4 METODE PENELITIAN
INDKH Indeks harga sap
8 UPAYA MENGATASI PERUBAHAN HARGA SAP
Harga Sapi Bakalan
Sapi bakalan merupakan input usaha penggemukan yang menyerap biaya produksi terbesar yaitu 78.02 persen. Pembelian sapi bakalan per ekor rata-rata Rp 6.708.287.21 dengan berat sapi 208.88 kg/ekor. Permintaan sapi bakalan dipengaruhi secara negatif oleh perubahan harga sapi potong di tingkat pasar dan harga sapi bakalan. Permintaan sapi bakalan dipengaruhi secara positif oleh biaya pakan dan secara negatif dipengaruhi oleh biaya peralatan. Pakan adalah input penting yang menyerap biaya terbesar kedua setelah sapi bakalan yaitu sebesar 17.99 persen.
Berdasarkan hasil penelitian Mulyana (2009) menyebutkan bahwa untuk penyediaan sapi bakalan menyerap biaya sebesar 57.36 persen, sedangkan untuk biaya tenaga kerja menyerap sebesar 34.14 persen, di mana biaya pakan dikonversi dalam biaya tenaga kerja. Artinya sapi bakalan memerlukan alokasi anggaran yang paling besar pada usaha penggemukan sapi, hal ini menunjukkan bahwa harga sapi bakalan secara negatif mempengaruhi permintaan sapi bakalan. Kenaikan harga sapi bakalan akan menurunkan permintaan terhadap sapi bakalan. Keterkaitan antara sapi bakalan dengan jumlah pakan yang harus disediakan menyebabkan biaya pakan juga menjadi pertimbangan pada permintaan sapi bakalan.
Penyerapan biaya produksi terbesar adalah pada pembelian sapi bakalan, sehingga peternak perlu mempertimbangkan harga sapi bakalan yang berlaku sebelum memutuskan untuk membeli sapi bakalan. Hal ini menyebabkan peternak perlu mengetahui harga sapi di tingkat pasar melalui informasi harga yang diperoleh dari sesama peternak, dari pedagang sapi maupun dari pasar hewan. Informasi yang diterima berupa kondisi harga sapi di pasaran, apakah pada kondisi harga tetap atau ada perubahan harga (sedang terjadi kenaikan harga atau harga turun). Kelemahan pada sistem pemasaran sapi bakalan adalah tidak adanya standar harga, di mana umumnya harga sapi bakalan diinformasikan dengan harga sapi per ekor. Sapi bakalan pada sapi bali di pasaran tidak memiliki catatan yang menunjukkan kriteria sapi, seperti berat sapi dan umur sapi. Oleh karena itu perubahan harga sapi bakalan di tingkat pasar selalu mengikuti perubahan harga sapi potong di tingkat pasar.
Langkah-langkah yang mudah dilakukan oleh peternak ketika menghadapi kenaikan harga sapi bakalan adalah dengan membeli sapi bakalan dengan berat badan yang relatif rendah atau melakukan penundaan pembelian sapi bakalan, sampai harga sapi bakalan turun. Berat sapi bakalan yang rendah menyebabkan waktu produksi menjadi lebih panjang, sedangkan penundaan pembelian sapi bakalan menyebabkan usaha penggemukan tidak berproduksi selama penundaan. Dalam kondisi ini diperlukan alternatif kebijakan pemerintah agar usaha penggemukan tetap berlangsung. Pemerintah diharapkan dapat menjamin keberlanjutan produksi sapi untuk memenuhi kebutuhan daging sapi nasional. Hal ini berdampak pada keberlangsungan pendapatan peternak yang pada akhirnya akan bermuara pada kesejahteraan peternak.
Kebijakan pemerintah yang diterapkan dalam rangka mengatasi kenaikan harga sapi bakalan diharapkan dapat menjamin produksi sapi potong dan menjamin kesejahteraan peternak. Hasil simulasi menunjukkan bahwa dengan memberikan bantuan pada harga input sapi bakalan dapat meningkatkan pendapatan peternak. Dalam rangka pelaksanaan kebijakan tersebut diperlukan dukungan sumber daya pakan, karena bantuan pada harga sapi bakalan menyebabkan meningkatnya permintaan sapi bakalan, dalam hal ini berat sapi bakalan menjadi lebih tinggi. Hal ini menyebabkan peningkatan permintaan input- input produksi seperti pakan hijauan dan pakan limbah pertanian. Pemberian bantuan terhadap harga sapi bakalan memiliki beberapa keunggulan yaitu penawaran sapi hasil penggemukan meningkat, permintaan input pakan dedak menurun, permintaan tenaga kerja untuk sapi menurun dan lama waktu penggemukan menurun. Dalam hal ini penawaran meningkat tetapi penggunaan input-input tersebut menurun artinya menunjukkan efisiensi penggunaan input. Menurunnya penggunaan tenaga kerja untuk sapi akan mengakibatkan kenaikan permintaan input pakan hijauan dan pakan limbah pertanian dapat diatasi dengan meningkatkan intensitas tenaga kerja untuk menyediakan pakan. Penggunaan waktu penggemukan yang menurun dapat dimanfaatkan oleh peternak untuk meningkatkan frekuensi penjualan sapi.
Harga Sapi Hasil Penggemukan
Penjualan sapi hasil penggemukan (penawaran) dipengaruhi oleh harga sapi hasil penggemukan yang diterima. Peternak adalah sebagai penerima harga, penentu harga adalah para pembeli. Pembeli sapi adalah pedagang pengumpul, jagal dan pengusaha sapi. Berat sapi hasil penggemukan rata-rata 257.99 kg/ ekor, dengan berat awal (sapi bakalan) rata-rata 208.99 kg/ekor. Waktu yang digunakan untuk penggemukan adalah 183.24 hari. Harga penjualan sapi hasil penggemukan rata-rata adalah Rp 9.473.227 per ekor. Dirpangtan (2013) menyampaikan bahwa berat rata-rata sapi bali di NTB dan Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini adalah pada kisaran tersebut 250 kg/ekor, untuk berat sapi di atas 300 kg/ekor sudah sulit didapat. Berat sapi hasil penggemukan rata-rata yang dapat dicapai oleh usaha penggemukan sapi bali dalam penelitian ini masih dalam kisaran umum yang terdapat baik di NTB maupun NTT.
Penawaran sapi hasil penggemukan dipengaruhi secara positif oleh harga sapi hasil penggemukan, umur sapi hasil penggemukan dan berat sapi bakalan. Harga sapi hasil penggemukan mempengaruhi penawaran sapi hasil penggemukan di mana peningkatan penawaran dilakukan dengan memperpanjang waktu penggemukan. Kondisi ini menyebabkan perubahan harga sapi potong di tingkat pasar tidak mempengaruhi penawaran sapi hasil penggemukan. Upaya yang dilakukan peternak untuk mendapatkan harga sapi hasil penggemukan yang lebih tinggi adalah dengan meningkatkan berat sapi. Untuk meningkatkan berat sapi hasil penggemukan dengan rata-rata pertambahan berat badan harian sebesar 0.27 kg/ekor/hari, maka diperlukan waktu yang lebih panjang, dalam hal ini ditunjukkan pada pengaruh umur sapi hasil penggemukan terhadap penawaran sapi hasil penggemukan.
Penawaran sapi hasil penggemukan tidak dapat merespon perubahan harga sapi potong di tingkat pasar dengan baik, sehingga kenaikan harga sapi potong di tingkat pasar tidak dapat segera direspon dengan menaikkan berat sapi. Produksi harian sapi bali bervariasi tergantung pada manajemen pemeliharaan. Dahlanuddin etal. (2013) menunjukkan bahwa variasi berat badan harian sapi bali antara 0.22 sampai 0.58 kg/ekor/hari, Ratnawaty dan Budianto (2009) menyampaikan berat rata-rata sapi bali pada penelitian yang dilakukan di NTT sebesar 0.46 kg/ekor/hari. Peningkatan penawaran sapi dalam hal ini adalah ukuran berat sapi menunjukkan bahwa untuk peningkatan penawaran tidak dapat segera dilakukan pada saat terjadi kenaikan harga sapi potong di tingkat pasar.
Peningkatan permintaan sapi bakalan memberikan pengaruh terhadap penawaran sapi hasil penggemukan. Artinya pembelian sapi bakalan yang lebih berat akan menghasilkan sapi hasil penggemukan yang relatif lebih berat pada jangka waktu penggemukan yang sama. Hasil simulasi menunjukkan bahwa meningkatnya berat sapi bakalan dapat meningkatkan berat sapi hasil penggemukan. Waktu yang digunakan untuk penggemukan menjadi lebih pendek. Strategi ini digunakan oleh peternak terutama untuk menghadapi kenaikan harga sapi pada waktu tertentu seperti pada saat Idul Adha, di mana permintaan meningkat dan harga sapi juga meningkat. Untuk menyediakan sapi kurban maka peternak dapat menentukan waktu membeli sapi bakalan dan perkiraan lama pemeliharaan agar dapat memperkirakan pendapatan yang diterima.
Penundaan penjualan juga menyebabkan peternak harus mengeluarkan biaya input untuk sapi. Hasil simulasi menunjukkan bahwa bantuan pemerintah pada harga sapi hasil penggemukan dapat meningkatkan harga jual sapi per ekor. Untuk mencapai berat sapi siap potong maka diperlukan tambahan berat sapi yang lebih besar. Dalam penelitian ini tambahan berat sapi adalah produksi sapi. Meningkatnya penawaran memerlukan tambahan input-input produksi seperti : pakan hijauan, pakan limbah pertanian, pakan dedak dan tenaga kerja serta waktu penggemukan.
Waktu produksi yang lebih panjang menyebabkan frekuensi penjualan sapi menurun, sehingga peningkatan pendapatan per tahun lebih rendah dibandingkan peningkatan keuntungan dari penjualan per ekor sapi hasil penggemukan. Bantuan pada harga output sapi hasil penggemukan memberikan dampak terhadap pendapatan usaha penggemukan lebih besar dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh dengan adanya bantuan pada harga input sapi bakalan.
Perubahan Harga Sapi terhadap Pendapatan Usaha Penggemukan Harga sapi bakalan dan harga sapi hasil penggemukan menentukan besarnya keuntungan yang diperoleh pada setiap periode produksi, semakin besar keuntungan yang diperoleh maka pendapatan usaha penggemukan semakin meningkat. Pendapatan yang diperoleh dapat memberikan rangsangan pada usaha penggemukan untuk menghasilkan produksi sapi.
Sebagian besar penerimaan dari penjualan sapi digunakan kembali untuk membeli sapi bakalan. Kebijakan subsidi input sapi bakalan dimana peternak dapat membeli sapi bakalan yang lebih besar (lebih berat) sehingga berdampak
positif terhadap pendapatan usaha penggemukan. Di samping itu melalui kebijakan pada pasar output dapat mengurangi kerugian peternak akibat turunnya harga sapi hasil penggemukan. Bantuan terhadap harga sapi hasil penggemukan dapat memberikan dampak langsung terhadap pendapatan yang diterima.
Harga pakan tidak mempengaruhi permintaan pakan, baik pakan hijauan maupun pakan limbah pertanian, karena tidak sepenuhnya dibeli. Usaha penggemukan sapi bali yang dikelola dengan sistem peternakan sapi rakyat pada umumnya masih mengandalkan pada hijauan alami seperti rumput alam. Walaupun demikian diperlukan penyediaan sumber pakan yang dapat mendukung usaha penggemukan sapi, dapat menyediakan pakan sepanjang tahun untuk kebutuhan usaha penggemukan.
Sumber pakan yang tidak dapat menyediakan pakan yang cukup untuk suatu usaha penggemukan dapat menyebabkan kelangkaan pakan dan hal ini dapat menyebabkan pakan harus dibeli sehingga akan menurunkan pendapatan usaha penggemukan. Oleh karena itu perlu dipersiapkan sumber pakan agar pemberian bantuan pada harga input sapi bakalan maupun pada harga output sapi hasil penggemukan menjadi efektif. Kedua bentuk bantuan tersebut akan selalu menyebabkan kenaikan input produksi pakan.