Permukiman

sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang bangunan dan

perumahan. Untuk menyempurnakan tugas pemerintah tersebut melalui

Keputusan Walikota Medan Nomor 11 Tahun 2002 tentang Tugas Pokok dan

Fungsi Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan, Dinas Perumahan dan

Permukiman mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan rumah tangga

daerah dalam bidang perumahan dan pemukiman, antara lain menyangkut bina

lingkungan, pembangunan, pemeliharaan dan pengelolaan bangunan pemerintah

dan rumah dinas, bina teknik dan pemberdayaan masyarakat serta melaksanakan

(23)

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas maka penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Strategi Pembangunan

Perumahan dan Permukiman Dalam Meminimalisir Permukiman Kumuh di

Kota Medan”.

I.2. Perumusan Masalah

Dalam suatu penelitian, yang sangat signifikan untuk dapat memulai

penelitian adalah adanya masalah yang akan diteliti. Menurut Arikunto, agar dapat

dilaksanakan penelitian dengan sebaik-baiknya maka peneliti haruslah

merumuskan masalah dengan jelas, sehingga akan jelas darimana harus mulai,

kemana harus pergi dan dengan apa (Arikunto, 1996:19).

Berdasarkan uraian tersebut dan berdasarkan latar belakang yang sudah

diuraikan, maka perumuskan masalah dalam penelitian ini adalah; “Bagaimana

Strategi yang dilakukan oleh Dinas Perumahan dan Permukiman Kota

Medan dalam Meminimalisir Permukiman Kumuh di Kota Medan”.

I.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana strategi pembangunan perumahan dan

permukiman yang dilakukan oleh dinas perumahan dan permukiman kota

medan dalam meminimalisir permukiman kumuh di kota Medan

2. Untuk mengidentifikasikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

dalam mengimplementasikan strategi pembangunan perumahan dan

(24)

I.4. Manfaat Penelitian

1. Secara Subyektif, sebagai suatu sarana dalam melatih dan

mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan metodologi

dalam menyusun karya ilmiah

2. Secara Akademis, sebagai suatu kontribusi baik secara langsung atau tidak

langsung bagi perpustakaan jurusan Ilmu Administrasi Negara dan bagi

kalangan penulis yang tertarik dalam masalah penelitian ini.

3. Secara Praktis, sebagai bahan masukan pemikiran bagi semua kalangan

terkhusus pada Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Medan dalam

memahami lebih lanjut pembangunan perumahan dan pemukiman.

I.5. Kerangka Teori

Sebagai landasan berpikir dalam menyelesaikan atau memecahkan

masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan

bahan referensi dalam penelitian.

I.5.1. Strategi

Penggunaan istilah strategi pada awalnya lebih memperoleh tempat

dikalangan militer pada akhir abab ke-18, ketika peperangan masih relatif

sederhana dan terbatas. Kala itu istilah strategi lebih poluler dikalangan perwira

dalam menghadapi musuhnya (salusu, 1996:86). Namun pada dekade berikutnya,

faktor militer telah bercampur dengan faktor politik, teknologi, ekonomi dan

psikologi. Seperti pengertian strategi adalah ilmu siasat perang; muslihat untuk

(25)

berkembang dan telah digunakan diberbagai sektor dalam meningkatkan

lingkungan organisasi yang bersangkutan.

Hakekat pengertian strategi adalah penyesuaian institusi, organisasi atau

badan pemerintahan terhadap perubahan lingkungan eksternalnya. Institusi atau

organisasi yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi

pada lingkungan eksternalnya akan mengalami kemunduran atau kegagalan

(Tangkilisan, 2003:53).

Menurut Summer, strategi merupakan suatu jaringan kebijaksanaan yang

luas, komprehensif, dan holistic yang menggambarkan tentang produk barang dan

jasa yang akan ditawarkan ketengah masyarakat; kebijaksanaan itu secara logis

berkaitan dengan jaringan sumber daya dalam organisasi yang diperlukan untuk

menghasilkan produk barang dan jasa (Salusu, 1996:91)

Strategi merupakan terminology yang digunakan luas oleh organisasi laba

(profit oriented) yang kemudian dalam perkembangannya digunakan pula oleh

organisasi nirlaba atau organisasi publik lainnya, baik di sektor birokrasi

pemerintah maupun oleh kalangan organisasi voluntir (NGO = Non Govermental

Organization) atau lebih dikenal sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat.

(Tangkilisan, 2003:54)

Strategi dapat dikatakan sebagai alat untuk mencapai tujuan, dalam

perkembangannya konsep mengenai strategi terus berkembang. Strategi biasanya

dikembangkan guna menghadapi isu strategi dengan cara membuat garis besar

tanggapan organisasi terhadap pilihan kebijakan fundamental dan strategi pada

umumnya akan mengalami kegagalan apabila tidak mempersiapkan langkah

(26)

Dalam strategi diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang nantinya

pertimbangan tersebut akan dijadikan landasan dalam pembuatan strategi dalam

organisasi. Oleh sebab itu menurut Hofer dan scheldel (1978) mangajukan empat

komponen strategi yang perlu dipertimbangkan yaitu: (Tangkilisin,2003:54)

1. Ruang lingkup (Scope), yaitu ruang gerak interaksi antara organisasi atau

institusi dengan lingkungan eksternalnya, baik masa kini maupun masa

yang akan datang

2. Pengarahan sumber daya (Resource deployments), yaitu pola pengarahan

sumber daya dan kemampuan untuk mencapai tujuan atau sasaran

organisasi atau instansi.

3. Keunggulan kompetitif (Competitive advantage), yaitu posisi unik yang

dikembangkan institusi atau organisasi

4. Sinergi, yaitu efek bersama dari pengerahan sumber daya atau keputusan

seluruh komponen yang ada mampu begerak secara terpadu dan efektif.

Menurut Hatten (1988) ada beberapa petunjuk dalam strategi agar strategi

tersebut dapat dilaksanakan dan dapat berjalan sukses sesuai dengan mandat, visi,

dan misi dari organisasi tersebut adalah (Salusu, 1996:108):

1. Strategi haruslah konsinten dengan lingkungannya. Jangan membuat

strategi yang melawan arus. Ikutilah arus perkembangan dalam

masyarakat, dalam lingkungan yang memberi peluang untuk bergerak

(27)

2. Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi. Hal ini harus

tergantung pada ruang lingkup kegiatannya dan hendaknya diserasikan

satu sama lainya.

3. Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua

sumber daya dan tidak menceraiberaikan satu dengan yang lain.

Persaingan tidak sehat antara barbagai unit kerja dalam suatu organisasi

sering kali mengklaim sumber dayanya, membiarkan terpisah dari unit

kerja lainnya sehingga kekuatan-kekuatan yang tidak menyatu itu justru

merugikan posisi organisasi.

4. Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan

kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya.

Setiap strategi yang dibuat harus mengetahui lingkungan dalam organisasi

baik itu kekuatan dan kelemahan yang sangat mempengaruhi kinerja dari

organisasi tersebut.

5. Sumber daya adalah sesuatu yang kristis. Artinya strategi harus mampu

melihat sesuatu yang memang layak dikerjakan dalam organisasi.

6. Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar.

Setiap sesuatu pasti memiliki resiko, namun resiko tersebut dapat

diminimalisir dengan mengetahui lingkungan internal maupun lingkungan

eksternal dalam organisasi dan haruslah hati-hati dalam menetapkan

strategi.

7. Strategi hendaknya disusun diatas landasan keberhasilan yang telah

(28)

landasan organisasi untuk menjadikan strategi berikutnya menjadi suatu

keberhasilan yang lebih.

8. Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya

dukungan dari pihak-pihak yang terkait. Pihak-pihak yang dimaksud

adalah seluruh yang ada dalam organisasi tersebut dan juga stakehonder

yang ada dalam organisasi tersebut.

Proses perencanaan strategi sudah barang tentu memerlukan kerangka

kerja gabungan dari berbagai tingkat manajer atau pimpinan dengan harapan

bahwa masing-masing dari mereka dapat mengemukakan apa yang menjadi

permasalahannya, sehingga dapat ditemukan strategi pemecahan yang tepat dan

memiliki implikasi luas dan berjangka panjang. Salah satu model kerangka kerja

(frame work) yang dapat digunakan melalui adaptasi perencanaan strategic adalah

(29)

Bagan 1.

Perencanaan Strategik Untuk Sektor Publik Model Bryson (1988)

Lingkungan internal dan eksternal merupakan dua hal yang sangat

berkaitan satu sam lain. Hal inilah yang sangat dijadikan sebagai dasar dalam

mengidentifikasikan isu-isu strategi dalam suatu organisasi. Dalam lingkungan

internal terdapat kekuatan dan kelemahan yang ada dalam ruang lingkup

organisasi, dimana organisasi tersebut menemukan apa yang menjadi kekuatan

dan kelemahan dalam organisasi tersebut sehingga organisasinya dapat mengenal

diri sendiri sebelum melakukan tindakan. Lingkungan internal ini terdiri dari

sumber daya yang ada dalam organisasi tersebut baik itu sumber daya manusia

maupun sumber daya fisik berupa sarana dan prasarananya. Sedangkan untuk

(30)

yaitu peluang dan ancaman. Lingkungan eksternal ini terdiri dari beberapa factor

yaitu perkembangan social yang ada pada lingkungan di luar organisasi, factor

ekonomi maupun factor politik. Dengan kedua lingkungan inilah perencanaan

strategi yang di lakukan dapat berhasil sesuai dengan yang di harapkan kemasa

depan organisasi tersebut.

Menurut Bryson (1988) dalam perencanaan strategik ada beberapa

pendekatan dasar yang dapat dipergunakan untuk mengenali isu strategis (dalam

Tangkilisan, 2003: 51)

1. Pendekatan Langsung (direct approach), yaitu pendekatan yang akan

bekerja sangat baik bagi senagian besar lembaga pemerintah dan lembaga

public. Pendekatan langsung meliputi jalan lurus dari ulasan terhadap

mandat, misi dan SWOT (Kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman)

hingga identifikasi isu-isu strategis.

2. Pendekatan Tidak Lansung (indirect approach), yaitu pendekatan yang

secara khusus digunakan ketika isu utama harus diarahkan kembali.

3. Pendekatan Sasaran (goals approach), yaitu pendekatan yang lebih sejalan

dengan teori perencanaan konvensional, yang menetapkan bahwainstitusi

atau organisasi harus menciptakan sasaran dan tujuan bagi dirinya sendiri

dan kemudian mengembangkan strategi untuk mencapainya.

4. Pendekatan Visi Keberhasilan (vision of success), yaitu pendekatan yang

mengembangkan suatu gambar yang terbaik atau ideal mengenai institusi

atau organisasi diwaktu yang akan datang sebagai organisasi yang sangat

(31)

I.5.2. Perumahan dan Permukiman

Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar

manusia yang mempunyai peran strategis dalam pembentukan dan kepribadian

bangsa. Ada beberapa unsur pokok yang terkait erat dengan perumahan dan

permukiman, antara lain (Alvi Syahrin, 2003: 120): Pertama, Adanya tempat

hunian yang bersifat perlindungan dan sosialisasi manusia sebagai individu dalam

lingkungan terkecil. Kedua, Tempat hunian yang berfungsi lebih luas yang

memperhatikan adanya kaitan unsur-unsur lainnya seperti sosial, ekonomi, budaya

dan lainnya. Ketiga, Adanya jaringan pelayanan yang memungkinkan manusia

sebagai individu atau masyarakat menjalankan kehidupan dan penghidupannya.

Keempat, Adanya unsur perbatasan yang terkait dengan tingkah laku manusia

sebagai individu dan masyarakat dalam menjalankan kehidupan dan

penghidupannya.

I.5.2.1. Pengertian Perumahan

Berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

Pemukman (UUPP), perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan

prasarana dan sarana lingkungan.

I.5.2.2. Pengertian Permukiman

Dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

Permukiman (UUPP), permukiman mengandung pengertian sebagai bagian

lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan

(32)

lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan

penghidupan.

Permukiman yang dimaksud dalam Undang-undang ini mempunyai

lingkup tertentu yaitu kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan

fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana, sarana

lingkungan, dan tempat kerja yang memberikan pelayanan dan kesempatan kerja

terbatas untuk mendukung perikehidupan dan penghidupan sehingga fungsi

permukiman tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna (UUPP Pasal 3)

Kata permukiman merupakan sebuah istilah yang tidak hanya berasal dari

satu kata, namun jika ditinjau dari struktur katanya, kata permukiman terdiridari

dua kata yang mempunyai arti yang berbeda, yaitu: pertama, isi yaitu mempunyai

implementasi yang menunjukkan kepada manusia sebagai penghuni maupun

masyarakat dilingkungan sekitarnya dan yang kedua, wadah yaitu menunjuk pada

fisik hunian yang terdiri dari alam dan elemen-elemen buatan manusia.

I.5.3. Pembangunan Perumahan dan Pemukiman

I.5.3.1. Pembangunan

I.5.3.1.1. Pengertian Pembangunan

Myndal memberikan arti bahwa (dalam Agus Suryono, 2001: 56):

Pembangunan harusnya merupakan suatu proses yang saling terkait antara proses partumbuhan ekonomi, perubahan sosial, dan demokrasi politik yang terjadi dalam lingkaran sebab akibat kumulatif (circular cumulative

causation)

Pembangunan sudah menjadi kata kunci bagi segala hal. Secara umum,

kata pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan

(33)

I.5.3.1.2. Alat Ukur Pembangunan

Menurut Arif Budiman dalam bukunya Teori Pembangunan Dunia Ketiga,

diuraikan indicator-indikator pembangunan. Indicator tersebut adalah (Arif

Budiman, 1995: 2)

a. Kekayaan Rata-Rata. Kemajuan ekonomi masyarakat biasanya

ditandai degan pemerataan pendapatan. Berdasarkan hal tersebut

kemajuan ekonomi menjadi hal yang signifikan dalam

pembangunan.

b. Pemerataan. Bangsa atau Negara yang berhasil melakukan

pembangunan adalah mereka yang disamping tingginya

produktivitasnya, penduduknya juga makmur dan sejahtera secara

relatif merata.

c. Kualitas Kehidupan. Kualitas yang dimaksud adalah rata-rata

harapan hidup, rata-rata jumlah kematian bayi, dan rata-rata

presentasi buta huruf.

d. Kerusakan Lingkungan. Pembangunan tidak akan jauh

pengaruhnya terhadap lingkungan sebagai objek yang sangat dekat

dengan pembangunan.

e. Keadilan Sosial dan Kesinambungan. Adanya pembangunan yang

berkelanjutan adalah bukti bahwa pembangunan tersebut akan

berhasil.

I.5.3.2. Pembangunan Perumahan dan Pemukiman

Dalam Keputusan Presiden (kepres) No. 63 Tahun 2000 Tentang Badan

(34)

tertulis bahwa pembangunan perumahan dan permukiman merupakan kegiatan

yang bersifat lintas sektoral, yang pelaksanaannya perlu memperhatikan

aspek-aspek prasarana dan sarana lingkungan, rencana tata ruang, pertanahan, industri

bahan, jasa kontruksi dan rancang bangun, pembiayaan, sumber daya manusia,

kemitraan antar pelaku, peraturan perundang-undangan, dan aspek penunjang

lainnya.

A. Asas Pembangunan Perumahan dan Permukiman

Dalam Undang-Undang Perumahan dan Pemukiman tepatnya pada pasal 3

dikatakan ada beberapa asas yang digunakan dalam pembangunan perumahan dan

permukiman yaitu :

a) Asas manfaat, memberikan landasan agar pelaksanaan pembangunan

perumahan dan permukiman yang menggunakan sumber daya yang

terbatas dapat dimanfaatkan sebasar-besarnya bagi kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat.

b) Asas adil dan merata, memberikan landasan agar hasil-hasil pembangunan

perumahan dan permukiman dapat dinikmati secara adil dan merata oleh

seluruh rakyat.

c) Asas kebersamaan dan kekeluargaan, memberikan landasan agar golongan

masyarakat yang kuat membantu golongan masyarakat yang lemah dan

mencegah terjadinya lingkungan permukiman yang ekslusif.

d) Asas kepercayaan kepada diri sendiri, memberikan landasan agar segala

usaha dan kegiatan dalam pembangunan perumahan dan pemukiman

(35)

mampu membangkitkankepercayaan akan kemampuan dan kekuatan

sendiri.

e) Asas keterjangkauan, memberikan landasan agar hasil pembangunan

perumahan dan permukiman dapat dijangkau oleh masyarakat

berpenghasilan rendah.

f) Asas kelestarian lingkungan hidup, memberikan landasan untuk

menunjang pembangunan berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan

bagi generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.

Alvi Syahrin dalam bukunya Pengantar Hukum dan Kebijakan

Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berkelanjutan menguraikan beberapa

asas selain asas yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Perumahan dan

Permukiman, yaitu (Alvi, 2003, 106):

a. Asas Demokrasi, artinya pembangunan perumahan dan permukiman harus

memperhatikan pengelolaan sumber daya alam serta adanya adanya

pengakomodasian kekuasaan dan kewenangan dalam mengelola antara

pusat dan daerah, transparan dalam pengambilan keputusan, meningkatkan

partisipasi semua pihak yang terkait, tidak dikriminasi dalam perbuatan

dan implementasi kebijakan, bertanggung jawab kepada public,

penyelesaian konflik penguasaan dan pemanfaatan secara bijaksana, dan

menghargai hak-hak asasi manusia dalam pengelolaan sumber daya alam.

b. Asas Transpansi, artinya keterbukaan dalam proses pengambilan

keputusan membuka ruang bagi peningkatan partisipasi dan pengawasan

(36)

permukiman, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan

evaluasi.

c. Asas Koordinasi dan Keterpaduan antar sektor, artinya pengelolaan

pembangunan perumahan dan permukiman dilakukan secara terintegrasi

dengan saling memperhatikan kepentingan antar sektor,sehingga dapat

dibina hubungan yang saling mendukung dan kerja sam, yang menepatkan

kepentingan pelestarian fungsi lingkungan dan keberlanjutan fungsi

perumahan dan permukiman diatas kepentingan masing-masing sector.

d. Asas Efisiensi, artinya pemanfaatan sumber daya alam bagi pembangunan

perumahan dan permukiman di dasarkan pada pengelolaan secara

bijaksana dengan memperhatikan sifat dapat diperbaharukan (renewable)

dan tidak terbaharukan (nonrenewable), dengan selalu memperhitungkan

keberlanjutan fungsi danmanfaat sumber daya alam bagi kepentingan

generasi kini dan mendatang.

e. Asas Desentralisasi, yaitu penyerahan wewenang tanggung jawab

pengelolaan perumahan dan permukiman serta keterkaitannya dengan

lingkungan hidup oleh pemerintah kepada daerah otonom, atau Mentei

kepada tingkat birokrasi dibawahnya, sehingga pengambilan keputusan

dapat dilakukan sesuai dengan karakteristik wilayah masing-masing

daerah.

f. Asas Partisipasi Publik, artinya pengelolaan perumahan dan permukiman

dalam kaitannya dengan kelestarian fungsi lingkungan, membuka

kesempatan kepada masyarakat dan semua pihak yang terkait

(37)

perumahan dan permukiman serta pelestarian lingkungan, mulai dari

kegiatan identifikasi dan inventarisasi, perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan, pemantauan, dan evaluasi.

g. Asas Pengawasan Publik, artinya mekanisme dan prosedur pengawasan

masyarakat dan semua pihak yang terkait (stakeholder) dalam pengelolaan

perumahan dan permukiman serta pelestarian fungsi lingkungan, dengan

mengambil bagian aktif dalam melakukan pengawasan yang efektif.

h. Asas Akuntabilitas Publik, artinya upaya yang harus direncanakan dan

dilaksanakan oleh pihak pengelola pembangunan perumahan dan

permukiman serta pelestarian fungsi lingkungan, khususnya mengenai

hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan public dan kepentingan masyarakat,

sebagai bentuk pertanggungjawabannya kepada rakyat atas segala tindakan

yang dilakukan dalam pengelolaan secara trasparan.

i. Asas Informasi dan Persetujuan, artinya memberikan informasi yang benar

dan meminta persetujuan masyarakat dalam pembangunan perumahan dan

permukiman serta pelstarian fungsi lingkungan, dengan persetujuan

tersebut didasarkan pada prinsip kebebasan dari pihak yang memberi

persetujuan (free and prior informed consent).

B. Sistematisasi Proses Pembangunan Perumahan dan Permukiman

Dalam pembangunan perumahan dan pemukiman diperlukan sistematisasi

proses yang mendukung proses pembangunan bagi perumahan dan permukiman.

Sistematisasi proses pembangunan perumahan dan pemukiman tersebut terdiri

(38)

a. Tahap Persiapan

Ketentuan pasal 3 dan pasal 4 UUPP diantaranya menyebutkan

pembangunan perumahan dan pemukiman berdasarkan pada asas kelestarian

lingkungan, bertujuan mewujudkan perumahan dan pemukiman yang layak dalam

lingkungan sehat, aman, serasi, dan teratur, memberi arah pada pertumbuhan

wilayah dan persebaran penduduk yang rasional. Pada pasal 7 UUPP menetapkan

dalam membangun rumah atau perumahan wajib mengikuti persyaratan teknis,

ekologi dan administrative, melakukan pemantauan lingkungan yang terkena

dampak berdasarkan Rencana Pemantauan Lingkungan dan melakukan

pengelolaan lingkungan berdasarkan rencana pengelola lingkungan.

b. Tahap Penyediaan Tanah

Berdasarkan pasal 32 UUPP, dinyatakan bahwa penyediaan tanah untuk

pembangunan perumahan dan pemukiman diselenggarakan dengan: Pertama,

penggunaan tanah yang langsung dikuasai oleh Negara. Kedua, konsolidasi tanah

oleh pemilik tanah. Ketiga, pelepasan hak atas tanah oleh pemilik tanah yang

dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sebagai upaya pengadaan tanah, konsolidasi tanah diperkotaan dapat

dikatakan sebagai salah satu alternative kebijakan tanah perkotaan untuk

menaggulangi masalah tanah perkotaan, diantaranya mengenai permukiman yaitu

sekitar ketidakjelasan dan ketidakteraturan penguasaan dan penggunaan tanah,

sebab perkampungan di perkotaan (permukiman kumuh) mempunyai ciri-ciri:

masyarakatnya heterogen dan umumnya berpenghasilah rendah, rumah

(39)

lingkungannya rendah, bentuk dan batas pemilikan tanahnya kecil dan tidak

teratur.

c. Tahap Perencanaan

Peningkatan dan pengembangan pembangunan perumahan dan

permukiman dengan berbagai aspek permasalahannya perlu diupayakan sehingga

merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang fisik, kehidupan

ekonomi, dan sosial budaya untuk mendukung ketahanan nasional, mampu

menjamin kelestarian lingkungan hidup, dan meningkatkan kualitas kehidupan

manusia Indonesia dalam berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. Dalam

pembangunan perumahan dan permukiman terkait aspek peningkatan jumlah

penduduk dan penyebarannya, perluasan kesempatan kerja dan usaha.

d. Tahap Perancangan

Setelah mendapat izin perencanaan yang dikeluarkan oleh pemerinta

kabupaten/kota, penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman

membuat dan mengajukan rancangan bangunan kepada pemerintah

kabupaten/kota. Usulan rancangan tersebut disusun secara terperinci yang dapat

memberikan petunjuk yang jelas dan mudah dalam pelaksanaan fisik bangunan.

Pada tahap ini pembangunan perumahan dan permukiman dilaksanakan secara

keterpaduan dan memperhatikan permukiman yang ada, tanpa mengeklusifkan

diri.

Pada tahap perancangan ini pembangunan perumahan dan permukiman

dirancang berdasarkan lingkungan hunian yang berimbang, guna mewujudkan:

a.1. Kawasan dan lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat, aman,

(40)

a.2 Kawasan dan lingkungan perumahan dan permukiman yang terdiri dari

rumah mewah, rumah menengah dan rumah sederhana agar dapat

menampung dan terciptanya secara serasi berbagai kelompok masyarakat.

a.3. Rasa ketidakkawanan sosial, rasa kekeluargaan, kebersamaan,

kegotong-royongan antara kelompok masyarakat, dimana masyarakat yang mampu

dapat membantu masyarakat yang kurang mampu melalui perusahaan

pembangunan perumahan, khususnya dengan mengadakan subsidi silang

dari kaveling tanah matang-matang untuk rumah mewah dan menengah

kepada kaveling tanah matang untuk rumah sederhana.

a.4.Pencapaian target pembangunan perumahan dan permukiman, khusus

target pembangunan rumah sederhana.

e. Tahap Konstruksi

Pada tahap konstruksi ini, penyelenggara pembangunan perumahan dan

permukiman harus melaksanakan pembangunan sesuai dengan

persyaratan-persyaratan terknis yang telah ditetapkan dalam izin perencanaan dan izin

mendirikan bangunan. Pada tahap konstruksi ini perlu dibuat ketentuan yang

mewajibkan pengembangan untuk memberi jaminan sejumlah uang kepada

pemerintah daerah dalam penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial, yang

nilainya dapat dihitung berdasarkan perencanaan biaya yang akan dikeluarkan

pengembang.

f. Tahap Pengusahaan

Penyelenggara pembangunan perumahan dan permukiman masih tetap

mempunyai kewajiban untuk menyelesaikan pembangunan prasarana lingkungan,

(41)

perumahan tersebut terjual serta memelihara paling lama satu tahun sejak

pembangunan proyek secara keseluruhan.

g. Tahap Pengelolaan

Setelah selesai dilaksanakan pembangunan perumahan dan permukiman

secara keseluruhan, prasarana dan sarana lingkungan yang telah dibangun oleh

penyelenggara pembangunan perumahan dan permukiman tersebut

pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah daerah.

I.5.4. Permukiman Kumuh

Kumuh mengandung pengertian tidak layak yang juga dapat berarti

ketidakteraturan, ketidak sehatan, dan ketidaktertiban pembangunan dan

keselamatan. Permukiman kumuh dapat diartikan sebagai permukiman tidak layak

huni yang dapat membahayakan kehidupan penghuninya, karena keadaan

keamanan dan kesehatan serta kenyamanan dan keandalan bangunan dalam

lingkungan tersebut tidak memenuhi standar pembakuan yang berlaku, baik

dilihat dari segi tata ruang, kepadatan bangunan, kualitas bangunan serta

prasarana dan sarana lingkungan yang tidak memenuhi syarat

Lahirnya pemukiman kumuh (slum area) adalah akibat pertumbuhan

penduduk yang lebih cepat dari penataan pemukiman. Sementara pada sisi lain,

pembangunan perumahan oleh masyarakat dalam beberapa hal juga ternyata lebih

cepat dari pada penataan dan pengawasan oleh pemerintah, sehingga munculnya

perumahan dan pemukiman di atas tanah yang dikuasai oleh negara atau milik

(42)

Selain itu, lahirnya pemukiman kumuh (slum area) di daerah perkotaan

tidak terlepas dari perkembangan dan pertambahan penduduk kota, yang antara

lain akibat urbanisasi atau migrasi. Para migran yang datang ke kota dengan

berbagai motif dan tujuan, mereka tidak memiliki pendidikan dan ketrampilan

yang memadai untuk bekerja di sektor-sektor formal. Mereka terpaksa harus

mengadu nasib di sektor-sektor informal dengan penghasilan rendah, tapi jumlah

jam kerja relatif lebih tinggi. Sedangkan untuk tempat tinggal, mereka memilih

daerah pemukiman kumuh karena harganya lebih murah.

Penghuni pemukiman kumuh yang umumnya bekerja di sektor informal

dan berpenghasilan rendah dapat digolongkan sebagai penduduk miskin

(prasejahtera). Lebih jauh kemiskinan juga dapat membahayakan akidah, akhlak,

mengganggu pemikiran, membahayakan keluarga dan mengancam kestabilan

masyarakat (http://litagama.org).

Ada beberapa ciri-ciri pemukiman kumuh yaitu (Seminar Usaha Perbaikan

Pemukiman Kumuh di Petukangan – Jakarta Selatan):

1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai

2. Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta pengunaan

ruang-ruangnya mencerminkan penghuninya kurang mampu atau miskin

3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam

penggunaan ruang-ruang yang ada di pemukiman kumuh sehingga

mencerminkan adanya kesembrautan tata ruang dan

(43)

4. Pemukiman kumuh kerupakan suatu satuan-satuan komuniti yang

hidup secara sendiri dengan batas-batas kebudayaan da social yang

jelas

5. Penghuni pemukiman kumuh secara social dan ekonomi tidak

homogen, warga mempuyai mata pencaharian dan tinggat

kepadatan yang beragam

6. Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh adalah mereka yang

bekerja di sektor informal atau mempunyai tambahan pencarian di

sektor informal.

Dengan adanya kemampuan untuk menghidupkan diri dengan layak inilah

diharapkan warga negara bisa menikmati taraf hidup yang layak. Ada beberapa

indicator yang bisa muncul dalam hidup yang layak, yaitu: Pertama, perumahan

yang layak huni dari kuantitas (luas) maupun dari segi kualitas (jenis lantai dan

bahan baku yang digunakan). Kedua, ketersediaan dan kemampuan mengonsumsi

air yang layak. Ketiga, ketersediaan udara yang sehat untuk dihirup. Keempat,

ketersediaan dan kemampuan menggunakan penerangan rumah yang baik (listrik)

serta kondisi dan perkembangan lingkungan hidup (Revrison Baswir dkk,

1999:193).

I.6. Defenisi Konsep

Singarimbun menyatakan bahwa kerangka konsep merupakan defenisi

untuk menggambarkan secara abstrak fenomena sosial ataupun alami

(44)

diuraikan maka dapat diuraikan defenisi konsep dalam penelitian ini sebagai

berikut:

a. Strategi adalah suatu pola perencanaan dalam menyesuaikan

seluruh sumber daya yang ada baik internal maupun eksternal

organisasi untuk menggunakan dan mengelola sumber daya yang

ada.

b. Pembangunan Perumahan dan Pemukiman adalah suatu proses

pemanfaatan sumber daya yang ada baik sumber daya manusia

maupun sumber daya alam dalam kajian tempat tinggal atau tempat

hunian.

c. Permukiman Kumuh adalah suatu keadaan yang kompleks dimana

keadaan tersebut dapat membahayakan karena keadaan yang tidak

layak dan tidak teratur.

d. Strategi Pembangunan Perumahan dan Pemukiman dalam

Meminimalisir Permukiman Kumuh adalah pola perencanaan yang

dilakukan oleh dinas terkait dalam menyesuaikan masalah internal

dan eksternal dalam meningkatkan taraf hidup yang layak sesuai

dengan sumber daya yang ada.

I.7. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana caranya mengukur suatu variabel atau suatu informasi ilmiah yang

amat membantu penelitian lain yang ingin menggunakan variabel yang sama

(45)

penelitian dengan cara memberikan indicator-indikator permasalahan yang akan

di teliti.

Adapaun indikator Strategi Pembangunan Perumahan dan Permukiman

Dalam Meminimalisir Permukiman Kumuh adalah:

1. Lingkungan Internal, terdiri dari :

a. Sumber daya yang dimiliki dalam mempermudah tugas dan tanggung jawab,

meliputi :

a.1. Sumber daya manusia

a.2. Sumber dana dalam pembangunan perumahan dan permukiman

a.3. Fasilitas yang ada, baik berupa sarana dan prasarana

b. Strategi-strategi yang dilakukan oleh Dinas Perumahan dan Pemukiman

Kota Medan

c. Prioritas pembangunan perumahan dan permukiman yang dilakukan oleh

Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan

2. Lingkungan eksternal, terdiri dari:

a. Perkembangan dan kondisi sosial masyarakat

b. Kemitraan yang dilakukan

(46)

I.8. Sistematika Penulisan

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional, dan

sistematika penulisan.

BAB II: METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi, informan,

teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB III: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian

sebagai objek penelitian yang relevan degan topik penelitian.

BAB IV: PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan

dokumentasi yang akan dianalisis.

BAB V: ANALISA DATA

Bab ini berisikan pembahasan atau interpretasi dari data-data yang

disajikan dan diperoleh dari lokasi penelitian.

BAB VI: PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan penelitian dan saran-saran dari hasil

penelitian yang dilakukan serta untuk kemajuan objek penelitian dimasa akan

(47)

BAB II

METODE PENELITIAN

II.1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian

deskriptif dengan analisis data kualitatif yaitu prosedur pemecahan masalah yang

diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada saat

sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adaya.

Nawawi dan Martini (1994: 174) menyatakan bahwa penelitian kualitatif

juga disebut penelitian naturalistic yaitu penelitian yang bersifat atau memliki

karakteristik, bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan sebenarnya atau

sebagaimana mestinya, dengan tidak diubah dalam bentuk symbol-simbol atau

bilangan.

Dengan demikian penelitian ini akan mengumpulkan data sebanyak

mungkin tetang permasalahan yang diteliti lalu diuraikan, digambarkan dan

diinterpretasikan secara rasional dan diambil kesimpulan dari penelitian yang

telah diteliti.

II.2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah pada Dinas Perumahan

(48)

II.3. Informan

Untuk memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai masalah

penelitian yang sedang diteliti, maka dipergunakan teknik informan. Dalam

penelitian ini, ada dua jenis informan yaitu: informan kunci (key informan) dan

informan biasa. Informan kunci adalah informan yang mengetahui secara

mendalam permasalahan yang sedang diteliti dan mendapat posisi atau jabatan

yang mengetahui jelas objek yang sedang diteliti, sedangkan informan biasa

adalah informan yang ditentukan berdasarkan pertimbangan peneliti dengan dasar

mengetahui dan berhubungan dengan permasalahan penelitian.

Oleh sebab itu, dengan dasar pertimbangan tersebut maka yang menjadi

informan kunci adalah:

1. Kepala Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Medan

2. Sub Dinas Bina Pemeliharaan dan Pengelolaan

3. Sub Dinas Bina Program

4. Kepala Seksi Monitorning

Untuk memperkaya data yang akan diolah, maka diambil juga informan

biasa yang berhubungan dengan permasalahan penelitian yaitu pegawai dari dinas

perumahan dan pemukiman serta pihak-pihak yang terkait dalam permasalahan

penelitian.

II.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan secara jelas

dalam penelitian, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

(49)

1. Data primer

Data dapat diperoleh melalui:

a. Observasi/pengamatan, yaitu mengadakan pengamatan langsung

dari objek penelitian dan mencatat hal-hal yang dianggap

berhubungan dengan permasalahan penelitian serta menjaring data

yang tidak terjangkau.

b. Wawancara Mendalam, yaitu melakukan Tanya jawab secara

mendalam kepada pihak-pihak yang dianggap mengetahui

permasalah penelitian yang dilakukan.

2. Data sekunder

Data ini dapat diperoleh melalu

a. Studi kepustakaan, yaitu dengan menggunakan berbagai literature

seperti buku-buku, majalah, jurnal, dan laporan penelitian serta

yang lainnya.

b. Dokumentasi, yaitu dengan melakukan penelaaan terhadap

catatan-catatan tertulis yang ada pada lokasi penelitian.

II.5. Teknik Analisa Data.

Data yang telah didapat dalam penelitian ini akan dianalisis dengan

menggunakan teknik analisa SWOT yang merupakan tahap awal dan upaya untuk

menentukan isu strategis yang nantinya berkaitan dengan penemuan strategi

pengembangan organisasi publik. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis

(50)

informasi, dan data-data dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman sehingga diperoleh kejelasan dari permasalahan yang telah diuraikan

yang kemudian diambil kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan.

Untuk mempermudah dalam teknik analisa SWOT maka dipergunakan

matriks SWOT.

Bagan 2.

Matriks SWOT

KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)

PELUANG (O)

Sumber :Tangkilisan, Hesel Nogi (2003 : 46)

Beberapa strategi yang diperoleh dari teknik analisis SWOT adalah

sebagai berikut :

1. Strategi SO (Strength Opportunity): memanfaatkan kekuatan internal

untuk memperoleh keuntungan dari peluang yang tersedia di lingkungan

ekstenal

2. Stragegi WO (Weakness Opportunity): memperbaiki kelemahan internal

(51)

3. Strategi ST (Strength Threat): menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk

menghindari ancaman yang datang dari lingkungan luar

4. Strategi WT (Weakness Threat): memperkecil kelemahan internal dan

menghindari ancaman yang datang dari lingkungan luar.

II.6. Kerangka Berpikir

Untuk mempermudah penelitian yang akan dilakukan dan mempermudah

penyajian dalam memperoleh data dan analisis data maka di perlukan kerangka

berpikir yang nantinya digunakan dalam penelitian. Kerangka berpikir merupakan

pola pikir yang digunakan peneliti secara sistematis.

Kerangka berpikir akan menjadi acuan dan arahan peneliti dalam

mendapatkan data-data yang diinginkan serta dijadikan sebagai acuan pertanyaan

dalam mendapatkan jawaban yang dilakukan dengan wawancara secara

mendalam. Oleh karena itu, kerangka berpikir ini berfungsi untuk menemukan

stategi yang di ambil oleh Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Medan dalam

meminimalisir pemukiman kumuh di Kota Medan. Kerangka berpikir yang

(52)

Bagan 3

Kerangka Berpikir Dalam Strategi Pembangunan Perumahan dan

(53)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum Kota Medan

Perkembangan Kota Medan tidak terlepas dari dimensi historis, ekonomi

dan karakteristik Kota Medan itu sendiri, yakni sebagai kota yang mengemban

fungsi yang luas dan besar (metro), serta sebagai salah satu dari 3 (tiga) kota

metropolitan terbesar di Indonesia. Realitasnya, Kota Medan kini berfungsi

("http://www.pemkomedan.go.id/selayang_informasi.php" \l "top"):

1. Sebagai pusat Pemerintahan daerah, baik pemerintah Propinsi Sumatera

Utara, maupun Kota Medan, sebagai tempat kedudukan

perwakilan/konsulat Negara-negara sahabat, serta wilayah kedudukan

berbagai perwakilan Perusahaan, Bisnis, Keuangan di Sumatera Utara.

2. Sebagai Pusat pelayanan kebutuhan sosial, ekonomi masyarakat Sumatera

Utara seperti: Rumah sakit, Perguruan Tinggi, Stasiun TVRI, RRI, dll,

termasuk berbagai fasilitas yang dikembangkan Swasta, khususnya

pusat-pusat Perdagangan.

3. Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, perdagangan, keuangan, dan jasa

secara regional maupun internasional.

4. Sebagai pintu gerbang regional/Internasional/Kepariwisataan untuk

kawasan indonesia bagian barat.

A.1. Kondisi Geografis

Secara geografis, Kota Medan terletak pada 3°30¨ - 3°43¨ Lintang Utara

(54)

miring ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan

laut.

Kota Medan mamiliki luas 26.510 hektar (265,10 km2) atau sekitar 3,6 %

dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan

dengan kota/ kabupaten lainny, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relative

kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relative besar.

Kota Medan memiliki batas-batas geografis yaitu

a. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

b. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat

Malaka, Maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu

masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik

maupun kuar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah

mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu

daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

A.2. Kondisi Demografi

Penduduk asli Kota Medan adalah Melayu dan Karo tetapi saat ini kota ini

merupakan kota multietnis. Populasi Kota Medan saat ini didominasi beberapa

suku yaitu suku Melayu, Jawa, Batak dan Tionghoa. Berdasarkan data

kependudukan tahun 2005, penduduk Kota Medan saat ini diperkirakan telah

mencapai 2.036.018 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduknya sebesar 1,50%

(55)

sedangkan penduduk tidak tetap/penglaju (komuter) diperkirakan mencapai lebih

dari 500.000 jiwa.

Dilihat dari struktur umur penduduk, Kota Medan dihuni lebih kurang

1.377.751 jiwa berusia produktif yaitu dalam kisaran usia 15-59 tahun.

Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan rata-rata lama sekolah penduduk telah

mencapai 10,5 tahun. Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan periode tahun

2000-2004 cenderung mengalami peningkatan, dimana tingkat pertumbuhan

penduduk pada tahun 2000 adalah 0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004.

Sedangkan tingkat kepadatan penduduk mengalami peningkatan dari 7.183 jiwa

per km2 pada tahun 2004. Jumlah penduduk paling banyak ada di kecamatan

Medan Deli, disusul kecamatan Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah

penduduk yang paling sedikit terdapat di kecamatan Medan Baru, Medan

Maimum dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi di

Kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area dan Medan Timur.

Berdasarkan data kependudukan tahun 2007, Kota Medan diperkirakan

telah mencapai 2.006.142 jiwa, dengan jumlah wanita (1.010.174 jiwa) lebih besar

dari pada pria (995.968 jiwa)

A.3. Keadaan Sosial

Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan,

keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan

penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana

pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi

masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh

Gambar

Tabel 1. Jumlah pegawai negeri sipil menurut eselon, fungsional dan staff pada tahun
Tabel 2. Jumlah Pegawai Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan Berdasarkan
Tabel 3. Jumlah Pegawai Dinas Perumahan dan Permukiman Berdasarkan Golongan
Tabel  Persentase Jenjang Pendidikan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk setiap partisi dari semua titik pada suatu garis dalam 2 himpunan yang tidak kosong sedemikian hingga ada titik dari masing-masing himpunan yang terletak antara titik

Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sleman pada tahun anggaran 2015 telah melaksanakan 5 (lima) urusan wajib, 13 (tiga belas) program, dan 51 (lima puluh satu)

Apalagi dengan adanya teknologi internet yang telah menjadi hal yang biasa dalam kehidupan masyarakat dunia dan salah satu kegunaannya untuk membuat website yang bertujuan untuk

Perilaku mengkonsumsi diet yang tidak sehat (obesitas) sebagai faktor risiko tertinggi kejadian hipertensi pada masyarakat di desa Slahung Ponorogo dengan prosentase sebesar

subjek berada di Semarang. subjek hanya merasa bahwa.. sang ibu menjadi lebih protektif kepada anak-anaknya dan. menjadi

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul : UPAYA PEMBUKTIAN SURAT DAKWAAN BERBENTUK ALTERNATIF OLEH PENUNTUT UMUM DALAM TINDAK PIDANA

Kendala yang ada seperti sifat skeptis beberapa apoteker terhadap kualitas obat generik, dokter yang lebih banyak meresepkan obat nama dagang, dan pendapat umum di masyarakat

Menurut Jeffery, “ Use Case Diagram, suatu diagram yang melukiskan interaksi antara sistem dengan para pemakai. Dengan kala lain, use cesa diagram dengan nyata