• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 METODE PENELITIAN

INDKH Indeks harga sap

6 PENDUGAAN MODEL USAHA PENGGEMUKAN SAPI Analisis Ragam

Model usaha penggemukan sapi bali yang dibangun telah mengalami tahapan spesifikasi, estimasi dan re-spesifikasi sehingga mendapatkan model yang layak berdasarkan ukuran statistika, ekonometrika dan ekonomi. Model yang dibangun menggunakan persamaan simultan dan telah dilakukan identifikasi menggunakan metode 2 SLS. Hasil pendugaan persamaan berdasarkan kebaikan model dan komponen hasil pendugaan. Koefisien pendugaan dari uji parsial dihitung nilai elastisitas masing-masing variabel penjelas (explanatory variables). Elastisitas merupakan nilai koefisien pendugaan yang dibobot dengan nilai rerata variabel penjelas dan variabel endogen.

Komponen yang menunjukkan kebaikan suatu model dapat ketahui berdasarkan uji varian (Uji-F) dan koefisien determinasi (R2). Nilai uji-F menunjukkan variabel-variabel yang dimasukkan dalam persamaan sebagai variabel penjelas bersama-sama mempengaruhi variabel endogen. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa sebagian besar persamaan dipengaruhi secara signifikan oleh variabel-variabel yang secara bersama-sama menjelaskan variasi dalam masing-masing variabel endogennya. Nilai determinasi menjelaskan bahwa variabel predetermined yang dimasukkan dalam model mampu menjelaskan variabel endogen. Persoalan yang dihadapi pada penelitian yang menggunakan data cross section, bahwa nilai koefisien determinasi relatif rendah. Dalam kondisi lapangan banyak faktor-faktor yang memberikan pengaruh namun tidak dapat dikontrol dan faktor-faktor tersebut tidak dapat dimasukkan dalam model karena keterbatasan penelitian dan ketersediaan data.

Tabel 7 Analisis ragam persamaan struktural model penggemukan sapi bali pada Kabupaten Lombok Tengah tahun 2014

No. Persamaan Nama Variabel DF R2 F

Value

Pr > F 1. BSABK Berat sapi bakalan 112 0.91 363.56 <.0001 2. PRODSP Produksi sapi 112 0.56 55.34 <.0001 3. PKNHMT Pakan hijauan yang

diberikan per hari

112 0.91 581.45 <.0001 4. PKNLIMB Pakan limbah pertanian

yang diberikan per hari

112 0.45 45.48 <.0001 5. PKNDDK Pakan dedak yang

diberikan per hari

112 0.91 732.06 <.0001 6. TKPS Tenaga kerja untuk sapi 112 0.18 16.70 <.0001 7. LWPS Lama waktu penggemukan 112 0.49 71.51 <.0001 8. BSAPOT Berat sapi hasil

penggemukan

112 0.50 55.23 <.0001

Kriteria ekonomi dijadikan sebagai pertimbangan apabila kriteria koefisien determinasi dan standar error tidak dipenuhi. Kriteria ekonomi dilihat dengan tanda/arah dan besaran yang dapat dipenuhi. Dalam penelitian ini kriteria

ekonomi yang digunakan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi akibat adanya perubahan harga sapi.

Nilai koefisien determinasi pada masing-masing persamaan dalam model persamaan simultan yang dibangun memiliki variasi antara 18 persen hingga 91 persen. Koefisien diterminasi menunjukkan kekuatan variabel-variabel penjelas yang termasuk di dalam persamaan dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel endogen (Tabel 7). Koefisien determinasi tertinggi pada berat sapi bakalan (BSABK), pakan hijauan yang diberikan per hari (PKNHMT) dan pakan dedak yang diberikan per hari (PKNDDK), sedangkan terendah pada tenaga kerja untuk sapi (TKPS). Variabel-variabel penjelas secara serentak mempengaruhi variabel endogen, ditunjukkan bahwa variabel endogen secara signifikan dipengaruhi oleh variabel-variabel penjelasnya. Nilai koefisien diterminasi pada kisaran 50 persen menunjukkan bahwa variabel-variabel penjelas cukup memiliki pengaruh terhadap variabel endogen. Semakin kecil nilai koefisien determinasi maka semakin kecil variabel-variabel penjelas mampu menjelaskan variabel endogen, artinya faktor-faktor lain memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap variabel endogen. Pada tenaga kerja untuk sapi, lebih besar dipengaruhi oleh faktor-faktor selain variabel penjelasnya yaitu upah tenaga kerja (UTKP), pakan dedak yang diberikan per hari (PKNDDK) dan lama waktu penggemukan (LWPS). Pada kondisi lapangan adanya faktor-faktor yang bersifat kualitatif dan tidak dapat diukur atau data tidak tersedia.

Permintaan Sapi Bakalan

Permintaan terhadap sapi bakalan dalam hal ini diukur berdasarkan berat sapi bakalan secara negatif dan signifikan dipengaruhi oleh indeks harga sapi, harga sapi bakalan dan biaya peralatan. Faktor yang secara positif dan signifikan mempengaruhi permintaan sapi bakalan adalah biaya pakan. Upah tenaga kerja dan biaya transportasi dan retribusi tidak memberikan pengaruh terhadap permintaan sapi bakalan.

Nilai indeks harga sapi menunjukkan tingkat perubahan harga sapi potong di tingkat pasar. Tingkat perubahan harga sapi potong mempengaruhi keputusan peternak terhadap berat sapi bakalan yang dibeli. Perubahan harga sapi potong di tingkat pasar menyebabkan perubahan pada harga sapi bakalan. Kenaikan harga sapi potong di tingkat pasar menyebabkan kenaikan harga sapi bakalan sehingga peternak membeli sapi bakalan dengan berat badan yang lebih rendah. Sebaliknya pada saat harga sapi turun peternak dapat membeli sapi bakalan dengan berat badan yang lebih besar. Perubahan harga sapi diketahui peternak melalui informasi harga sapi potong di tingkat pasar, ini merupakan hal penting bagi peternak. Informasi harga merupakan sinyal yang dapat mendorong peternak untuk menentukan kapan pembelian sapi bakalan dilakukan, atau seberapa besar sapi bakalan yang akan dibeli.

Pada Gambar 5 menunjukkan bahwa pada bulan Februari harga sapi potong turun mendekati 10 persen di bawah harga rata-rata dan sapi bakalan yang dibeli dengan berat badan sekitar 240 kg. Pada bulan selanjutnya berat badan sapi bakalan yang dibeli ditentukan oleh perubahan harga sapi potong di tingkat pasar.

Gambar 5 Perubahan harga sapi potong terhadap pembelian sapi bakalan pada usaha penggemukan sapi bali di Kabupaten Lombok Tengah tahun 2014

Bulan Januari sampai bulan Mei harga sapi potong di tingkat pasar berada di bawah harga rata-rata tahunan, selanjutnya mulai bulan Juni sampai Desember harga sapi potong di atas harga rata-rata tahunan. Tingkat perubahan harga sapi potong mengalami kenaikan mulai bulan Juni dan mencapai puncak harga tertinggi pada bulan Oktober. Kenaikan harga terjadi karena adanya persiapan pasar untuk menyediakan permintaan sapi potong yang umumnya mengalami peningkatan pada menjelang hari Idul Adha. Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa pada bulan September sampai Oktober harga sapi potong di tingkat pasar mengalami kenaikan namun sapi bakalan yang dibeli peternak adalah dengan berat di atas 250 kg, ini merupakan salah satu strategi yang dilakukan peternak untuk menyediakan permintaan sapi potong pada Idul Adha dengan waktu penggemukan yang relatif pendek.

Permintaan sapi bakalan secara negatif dan signifikan dipengaruhi oleh harga sapi bakalan (Tabel 8), artinya bila terjadi kenaikan harga sapi bakalan menyebabkan peternak memilih sapi bakalan yang lebih kecil atau berat badan yang relatif rendah. Sebaliknya pada saat harga sapi turun, maka peternak cenderung memilih sapi bakalan yang lebih besar (Gambar 6). Harga sapi bakalan di tingkat pasar tidak memiliki standar harga sehingga perubahan harga sapi potong menyebabkan perubahan pada harga sapi bakalan.

Harga sapi bakalan yang dibayar oleh peternak tergantung pada ketersediaan uang yang dimiliki, umumnya pembelian sapi bakalan dilakukan setelah penjualan sapi yang dihasilkan dari penggemukan. Keterbatasan jumlah uang yang digunakan untuk membeli sapi bakalan menyebabkan peternak perlu mempertimbangkan harga sapi bakalan dan berat sapi bakalan yang akan dibeli. Pembelian seekor sapi bakalan tergantung pada harga dan berat sapi bakalan, semakin tinggi harga sapi bakalan maka semakin rendah berat sapi bakalan yang dibeli. Pembelian sapi bakalan pada waktu yang berbeda menyebabkan harga sapi

bakalan yang dibayar oleh peternak bervariasi menyebabkan variasi pada berat sapi bakalan yang dibeli (Gambar 6).

Gambar 6 Harga sapi bakalan terhadap pembelian sapi bakalan pada usaha penggemukan sapi bali di Kabupaten Lombok Tengah tahun 2014 Permintaan sapi bakalan dipengaruhi secara signifikan dan positif oleh biaya pakan, sedangkan semakin tinggi biaya pakan maka semakin berat sapi bakalan yang dibeli (Tabel 8). Peternak cenderung memilih sapi bakalan yang lebih berat pada saat biaya pakan tinggi. Hal Ini merupakan salah satu strategi untuk menggunakan input pakan lebih efisien. Harga pakan yang tinggi disebabkan oleh jumlah pakan mulai berkurang. Pakan yang mulai berkurang hanya akan mampu disediakan oleh peternak selama beberapa waktu, menyebabkan peternak lebih memilih sapi bakalan yang lebih besar karena semakin berat sapi bakalan maka akan lama waktu penggemukan lebih pendek. Dengan demikian jumlah pakan yang harus disediakan selama penggemukan menjadi lebih sedikit.

Biaya peralatan berpengaruh negatif terhadap permintaan sapi bakalan, menunjukkan bahwa besarnya biaya peralatan yang dikeluarkan tidak berdasarkan pada berat sapi bakalan tetapi tergantung pada jumlah dan jenis peralatan yang dibeli. Pembelian peralatan seperti sabit tergantung pada umur pakai alat terkait dengan intensitas pemakaian alat terutama untuk menyediakan pakan hijauan. Penggunaan sabit yang lebih banyak untuk memotong rumput yang sudah tua atau jerami memiliki struktur batang yang lebih keras menyebabkan alat akan lebih cepat aus dan perlu diganti.

Biaya transportasi dan retribusi menunjukkan hubungan negatif dan tidak mempengaruhi permintaan sapi bakalan. Ongkos transportasi untuk membawa sapi dari pasar hewan ke kandang bukan berdasarkan berat badan sapi tetapi berdasarkan jarak. Demikian pula dengan biaya retribusi yang dibayar adalah atas transaksi yang dilakukan di pasar hewan tidak berdasarkan pada berat badan sapi yang dibeli sehingga hasil estimasi menunjukkan nilai negatif. Hasil estimasi parameter disajikan pada Tabel 8 berikut :

Tabel 8 Hasil estimasi parameter persamaan permintaan sapi bakalan pada usaha penggemukan sapi bali di Kabupaten Lombok Tengah tahun 2014

Variabel Parameter

Estimasi

Nilai t-hit

Pr > /t/ Elastisitas Berat sapi bakalan = BSABK

Intercept 54.72258 2.01 0.0452

INDKHB Indeks harga -0.59139 -3.32 0.0010 -0.29 HSABK Harga sapi bakalan -0.00044 -2.70 0.0074 -0.07 UTKP Upah tenaga kerja 0.00021 0.15 0.8817 0.01 BIPKN Biaya pakan 0.02935 40.09 <.0001 1.19 BPPK Biaya peralatan -0.00005 -3.07 0.0024 -0.03 BTDR Biaya transportasi

dan retribusi

-0.00027 -0.96 0.3368 -0.01

Produksi Sapi

Produksi sapi adalah pertambahan berat badan sapi secara positif dan signifikan dipengaruhi oleh jumlah pakan dedak selama penggemukan dan umur sapi bakalan. Jumlah pakan limbah pertanian yang diberikan selama penggemukan secara negatif mempengaruhi produksi sapi. Pakan dedak adalah jenis pakan yang diberikan untuk dapat memacu pertambahan berat badan sapi. Pakan dedak adalah jenis pakan yang umum diberikan pada sapi penggemukan, karena efektif meningkatkan berat badan sapi. Pakan dedak mudah diperoleh, dan umumnya dibeli. Dedak merupakan pakan yang diandalkan dalam usaha penggemukan. Semakin banyak dedak diberikan maka akan meningkatkan pertambahan berat sapi. Rata-rata pemberian dedak 1.16 kg/ekor/hari, pertambahan berat badan harian sebesar 0.27 kg/ekor/hari. Kenaikan jumlah dedak sebesar 1 persen dapat meningkatkan berat badan sapi sebesar 0.47 persen.

Umur sapi bakalan mempengaruhi produksi sapi, semakin tua umur sapi bakalan maka dapat memberikan pertambahan berat badan yang lebih tinggi. Dengan memilih sapi bakalan yang berumur tua dapat memberikan pertambahan berat sapi, yang lebih tinggi.

Jumlah pakan limbah pertanian secara negatif dan signifikan mempengaruhi produksi sapi. Limbah pertanian adalah tanaman yang sudah melalui fase generatif (tanaman yang sudah menghasilkan produksi) sehingga kualitas sebagai pakan sapi relatif rendah. Limbah pertanian umumnya kurang disukai oleh sapi karena pada saat diberikan pada sapi tanaman sudah mengering dan memiliki struktur batang yang keras. Peningkatan jumlah pakan limbah pertanian yang diberikan maka pertambahan berat sapi yang dihasilkan menurun. Artinya pakan limbah tidak perlu dinaikkan jumlah pemberiannya lebih tepat jika pekan dedak yang ditambahkan.

Jumlah pakan hijauan selama penggemukan dan jumlah tenaga kerja (Tabel 9), tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap produksi sapi. Pakan hijauan yang diberikan lebih banyak adalah hijauan berkualitas relatif rendah terutama pada saat memasuki musim kemarau hijauan yang diberikan sudah berumur tua dan mulai mengering, menyebabkan kemampuan sapi mencerna

berkurang dan banyak bagian yang tidak dimakan oleh sapi karena sudah lebih keras teksturnya.

Tenaga kerja yang digunakan selama penggemukan tidak memberikan pengaruh dan menunjukkan hubungan negatif. Intensitas waktu kerja di kandang tidak memberi pengaruh langsung pada sapi. Pekerjaan di kandang lebih pada penyelesaikan pekerjaan di lingkungan kandang dan kebersihan sapi tidak ada pengaruh langsung pada ternak sapinya, sehingga semakin lama waktu yang digunakan untuk bekerja di kandang tidak mempengaruhi produksi sapi. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi di sajikan pada Tabel 9 sebagai berikut :

Tabel 9 Hasil estimasi parameter persamaan produksi sapi pada usaha penggemukan sapi bali di Kabupaten Lombok Tengah tahun 2014

Variabel Parameter Estimasi Nilai t-hit Pr > /t/ Elastisi tas Produksi sapi = PRODSP

Intersep -12.9999 -1.73 0.0850

JHMT Jumlah pakan hijauan -0.00370 -1.89 0.0600 -0.34 JLIMB Jumlah pakan limbah -0.04952 -4.81 <.0001 -0.85 JDDK Jumlah pakan dedak 0.47493 11.21 <.0001 2.07 JTKPS Jumlah tenaga kerja -0.00210 -0.21 0.8362 -0.02 UMSBK Umur sapi bakalan 0.80858 3.21 0.0015 0.40

Permintaan Input Pakan Hijauan

Permintaan pakan hijauan dipengaruhi oleh permintaan pakan limbah pertanian dan berat badan sapi bakalan. Permintaan pakan hijauan tidak dipengaruhi oleh harga pakan hijauan karena sebagian besar pakan hijauan tidak dibeli. Demikian pula dengan upah tenaga kerja untuk sapi tidak mempengaruhi permintaan pakan hijauan karena peternak telah membagi tenaga kerja di kandang dengan untuk mencari pakan. Permintaan pakan limbah pertanian secara negatif dan signifikan mempengaruhi permintaan pakan hijauan, karena adanya sifat substitusi. Jumlah pakan limbah pertanian seperti jerami padi akan meningkat pada saat panen padi, dimanfaatkan oleh peternak untuk diberikan pada sapi.

Berat sapi bakalan secara positif dan signifikan mempengaruhi permintaan pakan hijauan. Semakin tinggi berat sapi bakalan maka semakin banyak jumlah pakan hijauan yang diberikan. Kebutuhan pakan sapi ditentukan oleh berat badan sapi. Pada sistem pemeliharaan sapi di kandang memudahkan peternak untuk menyediakan pakan. Peternak akan memberikan pakan pada sapi sesuai kebutuhan pakannya. Jumlah pakan akan ditingkatkan bila pakan yang diberikan selalu habis dimakan oleh sapi dan sapi akan mengeluarkan suara pada saat merasa lapar.

Umumnya pada pemeliharan secara tradisional peternak kurang memperhatikan kualitas pakan hijauan yang diberikan pada sapi, sehingga upaya menanam hijauan yang berkualitas baik seperti rumput gajah kurang. Di samping itu peternak umumnya tidak menyediakan lahan khsusus untuk ditanami rumput unggul. Rumput yang ditanam pada pematang atau pada bagian dari lahan pertanian tidak dapat mencukupi kebutuhan pakan sapi. Peternak cenderung mengandalkan pada rumput alam atau jerami. Hasil estimasi variabel-variabel

penjelas dalam model permintaan pakan hijauan yang disajikan pada Tabel 10 sebagai berikut :

Tabel 10 Hasil estimasi parameter persamaan permintaan pakan hijauan pada usaha penggemukan sapi bali di Kabupaten Lombok Tengah tahun 2014 Variabel Parameter Estimasi Nilai t-hit Pr > /t/ Elasti sitas Pakan hijauan yang diberikan per hari = PKNHMT

Intercept 4.63961 0.28 0.7827

HHMT Harga pakan hijauan -0.03378 -0.46 0.6454 -0.31 UTKP Upah tenaga kerja 0.00028 1.60 0.1119 0.08 PKNLIMB Pakan limbah pertanian

yang diberikan per hari

-1.04062 -12.43 <.0001 -0.19 BSABK Berat sapi bakalan 0.14907 44.96 <.0001 1.24 Permintaan Input Pakan Limbah Pertanian

Permintaan pakan limbah peranian dipengaruhi secara signifikan dan positif oleh upah tenaga kerja, pakan dedak dan berat sapi bakalan. Upah tenaga kerja untuk sapi dalam penelitian ini tidak dibayar secara tunai, besarnya upah dihitung berdasarkan upah yang berlaku untuk buruh tani pada tanaman padi. Semakin tinggi upah maka bekerja untuk sapi di kandang semakin berkurang. Pada saat panen umumnya dibutuhkan tenaga kerja untuk lahan pertanian dan tingkat upah yang lebih besar sehingga peternak juga bekerja di lahan pertanian. Pengaruhnya adalah pada pakan limbah pertanian, karena pada saat peternak bekerja di lahan pertanian maka jumlah pakan limbah yang diberikan pada sapi meningkat. Di samping itu waktu untuk mencari rumput berkurang. Untuk menjaga agar sapi tetap dapat meningkatkan berat badan maka pemberian pakan dedak akan meningkat (Tabel 11).

Dalam usaha penggemukan jumlah pakan limbah pertanian yang diberikan pada sapi relatif lebih sedikit dari pakan hijauan. Jumlah pakan limbah pertanian yang diberikan peternak selama penggemukan hanya sekitar 19 persen dari jumlah pakan hijauan. Jumlah pakan limbah pertanian yang diberikan selama penggemukan rata-rata 845 kg per ekor sapi. Hasil estimasi persamaan pakan limbah pertanian yang diberikan per hari disajikan pada Tabel 11 berikut :

Tabel 11 Hasil estimasi parameter persamaan permintaan pakan limbah pertanian pada usaha penggemukan sapi bali di Kabupaten Lombok Tengah 2014

Variabel Parameter Estimasi Nilai t-hit Pr > /t/ Elasti sitas Pakan limbah pertanian yang diberikan per hari = PKNLIMB

Intercept -5.39665 -0.2 0.8404

HLIMB Harga limbah pertanian -0.08799 -0.39 0.6940 -2.33

UTKP Upah tenaga kerja 0.00034 2.03 0.0438 0.50

PKNDDK

Pakan dedak yang diberikan per hari

12.4336 9.93 <.0001 3.12 BSABK Berat sapi bakalan 0.01946 7.27 <.0001 0.87

Pemberian limbah pertanian sebagai pakan sapi berhubungan dengan aktivitas peternak di lahan pertanian. Meningkatnya intensitas aktivitas di lahan pertanian pada saat panen, menyebabkan penggunaan tenaga kerja untuk sapi menurun, ditunjukkan oleh arah tanda yang negatif (berlawanan). Bekerja di lahan pertanian pada saat panen memakan waktu cukup panjang sekurangnya 8 jam perhari (dari pagi hingga sore hari). Tentu menyita waktu untuk bekerja di kandang sapi maupun untuk mencari atau menyediakan pakan hijauan.

Pakan dedak memberikan pengaruh yang positif terhadap permintaan pakan limbah pertanian. Pemberian dedak meningkat searah dengan pemberian pakan limbah pertanian karena limbah pertanian umumnya memiliki kualitas nutrisi yang rendah, di samping memiliki kecernaan yang rendah dan kurang disukai sapi. Terlihat dari sisa pakan yang relatif banyak, adalah bagian jerami yang tidak dimakan oleh sapi seperti batangnya terutama pada jerami kedelai.

Permintaan Input Pakan Dedak

Permintaan input pakan dedak dipengaruhi secara signifikan oleh harga dedak (Tabel 12). Dedak merupakan pakan tambahan yang diberikan pada sapi agar dapat menghasilkan produksi yang lebih baik. Kenaikan harga dedak diikuti dengan kenaikan permintaan dedak yang ditunjukkan dengan pengaruh yang signifikan dan hubungan positif. Kenaikan harga dedak tidak menurunkan permintaan dedak, karena dedak merupakan pakan yang diperlukan untuk menggemukkan sapi. Pakan dedak tetap diberikan pada sapi walaupun harga dedak tinggi. Pemberian dedak setiap ekor sapi rata-rata 1.16 kg per hari. Dedak umumnya dibeli oleh peternak harga dedak rata-rata Rp 1.773 /kg.

Pakan hijauan tidak memberikan pengaruh pada permintaan pakan dedak. Pemberian pakan dedak tidak berdasarkan pada jumlah pakan hijauan yang diberikan. Dedak diberikan untuk melengkapi pakan hijauan yang diberikan, terutama pada pakan hijauan yang berkualitas rendah seperti rumput alam yang diberikan pada menjelang musim kemarau. Prisdiminggo et al. (2012) menyatakan bahwa pemberian dedak 0.5 persen dari berat sapi, meningkatkan produksi harian sapi dengan pakan dasar rumput sebesar 4.63 persen.

Lama waktu penggemukan tidak mempengaruhi permintaan pakan dedak. Jumlah pemberian dedak yang diberikan peternak bertujuan untuk melengkapi nutrisi yang dibutuhkan sapi untuk meningkatkan berat sapi. Pemberian pakan dedak oleh peternak juga tidak berdasarkan pada berat sapi bakalan maupun berat sapi potong, dimana kedua variabel mempengaruhi lama waktu penggemukan. Tabel 12 Hasil estimasi parameter persamaan permintaan pakan dedak pada

usaha penggemukan sapi bali di Kabupaten Lombok Tengah, 2014

Variabel Parameter Estimasi Nilai t-hit Pr > /t/ Elastisi tas Pakan dedak yang diberikan per hari = PKNDDK

Intercept -0.18669 -5.82 <.0001

HDDK Harga pakan dedak 0.000752 46.02 <.0001 1.15 PKNHMT Pakan hijauan yang

diberikan per hari

0.000611 1.59 0.1124 0.01

Permintaan Input Tenaga Kerja

Upah tenaga kerja memberikan pengaruh yang signifikan menunjukkan hubungan negatif terhadap penggunaan tenaga kerja untuk sapi. Meningkatnya upah tenaga kerja mengurangi penggunaan tenaga kerja untuk sapi. Penggunaan tenaga kerja terhadap permintaan hijauan dan limbah pertanian tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Upah tenaga kerja untuk sapi tidak diperhitungkan dalam bentuk tunai, kenaikan upah tenaga kerja mengurangi penggunaan waktu kerja untuk sapi. Tenaga kerja juga terserap pada lahan pertanian. Pada musim hujan kebutuhan tenaga kerja sebagai buruh tani meningkat sejalan dengan meningkatnya tingkat upah tenaga kerja di lahan pertanian. Upah tenaga kerja sangat respon terhadap permintaan tenaga kerja untuk sapi (elastis).

Pemberian pakan dedak per hari tidak berpengaruh terhadap permintaan tenaga kerja. Pemberian dedak pada sapi akan membutuhkan waktu kerja peternak pada sapi. Untuk memberikan dedak pada sapi, dedak harus dicampur dengan air terlebih dahulu baru kemudian diberikan pada sapi. Pemberiannya tidak bersamaan dengan pemberian pakan lainnya seperti pakan hijauan atau limbah pertanian. Dedak umumnya diberikan pada siang hari.

Faktor yang memberikan pengaruh signifikan terhadap permintaan tenaga kerja adalah lama waktu penggemukan, menunjukkan hubungan positif terhadap permintaan tenaga kerja. Semakin lama waktu pemeliharaan, semakin tinggi permintaan tenaga kerja. Lama waktu penggemukan terkait dengan sapi bakalan. Jika sapi bakalan yang dipelihara memiliki berat badan yang rendah maka waktu penggemukan menjadi lebih panjang dan tenaga kerja per hari lebih tinggi. Rata- rata tenaga kerja untuk sapi sebesar 2.02 jam/hari, lama waktu penggemukan rata- rata 183.24 hari. Semakin lama waktu penggemukan maka akan meningkatkan waktu kerja untuk sapi. Hasil estimasi parameter persamaan tenaga kerja untuk sapi per hari disajikan pada Tabel 13 berikut :

Tabel 13 Hasil estimasi parameter persamaan permintaan tenaga kerja pada usaha penggemukan sapi bali di Kabupaten Lombok Tengah tahun 2014

Variabel Parameter Estimasi Nilai t-hit Pr > /t/ Elast isitas

Tenaga kerja untuk sapi = TKPS

Intercept 2.02973 1.95 0.0519 -0.99

UTKP Upah tenaga kerja -0.00029 -3.24 0.0014 0.68

PKNDDK Pakan dedak 1.17586 1.86 0.0647 0.32

LWPS Lama waktu penggemukan 0.00350 5.70 <.0001 -0.99

Lama Waktu Penggemukan

Waktu penggemukan rata-rata 183.24 hari atau sekitar 6 bulan pemeliharaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi lama waktu penggemukan adalah biaya variabel, berat sapi bakalan dan berat sapi hasil penggemukan. Lama