• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistematisasi Proses Pembangunan Perumahan dan Permukiman

Dalam pembangunan perumahan dan pemukiman diperlukan sistematisasi proses yang mendukung proses pembangunan bagi perumahan dan permukiman. Sistematisasi proses pembangunan perumahan dan pemukiman tersebut terdiri dari beberapa tahap yaitu (Alvi Syahrin, 2003: 35):

a. Tahap Persiapan

Ketentuan pasal 3 dan pasal 4 UUPP diantaranya menyebutkan pembangunan perumahan dan pemukiman berdasarkan pada asas kelestarian lingkungan, bertujuan mewujudkan perumahan dan pemukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi, dan teratur, memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional. Pada pasal 7 UUPP menetapkan dalam membangun rumah atau perumahan wajib mengikuti persyaratan teknis, ekologi dan administrative, melakukan pemantauan lingkungan yang terkena dampak berdasarkan Rencana Pemantauan Lingkungan dan melakukan pengelolaan lingkungan berdasarkan rencana pengelola lingkungan.

b. Tahap Penyediaan Tanah

Berdasarkan pasal 32 UUPP, dinyatakan bahwa penyediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan pemukiman diselenggarakan dengan: Pertama, penggunaan tanah yang langsung dikuasai oleh Negara. Kedua, konsolidasi tanah oleh pemilik tanah. Ketiga, pelepasan hak atas tanah oleh pemilik tanah yang dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sebagai upaya pengadaan tanah, konsolidasi tanah diperkotaan dapat dikatakan sebagai salah satu alternative kebijakan tanah perkotaan untuk menaggulangi masalah tanah perkotaan, diantaranya mengenai permukiman yaitu sekitar ketidakjelasan dan ketidakteraturan penguasaan dan penggunaan tanah, sebab perkampungan di perkotaan (permukiman kumuh) mempunyai ciri-ciri: masyarakatnya heterogen dan umumnya berpenghasilah rendah, rumah mempunyai fungsi sebagai tempat tinggal dan tempat berusaha, kualitas

lingkungannya rendah, bentuk dan batas pemilikan tanahnya kecil dan tidak teratur.

c. Tahap Perencanaan

Peningkatan dan pengembangan pembangunan perumahan dan permukiman dengan berbagai aspek permasalahannya perlu diupayakan sehingga merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang fisik, kehidupan ekonomi, dan sosial budaya untuk mendukung ketahanan nasional, mampu menjamin kelestarian lingkungan hidup, dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia Indonesia dalam berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. Dalam pembangunan perumahan dan permukiman terkait aspek peningkatan jumlah penduduk dan penyebarannya, perluasan kesempatan kerja dan usaha.

d. Tahap Perancangan

Setelah mendapat izin perencanaan yang dikeluarkan oleh pemerinta kabupaten/kota, penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman

membuat dan mengajukan rancangan bangunan kepada pemerintah

kabupaten/kota. Usulan rancangan tersebut disusun secara terperinci yang dapat memberikan petunjuk yang jelas dan mudah dalam pelaksanaan fisik bangunan. Pada tahap ini pembangunan perumahan dan permukiman dilaksanakan secara keterpaduan dan memperhatikan permukiman yang ada, tanpa mengeklusifkan diri.

Pada tahap perancangan ini pembangunan perumahan dan permukiman dirancang berdasarkan lingkungan hunian yang berimbang, guna mewujudkan: a.1. Kawasan dan lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat, aman,

a.2 Kawasan dan lingkungan perumahan dan permukiman yang terdiri dari rumah mewah, rumah menengah dan rumah sederhana agar dapat menampung dan terciptanya secara serasi berbagai kelompok masyarakat. a.3. Rasa ketidakkawanan sosial, rasa kekeluargaan, kebersamaan,

kegotong-royongan antara kelompok masyarakat, dimana masyarakat yang mampu dapat membantu masyarakat yang kurang mampu melalui perusahaan pembangunan perumahan, khususnya dengan mengadakan subsidi silang dari kaveling tanah matang-matang untuk rumah mewah dan menengah kepada kaveling tanah matang untuk rumah sederhana.

a.4.Pencapaian target pembangunan perumahan dan permukiman, khusus target pembangunan rumah sederhana.

e. Tahap Konstruksi

Pada tahap konstruksi ini, penyelenggara pembangunan perumahan dan permukiman harus melaksanakan pembangunan sesuai dengan persyaratan-persyaratan terknis yang telah ditetapkan dalam izin perencanaan dan izin mendirikan bangunan. Pada tahap konstruksi ini perlu dibuat ketentuan yang mewajibkan pengembangan untuk memberi jaminan sejumlah uang kepada pemerintah daerah dalam penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial, yang nilainya dapat dihitung berdasarkan perencanaan biaya yang akan dikeluarkan pengembang.

f. Tahap Pengusahaan

Penyelenggara pembangunan perumahan dan permukiman masih tetap mempunyai kewajiban untuk menyelesaikan pembangunan prasarana lingkungan, utilitas umum maupun fasilias sosial yang dijanjikannya, walaupun satuan unit

perumahan tersebut terjual serta memelihara paling lama satu tahun sejak pembangunan proyek secara keseluruhan.

g. Tahap Pengelolaan

Setelah selesai dilaksanakan pembangunan perumahan dan permukiman secara keseluruhan, prasarana dan sarana lingkungan yang telah dibangun oleh penyelenggara pembangunan perumahan dan permukiman tersebut pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah daerah.

I.5.4. Permukiman Kumuh

Kumuh mengandung pengertian tidak layak yang juga dapat berarti ketidakteraturan, ketidak sehatan, dan ketidaktertiban pembangunan dan keselamatan. Permukiman kumuh dapat diartikan sebagai permukiman tidak layak huni yang dapat membahayakan kehidupan penghuninya, karena keadaan keamanan dan kesehatan serta kenyamanan dan keandalan bangunan dalam lingkungan tersebut tidak memenuhi standar pembakuan yang berlaku, baik dilihat dari segi tata ruang, kepadatan bangunan, kualitas bangunan serta prasarana dan sarana lingkungan yang tidak memenuhi syarat

Lahirnya pemukiman kumuh (slum area) adalah akibat pertumbuhan penduduk yang lebih cepat dari penataan pemukiman. Sementara pada sisi lain, pembangunan perumahan oleh masyarakat dalam beberapa hal juga ternyata lebih cepat dari pada penataan dan pengawasan oleh pemerintah, sehingga munculnya perumahan dan pemukiman di atas tanah yang dikuasai oleh negara atau milik orang lain.

Selain itu, lahirnya pemukiman kumuh (slum area) di daerah perkotaan tidak terlepas dari perkembangan dan pertambahan penduduk kota, yang antara lain akibat urbanisasi atau migrasi. Para migran yang datang ke kota dengan berbagai motif dan tujuan, mereka tidak memiliki pendidikan dan ketrampilan yang memadai untuk bekerja di sektor-sektor formal. Mereka terpaksa harus mengadu nasib di sektor-sektor informal dengan penghasilan rendah, tapi jumlah jam kerja relatif lebih tinggi. Sedangkan untuk tempat tinggal, mereka memilih daerah pemukiman kumuh karena harganya lebih murah.

Penghuni pemukiman kumuh yang umumnya bekerja di sektor informal dan berpenghasilan rendah dapat digolongkan sebagai penduduk miskin (prasejahtera). Lebih jauh kemiskinan juga dapat membahayakan akidah, akhlak, mengganggu pemikiran, membahayakan keluarga dan mengancam kestabilan masyarakat (http://litagama.org).

Ada beberapa ciri-ciri pemukiman kumuh yaitu (Seminar Usaha Perbaikan Pemukiman Kumuh di Petukangan – Jakarta Selatan):

1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai 2. Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta pengunaan

ruang-ruangnya mencerminkan penghuninya kurang mampu atau miskin 3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam

penggunaan ruang-ruang yang ada di pemukiman kumuh sehingga

mencerminkan adanya kesembrautan tata ruang dan

4. Pemukiman kumuh kerupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup secara sendiri dengan batas-batas kebudayaan da social yang jelas

5. Penghuni pemukiman kumuh secara social dan ekonomi tidak homogen, warga mempuyai mata pencaharian dan tinggat kepadatan yang beragam

6. Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di sektor informal atau mempunyai tambahan pencarian di sektor informal.

Dengan adanya kemampuan untuk menghidupkan diri dengan layak inilah diharapkan warga negara bisa menikmati taraf hidup yang layak. Ada beberapa indicator yang bisa muncul dalam hidup yang layak, yaitu: Pertama, perumahan yang layak huni dari kuantitas (luas) maupun dari segi kualitas (jenis lantai dan bahan baku yang digunakan). Kedua, ketersediaan dan kemampuan mengonsumsi air yang layak. Ketiga, ketersediaan udara yang sehat untuk dihirup. Keempat, ketersediaan dan kemampuan menggunakan penerangan rumah yang baik (listrik) serta kondisi dan perkembangan lingkungan hidup (Revrison Baswir dkk, 1999:193).

I.6. Defenisi Konsep

Singarimbun menyatakan bahwa kerangka konsep merupakan defenisi untuk menggambarkan secara abstrak fenomena sosial ataupun alami (Singarimbun, 1999: 24). Oleh sebab itu berdasarkan kerangka teori yang telah

diuraikan maka dapat diuraikan defenisi konsep dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Strategi adalah suatu pola perencanaan dalam menyesuaikan seluruh sumber daya yang ada baik internal maupun eksternal organisasi untuk menggunakan dan mengelola sumber daya yang ada.

b. Pembangunan Perumahan dan Pemukiman adalah suatu proses pemanfaatan sumber daya yang ada baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam dalam kajian tempat tinggal atau tempat hunian.

c. Permukiman Kumuh adalah suatu keadaan yang kompleks dimana keadaan tersebut dapat membahayakan karena keadaan yang tidak layak dan tidak teratur.

d. Strategi Pembangunan Perumahan dan Pemukiman dalam

Meminimalisir Permukiman Kumuh adalah pola perencanaan yang dilakukan oleh dinas terkait dalam menyesuaikan masalah internal dan eksternal dalam meningkatkan taraf hidup yang layak sesuai dengan sumber daya yang ada.

I.7. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel atau suatu informasi ilmiah yang amat membantu penelitian lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1999: 46). Hal ini akan mempermudah peneliti dalam melakukan

penelitian dengan cara memberikan indicator-indikator permasalahan yang akan di teliti.

Adapaun indikator Strategi Pembangunan Perumahan dan Permukiman Dalam Meminimalisir Permukiman Kumuh adalah:

1. Lingkungan Internal, terdiri dari :

a. Sumber daya yang dimiliki dalam mempermudah tugas dan tanggung jawab, meliputi :

a.1. Sumber daya manusia

a.2. Sumber dana dalam pembangunan perumahan dan permukiman a.3. Fasilitas yang ada, baik berupa sarana dan prasarana

b. Strategi-strategi yang dilakukan oleh Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Medan

c. Prioritas pembangunan perumahan dan permukiman yang dilakukan oleh Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan

2. Lingkungan eksternal, terdiri dari:

a. Perkembangan dan kondisi sosial masyarakat b. Kemitraan yang dilakukan

I.8. Sistematika Penulisan

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.

Dokumen terkait