• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Produksi Sapi

Dalam suatu kegiatan produksi, kombinasi dari beberapa input diubah menjadi output. Produksi jangka pendek dimana besarnya produksi tergantung pada input variabel dan input tetap. Fungsi produksi merupakan pernyataan diskriptif yang menyatakan output yang dapat dihasilkan dengan sejumlah input tertentu. Fungsi produksi ditetapkan berdasarkan pada kombinasi penggunaan input untuk menghasilkan output (Debertin 1986; Nicholson 2002; Sugiarto et al. 2005). Teori produksi memfokuskan perhatian pada keputusan produksi, yaitu seberapa besar produksi yang harus dihasilkan untuk memaksimumkan pendapatan (Debertin 1986).

Fungsi produksi ditulis dalam bentuk matematis yaitu :

(1) dimana

Y = Produksi

x1-xn = Input produksi variabel

Z1 - Zm = Input tetap

Perubahan-perubahan faktor-faktor produksi (x1, - xn,) mempengaruhi produksi (Y). Antara Y dengan x; produksi tergantung pada penggunaan input tertentu dari awal pemeliharaan sampai menghasilkan produksi. Pada penggemukan sapi yang dilakukan oleh peternakan rakyat tidak memiliki batasan waktu produksi. Untuk mencapai produksi tertentu waktu yang digunakan ditentukan oleh manajemen pemeliharaan. Kuantitas dan kualitas input-input produksi yang digunakan juga memiliki kontribusi terhadap penggunaan waktu.

Penentuan produksi didasari oleh keputusan untuk a) meminimumkan biaya pada target produksi tertentu, atau b) memaksimumkan produksi pada ketersediaan biaya tertentu. Kedua pilihan ditujuan untuk mencapai tujuan keuntungan maksimum.

Biaya Produksi Usaha Penggemukan Sapi

Biaya yang dikeluarkan untuk input-input yang digunakan dalam proses produksi, dalam penelitian ini diperhitungkan dalam jangka pendek. Total biaya yang dikeluarkan termasuk biaya tetap dan biaya variabel (Debertin 1986), dengan persamaan sebagai berikut :

(2) Dimana TC adalah biaya keseluruhan untuk menghasilkan output; TFC biaya yang dikeluarkan untuk pemakaian input tetap; TVC biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan input variabel.

Total biaya yang dikeluarkan termasuk biaya tetap pada persamaan (2) yaitu penyusutan (depresiasi) yaitu menurunnya nilai dari bangunan kandang serta peralatannya, dan penggunaan biaya tetap lainnya. Dalam produksi jangka pendek di mana biaya tetap ⁄ maka persamaan biaya produksi ditulis dalam persamaan linear (Henderson dan Quant 1980; Nicholson 2002), ditunjukkan dalam persamaan sebagai berikut :

(3) dimana : xi adalah input variabel ke-i; r1, r2, n adalah harga input ke-i (i=1, 2, …, 4).

Input sapi bakalan (x1) tidak diperhitungkan dalam per unit waktu karena biaya hanya diperhitungkan pada saat pembelian. Biaya input produksi lainnya dikeluarkan selama waktu pemeliharaan. Dengan demikian biaya yang dikeluarkan per unit satuan input dengan penggunaan waktu produksi, maka total biaya produksi menjadi pada persamaan berikut :

(4)

Biaya total adalah biaya untuk input-input variabel yang digunakan. Biaya yang dikeluarkan atas penggunaan input variabel harga input ke-i (ri)dan jumlah input yang digunakan (xi).

Keuntungan Usaha Penggemukan Sapi

Pada suatu usaha peternakan harga ditetapkan berdasarkan pada biaya yang dikeluarkan untuk input variabel dan input tetap yang digunakan untuk menghasilkan barang. Di sisi lain harga pasar merupakan refleksi dari jumlah permintaan dan penawaran barang. Perubahan terhadap permintaan dan penawaran akan membentuk keseimbangan pasar pada harga dan jumlah tertentu. Keuntungan normal dari suatu usaha dapat diperoleh pada tingkat harga yang sama antara harga pasar dan harga barang yang dihasilkan dengan pengeluaran biaya rata-rata dan biaya marginal.

Henderson dan Quandt (1980), menyatakan bahwa harga suatu barang berdasarkan pada biaya yang dikeluarkan untuk setiap proses produksi dengan bentuk penerapan pada kondisi kompetitif. Harga setiap barang sama dengan nilai dari faktor-faktor yang ditambahkan dan dibutuhkan untuk produksi.

Hasil penjualan produk (output) merupakan penerimaan (revenue) yang diperoleh dari sejumlah kuantitas output dan harga yang berlaku (price). Keuntungan yang diperoleh merupakan selisih total biaya yang digunakan untuk memproduksi dengan penerimaan; semakin besar selisih (perbedaan) akan semakin besar keuntungan yang diperoleh. Jika mengharapkan keuntungan maksimum maka keputusan yang dibuat berdasarkan pada konsep marginal, pada selisih yang menilai positif (Nicholson 2002).

Suatu usaha bertujuan memperoleh keuntungan atau laba (π) didefinisikan dengan penerimaan total (total revenue) dikurangi biaya total (total cost)

(Henderson dan Quant 1980; Debertin 1986; Frank 1997), dengan persamaan sebagai berikut :

- (5) ∑ (6)

dimana p = harga output; y = output; sedangkan total biaya produksi adalah ∑ . Pada persamaan (6) adalah biaya total dari seluruh faktor produksi dengan waktu produksi yang digunakan dengan penggunaan input produksi yaitu :

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam model fungsi keuntungan adalah : a) Peternak sebagai unit analisis ekonomi berusaha memaksimumkan keuntungan dan b). Peternak melakukan pembelian input dan penjualan output dalam pasar bersaing sempurna, atau peternak sebagai penerima harga (price taker) (Mandaka dan Hotagaol 2005). Fungsi keuntungan yang secara umum dijabarkan melalui penurunan matematika (Lau dan Yotopoulus 1972). Peternak sebagai produsen akan menambah jumlah input selama biaya marginal yang dikeluarkan lebih kecil dari penerimaan marginal, sehingga masih memperoleh keuntungan. Model yang sama juga digunakan oleh Agustian (2012). Fungsi keuntungan berdasarkan fungsi produksi pada persamaan (1) dan fungsi keuntungan pada persamaan (6) maka persamaannya adalah :

π f , , ∑ (7)

Turunan pertama kondisi perlu untuk maksimisasi laba Debertin (1986); Beattie dan Taylor (1994); Hartono (1999) adalah :

f , , (8) Keuntungan maksimum dapat dicapai jika produk marginal sama dengan harga input.

(9) Jika persamaan (9), dinormalkan dengan harga output (p) maka diperoleh persamaan :

dimana adalah harga input ke-i. dengan demikian produk marginal sama dengan rasio harga input dan outputnya, ini menjadi keputusan peternak untuk mengalokasikan penggunaan inputnya dalam jangka pendek. Jika persamaan (8) dinormalkan dengan harga output (p) maka diperoleh persamaan :

∑ (11)

dimana adalah sebagai fungsi keuntungan UOP (Unit Output Price). Pada saat keuntungan maksimum maka penggunaan input sebesar dipengaruhi oleh harga sendiri dan input lain. Nilai dapat diturunkan dari persamaan (11), yaitu :

(12) Substitusi persamaan (12) ke dalam (11) diperoleh :

( ) ∑ (13) Selama sebagai fungsi dari , maka persamaan (13) dapat ditulis sebagai berikut :

(14) Persamaan (14) merupakan fungsi keuntungan yang memberikan nilai maksimum dari keuntungan jangka pendek untuk harga output, harga input variabel ( . Jika persaman (14) dinormalkan dengan harga output maka diperoleh :

(15) dimana adalah harga input.

Persamaan tersebut merupakan fungsi keuntungan UOP sebagai fungsi harga input variabel yang dinormalkan dengan harga output. Untuk menganalisis penawaran output dan permintaan input pada penelitian ini dapat diperoleh fungsi penawaran output dan prmintaan input yang diturunkan langsung dari fungsi keuntungan secara parsial (Agustian, 2012) :

Fungsi penawaran output :

(16)

Fungsi permintaan input :

(17) Waktu Produksi

Faktor waktu dalam usaha penggemukan merupakan bagian yang penting untuk mengukur produksi sapi terkait dengan penggunaan input dan biaya input yang dikeluarkan. Lama waktu yang digunakan untuk menghasilkan sapi siap potong menentukan frekuensi penjualan sapi sehingga menentukan perolehan pendapatan usaha penggemukan.

Pada proses penggemukan sapi dibutuhkan waktu untuk mencapai hasil produksi yang diharapkan. Proses produksi yang panjang maka penggunaan

input-input produksi seperti pakan dan tenaga kerja searah dengan waktu yang digunakan. Pada perjalanan produksi akan banyak dihadapi masalah teknis maupun ekonomi; seperti ketersediaan pakan hijauan, ketersediaan jerami, upah tenaga kerja yang menentukan penggunaan tenaga kerja untuk sapi. Kelangkaan satu jenis pakan akan menyebabkan peningkatan permintaan terhadap jenis pakan lain karena adanya sifat substitusi. Jika waktu penggemukan diperhitungkan sebagai input maka (Soekartawi 1994; Debertin 1986) :

dengan kendala

Maka :

: kapasitas input yang digunakan tergantung waktu; : produksi ditentukan oleh waktu;

: kontribusi input tertentu bervariasi menurut waktu.

( ∑ )⁄ ∑ (18)

Produsen berusaha meningkatkan keuntungan pada waktu yang sesingkat- singkatnya; pada laba = ⁄

Agar * maksimum maka :

⁄ ⁄ (19)

per periode respon = total penerimaan ∑ perperiode respon = total biaya

Kerangka Pemikiran Konseptual Perubahan harga sapi potong di tingkat pasar

Perubahan harga sapi potong di NTB terjadi sepanjang tahun, dan memiliki pola perubahan yang berbeda sehingga tidak mudah diramalkan. Perubahan harga sapi potong mempengaruhi permintaan sapi bakalan dan penawaran sapi hasil penggemukan. Perubahan harga sapi dalam penelitian ini diukur berdasarkan nilai indeks harga sapi potong di tingkat pasar. Pembelian sapi bakalan dan penjualan sapi hasil penggemukan dilakukan pada waktu yang berbeda. Peternak sebagai pengelola usaha penggemukan seringkali menghadapi perubahan harga sapi pada saat membeli sapi bakalan dan menjual sapi hasil penggemukan. Respon peternak terhadap harga pembelian sapi bakalan adalah dengan melakukan pilihan terhadap berat badan sapi bakalan yang akan dibeli, sedangkan pada penjualan sapi hasil penggemukan peternak juga berpedoman pada harga pasar. Perilaku peternak tersebut dianalisis untuk mengetahui pengaruh perubahan harga sapi potong di tingkat pasar terhadap permintaan sapi bakalan dan penawaran sapi hasil penggemukan.

Permintaan sapi bakalan

Sapi bakalan merupakan input usaha penggemukan yang mempengaruhi permintaan input-input lainnya seperti pakan hijauan dan pakan limbah pertanian untuk menghasilkan produksi. Permintaan sapi bakalan dalam penelitian ini diukur berdasarkan pada berat badan sapi. Informasi perubahan harga sapi potong di tingkat pasar mempengaruhi perilaku ekonomi peternak sapi terhadap keputusan membeli sapi bakalan maupun menjual sapi hasil penggemukan. Berat sapi bakalan yang dibeli juga ditentukan oleh harga sapi bakalan. Perubahan harga sapi potong di tingkat pasar menentukan harga sapi bakalan yang diterima peternak, sehingga informasi harga sapi menjadi sangat penting untuk diketahui peternak sebagai pertimbangan dalam memutuskan pembelian sapi bakalan.

Peternak lebih memilih untuk membeli sapi bakalan di pasar hewan agar dapat memilih sapi yang akan dibeli sesuai dengan modal yang dimiliki. Modal yang digunakan untuk membeli sapi bakalan umumnya berasal dari hasil penjualan sapi, sehingga peternak dapat membeli sapi bakalan setelah penjualan sapi hasil penggemukan. Berat sapi bakalan yang dibeli tergantung pada harga sapi bakalan. Umur sapi bakalan menentukan berat sapi bakalan.

Produksi sapi

Produksi sapi adalah tambahan berat badan dari awal penggemukan sampai akhir penggemukan. Berat sapi hasil penggemukan yang dijual tergantung pada berat sapi bakalan dan tambahan berat badan setelah penggemukan. Proses produksi (penggemukan) membutuhkan waktu, semakin tinggi berat badan sapi bakalan maka untuk mencapai berat badan optimal sapi siap potong memerlukan waktu penggemukan yang relatif lebih pendek. Peternak dapat lebih cepat melakukan penjualan sapi hasil penggemukan dengan penambahan berat badan rendah sehingga penggunaan waktu dan biaya produksi lebih efisien dan dapat memberikan pendapatan yang lebih besar.

Permintaan input produksi (input variabel)

Input variabel terdiri pakan hijauan, pakan limbah pertanian, dedak dan tenaga kerja. Jumlah input seperti pakan hijauan dan pakan limbah pertanian yang diberikan tergantung berat sapi bakalan. Input-input tersebut menentukan tingkat produksi sapi. Penggunaan tenaga kerja di sini adalah tenaga kerja yang digunakan untuk bekerja di kandang seperti membersihkan kandang, membersihkan sapi, memberi pakan, memberi minum dan dedak. Tenaga kerja yang digunakan untuk menanam hijauan, mengumpulkan hijauan seperti rumput alam dan limbah pertanian sebagai tenaga kerja untuk pakan dan diperhitungkan sebagai penentu harga pakan berdasarkan upah tenaga kerja. Berat sapi bakalan menentukan pakan yang diberikan per hari (pakan hijauan dan limbah pertanian).

Waktu yang digunakan untuk menghasilkan pertambahan berat badan (produksi) tergantung pada besarnya biaya variabel, berat sapi bakalan dan berat sapi hasil penggemukan. Lama waktu penggemukan menentukan pendapatan usaha penggemukan terkait penggunaan input-input selama waktu penggemukan. Biaya input variabel

Biaya dikeluarkan untuk input-input produksi disebut sebagai biaya variabel yang besarnya tergantung pada jenis input, jumlah input dan harga input. Jumlah input pakan (hijauan dan limbah pertanian) tergantung pada berat sapi bakalan, dan lama waktu yang digunakan untuk penggemukan. Jumlah keseluruhan input diperhitungkan dari awal penggemukan sampai akhir penggemukan.

Biaya peralatan yang memiliki masa pakai kurang dari satu tahun di masukkan sebagai biaya yang diperhitungkan tersendiri. Selama waktu penggemukan, penggantian alat seperti sabit dapat dilakukan beberapa kali, tegantung pada kekuatan alat dan intensitas pemakaian. Biaya lainnya yang dikeluarkan adalah biaya transportasi dan retribusi. Pada pembelian sapi bakalan di pasar hewan dikenakan biaya retribusi dan biaya surat jual beli. Untuk surat jual beli umumnya ditanggung oleh pedagang sapi selaku penjual sapi. Biaya transportasi dikeluarkan untuk membawa sapi dari pasar hewan ke kandang. Besarnya biaya tergantung pada jarak antara pasar hewan dengan kandang.

Input tetap

Kandang dan peralatan yang memiliki masa pakai lebih dari 1 tahun, diperhitungkan sebagai input tetap. Kandang memiliki kapasitas daya tampung tergantung pada luasnya. Kandang sapi dilengkapi peralatan yang digunakan untuk pemeliharaan sapi berupa cangkul, sekop, sapu, sikat, kereta sorong, parang dan tali pengikat sapi. Peralatan kandang digunakan untuk membersihkan kandang dari sisa pakan dan kotoran sapi, membersihkan sapi, menyediakan minum sapi dan menyediakan pakan sapi. Sebagian peralatan yang memiliki umur pakai kurang dari 1 tahun termasuk dalam input variabel seperti ember dan sabit.

Lahan tempat didirikan kandang merupakan lahan yang disewa dan dikelola oleh kelompok. Pemeliharaan sapi dilakukan pada kandang secara komunal dalam satu bangunan kandang yang didalamnya dibagi dalam lokal-lokal yang dikelola oleh masing-masing peternak. Setiap anggota mendapatkan tempat dalam kandang yang dapat digunakan untuk memelihara sapi dengan jumlah sapi yang dapat dipelihara sesuai dengan ukuran luas kandang.

Biaya input tetap

Nilai penyusutan kandang dan peralatan dihitung berdasarkan harga alat atau biaya bangunan terhadap masa pakai. Lahan tempat berdirinya kandang dibayarkan dalam bentuk iuran kelompok, sedangkan lahan untuk menanam hijauan umumnya adalah milik peternak sehingga tidak dikeluarkan biaya sewa. Untuk menanam hijauan tidak disediakan lahan khusus, untuk menanam hijauan biasanya dengan memanfaatkan bagian yang tidak ditanami tanaman pertanian, sehingga dalam hal ini tidak ada biaya sewa lahan untuk pakan.

Sapi dipelihara dalam kandang komunal, setiap peternak yang menjadi anggota mendapat satu lokal untuk memelihara sapi. Biaya pembangunan kandang menjadi tanggungan masing-masing anggota sesuai dengan luas kandang yang dikelola. Biaya pembangunan kandang diperhitungkan sebagai biaya penyusutan yang besarnya biaya pembangunan kandang dan nilai ekonomis dari umur penggunaan.

Biaya usaha penggemukan sapi

Biaya-biaya yang dikeluarkan baik biaya variabel dan biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh usaha penggemukan sapi. Jumlah biaya input yang dikeluarkan tergantung pada jumlah input yang digunakan dan harga per unit input. Jumlah permintaan input tergantung pada harga masing-masing input dan berat sapi bakalan. Biaya input produksi adalah biaya variabel yang besarnya tergantung pada jumlah input yang digunakan.

Penawaran sapi hasil penggemukan

Penawaran output dalam penelitian ini adalah penjualan sapi hasil penggemukan yang diukur berdasarkan pada berat badan sapi. Penjualan sapi sebagian besar dilakukan di tempat memelihara (langsung pada peternak), pembeli yang datang untuk membeli sapi. Oleh karena itu informasi harga sapi potong di tingkat pasar menjadi sangat penting bagi peternak untuk dapat memperkirakan harga sapi hasil penggemukan yang akan dijual. Informasi perubahan harga sapi potong di tingkat pasar dapat diketahui oleh peternak dari pedagang sapi, jagal yang datang membeli sapi ke kandang atau peternak mendapatkan informasi harga sapi dari pasar hewan. Keputusan harga sapi tergantung pada kesepakatan antara peternak dengan pembeli sapi.

Berat sapi hasil penggemukan yang dijual ditentukan oleh umur sapi, harga sapi hasil penggemukan, perubahan harga sapi potong di tingkat pasar dan berat sapi bakalan. Penjualan sapi hasil penggemukan umumnya dilakukan di peternak, pembeli sapi datang untuk membeli sapi. Penjualan di peternak (di kandang) merupakan salah satu bentuk upaya peternak untuk mengatasi perubahan harga sapi potong di tingkat pasar.

Penerimaan usaha penggemukan

Penerimaan diperoleh dari penjualan sapi hasil penggemukan, dimana besarnya penerimaan tergantung harga sapi yang diterima dan berat badan sapi. Harga dan berat badan sapi yang dijual menentukan besarnya pendapatan yang diterima usaha penggemukan sapi. Harga sapi hasil penggemukan yang diterima oleh peternak adalah harga yang dibayarkan oleh pembeli sapi tergantung pada berat sapi yang dijual.

Pendapatan usaha penggemukan

Pendapatan usaha penggemukan diperoleh dari keuntungan yang dihasilkan dari penjualan sapi hasil penggemukan. Usaha penggemukan sapi dapat menghasilkan sapi potong lebih dari 1 kali per tahun tergantung pada lama waktu penggemukan. Jumlah sapi yang dihasilkan per tahun ditentukan oleh lama waktu penggemukan, berat sapi bakalan dan berat sapi hasil penggemukan. Pendapatan yang diperoleh per tahun tergantung pada keuntungan yang diperoleh dari penjualan sapi per ekor dengan jumlah sapi yang dijual per tahun. Penerimaan dari penjualan sapi hasil penggemukan dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan per tahun merupakan pendapatan usaha penggemukan.

Pendekatan

Untuk mengetahui pengaruh perubahan harga sapi pada permintaan input sapi bakalan dan penawaran output sapi hasil penggemukan diperlukan suatu pendekatan teori yang dapat diukur. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif berdasarkan pada hasil pengamatan di lapangan yang dijelaskan secara deskriptif, sedangkan pendekatan kuantitatif diukur menggunakan teori produksi dan teori biaya. Permintaan input sapi bakalan dan penawaran output sapi hasil penggemukan diturunkan dari fungsi keuntungan. Selanjutnya hasil pengamatan secara kualitatif dikaitkan dengan hasil analisis secara kuantitatif untuk dapat memberikan gambaran perilaku ekonomi peternak dalam mengelola usaha penggemukan sapi bali. Hal ini diharapkan dapat diperoleh simpulan penelitian yang dapat dirumuskan sebagai alternatif saran dan masukan dalam implikasi kebijakan. Simpulan yang diperoleh dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan solusi dan saran dalam mengatasi permasalahan pada usaha penggemukan sapi dengan adanya perubahan harga sapi potong yang terjadi di pasaran.

Gambaran umum kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2, dimana perubahan harga sapi potong di tingkat pasar mempengaruhi usaha penggemukan sapi. Pendapatan usaha diperoleh melalui permintaan sapi bakalan sebagai salah satu input, produksi sampai pada penawaran sapi hasil penggemukan. Proses produksi membutuhkan input lain seperti pakan dan tenaga kerja. Usaha penggemukan sapi dikelola secara individu dan keputusan produksi ditentukan sepenuhnya oleh peternak.

Perubahan harga sapi

Perilaku peternak sapi

Pembelian dan penjualan sapi - Pasar hewan (dikelola pemerintah)

- Di luar pasar hewan (di peternak)

PRODUKSI SAPI

PENAWARAN Sapi Hasil Penggemukan

- Berat badan sapi - Harga penjualan sapi - Umur sapi hasil penggemukan

PENDAPATAN

- Penerimaan dari penjualan sapi hasil penggemukan - Pembelian sapi bakalan - Biaya yang dikeluarkan

PENDEKATAN

- Analisis kualitatif - Analisis kuantitatif

TUJUAN PENELITIAN

1. Mendeskripsikan kinerja usaha penggemukan sapi bali di Nusa Tenggara Barat

2. Menganalisis pengaruh perubahan harga sapi potong di tingkat pasar terhadap permintaan sapi bakalan, produksi dan penawaran sapi hasil penggemukan pada usaha penggemukan ternak sapi bali di Nusa Tenggara Barat.

2. Menganalisis dampak perubahan harga sapi potong di tingkat pasar terhadap pendapatan pada usaha penggemukan sapi bali di Nusa Tenggara Barat.

IMPLIKASI KEBIJAKAN PERMINTAAN

Sapi Bakalan

- Berat sapi bakalan - Harga sapi bakalan

Input Variabel

- Pakan (hijauan, limbah, pertanian, dedak) - Tenaga kerja - Waktu

Input Tetap

- Kandang

- Lahan milik atau sewa

Biaya Retribusi dan Transpor

- Biaya transportasi - Biaya retribusi pasar hewan

BIAYA USAHA PENGGEMUKAN Biaya Input Variabel

- Biaya pakan - Biaya tenaga kerja

- Biaya peralatan

Biaya Input Tetap

- Biaya penyusutan kandang - Biaya peralatan

- Iuran kelompok

PENERIMAAN USAHA PENGGEMUKAN

USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI

Gambar 2 Kerangka pemikiran konseptual pengaruh perubahan harga terhadap pembelian sapi bakalan dan penjualan sapi hasil penggemukan